Anda di halaman 1dari 22

TUGAS HUKUM EKONOMI & BISNIS

Nama : M. Ramadhani Novansyah

NPM : 192011206

Dosen Pengampu : Siri Nurhasanah, S.H., M.H.

Resume Bab 1 – Bab 3 Buku Hukum Perusahaan Indonesia

Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H.

BAB I

PERUSAHAAN, PERDAGANGAN , PEKERJAAN

A. Lingkup Hukum Perusahaan

Berdasarkan pada Undang-Undang Wajib Daftar Perusahaan, perusahaan


didefinisikan sebagai :“Setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang
bersifat tetap, terus-menerus, dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam
wilayah negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba."

Dalam hal ini, maka lingkup pembahasan hukum perusahaan meliputi dua hal
pokok, yaitu bentuk usaha dan kegiatan usaha. Keseluruhan aturan hukum yang
mengatur tentang bentuk usaha dan kegiatan usaha disebut hukum perusahaan
(enterprise law).

1. Bentuk Usaha

Bentuk usaha adalah organisasi/badan usaha yang menjadi wadah penggerak


setiap jenis kegiatan usaha, yang disebut “bentuk hukum perusahaan”. Bentuk hukum
perusahaan tersebut diatur/diakui oleh undang-undang, baik yang bersifat
perseorangan, persekutuan, atau badan hukum. Bentuk hukum perusahaan
perseorangan, misalnya, perusahaan otobis (PO) dan perusahaan dagang milik swasta
perseorangan. Bentuk hukum perusahaan perseorangan belum ada pengaturannya
dalam undang-undang, tetapi berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pengusaha dalam praktknya dibuat tetuls di muka notaris berupa akta pendirian
perusahaan perseorangan.
hukum perusahaan persekutuan dan badan hukum sudah diatur dengan undang-
undang, firma (Fa) dan persekutuan komanditer (CV) diatur dalam KUHD, perseroan
terbatas (PT) diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995, koperasi diatur
dalam Undang-Undang Nomar 25 Tahun 1992, perusahaan umum (perum) dan
perusahaan parseroan (persero) diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969.
Firma (Fa) dan persekutuan komanditer (CV) adalah bukan badan hukum; sedangkan
perseroan terbatas (PT), koperasi, perusahaan umum (perum), dan perusahaan
perseroan (persero) adalah badan hukum. Perseroan ter. batas (PT) dan koperasi
adalah Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), sedangkan perusahaan umum (perum)
dan perusahaan perseroan (persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

2. Kegiatan Usaha

Kegiatan usaha berbagaibjenis usaha yang meliputi bidang perindustrian,


perdagangan, perjasaan, dan keuangan. Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan, atau
kegiatat apa pun dalam bidang perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha
dengan tujuan memperoleh laba. Sedangkan pengusaha adalah setiap orang
perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu jenis kegiatan
usaha. Dengan demikian, suatu kegiatan dapat disebut usaha dalam arti hukum
perusahaan apabila memenuhi unsur-unsur benkut:
a. Dalam bidang perekonomian;
b. dilakukan oleh pengusaha;
c. dan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

Jika kegiatan itu bukan dilakukan oleh pekerja, kegiatan tu disebut pekerjaan, bukan
usaha melainkan pekerjaan.

B. Sumber Hukum Perusahaan

Sumber hukum perusahaan adalah setiap pihak yang menciptakan ketentuan


hukum perusahaan. Pihak-pihak tersebut dapat berupa batian legisiatif yang
menciptakan undang-undang, pihak-pihak yang mengadakan perjajian menciptakan
kontrak, hakim yang memutus perkara menciptakan yurisprudensi, ataupun
masyarakal pengusaha yang menciptakan kebiasaan (konvensi) dalam kegiatan usaha.
Jadi, hukum perusahaan itu terdiri atas kaidah atau ketentuan.

