NPM : 192011206
BAB I
Dalam hal ini, maka lingkup pembahasan hukum perusahaan meliputi dua hal
pokok, yaitu bentuk usaha dan kegiatan usaha. Keseluruhan aturan hukum yang
mengatur tentang bentuk usaha dan kegiatan usaha disebut hukum perusahaan
(enterprise law).
1. Bentuk Usaha
2. Kegiatan Usaha
Jika kegiatan itu bukan dilakukan oleh pekerja, kegiatan tu disebut pekerjaan, bukan
usaha melainkan pekerjaan.
1. Perundang-undangan
Selain dari ketentuan yang masih berlaku dalam BW dan KUHD, juga banyak
sekali undang-undang undang-undang RI yang mengatur tentang perusahaan,
antara lain mengenai :
a. perusahaan perindustrian;
b. perusahaan perdagangan;
c. enmahaan jasa (pelayanan); dan
d. dan Perusahaan pembiayaan.
2. Kontrak Perusahaan
Pada zaman modern ini semua perjanjian atau kontrak perusahaan dibuat
tertulis, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Kontrak perusahaan ini
merupakan sumber utama hak dan kewajiban serta tanggung jawab pihak-pihak.
Jika terjadi perselisihan mengenai pamenuhan hak dan kewajiban, pihak-pihak
juga telah sepakat untuk menyelesaikan secara damai. Tetapi jika tidak tercapai
kesepakatan biasanya mereka sepakat untuk menyelesaikannya melalui arbitrase
atau pengadilan umum. Hal ini secara tegas dicantumkan dalam kontrak.
3. Yurisprudensi
Dalam yurisprudensi, hak dan kewajban yang telah ditetapkan oleh hakim
dipandang sebagai dasar yang adil untuk menyelesaikan sengketa hak dan
kewajiban antara pihak-pihak. Melalui yunsprudensi, hakim dapat melakukan
pendekatan terhadap sistem hukum yang berlainan, misalnya sistem hukum Anglo
Saxon. Dengan demikian, kekosongan hukum dapat diatasi sehingga
perlindungan hukum terhadap kepentingan pihak-pihak terutama yang berusaha
di Indonesia dapat dijamin, misalnya perusahaan penanaman modal asing di
Indonesia, . Banyak yurisprudensi yang terjadi di bidang hukum perusahaan,
misalnya mengenal penggunaan merek dagang, jual beli perdagangan, pilihan
hukum, ataupun leasing, seperti putusan Mahkamah Agung.
4. Kebiasaan
1. Pengertian Perusahaan
Perusahaan adalah istilah ekonomi yang dipakai dalam KUHD dan perundang-
undangan di luar KUHD. Namun, dalam KUHD sendiri tidak dijelaskan
pengertian resmi istilah perusahaan itu. Definisi perusahaan secara resmi
dirumuskan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar Perusahaan. Sebelum undang-undang ini, tidak dijumpal delinsi
perusahaan. Oleh karena itu, para penulis hukum berusaha merumuskan definisi
perusahaan berdasarkan pengetahuan yang mereka peroleh secara empris.
a. Rumusan Moiengraaff
b. Rumusan Polak
2. Unsur-Unsur Perusahaan
c. Terus-menerus
Baik Molengraaff, Polak, maupun pembentuk undang-undang menentukan
bahwa kegiatan dalam bidang perekonomian itu dilakukan secara terus-
menerus. Artinya, kegiatan tersebut sebagai mata pencaharian.
d. Bersifat tetap
Bersitat tetap artinya kegiatan Itu tidak berubah atau berganti dalam waktu
singkat, tetapi untuk jangka waktu lama. Jangka waktu tersebut ditentukan
dalam akta pemdirian perusahaan atau surat izin usaha.
e. Terang-terangan
Usaha harus ditujunjukan dan diketahui oleh umum, bebas berhubungan
dengan pihak lain, serta diakui dan dibenarkan oleh pwmerintah berdasarkan
undang-undang.
g. Pembukuan
Catatan mengenai hak dan kewajiban yang berkaitan dengan kegiatan usaha
suatubperusahaan.
D. PERDAGANGAN DAN PEDAGANG
KUHD yang mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Mai 1848 (Stb. Nomor 23
Tahun 1847) terdin atas 2 buku dan 23 bab. Buku I memuat 10 bab dan Buku II
memuat 13 bab. Buku I mengatur tentang perdagangan pada umumnya, sedangkan
Buku II mengatur tentang hak dan kewajiban yang timbul! dari pelayaran.
