Anda di halaman 1dari 9

INISIASI 6

Harga Faktor Produksi dan Penentuan Balas Jasa


Faktor Produksi

A. Harga Faktor Produksi


Penentuan harga faktor produksi dalam ilmu ekonomi mikro penting
dipelajari karena berhubungan dengan hal-hal berikut.
1. Harga faktor produksi bersama-sama dengan kuantitas masing-masing
faktor produksi tersebut menentukan besarnya pendapatan sektor rumah
tangga konsumen. Pendapatan rumah tangga merupakan pengeluaran
produsen dan diterima sebagai pendapatan berupa upah, dan gaji, sewa,
bunga, dan keuntungan yang merupakan balas jasa atas penggunaan faktor
produksi manusia maupun bukan manusia yang dimiliki sektor rumah
tangga konsumen. Dengan demikian, harga faktor menentukan pola
distribusi pendapatan. Namun masalah distribusi pendapatan dan harga
faktor produksi bukan merupakan masalah ekonomi saja tetapi juga
menyangkut masalah etika, keadilan sosial, dan sebagainya. Bagaimana
meratakan distribusi pendapatan secara nasional di antara berbagai
kelompok faktor produksi? Jawabannya menyangkut masalah ideologi dan
kepercayaan.
2. Harga-harga faktor produksi biaya perusahaan. Produsen harus
memproduksi pada tingkat output yang memberikan keuntungan maksimum
dengan menggunakan kombinasi faktor yang memberikan biaya terendah.
Kombinasi ini tergantung pada harga faktor produksi dan teknologi yang
digunakan. Dengan kata lain, berdasarkan harga faktor produksi produsen
menentukan kuantitasnya yang dikombinasikan dalam proses produksi.
3. Harga faktor produksi seperti juga fungsi harga output yang menjatah atau
mendistribusi barang-barang dan jasa-jasa kepada para konsumen serta
mengalokasikan penggunaan faktor di antara berbagai industri dan
perusahaan.

1. Teori Produksitivitas Marginal


Teori permintaan faktor produksi oleh perusahaan dapat disusun berdasar
berbagai, kasus menurut bentuk pasar yang dihadapi oleh perusahaan baik di
pasar faktor produksi maupun di pasar produk. Kemungkinan-kemungkinan
kasus tersebut diringkas pada Tabel 7.1 dengan mempertimbangkan dua bentuk
ekstrem pasar saja yaitu pasar persaingan murni dan pasar monopoli serta pasar
monopsoni di mana hanya ada satu penjual di pasar.
Berbagai Kemungkinan Bentuk Pasar Input dan Pasar Output

Macam Kedua Pasar Faktor Produksi Pasar Produk


(Input) (Output)
Pertama Persaingan murni Persaingan murni
Kedua Persaingan murni Monopoli
Ketiga Monopsoni Persaingan murni
Keempat Monopsoni Monopoli murni