1. Perundang-undangan

Perundang-undangan ini meliputi ketentuan undang-undang peninggalan


zaman Hindia Belanda dahulu berdasarkan aturan peralihan UUD 1945, seperti
ketentuan yang terdapat dalam BW dan KUHD. Selain itu, sudah banyak undang-
undang yang diciptakan oleh pembuat undang-undang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 mengenai perusahaan yang berkembang cukup pesat hingga kini.

Selain dari ketentuan yang masih berlaku dalam BW dan KUHD, juga banyak
sekali undang-undang undang-undang RI yang mengatur tentang perusahaan,
antara lain mengenai :
a. perusahaan perindustrian;
b. perusahaan perdagangan;
c. enmahaan jasa (pelayanan); dan
d. dan Perusahaan pembiayaan.

2. Kontrak Perusahaan

Pada zaman modern ini semua perjanjian atau kontrak perusahaan dibuat
tertulis, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. Kontrak perusahaan ini
merupakan sumber utama hak dan kewajiban serta tanggung jawab pihak-pihak.
Jika terjadi perselisihan mengenai pamenuhan hak dan kewajiban, pihak-pihak
juga telah sepakat untuk menyelesaikan secara damai. Tetapi jika tidak tercapai
kesepakatan biasanya mereka sepakat untuk menyelesaikannya melalui arbitrase
atau pengadilan umum. Hal ini secara tegas dicantumkan dalam kontrak.

Dalam pelaksanaan kontrak perusahaan selalu melibatkan pihak ketiga.


Penyerahan barang, pihak ketiga yang dapat dilibatkan adalah perusahaan
ekspedisi, pengangkutan, pergudangan, dan ansuransi. Sedangkan dalam
pembayaran harga, pihak ketiga yang dilibatkan adalah bank. Pada perusahaan
modern, semua lalu lintas pembayaran selalu dilakukan melalui bank dengan
menggunakan surat berharga yang disertai oleh dokumen-dokumen penting
lainnya.

Kontrak perusahaan terikat dengan ketentuan undang-undang berdasarkan asas


pelengkap, yaitu asas yang menyatakan bahwa kesepakatan pihak-pihak yang
tertuang dalam kontrak merupakan ketentuan vana yang wajib diikuti oleh pihak-
pihak. Akan tetapi, jka dalam kontrak tidak gitantukan, ketentuan undang-undang
yang diberlakukan. Pada kontrak yang bertaraf nasional mungkin tidak ada
masalah, namun jika bertaraf internasional mungkin timbul masalah, misalnya
ketentuan undang-undang pihak mana yang diberlakukan, di sini pihak-pihak
berhadapan dengan masalah pilihan hukum.

3. Yurisprudensi

Dalam yurisprudensi, hak dan kewajban yang telah ditetapkan oleh hakim
dipandang sebagai dasar yang adil untuk menyelesaikan sengketa hak dan
kewajiban antara pihak-pihak. Melalui yunsprudensi, hakim dapat melakukan
pendekatan terhadap sistem hukum yang berlainan, misalnya sistem hukum Anglo
Saxon. Dengan demikian, kekosongan hukum dapat diatasi sehingga
perlindungan hukum terhadap kepentingan pihak-pihak terutama yang berusaha
di Indonesia dapat dijamin, misalnya perusahaan penanaman modal asing di
Indonesia, . Banyak yurisprudensi yang terjadi di bidang hukum perusahaan,
misalnya mengenal penggunaan merek dagang, jual beli perdagangan, pilihan
hukum, ataupun leasing, seperti putusan Mahkamah Agung.

4. Kebiasaan

Dalam praktik perusahaan, kebiasaan merupakan sumber hukum yang


dapat diikuti oleh para pengusaha. Dalam undang-undang dan perjanjian, tidak
semua hal mengenai pemenuhan hak dan kewajiban itu diatur. Jika tidak ada
pengaturannya, kebiasaan yang berlaku dan berkembang di kalangan para
pengusaha dalam menjalankan perusahaan diikuti demi mencapai tujuan yang
telah disepakati.Namun tidak semua kebiaasaan dapat diikuti.