Dalam Buku 1 Bab 1 Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 KUHD diatur tentang
pedagang dan perbuatan perdagangan. Pedagang adalah orang yang melakukan
perbuatan perdagangan sebagai pekerjaan sehari hari (Pasal 2 KUHD). Pengertian
“perbuatan perdagangan" pada umumnya adalah membali barang untuk dijual
kembali dalam jumlah banyak atau sedikk, masih bahan atau sudah jadi, atau hanya
untuk disewakan pemakarannya (Pasal 3 KUHD). Termasuk pengertian perbuatan
perdagangan edalah perbuatan-perbuatan, antara lain, yang ditentukan dalam Pasal 4
KUHD berikut ini:
a. kegiatan jasa komisi,
b. jual beli surat berharga:
c. perbuatan para pedagang, pemimpin bank, bendahara, makelar
3. Pengertian Perdagangan
Objek perdagangan biasanya afalah barang bergerak dan tidak bergerak, serta
barang berwujud dan tidak berwujud.
1. Pengertian Pekerjaan
Pekerjaan (beroep) adalah istilah yang mempunyai pengertian lebih luas daripada
pengertian perusahaan. Tidak semua orang yang mer jalankan pekerjaan, menjalankan
pula perusahaan. Sebaliknya, setiap orang yang menjalankan perusahaan menjalankan
pekerjaan juga. KUHD sendiri tidak memberikan rumusan resmi mengenal pekerjaan.
Terserah kepada para ahli hukum dan hakim untuk merumuskan pengertian pekerjaan.
b. Rumusan Polak
Walaupun sebenarnya Polak (1935) mengakui adanya unsur terus menerus dan
terang-terangan, dia menambahkan unsur penghasilan yang dapat diperkirakan lebih
dahulu, bukan memperhitungkan laba rugi. Dengan demikian, dokter yang melakukan
tugas di rumah sakit dikatakan menjalankan pekerjaan. Apabila dia membuka praktik
di rumahnya sendiri, menurut Polak, dokter itu dikatakan menjalankan perusahaan.
Alasannya ialah dokter itu menjalankan pekerjaan dengan memperhitung kan laba
rugi yang dapat diperkirakan lebih dahulu dengan melakukan pencatatan.
b. Terus-menerus
Perbuatan atau kegiatan itu dilakukan secara terus – menerus. Artinya tidak
diselingi oleh kegiatan lain, tidak insidental, merupakan pencaharian yang
bersifat tetap, dan untuk jangka waktu lama tersebut ditentukan dalam surat
pengangkatan atau kontrak ko berlaku .
c. Terang-terangan
Terang-terangan artinya mendapat pengakuan atau izin dari pejabat yang
berwenang atau diangkat oleh pemerintah/lembaga tempat dia melakukan
kegiatan berdasarkan surat pengangkatan hingga diketahui dan diakui oleh semua
pihak (masyarakat).
d. Kualitas tertentu
Kualitas tertentu adalah keahlian khusus yang menunjukkan kemampuan tertentu
yang diakui oleh pemerintah atau lembaga atau badan yang ber kepentingan.
Keahlian khusus itu diperoleh melalui jenjang pendidikan dan pelatihan tertentu
atau karena pengalaman yang mendalam yang dibuktikan dengan sertifikat
berdasarkan peraturan hukum yang berlaku.
e. Penghasilan
Penghasilan adalah imbalan berupa sejumlah uang yang dibayar berkala
berdasarkan peraturan yang berlaku atas pelayanan keahlian atau keterampilan
yang diberikan. Penghasilan tersebut biasanya dibayatkan perbulan.
3. Pekerja
BAB II
1. Pengusaha
2. Pemimpin Perusahaan
B. PEMBANTU PENGUSAHA
Pembantu luar lingkungan perusahaan ada dua jenis. Pertama, jenis yang
mempunyai hubungan kerja tetap dan koordinat dengan pengusaha. Termasuk
jenis ini adalah agen perusahaan dan perusahaan perbankan. Kedua, jenis yang
mempunyai hubungan kerja tidak tetap dan koordinatif dengan pengusaha.
