a) Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal, Ada empat hal yang perlu dilakukan
auditor dalam perencanaan audit awal, yaitu sebagai berikut :
- Memutuskan akan menerima klien baru atau melanjutkan klien lama untuk dilakukan audit
(membuat perikatan baru atau perikatan lama)
- Mengidentifikasi mengapa klien menginginkan untuk dilakukan audit, karena informasi ini
akan mempengaruhi bagian dari proses perencanaan selanjutnya
- Memenuhi syarat-syarat penugasan yang ditetapkan oleh klien
- Mengembangkan strategi audit secara keseluruhan dengan membentuk tim yang memiliki
keahlian khusus di bidangnya
b) Memahami Bisnis dan Industri Klien, Terdapat beberapa aspek pendekatan untuk memahami
bisnis dan industri klien, antara lain :
- Industri dan lingkungan eksternal
- Operasi dan proses bisnis
- Manajemen dan tata kelola
- Strategi dan tujuan klien
- Ukuran dan kinerja
c) Menilai Risiko Bisnis Klien, Auditor akan memeriksa dan memahami strategi bisnis yang telah
dijalankan oleh klien dan auditor akan menilai apakah ada risiko yang mungkin terjadi dalam
bisnis klien tersebut. Apabila memang terdapat risiko dalam bisnis tersebut, maka dapat
dipastikan bahwa bisnis yang dilakukan oleh klien tersebut mengalami kegagalan dalam
pencapaian tujuan perusahaan.
d) Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan, Tujuan prosedur analitis pendahuluan terdiri
atas :
- Prosedur analitis awal
- Prosedur analitis substantif
- Prosedur analitis akhir
e) Menetapkan Materialitas dan Menilai Risiko Audit yang Dapat Diterima serta Risiko Intern,
Tahapan ini terbagi menjadi dua poin, yaitu :
- Menentukan tingkat materialitas awal
- Mempertimbangkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan
f) Memahami Pengendalian Internal dan Menilai Risiko Pengendalian, Setiap pengendalian
internal dirancang oleh auditor untuk mencegah atau mendeteksi terjadinya salah saji yang
material dalam laporan keuangan. Lingkungan pengendalian merupakan komponen
pengendalian internal yang terdapat empat proses di dalamnya, yaitu penilaian risiko, aktivitas
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan.
g) Mengumpulkan Informasi untuk Menilai Risiko Kecurangan, Auditor harus mulai
mengumpulkan informasi untuk menilai adanya risiko kecurangan selama perencanaan audit
berlangsung dan memperbarui penilaian tersebut selama proses audit berlangsung. Informasi
yang terdapat dalam penilaian risiko kecurangan dapat ditemukan saat auditor melakukan
kunjungan ke perusahaan klien serta mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait di dalamnya.
h) Mengembangkan Strategi Audit dan Program Audit secara Keseluruhan, Dalam perencanaan
audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi, auditor dapat memilih antara dua
strategi audit awal berikut :
- Primarily subtantive approach.
- Lower assessed level of control risk approach.
Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan
keuangan. Asersi (assertion) adalah suatu deklarasi, atau suatu rangkaian deklarasi secara keseluruhan,
oleh pihak yang bertanggung jawab atas deklarasi tersebut. Jadi, asersi adalah pernyataan yang dibuat
oleh satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk
laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan dalam laporan keuangan oleh manajemen
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat diklasifikasikan berdasarkan
penggolongan besar sebagai berikut ini :
Hubungan asersi dan prosedur audit yaitu asersi manajemen dibutuhkan untuk memulai tahapan audit
laporan keuangan, sebagai berikut :
a) Menerima perikatan audit, perikatan merupakan kesepakatan antara pihak auditor serta
perusahaan yang biasa diwakili manajemen, perikatan ditandai dengan surat perikatan audit.
Jadi, manajemen maupun klien memberikan audit laporan keuangan ke auditor.
Setelah itu, auditor menyanggupi pengerjaan audit laporan keuangan sesuai kompetensinya.
