Anda di halaman 1dari 8

STANDAR PEKERJA LAPANGAN

1. Unsur-Unsur Standar Pekerja Lapangan


A. Standar Pertama
Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi :
“Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.”
Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan pekerjaannya
sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan cepat dan
efisien serta dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan
sebelum tanggal laporan posisi keuangan (Standar Profesional Akuntan Publik,SA
Seksi 310:2011).
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan
penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan
instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah
penting yang dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang dilaksanakan, dan
menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan. Luasnya
supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk
komplesitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit (Standar
Profesional Akuntan Publik,SA Seksi 311:2011).

B. Standar Kedua
Standar pekerjaan lapangan kedua berbunyi :
“Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.”

Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup,


dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit
secara tertulis (atau set program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit
harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut keyakinan auditor
diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit dan tingkat
kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan. Dalam mengembangkan
program audit, auditor harus diarahkan oleh hasil pertimbangan dan prosedur
perencanaan auditnya. Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat
menyebabkan diperlukannya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan
tersebut (Standar Profesional Akuntan Publik,SA Seksi 311:2011).
C. Standar Ketiga
Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi :
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.”
Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat
atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti
audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada
pertimbangan auditor independen; dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda
dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang
ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik
oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan
auditan. Relevansi, obejktivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti lain yang
menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti
(Standar Profesional Akuntan Publik, SA Seksi 326:2011).

2. Tahap-Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Lapangan

Proses audit terdiri dari enam tahap (Zamzami, Faiz:2010), yaitu:


A. Persiapan Penugasan Audit
Persiapan penugasan audit adalah proses awal yang dilaksanakan pada proses
audit. Dalam tahap ini dimulai dengan penunjukan tim yang akan terlibat dalam
suatu penugasan oleh Satuan Audit Internal. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
tim yang akan melaksanakan tugas di suatu unit mempunyai payung hukum yang
kuat bahwa tim tersebut melaksanakan audit atas perintah dari atas dan bukan karena
kehendak pribadi.

B. Survey Audit Pendahuluan


Survey pendahuluan merupakan proses yang bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa.
Terdapat dua klasifikasi utama dari teknik-teknik audit pada tahap survey
pendahuluan, yaitu yang berkaitan dengan langkah-langkah survey pendahuluan di
kantor unit auditor internal (on desk/off site audit), dan di lokasi unit yang diaudit
(on site audit).

C. Pelaksanaan Pengujian
Pada tahap pelaksanaan pengujian ini auditor perlu mencari bukti yang akan
menguatkan informasi yang diperoleh pada survey pendahuluan tersebut. Bukti audit
yang cukup, kompeten, relevan dan catatan lainnya.

D. Penyelesaian Penugasan Audit


Penyelesaian penugasan audit ini merupakan tahapan terakhir dari proses
pekerjaan lapangan. Dalam tahap ini auditor mematangkan berbagai temuan yang
telah dirangkum selama proses pekerjaan lapangan. Di sini auditor memperoleh
keyakinan yang memadai bahwa temuan yang dirangkumnya telah dijalankan sesuai
prosedur, obyektif dan independen.
E. Pelaporan hasil audit
Laporan hasil audit ini merupakan media untuk menyampaikan permasalahan
serta temuan berikut dengan rekomendasi yang terdapat dalam suatu unit kepada
manajemen unit tersebut.

F. Pemantauan tindaklanjut
Tindak lanjut dilaksanakan berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui
oleh auditee terkait dengan pelaksanaan rekomendasi yang telah diberikan.

3. Penunjukan Auditor Independen


Pertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu kesadaran bahwa
penunjukan auditor independen secara dini akan memberikan banyak manfaat bagi
auditor maupun klien. Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan
pekerjaannya sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan
cepat dan efisien serta dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan sebelum tanggal neraca.