2. Permintaan Faktor Produksi Menurut Anggapan Pasar Output


a. Persaingan Murni di Pasar Output
Permintaan faktor produksi pada kasus pertama, yaitu persaingan murni
di pasar output. Permintaan akan sebuah faktor produksi tergantung
pada kapasitasnya untuk memproduksi suatu barang dan harganya.
Dengan kata lain, faktor produksi yang mempunyai produktivitas tinggi
untuk memproduksi barang yang harganya tinggi, mempunyai
permintaan yang tinggi pula, dan demikian sebaliknya. Selain itu,
meskipun suatu input mempunyai produktivitas tinggi untuk
memproduksi suatu barang, tetapi bila tidak seorang pun bersedia
membeli produknya maka tak ada permintaan akan input tersebut.
Bagaimana produktivitas suatu faktor produksi serta nilai atau harga
produk menentukan permintaan faktor produksi tersebut. Besarnya
Produk Fisik Marjinal (Marginal Physical Product = MPP) akan
menurun dengan makin banyaknya satuan input yang digunakan dalam
proses produksi, keadaan ini menunjukkan berlakunya Hukum
Penambahan Hasil yang Menurun, sejak penggunaan satuan faktor
produksi variabel yang pertama. Di sini perusahaan menggun4an satu
macam faktor produksi atau tepatnya faktor produksi variabel yaitu
tenaga kerja bersama-sama dengan sejumlah tertentu kapital (seperti
pabrik beserta mesin-mesin dan peralatan). Karena perusahaan
menghadapi pasar persaingan murni di pasar produk maka harga output
tetap tidak berubah berapa pun jumlah output yang diproduksi dan
dijual.
Produk Pendapatan Marjinal (Marginal Revenue Product = MRP)
merupakan tambahan pendapatan total yang diperoleh untuk setiap
tambahan input sebesar satu satuan. Atau dengan kata lain, MRP adalah
tambahan pendapatan total yang diperoleh karena dipekerjakan
tambahan satu satuan faktor produksi variabel. MRP diperoleh dengan
mengurangi Pendapatan Total yang diperoleh dengan menggunakan atau
mempekerjakan (t) satuan faktor produksi variabel dengan Pendapatan
Total yang diperoleh dengan menggunakan (t-1) satuan faktor produksi
variabel.
b. Monopoli Murni di Pasar Output
Ini merupakan kasus kedua dibandingkan kasus pertama, di sini harga
output menurun bila semakin banyak output yang diproduksi dan dijual.
Dalam kasus ini, produsen adalah perusahaan monopolis murni yang
bisa mempengaruhi harga pasar dengan mengubah kuantitas output yang
ditawarkan.
Permintaan tenaga kerja di mana pasar output merupakan pasar
monopoli murni, terlihat harga output turun bila output yang diproduksi
dan ditawarkan bertambah. Harga output per satuan harus diturunkan
agar perusahaan monopolis dapat menjual lebih banyak yang merupakan
tambahan pendapatan akibat digunakannya satu satuan tambahan tenaga
kerja. Pada perusahaan yang bergerak di pasar persaingan murni, bila
tenaga kerja yang digunakan naik maka MRP perusahaan turun hanya
karena turunnya MPP, sementara harga output tetap meskipun kuantitas
output bertambah. Tetapi MRP perusahaan monopolis murni turun lebih
cepat daripada penurunan MRP perusahaan pesaing murni. MRP
perusahaan monopolis murni turun karena dua sebab, yaitu karena
penurunan Produk Fisik Marjinal dan karena penurunan harga produk
sementara output yang diproduksi bertambah.
Untuk menyederhanakan, misalkan perusahaan monopolis membeli
faktor produksi di pasar persaingan murni, untuk mencapai keuntungan
maksimal, perusahaan harus menggunakan tenaga kerja sampai tingkat
di mana MRP = ME. Karena pasar tenaga kerja merupakan pasar
persaingan murni maka tingkat upah tak berubah berapa pun kuantitas
yang diminta.
c. Perubahan Kurva dan Elastisitas Permintaan Faktor Produksi
1. Perubahan kurva permintaan faktor produksi
Ada tiga hal yang mempengaruhi kurva permintaan input yaitu
produktivitas, harga pasar produk yang diproduksi dengan
menggunakan input tersebut, serta harga input-input lain. Perubahan
kurva permintaan input disebabkan oleh hal-hal tersebut.
a. Perubahan permintaan produk. Perubahan permintaan produk
menyebabkan perubahan harga, dan selanjutnya mempengaruhi
skedul MRP karena permintaan faktor produksi merupakan
permintaan turunan.
b. Perubahan produktivitas. Hal ini pada gilirannya dipengaruhi
oleh kuantitas faktor produksi lain yang digunakan bersama
dengan faktor produksi tersebut, tingkat teknologi dan
perbaikan kualitas faktor produksi itu sendiri.
c. Harga faktor produksi lain. Penggunaan beberapa input dalam
proses produksi menimbulkan hubungan antara input-input
tersebut yang bisa merupakan hubungan substitusi (saling
mengganti) atau hubungan komplementer (saling melengkapi).
Dalam batas-batas tertentu, umumnya input-input dapat saling
mengganti, bila harga barang-barang kapital turun maka
perusahaan akan mengganti tenaga kerja dengan mesin-mesin
agar dapat memproduksi dengan kombinasi biaya terendah,
karena itu permintaan tenaga kerja akan mengalami penurunan,
ini disebut sebagai efek substitusi. Tetapi ada efek lain yang
disebut efek output. Efek ini bisa dijelaskan sebagai berikut,
karena harga mesin-mesin turun, sementara tingkat upah tetap,
biaya produksi turun. Perusahaan bisa menjual produk lebih
banyak. Dengan memproduksi output lebih banyak akan
menaikkan permintaan faktor produksi termasuk tenaga kerja.
Jadi, efek substitusi diimbangi oleh efek output. Bila efek
output lebih kecil daripada efek substitusi seperti pada
umumnya terjadi, maka penurunan harga barang-barang kapital
atau kenaikan tingkat upah menyebabkan permintaan tenaga
kerja turun, tetapi bila efek output lebih besar daripada efek
substitusi maka akibatnya adalah sebaliknya.
Bila hubungan antar faktor produksi adalah komplementer
yaitu saling melengkapi dalam proses produksi suatu produk,
yang dalam situasi khusus faktor tersebut dikombinasikan
secara proporsional, maka penurunan harga suatu faktor
produksi akan menyebabkan kenaikan permintaannya dan juga
akan menaikkan permintaan faktor produksi komplemennya,
sementara harga faktor produksi komplemen tetap.
2. Elastisitas permintaan faktor produksi
Seperti pada permintaan produk, maka pada permintaan faktor
produksi pun dapat dilihat elastisitas permintaan dalam
hubungannya dengan variabel-variabel yang mempengaruhi.
Dengan demikian, harus dibedakan antara perubahan jumlah faktor
produksi yang diminta (yang ditunjukkan oleh pergeseran antar titik
sepanjang kurva permintaan) dan perubahan permintaan (yang
ditunjukkan oleh pergeseran kurva permintaan). Variabel-variabel
yang mempengaruhi elastisitas harga permintaan faktor produksi
adalah sebagai berikut.