Kebiasaan yang dapat ditkuti dalam praktik perusahaan adalah yang


memenuhi kriteria benkut Ini:
a. perbuatan yang bersifat keperdataan;
b. mengenal hak dan kewajiban yang seharusnya dipenuhi;
c. tidak berteniangan dengan undang-undang atau kepatutan;
d. diterima oleh pihak-pihak secara sukarela karena dianggap yang logis
dan patut;
e. menuju akibat hukum yang dikehendaki oleh pihak-pihak.

Jika kebiasaan itu bertaraf Internasional, disetujui oleh negara-negara


penanda tangan dalam konvensi internasional seperti Hague Rules,
Intemational Commercial Term 1990 di bidang angkatan laut.

C. PERUSAHAAN DAN PENGUSAHA

1. Pengertian Perusahaan

Perusahaan adalah istilah ekonomi yang dipakai dalam KUHD dan perundang-
undangan di luar KUHD. Namun, dalam KUHD sendiri tidak dijelaskan
pengertian resmi istilah perusahaan itu. Definisi perusahaan secara resmi
dirumuskan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar Perusahaan. Sebelum undang-undang ini, tidak dijumpal delinsi
perusahaan. Oleh karena itu, para penulis hukum berusaha merumuskan definisi
perusahaan berdasarkan pengetahuan yang mereka peroleh secara empris.

a. Rumusan Moiengraaff

Menurut Moiengraaff (1966), perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang


dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh
penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang atau
mengadakan perjanjian perdagangan. Beliau memandang pengertian perusahaan
dari sudut ekonomi karena tujuan memperoleh penghasilan dilakukan dengan
cara:
1) Memperdagangkan barang
Artinya, membeli barang dan menjualnya tagi dengan perhitungan
memperoleh penghasilan berupa keuntungan atau laba.
2) Menyerahkan barang
Artinya, melepaskan penguasaan atas barang dengan perhitungan memperoleh
penghasilan, misalnya menyewakan barang.
3) Perjanjian perdagangan
Yaitu, menghubungkan pihak yang satu dengan pihak yang tain dengan
perhitungan memperoleh penghasilan berupa keuntungan atau laba bagi
pemberi kuasa dan upah bagi penerima kuasa: misalnya makelar, komisioner,
dan agen perusahaan.

Perbuatan ekonomi tersebut merupakan mata pencaharian, arlinya dilakukan


secara terus-menerus, tidak insidental, bertindak keluar menghadapi pihak ketiga.
Di sini muncul aspek hukum perusahaan, yaitu perjanjian dengan pihak lain yang
menjadi dasar kewajiban dan hak masing-masing pihak. Akan tetapi, perlu
dikemukakan bahwa dalam rumusan Molengraaff tidak dipersoalkan tentang
perusahaan dalam sebagai badan usaha. Hal yang dikemukakannya justru
perusahaan buatan, jadi hanya meliputi jenis usaha.

b. Rumusan Polak

Polak (1935) memandang perusahaan dari sudut komersial, artinya baru


dikatakan perusahaan apabla diperlukan perhitungan laba dan rugi yang dapat
diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan. Di sini Polak menambahkan unsur
"pembukuan" pada unsur unsur lain. Polak mengakui ada unsur-unsur lain, Wu
terbukti dari penjelasannya bahwa apakah suatu perusahaan di. jetankan menurut
cara yang lazim atau tidak, dapat diketahui dan keteraturan menjalankan
perusahaan dan bukan dijalankan secara gelap. Jika unsur-unsur ini tidak ada,
hilanglah sitat perusahaan dari aspek hukum perusahaan.
c. Rumusan Undang-undang

Dalam Pasal 1 huruf b undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib


Datar Perusahaan, ditentukan maka dalam delinisi perusahaan terdapat dua unsur
pokok, yaitu:

1) Bentuk usaha yang berupa organisasi atau badan Usaha, yang


didinkan, bekerja, dan berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia.
Dalam bahasa Inggris disebut company atau enterprise.
2) Jenis usaha yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian
(perindustrian, perdagangan, perasaan, dan pembiayaan, dijalankan
oleh badan usaha perdagangan, perjasaan, pembiayaan) dijalankan oleh
badan usaha secara terus-menerus, dalam bahasa Inggris disebut
business.