4. Perencanaan Dan Supervisi
 Perencanaan
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan
lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi
dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan
pengetahuan tentang bisnis entitas. Dalam perencanaan audit, auditor harus
mempertimbangkan, antara lain:
 Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat
entitas tersebut.
 Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
 Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolahinformasi akuntansi
yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dariluar untuk mengolah
informasi akuntansi pokok perusahaan.
 Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
 Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit .
 Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).
 Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,
seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi
antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
 Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan
auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang
diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien
terhadap kontrak perjanjian).
Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat , lingkup, dan
saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit secara
tertulis (atau satu set program audit tertulis) untuk setiap audit. Auditor juga harus
memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas yang memungkinkannya untuk
merencanakan dan melaksanakan auditnya berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
 Supervisi
Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan
penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan
instruksi kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah
penting yang dijumpai dalam audit, mereview pekerjaan yang dilaksanakan, dan
menyelesaikan perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan. Luasnya
supervisi memadai dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk
kompleksitas masalah dan kualifikasi orang yang melaksanakan audit .
Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan asistennya harus
menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat perbedaan pendapat mengenai
masalah akuntansi dan auditing di antara personel kantor akuntan publik yang
terlibat dalam audit. Prosedur tersebut harus memungkinkan asisten
mendokumentasikan ketidaksetujuan di antara mereka dan kesimpulan yang diambil
jika, setelah konsultasi memadai, berkeyakinan bahwa perlu baginya untuk tidak
sependapat dengan penyelesaian masalah tersebut. dasar penyelesaian akhir masalah
harus juga didokumentasikan.

5. Resiko Audit, Materialitas, Dan Pelaksanaan Audit


Risiko audit dan materialitas mempengaruhi penerapan standar
auditing,khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin
dalam laporan auditor bentuk baku. Risiko audit adalah risiko yang timbul karena
auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas
suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Konsep materialitas
mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruhan, adalah penting
bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting.
Pada waktu menyimpulkan apakah dampak salah saji, secara individual atau
secara gabungan, material, auditor biasanya harus mempertimbangkan sifat dan jumlah
dalam kaitannya dengan sifat dan jumlah pos dalam laporan keuangan yang diaudit.
Sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan di suatu entitas
mungkin tidak material bagi laporan keuangan entitas lain dengan ukuran atau sifat
yang berbeda. Begitu juga, apa yang material bagi laporan keuangan entitas tertentu
kemungkinan berubah dari satu periode ke periode yang lain.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi
penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat
mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas
informasi tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan
dengan memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik
pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Sebagai akibat interaksi antara
pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam mempertimbangkan materialitas, salah
saji yang jumlahnya relatif kecil yang ditemukan oleh auditor dapat berdampak material
terhadap laporan keuangan.

6. Bukti Audit Dan Audit Program


Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam
laporan keuangan , yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya ,
yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan khususnya
standar ketiga ,mendasari pembahasan bukti audityang berbunyi : “ Bukti audit
kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit “.

7. Program Audit
Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan
audit, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta harus mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit.
Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang
akan dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa
prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai
tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor
berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika
mengembangkan suatu program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program
audit meliputi :
 Prosedur Analitis :Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data
keuangan dan data non-keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan
keuangan.
 Prosedur awal : Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor
persaingan bisnis dan industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor
juga melaksanakan prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam
buku pembantu sesuai dengan akun pengendali dalam buku besar.
 Pengujian Estimasi Akuntansi: Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.
 Pengujian pengendalian Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh
strategi audit dari auditor.
 Pengujian transaksi: pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau
vouching transaksi berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
 Pengujian Saldo :Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun
serta item-item yang membentuk saldo tersebut.
 Pengujian penyajian dan pengungkapan :Mengevaluasi penyajian secara wajar
semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP.