1) Tingkat penurunan MRP. Ini ditentukan oleh MPP. Bila MPP


tenaga kerja turun secara lambat maka MRP akan turun dengan
lambat pula. Karena MRP merupakan kurva permintaan faktor
produksi, maka kurva permintaan tersebut sangat elastis,
demikian pula sebaliknya bila MPP dan juga MRP turun secara
cepat maka permintaan faktor produksi tak elastis.
2) Derajat penggantian faktor produksi. Semakin banyak tersedia
barang substitusi input tersebut maka semakin elastis
permintaannya.
3) Elastisitas permintaan produk. Semakin besar elastisitas
permintaan akan produk yang diproduksi dengan menggunakan
suatu faktor produksi maka semakin besar elastisitas
permintaannya. Penurunan harga sedikit saja atas produk yang
permintaannya elastis akan menyebabkan penurunan output
cukup banyak, dan karena itu juga akan menurunkan kuantitas
berbagai input yang diminta dalam jumlah cukup besar.
Nisbah biaya input dengan besarnya biaya total Semakin besar
porsi atau bagian biaya produksi total yang dikeluarkan untuk
suatu input, katakanlah tenaga kerja, maka semakin besar pula
elastisitas permintaan input tersebut. Bila biaya tenaga kerja
mencakup 3/4 dari besarnya biaya produksi total, maka kenaikan
upah akan menyebabkan kenaikan biaya yang cukup besar.
Kenaikan harga mengakibatkan penurunan penjualan serta
penurunan permintaan tenaga kerja dalam jumlah besar.
Demikian sebaliknya, bila biaya tenaga kerja merupakan, porsi
kecil dari biaya produksi total.