Termasuk jenis ini adalah makelar, komisioner, notaris, dan pengacara .
a. Agen perusahaan, adalah pihak yang mewakili pengusaha untuk
mengandakan dan melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga atas
nama pengusaha. Agen perusahaan adalah perusahaan yang berdiri
sendiri yang mewakili kapentingan pengusaha yang diageninya di suatu
daerah tertentu. Agen perusahaan mempunyai hubungan tetap dan
koordinat setara dengan pengusaha. Perbedaan antara agen perusahaan
dan pekerja kelling adalah pada hitungan kerja dan tempat kedudukan.
b. Perusahaan perbankan, adalah lembaga keuangan yang mewakili
usaha untuk melakukan :
1) pembayaran kepada pihak keliga;
2) penerimaan uang dari pihak ketiga; dan
3) penyimpanan uang milik pengusaha selaku nasabah
Perusahaan perbankan mempunyai hubungan tetap dan koordinatif dengan
pengusaha yang menjadi nasabahnya dan memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya. Perusahaan perbankan menjamin rahasia keuangan
pengusaha yang menjadi nasabahnya sesuai dengan undang – undang.
c. Makelar, diatur dalam Pasal 62-Pasal 72 KUHD. Makelar adalah orang
yang menjalankan perusahaan dengan menghubungkan pengusaha
dengan pihak ketiga untuk mengadakan berbagai perjanjian. Dalam
perjanjian yang dibuat itu makelar bukan pihak, yang menjadi pihak
adalah pengusaha yang diwakilinya. Makelar mengadakan hubungan
dengan pihak ketiga atas nama pengusaha yang berkepentingan. Makelar
mendapat pengangkatan dari Menteri Kehakiman dan sebelum
menjalankan perusahaan, makelar harus mengangkat sumpah di muka
Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang. Dalam melakukan usahanya
makelar mendapat upah dari pengusaha yang diwakilinya yang disebut
provisi. Akan tetapi, makalar yang diatur dalam KUHD ini tidak pernah
dipraktikkan, yang dikenal dalam masyarakat adalah makelar menurut
kebiasaan setempat tanpa pengangkatan dan penyumpahan.
d. Komisaris, adalah orang yang menjalankan perseroan dengan membuat
perjanjian atas namanya sendiri berdasarkan perintah dan panitia
pembiayaan dengan menerima upah atau provisi (Pasal 78 KUHD).
Yang memberi perintah disebut Komiten dan komisioner tidak
berkewajiban memberitahukan kepada pihak ketiga nama komitennya
(Pasal 77 KUHD). bBegitu pula Komisiorier menjadi pihak dalam
perjanjian yang dibuatnya. Komiten tidak berhak menuntut pihak lain
dalam perjanjian dan pihak lain itu tidak dapat menuntut komiten (Pasal
78 KUHD).
Sebagai pelaksana pemerintah, komisioner harus memberikan
pertanggungjawaban secepat mungkin atas komitmen melaksanakan
tugasnya (Pasal 1802 BW). Dalam tanggung jawab komisaris dapat
mengacu pada komitmen dengan siapa dia menandatangani perjanjian.
Hal ini berkaitan erat dengan kewajiban komiten membiayai pelaksanaan
kesepakatan yang dilakukan melalui mediasi Komisioner (Pasal 1807
BW). Namun jika komisaris secara khusus menjamin pemenuhan
perjanjian, dia tidak perlu memberitahukan komiten nama lawan dalam
perjanjian.
e. Notaris dan pengacara, adalah pembantu pengusaha dalam hubungan
tidak tetap dan koordinasi . Bantuan jasa mereka diperlukan secara
insidental saja apabila pengusaha memerlukannya. Notaris diperlukan
dalam hal pembuatan perjanjian ataupun akta-akta lainnya bagi
perusahaan. Sedangkan pengacara diperlukan dalam hal mewakili
pengusaha di muka pengadilan dan di luar pengadilan yang menyangkut
segi hukum.
C. Hubungan Kerja
Hubungan kerja adalah perikatan yang terjadi antara pemberi kerja dan penerima
kerja berdasarkan perjanjan. Hubungan kerja dapat berupa menjalankan perusahaan
atau menjalankan pekerjaan. Dalam hubungan kerja untuk menjalankan perusahaan,
pemberi kerja adalah pengusaha, sedangkan penerima kerja adalah pengelola
perusahaan yang terdiri atas pemimpin perusahaan dan pembantu pengusaha.
2. Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja diatur dalam Buku II BAB VIIA BW yang meliputi tiga jenis
perjanjian yaitu perjanjian pelayanan batata perjanjian Ketenagakerjaan dan perjanjian
borongan Ketiga jenis perjanjian kerja tersebut dijelaskan satu demi satu dalam uraian
berikut:
a. Perjanjian pelayanan berkala, Perjanjian ini ditur dalam Pasal 1601 BW.