Apabila definisi Ini dibandingkan dengan definisi Molengraaft dan Polak,


tornyata definisi ini lebih sempurna karena dengan adanya bentuk usaha (badan
usaha) yang menjalankan jenis usaha (kegiatan dalam bidang perekonomian),
unsur-unsur lain terpenuhi juga. Berdasarkan undang-undang yang berlaku,
walaupun kegiatan dalam bidang ekonomi dilakukan terus-menerus dan terang-
terangan, terhadap pihak ketiga, dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau
laba, jika tidak mampunyai bentuk usaha (badan usaha), itu bukan perusahaan,
metfainkan hanya pekerjaan. Setiap orang yang menjalankan perusahaan disebut
pengusaha. Pengusaha-ini dapat terdiri atas satu orang (indrvidual), beberapa
orang yang berupa persekutuan (partnership), ataupun badan hukum (corporate
body).

Dalam Pasat 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang


Dokumen Perusahaan ditentukan bahwa: " Perusahaan adalah setiap bentuk usaha
yang melakukan kegiatan Secara tetap dan ferus-menerus dengan memperoleh
keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan olah Orang perorangan
Maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum afau bukan badan hukum,
yang didirikan dan berkedudukan dalam wiayah hegara Repubiik Indonesia.”

2. Unsur-Unsur Perusahaan

Berdasarkan delinsi perusahaan yang telah dikemukakan oleh Mojengraaff,


Polak, dan pembentuk undang-undang, maka dapat dibahas unsur-unsur
perusahaan seperti benkut ini.
a. Badan Usaha
Badan usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang perekonomian
mempunyai bentuk hukum tertentu, seperti perusahaan dagang (PD) firma
(Fa), persekutuan komanditer (CV), perseroan terbatas (PT), par usahaan
umum (perum), perusahaan perseroan (persero), dan koperasi. Hal ini dapat
diketahui melalui akta pendirian perusahaan yang dibuat di muka notaris,
termasuk juga koperasi.

b. Kegiatan dalam bidang perekonomian


Kegiatan ini mekpiti bidang perindustrian, perdagangan, perjasaan, dan
pembiayaan yang dapa dirinci sebagai berikut:
1) Perindustrian, meliput kegiatan, antara lain eksplorasi dan pangaboran
minyak, penangkapan ikan, usaha perkayuan, barang ketajinan,
makanan dalam kaleng, obat-obatan, kendaraan bermotor, "rekaman
dan pertlman, percetakan, dan penerbtan.
2) Perdagangan , meliputi kegiatan, antara Iam jual bali, okspor Impor,
bursa etek, restoran, toko swalayan, valuta asing, dan sewamenyewa,
3) Perjasaan, meliputi kegiatan, antara lam transportasi, perbankan,
perbengkelan, jahit busana, konsuftasi, dan kecantikan.

c. Terus-menerus
Baik Molengraaff, Polak, maupun pembentuk undang-undang menentukan
bahwa kegiatan dalam bidang perekonomian itu dilakukan secara terus-
menerus. Artinya, kegiatan tersebut sebagai mata pencaharian.

d. Bersifat tetap
Bersitat tetap artinya kegiatan Itu tidak berubah atau berganti dalam waktu
singkat, tetapi untuk jangka waktu lama. Jangka waktu tersebut ditentukan
dalam akta pemdirian perusahaan atau surat izin usaha.