B. Penentuan Balas Jasa Faktor Produksi


Masalah distribusi pendapatan hampir selalu merupakan isu paling penting di
bidang ekonomi. Beberapa pihak menyatakan mereka yang berpendapatan
sangat tinggi sebagai akibat lembaga pewarisan adalah tidak adil, mereka
menjadi kaya hanya karena nasib baik. Sementara campur tangan pemerintah
bagi kelompok masyarakat tertentu dengan pemberian subsidi dan lain-lain
yang mengubah distribusi pendapatan menurut mekanisme pasar akan
menurunkan efisiensi ekonomi dan membuat keadaan menjadi buruk. Di
hampir semua negara, pendapatan anggota masyarakat di tentukan oleh balas
jasa dalam proses produksi menurut mekanisme pasar.
1. Pendapatan, Kekayaan dan Distribusi
Mengukur status ekonomi dan sosial seseorang dalam masyarakat suatu
negara/bangsa dalam pergaulan internasional adalah dengan melihat
pendapatan dan kekayaan. Pendapatan menunjukkan aliran (uang) berupa
upah, bunga, dividen, keuntungan, atau sewa selama periode waktu tertentu
biasanya satu tahun. Keseluruhan pendapatan dalam suatu negara disebut
pendapatan nasional.
a. Pendapatan berasal dari tenaga kerja dan pemilikan. Dari jasa tenaga
kerja diperoleh gaji dan upah, honorarium dan lain sebagainya. Dari
pemilikan diperoleh sewa, keuntungan perusahaan (dividen), dan
bunga. Pada bagian terakhir ini termasuk hasil keuntungan yang
diperoleh dari kegiatan usaha kecil. Dalam ekonomi pasar, pendapatan
didistribusikan di antara para pemilik faktor produksi berupa upah,
keuntungan, sewa, dan bunga. Pendapatan perorangan dibedakan
menurut asalnya. Seseorang memiliki beberapa macam faktor produksi.
Misalnya, saudara Bakri memperoleh gaji dan honorarium sebagai
dosen universitas swasta, memperoleh bunga dari rekening simpanan
pada bank pemerintah, menerima dividen dari hasil saham perusahaan
asing/patungan, dan memperoleh sewa bulanan dari kamar asrama yang
disewakan kepada para mahasiswa. Pendapatan seseorang yang
diperoleh dalam sistem ekonomi pasar adalah sebesar penjumlahan
kuantitas faktor produksi yang dimiliki dikalikan dengan harga menurut
pasar masing-masing faktor produksi.
b. Peran pemerintah. Pemerintah mempekerjakan ratusan ribu sampai
jutaan pegawai yang merupakan sumber pendapatan rumah tangga.
Pemerintah juga menyewa tanah dan gedung serta peralatan yang
memberikan keuntungan kepada pemilik atau perusahaan yang
berhubungan bisnis dengannya. Pemerintah juga mengenakan pajak
dan pungutan lain yang harus dibayar oleh para penerima penghasilan
dan kalangan dunia usaha. Sementara itu, pemerintah memberikan
penghasilan dalam bentuk pembayaran transfer kepada perorangan
yaitu bantuan dalam berbagai bentuk subsidi pendidikan, perumahan
(Kredit Pemilikan Rumah) serta subsidi pada barang-barang
administrasi (administered goods) yang dipandang penting atas dasar
pertimbangan tertentu, misalnya BBM, listrik, pangan, pupuk,
transportasi, dan sebagainya. Pendapatan perorangan diperoleh dari
pasar faktor produksi ditambah pembayaran transfer. Sebagian besar
masyarakat penghasilan-nya berasal dari gaji dan upah, sementara
sebagian kecil kelompok memperoleh penghasilannya dari penerima
hasil kepemilikan.
c. Harta. Beberapa sumber penghasilan berasal dari bunga atau dividen
karena memiliki simpanan di bank dan obligasi, atau memiliki saham
perusahaan. Kekayaan merupakan nilai rupiah yang dimiliki pada suatu
saat. Kekayaan adalah stok seperti volume air di danau, sedangkan
penghasilan merupakan aliran (flow) per satuan waktu seperti aliran air
di pipa plastik atau aliran sungai.
Kekayaan dibedakan antara kekayaan finansial dan kekayaan berwujud
(tangible). Yang pertama terdiri dari simpanan di bank berupa rekening
tabungan atau rekening giro, obligasi, saham, dana pensiunan, dan lain-
lain. Yang ke dua terdiri dari pemilikan rumah, perhiasan, kendaraan,
usaha (berupa bangunan toko) atau bentuk lain. Semua nilai harta yang
dimiliki disebut kekayaan, sementara yang tidak dimiliki (dipinjami)
nilainya disebut utang, perbedaan keduanya disebut kekayaan bersih.
d. Distribusi pendapatan dan kekayaan. Merata atau tidaknya distribusi
pendapatan perorangan diukur dengan menggunakan kurva Lorenz.
Kurva ini merupakan kotak segi empat di mana sumbu tegak
menunjukkan persentase rumah tangga yang memperoleh persentase
pendapatan tersebut. Garis diagonal pada kurva tersebut menunjukkan
distribusi pendapatan sepenuhnya merata.
Kurva Lorenz dan Distribusi Pendapatan