Perjanjian ini disebut pelayanan berkala, karena pelayanan yang dilakukan itu
hanya untuk waktu tertentu dan perbuatan tertentu pula. Dalam perjanjian ini
semua hal yang lelah disepakati dengan syarat-syarat yang diperankan dan hal-
hal yang karena kebiasaan dalam perusahaan, mengikat kedua belah pihak.
b. Perjanjian ketenagakerjaan, diatur dalam Pasal 16018 jo. Pasal 1601d
sampai dengan Pasal 1601z BW. Dalam perjanjian ini pekerja (pembantu
pengusaha) wajib melaksanakan pekerjaan yang dibebankan oleh pengusaha
dan pengusaha wajib membayar upah yang telah disepakati kedua belah pihak.
Perjanjian ini menciptakan hubungan hukum yang bersifat “subordinatif".
Artinya, kedudukan hukum yang tidak setara , majikan (pengusaha) adalah
atasan dan pekerja (pembantu pengusaha) adalah bawahan . Hubungan hukum
ketenagakerjaan bersifat tetap
c. Perjanjian borongan, Perjanjian ini diatur dalam Pasal 1601b jo. Pasal 1604
sampai dengan Pasal 1617 BW. Dalam perjanjian ini, pemborong
mengikatkan diri untuk melaksanakan pekerjaan secara borongan dan pihak
pemberi pekerjaan mengikatkan diri untuk membayar harga borongan yang
telah ditentukan (Pasal 16016 BW). Ciri khas perjanjian borongan adalah pada
objeknya, yaitu menciptakan barang baru, misalnya borongan membangun
gedung perkantoran ataupun perumahan.
Dalam perjanjan borongan , pemborong :
1) Wajb melaksanakan pekerjaan secara borongan sesuai dengan syarat -
syarat yang telah ditetapkan dalam kontrak yang dibuat antara kedua
pihak.
2) Wajib memberi laporan secara periodik kepada pemberi pekerjaan
mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakannya .
BAB III
A. Perkembangan Keagenan
1. Konsep Keagenan
Istilah agency dikenal dan dipakai dalam sistem hukum Anglo-Saxon yang
berbasis common law, yaitu hukum tidak tertulis yang hidup dan ber kembang dalam
masyarakat. Istilah agency diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “keagenan” , agent
diserap menjadi "agen" Kini istilah agency (keagenan) dan agent (agen) dipakai pula
dalam perkembangan hukum di Indonesia khususnya hukum perdata (hukum bisnis).
Dalam transaksi bisnis dengan pihak yang tunduk pada sistem hukum Anglo-Saxon,
selalu dijumpai istilah keagenan yang diartikan pemberian kuasa bersitat perwakilan
tetap atau perwakilan tidak tetap, sedangkan agen diartikan sebagai pemegang kuasa.
1. Kontrak Keagenan
Kewajiban pokok principal meliputi dua hal yaitu penyerahan barang untuk
dipasarkan dijual dan pembayaran komisi serta biaya pelaksanaan kontrak keagenan
kepada agen perusahaan. Kewajiban pelengkap principal hanya meliputi penjaminan
cacat tersembunyi (hidden defect).
1. Karakteristik Keagenan
Pada kontrak keagenan yang bersifat koordinatif, agen perusahaan
mempunyai karakteristik berikut ini.
a. Perusahaan berdiri sendiri yang dapat berupa perusahaan peseorangan,
persekutuan badan hukum, atau bukan badan hukum
b. Mewakili kepentingan perusahaan principal, artinya principal
bertanggungjawab terhadap segala akibat hukum yang timbul di
perjanjian dengan pihak ketiga
c. Barhubungan dengan pihak ketiga di wilayah pemasaran tempat
kedudukan agen perusahaan, artinya wilayah di luar tempat kedudukan
perusahaan principal yang telah ditentukan dalam kontrak.
d. Agen perusahaan hanya mengageni bidang bisnis yang sejenis. Karena
itu, agen perusahaan dapat mengageni lebih dari satu bisnis perusahaan
sejenis.
e. Agen perusahaan tidak boleh menyaingi principal sehingga dapat
merugikan principal.
2. Bentuk Keagenan
3. Agen Perusahaan
4. Perusahaan Perbankan
5. Makelar
Adanya hubungan hukum pemeberian kuasa yang disepakati kedua pihak karena
undang-undang menimbulkan akibat hukum, antara lain:
1. Prinsipal terikat segala perjanjian yang dibuat oleh agen perusahaan terhadap
pihak ketiga.
2. Principal bertanggung jawab atas kesalahan perdata yang dilalukan agen
dalam melaksanakan perjanjian keagenan, kecuali ditentukan lain.
3. Jika terjadi perkara dengan pihak ketiga, principal adalah pihak yang dapat
digugat, bukan agen perusahaan.
Akibat hukum kontrak keagenan juga meliputi peristiwa cara berakhir kontak
keagenan. Kontrak keagenan dapat berakhir apabila terjadi peristiwa berikut :