Auditor yang menerima pengerjaan tersebut harus mempertimbangkan integritas manajemen,
kompetensi serta kemampuan profesional, identifikasi risiko, dan menilai independensi.
b) Merencanakan proses audit, dalam perencanaan audit. Auditor perlu melakukan beberapa hal
seperti memahami bisnis maupun industri klien, menentukan materialitas, menjalankan
prosedur analitik. Selain itu, tetapkan risiko audit, risiko bawaan, pahami struktur pengendalian
intern, serta kembangkan rencana audit maupun program audit.
Namun, pada praktiknya tidak seringkas itu, karena dalam kegiatan perencanaan proses audit,
ada bagian lain yang perlu dikerjakan lagi.
c) Melaksanakan uji audit, auditor akan menerapkan uji analitik, pengujian pengendalian serta
pengujian substantif. Pengujian analitik yaitu auditor mempelajari data-data serta informasi
bisnis klien, setelah itu membandingkannya dengan data dan informasi lain. Pengujian
pengendalian adalah prosedur audit yang bertujuan untuk melaksanakan verifikasi efektivitas
pengendalian internal manajemen atau klien. Sementara, pengujian substantif adalah prosedur
audit yang bertujuan menemukan kesalahan yang berdampak langsung pada laporan keuangan.
d) Pelaporan audit, Laporan audit adalah hasil dari pekerjaan audit, sekaligus akhir dari tahap
pengauditan laporan keuangan. Dalam laporan audit mencakup objek audit, lingkup audit,
tujuan audit, jasa yang diberikan, hasil audit, rekomendasi, dan sebagainya. Membuktikan hak
kepemilikan aktiva klien perusahaan seperti, kendaraan serta bukti STNK, aset tetap (tanah dan
bangunan) beserta surat jual beli tanah, dan sertifikat tanah yang dilengkapi bukti pembayaran
pajak bumi dan bangunan.
3. Jelaskan regulasi lain yang terkait pada audit sektor publik di Indonesia!
Jawab :
Regulasi lain yang terkait pada audit sector public di Indonesia, sebagai berikut :
- Undang-Undang No. 5 Tahun 1973 tentang BPK.
- TAP MPR No. X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan Majelis
- TAP MPR No. VI/MPR/2002 tentang Rekomendasi atas Laporan Pelaksanaan Putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, MA, pada
Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2002.
- Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Yang dimaksud dengan
keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
- Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Penyelenggara
pemerintah negara untuk mewujudkan tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban
negara yang perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.
- Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan
diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah
- Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. PP 71
tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah amanat UndangUndang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32, bahwa bentuk dan isi
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
- Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
5. Jelaskan unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap Kantor Akuntan Publik
(KAP) pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi
Jawab :
Pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jasa audit,
atestasi, akuntansi dan IreviwI, dan konsultasi yang standarnya elah ditetapkan oleh IAPI ( IAPI,
SPAP, 2011 : 16000.1). Sistem Pengendalian Mutu KAP mencakup kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu, penetapan tanggung jawab, komunikasi dan pemantauan (IAPI, 2011 :
17000.1). Unsur-unsur pengendalian mutu yaitu :
• Indenpendensi, Untuk memberikan keyakinan memadai bahwa, pada setiap tingkat
organisasi, semua personel mempertahankan indenpensensi sebagaimana diatur oleh Kode
Etik Profesi Akuntan Publik No. 100, Indenpensi, Integritas, dan Objetivitas memuat contoh-
contoh penerapan yang berlaku untuk akuntan publik.
• Penugasan personel, Untuk memberikan keyakinan memadai bahwa perikatan akan
dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk
perikatan tersebut.
• Konsultasi, Untuk memberikan keyakinan memadai bahwa personel akan memperoleh
informasi memadai sesuai k]yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat
pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgment), dan wewenang memadai.
• Supervisi, Untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa pelaksanaan perikatan
memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP.
• Pemekerjaan (Hiring), Untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa semua orang
yang dipekerjakan memilikikarakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka
melakukan penugasan secarakompeten.
• Pengembangan professional, Untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa personel
memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung
jawabnya.
• Promosi (Advanvement), Untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa personel
yang terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat
tanggung jawab yang lebih tinggi.
• Penerimaan dan keberlanjutan klien, Untuk menentukan apakah perikatan dari klien akan
diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan
klien yang manajemennya tidak memiliki integritas.
• Inspeksi, Untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa prosedur yang berhubungan
dengan unsur-unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.