Hal ini karena persentase pendapatan yang diperoleh sama dengan


persentase jumlah rumah tangga penerima pendapatan tersebut. Jika
kurva melengkung atau cembung ke arah kanan bawah menunjukkan
distribusi pendapatan tak merata, semakin cembung maka semakin tak
merata distribusi pendapatan. Ketimpangan atau ketidakmerataan
distribusi pendapatan juga bisa diukur dengan koefisien Gini. Angka
koefisien Gini dihitung dengan membagi area yang terletak antara
kurva Lorenz dengan garis diagonal, dengan area segitiga yang berada
di sebelah kanan bawah garis diagonal. Besarnya angka koefisien Gini
adalah antara 0 sampai 1, semakin besar angka koefisien Gini maka
semakin tak merata distribusi pendapatan.

2. Penentuan dan Perbedaan Upah


Setiap negara selalu bercita-cita dan berupaya menyediakan pekerjaan bagi
rakyatnya dengan upah tinggi hingga mereka bisa membeli kebutuhan yang
mereka inginkan. Dari pandangan ekonomi, pendapatan tenaga kerja
cenderung dihitung dalam upah riil rata-rata per hari atau per jam yang
mencerminkan daya beli yang diperoleh dari hasil bekerja selama satu hari
atau sebesar upah uang dibagi dengan harga (Indeks Biaya Hidup).
a. Permintaan dan Penawaran Harga Tenaga Kerja
Permintaan faktor produksi tenaga kerja oleh perusahaan
mencerminkanproduktivitas marjinal. Dengan menggunakan tingkat
teknologi tertentu, hubungan antara kuantitas input tenaga kerja dan
jumlah output yang dihasilkan mencerminkan berlakunya Hukum
Penambahan Hasil yang semakin Berkurang. Penawaran tenaga kerja
menunjukkan jumlah jam atau hari kerja yang para pekerja ingin
bekerja pada berbagai tingkat upah riil atau nominal. Ada tiga elemen
yang menentukan penawaran tenaga kerja yaitu jam kerja per tenaga
kerja, partisipasi tenaga kerja, dan migrasi. Yang terakhir ini terutama
dirasakan di negara yang kekurangan tenaga kerja sementara tersedia
cukup banyak kesempatan kerja di satu atau beberapa sektor produksi.
b. Perbedaan Upah (Wage Differential)
Meskipun secara garis besar bisa diketahui tingkat upah riil, tetapi
dalam dunia nyata terdapat perbedaan upah cukup besar untuk tingkat
dan pekerjaan yang sama namun oleh orang yang berbeda keadaan dan
spesifikasinya: Perbedaan upah yang cukup besar dijumpai pada
berbagai sektor industri, di samping tergantung pada tingkat
keterampilan dan kondisi pasar. Mengapa hal ini terjadi?
Dalam situasi ideal, di pasar tenaga kerja persaingan murni di mana
semua anggapan dipenuhi, persaingan menjamin tingkat upah riil per
jam atau per hari sama. Karenanya perbedaan tingkat upah dijumpai
karena faktor-faktor lain, apakah karena perbedaan pekerjaan,
perbedaan orang, atau situasi pasar tenaga kerja yang bersaing secara
tidak sempurna.

