Risiko audit (audit risk) yang didefinisikan sebagai kemungkinan risiko “auditor dengan atau
tanpa sepengetahuan terjadi kegagalan dalam memodifikasi pendapatnya atas penyajian
laporan keuangan. Jika terjadi kegagalan audit memang terjadi, maka konsekuensi bagi
akuntan publik berupalitigasi yang merugi kan dan hilangnya reputasi. Ligitasi dapat
digunakan sebagai suatu ukuran tidak langsung dari kualitas audit dengan menggunakan
suatu hubungan terbalik-auditor dengan tingkat ligitasi yang relatif rendah (tinggi) berarti
menawarkan kualitas audit yang lebih tinggi (lebih rendah).
Untuk mengidentifikasi kondisi yang mendasari terjadinya kecurangan dalam pelaporan yang
independen, maka :
a) Auditor lebih meningkatkan kewaspadaan sehingga hasil audit akan bisa
dipertanggungjawabkan.
b) Kinerja dari prosedur-prosedur peninjauan pengendalian dan evaluasi manajemen yang
direkomendasikan serta evaluasi risiko kecurangan akan meningkatkan probabilitas dalam
pendeteksian kondisi yang mengarah pada kecurangan dalam laporan keuangan.
c) Auditor lebih fokus pada kondisi keuangan dalam mengidentifikasikan secara lebih efektif
entitas-entitas yang memenuhi kualifikasi sebagai calon-calon kegagalan bisnis dalam jangka
pendek.
Seringkali kecurangan manajemen dan kegagalan bisnis dapat memainkan peranan yang
penting dalam kegagalan audit, berikut adalah kegagalan yang terjadi pada perencanaan audit
alasan lain:
a. Kesalahan yang berpusat pada interpretasi auditor atas prinsip-prisip akuntansi yang
berlaku umum.
b. Kesalahan yang berpusat pada interpretasi auditor atas standar audit yang berlaku umum
atau implementasi dari standar audit yang berlaku umum.
c. Kesalahan yang berpusat pada kecurangan oleh auditor.
Pada kasus No. 1 maka harus dilakukan audit secara internal. Untuk melaksanakan Audit
internal yang konsisten, maka auditor perlu membuatprogram audit.
Program audit adalah alat untuk merencanakan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan
audit dengan langkah-langkah lebih spesifik agar tujuan audit tercapai sesuai perencanaan.
Pedoman penyusunan audit mengacu pada Standart Internasional Praktik Profesional Audit
Internal yaitu “International Professional Practices Framework (IPPF)” No. 2240 yang
dikeluarkan oleh Institute of Internal Audit (IIA). Setiap kegiatan audit internal harus ada
program audit untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bukti audit.
Kummat (2011) : Program audit yaitu berbagai pedoman kerja yang akan memudahkan tugas
seluruh tim audit internal dalam mengimplementasikan strategi ke seluruh objek pengawasan.
Boynton (2002) : Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan auditor dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang mencukupi dan kompeten.
Berikut adalah beberapa jenis prosedur yang terdapat dalam program audit :
a. Prosedur analitis.
b. Observasi.
c. Konfirmasi, baik secara positif ataupun konfirmasi secara negarif.
d. Rekalkulasi,
e. Tracing.
f. Vauching
Pada IPPF No. 2240.A1 “Program kerja harus mencakup prosedur untuk mengidentifikasi,
menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasi informasi selama penugasan. Sebelum
dilaksanakan program kerja harus sudah memperoleh persetujuan, serta persetujuan lainnya
apabila terjadi nilai perubahan.”
Langkah dalam melakukan proses audit yang harus diperhatikan dan disiapkan oleh auditor
agar tidak mengalami kegagalan dalam penugasan audit manajemen. Audit adalah
pemeriksaan formal atas akun laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu individu, bisnis,
atau organisasi. Dalam pelaksanaan Audit, terdapat serangkaian proses dan langkah-langkah
untuk menunjang proses tersebut yang biasa dikenal sebagai Proses Audit.
Terdapat dua tipe pekerjaan Audit, yaitu :
a) Audit Internal dilakukan oleh karyawan internal yang berada di dalam organisasi atau
perusahaan.
b) Audit Eksternal dilakukan oleh pihak eksternal perusahaan – KAP (Kantor Akuntan
Publik) dan BPK (Badan Pengawas Keuangan).
Berikut adalah langkah spesifik dalam Proses Audit agar pengauditan berjalan dengan sukses
yang biasa dilakukan oleh Auditor Eksternal, antara lain :
a) Meminta Dokumen yang dibutuhkan Auditor terkait kebutuhan Audit. Auditor biasanya
mengirimkan daftar dokumen-dokumen yang dibutuhkan terlebih dahulu kepada klien di
dalam Audit Checklist. Dokumen audit tersebut mencakup :
• Salinan Laporan Audit sebelumnya.
• Rekening koran.
• Nota keuangan.
• Buku besar.
• Bagan organisasi klien bersama dengan daftar nama dewan dan komite terkait.
d) Mulai Melakukan Kerja Lapangan (Audit) yang dilakukan Auditor dalam mengambil
informasi yang dikumpulkan dari Rapat Terbuka dan menggunakannya untuk merealisasikan
Rencana Audit. Kerja Lapangan kemudian dilaksanakan dengan berkomunikasi kepada
anggota staf dan meninjau Prosedur dan Proses Audit. Auditor menguji kepatuhan
manajemen perusahaab terkait pencatatan dan pelaporan keuangan yang sesuai dengan
PSAK. Kontrol internal dievaluasi untuk memastikan hal tersebut benar-benar dijalankan
secara reliabel dan memadai.
e) Auditor Menyusun Laporan yang berisi rincian temuan-temuan selama Proses Audit
dilaksanakan. Laporan Audit tersebut kemudian dirangkum secara sistematis, temuan yang
bersifat material dan tidak material, pembayaran yang diotorisasi tetapi tidak dibayar, dan
temuan-temuan lainnya. Auditor kemudian akan menulis temuan-temuan audit dan
merekomendasikan solusinya kepada klien.
f) Menyiapkan Rapat Penutupan Proses Audit dengan meminta tanggapan serta persetujuan
terkait masalah dan temuan hasil Laporan Audit pada Rapat Penutupan.
Auditor menjelaskan deskripsi rencana aksi manajemen untuk mengatasi masalah dan temuan
tersebut serta tanggal penyelesaian yang disepakati. Pada Rapat tersebut para pihak terlibat
akan hal yang didiskusikan mengenai hasil Laporan Audit dan tanggapan manajemen