e. Terang-terangan
Usaha harus ditujunjukan dan diketahui oleh umum, bebas berhubungan
dengan pihak lain, serta diakui dan dibenarkan oleh pwmerintah berdasarkan
undang-undang.

f. Keuntungan atau laba


Nilai lebih yang diperoleh dari modal yang diusahakan, ini adalah tujuan
utama setiap peruaahaan.

g. Pembukuan
Catatan mengenai hak dan kewajiban yang berkaitan dengan kegiatan usaha
suatubperusahaan.
D. PERDAGANGAN DAN PEDAGANG

1. Pengaturan dalam KUHD

KUHD yang mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 Mai 1848 (Stb. Nomor 23
Tahun 1847) terdin atas 2 buku dan 23 bab. Buku I memuat 10 bab dan Buku II
memuat 13 bab. Buku I mengatur tentang perdagangan pada umumnya, sedangkan
Buku II mengatur tentang hak dan kewajiban yang timbul! dari pelayaran.

Dalam Buku 1 Bab 1 Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 KUHD diatur tentang
pedagang dan perbuatan perdagangan. Pedagang adalah orang yang melakukan
perbuatan perdagangan sebagai pekerjaan sehari hari (Pasal 2 KUHD). Pengertian
“perbuatan perdagangan" pada umumnya adalah membali barang untuk dijual
kembali dalam jumlah banyak atau sedikk, masih bahan atau sudah jadi, atau hanya
untuk disewakan pemakarannya (Pasal 3 KUHD). Termasuk pengertian perbuatan
perdagangan edalah perbuatan-perbuatan, antara lain, yang ditentukan dalam Pasal 4
KUHD berikut ini:
a. kegiatan jasa komisi,
b. jual beli surat berharga:
c. perbuatan para pedagang, pemimpin bank, bendahara, makelar

2. Pengaturan dalan UU Nasional

Dalam perundang-undangan nasional, istilah perusahaan mengacu pada “badan


usaha” dan “ kegiatan uaaha”. Kegiatab usaha itu meliputi perbuatan perekonomian
yang bertujuan memperoleh laba. Peebuatan ekonomi meliputi kegiatan bidang
perindustrian, perdagangan , pembiayaan dan penjasaan

3. Pengertian Perdagangan

Pengertian perdagangan lebih sempit daripada pengertian perusahaan


Perdagangan merupakan salah satu kegiatan perusahaan yaitu kegiatan dalam bidang
perkonomian yang berupa membeli barang dan menjual nya lagi atau menyewakannya
dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba " . Karena perdagangan
merupakan salah satu kegiatan per usahaan , maka sering disebut " perusahaan
perdagangan " Selain perusahaan perdagangan dikenal pula " pekerjaan perdagangan.

Disebut demikian karena termasuk dalam kegiatan bidang perekonomian


tetapi tidak memenuhi unsur - unsur perusahaan , khususnya tidak me menuhi bentuk
hukum tertentu . Meskipun dilakukan secara terus-menerus, tetap, dan terang-terangan
umumnya tidak memerlukan akta pendirian, tempat kedudukan, dan surat izin usaha.
Tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba umumnya digunakan untuk memenuhi
nalkah hidup sehari-hari. Meskipun dicatat, itu hanya untuk mengetahui perbedaan
antara harga beli dan harga jual atau harga sewa.