8. Kertas Kerja Audit (Working Paper)


Kertas kerja audit merupakan kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama
melakukan pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan yang telah
dilaksanakan, metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta kesimpulan-
kesimpulan yang telah dibuatnya. Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit:
 Untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap pengauditan
 Sebagai pendukung yang penting terhadap pendapat akuntan atas laporan keuangan
yang     diauditnya
 Sebagai penguat kesimpulan akuntan dan kompetensi pengauditannya.
 Sebagai Pedoman dalam pengauditan berikutnya.
Contoh kertas kerja antara lain: Catatan memo; Hasil analisa jawaban konfirmasi,
Clients Representation Letter; Komentar yang dibuat atau didapat oleh akuntan
pemeriksa; Tembusan (copy) dari dokumen penting dari suatu daftar baik yang
diperoleh ataupun yang didapat dari klien dan diverifikasi oleh akuntan.
Dengan kata lain kertas kerja audit dapat berasal dari pihak klien, hasil analisis
yang dibuat auditor atau dari pihak ketiga yang independen baik secara langsung
maupun tidak langsung.
1. Berkas kertas kerja yang berasal dari klien dapat berupa :Neraca Saldo (Trial
balance), Rekonsiliasi bank (Bank reconciliation), Rincian Biaya Penjualan.
2. Hasil analisis yang dibuat oleh auditor , misalnya : Berita Acara Kas Opname (Cash
Count Sheet), Internal Control Questionare dan evaluasi serta hasil analisis
pengendalian interen.
3. Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga yang independen meliputi antara lain : Hasil
konfirmasi piutang, Hasil konfirmasi utang.
Untuk Mendukung terciptanya kertas kerja yang baik, ada point-point lain yang
harus dikuasai seorang auditor. yaitu ; Isi Kertas Kerja Audit, Teknik Dasar Pembuatan
Kertas Kerja Audit, Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja
audit, Pengarsipan Kertas Kerja Audit, Tahap Penyusunan Audit Financial Statement,
Susunan Kertas Kerja Audit, Kepemilikan Kertas Kerja Audit, dan Type-type Kertas
Kerja.

9. Penentuan Resiko Dan Sistem Pengendalian Internal


Struktur Pengendalian Intern merupakan Struktur Organisasi dan semua cara dan
tindakan yang terkoordinir dan yang ditetapkan dalam satu perusahaan untuk
mengamankan/melindungi hartanya, menguji kecermatan dan kebenaran data
pembukuan, meningkatkan efisiensi operasi, dan mendorong ditaatinya kebijakan
manajemen. Tujuan dari SPI itu sendiri adalah :
1. Menjaga kekayaan organisasi
2. Menjamin keandalan data akuntansi
3. Meningkatkan efisiensi kinerja
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Dari Pemahaman tentang SPI, Auditor beranjak ke tahap selanjutnya, yaitu Cara
menaksir risiko atau penilaian resiko. Penilaian Resiko adalah tindakan yang dilakukan
manajemen untuk mengidentifikai dan menganalisis resiko-resiko yang releven dengan
penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP. Auditor menilai reiko untuk
memutuskan bukti yang dibutuhkan dalam audit.Cara menaksir risiko dari manajemen
terhadap laporan keuangannya mirip dengan auditor dalam menaksir risiko bawaan.
Antara lain:
1. Kemampuan organisasi untuk mencukupi aliran kas dalam pembelian,
2. Efek daerah terpencil: kenaikan biaya, pemasok tunggal, dll.
Penentuan Risiko, akan sangat mempengaruhi Kecukupan dan Kompetensi Bukti
Audit (Standar Pelaksanaan Audit Nomor 3) Standar Pelaksanaan AuditLapangan No. 3
menyatakan: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi, sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan Ada tiga resiko audit, Resiko
Bawaan, Resiko Pengendalian, dan Resiko Deteksi ,ketiga Resiko tersebut dapat
dikorelasikan untuk menentukan besarnya potensi dari Resiko Audit dengan
persamaan: Risiko Audit = Risiko Bawaan x Risiko Pengendalian x Risiko Deteksi.
Risiko Bawaan atau Risiko Pengendalian tinggi, maka artinya Bukti Audit yang harus
dikumpulkan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2008. Auditing, Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Jilid 1. Edisi
Keempat. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN

Mulyadi, 2002, Auditing, Buku 1, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta

Standar Profesional Akuntan Publik. 31 Maret 2011. Jakarta : Penerbit Salemba Empat
Zamzami, Faiz .2010 .Proses Internal Audit. http://www.sai.ugm.ac.id/site/artikel/proses-
internal-audit-ugm

Anda mungkin juga menyukai