c. Tanah, Kapital, Rente, dan Bunga


Hampir semua perekonomian di dunia merupakan perekonomian pasar
(kapitalistik) di mana sebagian besar kapital, tanah, dan kekayaan dimiliki
oleh swasta. Perbedaan antara negara kaya dan miskin adalah pada
kemampuan mereka menciptakan aliran tabungan dan menginvestasikan
pada proyek usaha yang menghasilkan keuntungan besar.
a. Tanah dan Rente
Rente merupakan rente tanah yang kuantitasnya tetap yang
tidakresponsif terhadap harga. Tanah merupakan faktor produksi bagi
setiap usaha bisnis. Harga (sewa) yang harus dibayar untuk penggunaan
sebidang tanah selama periode waktu tertentu disebut rente atau rente
ekonomi murni yang besarnya dikenakan per satuan waktu.
Pembayaran rente juga berlaku untuk setiap faktor produksi yang tetap
(tak bisa berubah) penawarannya. Kurva, penawaran tanah sepenuhnya
tak elastis berbentuk garis lurus vertikal karena penawaran tanah adalah
tetap. Perpotongan antara permintaan dan penawaran menunjukkan
tingkat keseimbangan rente. Bila rente di atas tingkat rente
keseimbangan, banyaknya tanah yang diminta lebih sedikit daripada
penawaran yang jumlahnya tetap. Pemilik tak bisa menyewakan semua
tanah yang ditawarkan dan karena itu harus menawarkan pada tingkat
rente (sewa) lebih rendah. Demikian sebaliknya bila sewa lebih tinggi
dan pada sewa keseimbangan. Karena itu sewa cenderung berada pada
tingkat keseimbangan yang dijamin oleh kondisi persaingan. Hanya
pada, harga persaingan di mana kuantitas tanah yang ditawarkan untuk
disewakan tepat sama dengan kuantitas tanah yang diminta untuk
disewa maka pasar persewaan tanah berada dalam keseimbangan.
b. Kapital dan Bunga
Secara tradisional, analisis ekonomi membedakan tiga macam
faktor produksi yaitu tanah, tenaga kerja, dan kapital. Dua yang
pertama disebut faktor produksi primer yang penawarannya ditentukan
di luar pasar. Ini dibedakan dari input yang diproduksi oleh manusia,
yaitu kapital. Kapital atau barang kapital tak bisa dipakai lagi setelah
beberapa tahun, tapi ada juga yang dapat digunakan sampai puluhan
tahun. Barang kapital merupakan input dan sekaligus juga output.
Ada tiga jenis barang kapital yaitu bangunan pabrik dan kantor serta
peralatan seperti peralatan produksi, persediaan barang jadi dan sedang
diproses, serta bahan mentah.
c. Keuntungan dan Faktor yang Mempengaruhi
Selain gaji dan upah, bunga dan rente; secara ekonomi ada kategori
penghasilan lain yaitu keuntungan. Ini berbeda definisinya dengan
bunga dan hasil penanaman modal. Para akuntan mendefinisikan
keuntungan sebagai perbedaan antara penerimaan (pendapatan) total
dan biaya total. Untuk menghitung keuntungan, mulailah dengan
menghitung pendapatan total dari penjualan, dengan cara mengalikan
harga produk dengan kuantitas yang dijual. Kemudian kurangi dengan
semua pengeluaran untuk membayar upah dan gaji, sewa, bahan-bahan
baku, bunga, pungutan pajak, dan sebagainya, selisih atau sisanya
disebut keuntungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi, besarnya
keuntungan merupakan kombinasi berbagai elemen. Elemen-elemen
tersebut merupakan. hasil implisit dari pemilik kapital, ini adalah balas
jasa karena menanggung risiko dan keuntungan investasi.
Keuntungan merupakan hasil implisit. Secara ekonomis, keuntungan
bisnis merupakan campuran berbagai elemen berbeda-beda. Sebagian
besar keuntungan bisnis yang dilaporkan adalah hasil untuk kapital dan
tenaga kerja yang disediakan oleh para pemiliknya.
d. Teori Kapital dan Suku Bunga
Investasi/pada barang kapital menyangkut produksi tak
langsung.Daripada menangkap ikan di laut dengan berenang dan
mengenakan tangan kosong akan lebih baik membuat pancing, jaring,
dan perahu atau kapal dan menggunakannya agar dapat menangkap dan
memperoleh lebih banyak ikan.
Karena itu, untuk membuat peralatan penangkap ikan, yang merupakan
investasi pada barang kapital, mengharuskan pengorbanan konsumsi
sekarang guna menaikkan konsumsi di masa mendatang. Dengan
mengonsumsi lebih sedikit sekarang maka dapat digunakan waktu kerja
untuk membuat peralatan penangkap ikan, misalnya jaring, agar dapat
menangkap lebih banyak ikan. Dengan mengorbankan konsumsi
sekarang dan menginvestasi atau membuat barang kapital maka dapat
diperoleh konsumsi yang lebih banyak di masa mendatang. Hal yang
sama juga berlaku bagi produksi barang lain, misalnya, tekstil atau
pakaian dan makanan atau padi

Anda mungkin juga menyukai