4. Pengusaha Perdagangan dan Pedagang

Orang yang menjalankan perusahaan perdagangan atau memberi kuasa untuk


menjalankan perusahaan perdagangan disebut pengusaha per dagangan . Contoh
perusahaan perdagangan adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan ekspor impor dijalankan oleh pengusaha ekspor impor.
b. Perusahaan toko swalayan dijalankan oleh pengusaha swalayan.
c. Perusahaan barang kelontong.
d. Perusahaan Restoran

Orang yang menjalankan pekerjaan perdagangan disebut pedagang Contoh


pekerjaan perdagangan dan pedagang adalah sebagai berikut .

a. Perdagangan kaki lima dijalankan oleh pedagang kaki lima


b. Perdagangan buah - buahan dijalankan oleh pedagang buah
c. Perdagangan ikan dijalankan oleh pedagang ikan
d. Perdagangan sayur - mayur dijalankan oleh pedagang sayur

5. Barang Objek perdagangan

Objek perdagangan biasanya afalah barang bergerak dan tidak bergerak, serta
barang berwujud dan tidak berwujud.

E. PEKERJAAN DAN PEKERJA

1. Pengertian Pekerjaan

Pekerjaan (beroep) adalah istilah yang mempunyai pengertian lebih luas daripada
pengertian perusahaan. Tidak semua orang yang mer jalankan pekerjaan, menjalankan
pula perusahaan. Sebaliknya, setiap orang yang menjalankan perusahaan menjalankan
pekerjaan juga. KUHD sendiri tidak memberikan rumusan resmi mengenal pekerjaan.
Terserah kepada para ahli hukum dan hakim untuk merumuskan pengertian pekerjaan.

a. Rumusan pemerintah Belanda


Ketika merancang perubahan WK tahun 1934, pemerintah Belanda dalam
penjelasannya di muka parlemen merumuskan pekerjaan sebagai " perbuatan yang
dilakukan secara terus - menerus terang - terangan dan dalam kedudukan tertentu.”
Dalam rumusan ini ternyata “Keuntungan dan atau laba” bukan unsur pokok.
Sedangkan dalam pengertian perusahaan unsur ini justru harus ada.

Selanjutnya, pemerintah Belanda menjelaskan bahwa seorang dokter pengacara,


notaris, dan juru sita dianggap menjalankan pekerjaan Alasannya adalah bahwa
orang-orang yang berkepentingan mendatangi mereka karena mereka memiliki
kualitas, yaitu keahlian atau kedudukan resmi walaupun mereka bertindak secara
terus-menerus dan terang. Sebaliknya, seorang Apoteker dianggap telah memenuhi
syarat menjalankan perbuatan jual beli obat, sehingga ia dinyatakan sebagai
menjalankan perusahaan ( Arest Hoge Raad 25 September 1925, W.11451 ).

b. Rumusan Polak

Walaupun sebenarnya Polak (1935) mengakui adanya unsur terus menerus dan
terang-terangan, dia menambahkan unsur penghasilan yang dapat diperkirakan lebih
dahulu, bukan memperhitungkan laba rugi. Dengan demikian, dokter yang melakukan
tugas di rumah sakit dikatakan menjalankan pekerjaan. Apabila dia membuka praktik
di rumahnya sendiri, menurut Polak, dokter itu dikatakan menjalankan perusahaan.
Alasannya ialah dokter itu menjalankan pekerjaan dengan memperhitung kan laba
rugi yang dapat diperkirakan lebih dahulu dengan melakukan pencatatan.

2. Unsur- unsur Pekerjaan

a. Perbuatan atau kegiatan


Unsur ini meliputi perbuatan atau kegiatan dalam bidang misalnya, bidang
ekonomi, sosial, politik, pemerintahan, pendidikan,dan kesehatan. Perbuatan atau
kegiatan yang dilakukan telah ditetapkan berdasarkan penunjukan/pengangkatan
menurut hukum administrasi yang berlaku.

b. Terus-menerus
Perbuatan atau kegiatan itu dilakukan secara terus – menerus. Artinya tidak
diselingi oleh kegiatan lain, tidak insidental, merupakan pencaharian yang
bersifat tetap, dan untuk jangka waktu lama tersebut ditentukan dalam surat
pengangkatan atau kontrak ko berlaku .

c. Terang-terangan
Terang-terangan artinya mendapat pengakuan atau izin dari pejabat yang
berwenang atau diangkat oleh pemerintah/lembaga tempat dia melakukan
kegiatan berdasarkan surat pengangkatan hingga diketahui dan diakui oleh semua
pihak (masyarakat).

d. Kualitas tertentu
Kualitas tertentu adalah keahlian khusus yang menunjukkan kemampuan tertentu
yang diakui oleh pemerintah atau lembaga atau badan yang ber kepentingan.
Keahlian khusus itu diperoleh melalui jenjang pendidikan dan pelatihan tertentu
atau karena pengalaman yang mendalam yang dibuktikan dengan sertifikat
berdasarkan peraturan hukum yang berlaku.

e. Penghasilan
Penghasilan adalah imbalan berupa sejumlah uang yang dibayar berkala
berdasarkan peraturan yang berlaku atas pelayanan keahlian atau keterampilan
yang diberikan. Penghasilan tersebut biasanya dibayatkan perbulan.

3. Pekerja

Orang yang menjalankan pekerjaan disebut pekerja. Apabila pekerja itu


diangkat oleh pemerintah untuk menjalankan pekerjaan di lingkungan
pemerintahan negara, dia disebut pegawai negeri sipil. Pegawai negeri sipil yang
memangku jabatan struktural tertentu disebut pejabat. Penghasilan yang diterima
oleh pegawai negeri sipil disebut gaji. Apabila perkerja itu menjalankan
pekerjaan di lingkungan perusahaan atau lembaga swasta, dia disebut karyawan.

Penghasilan yang diterimanya disebut upah. Pekerja yang menjalankan


pekerjaan menurut keahlian khusus bidang ilmu yang dikuasainya biasanya
disebut menurut keahlian khususnya itu, misalnya, dokter, notaris, pengacara,
dosen, akuntan, arsitek, apoteker, bidan, juru rawat, nakhoda, pilot dan masinis.

BAB II

PENGUSAHA, PEMBANTU PENGUSAHA, DAN HUBUNGAN KERJA

A. Pengusaha dan Pemimpin Perusahaan

1. Pengusaha

Pengusaha Pengusaha adalah orang yang menjalankan perusahaan atau menyuruh


menjalankan perusahaan. Menjalankan perusahaan artinya mengelola sendiri
perusahaannya, baik dilakukan sendiri maupun dengan bantuan pekerja. Ini umumnya
terdapat pada perusahaan perseorangan . Apabila pengusaha menjalankan perusahaan
dengan bantuan pekerja, dalam hal Ini dia mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai
pengusaha dan sebagai pemimpin perusahaan.

Mungkin juga pengusaha tidak menjalankan sendiri perusahaannya , tetapi


menyuruh orang lain menjalankan perusahaan . Orang lain yang diberi kuasa ini
menjalankan perusahaan atas nama pemberi kuasa, disebut pemimpin perusahaan atau
direktur atau manajer. Umumnya pemberian kuasa semacam ini terdapat pada
perusahaan persekutuan terutama badan hukum, seperti perseroan terbatas.

Dilihat dari segi fungsinya , ada tiga eksistensi pengusaha , yaitu :


a. pengusaha yang bekerja sendiri;
b. pengusaha yang bekerja dengan bantuan pekerja; dan
c. pengusaha yang memberi kuasa pada orang lain menjalankan perusahaan

2. Pemimpin Perusahaan

Pada perusahaan persekutuan terutama badan hukum, pemimpin perusahaan


adalah orang yang diberi kuasa perusaha untuk menjalankan perusahaan atas nama
pengusaha. Permimpin perusahaan berfungsi sebagai wakil pengusaha dan berkuasa
dalam segala hal yang berkenaan dengan pengelolaan perusahaan yang dipimpinnya.

B. PEMBANTU PENGUSAHA

1. Pengertian Pembantu Pengusaha

Pembantu pengusaha adalah setiap orang yang melakukan perbuatan membantu


pengusaha dalam menjalankan perusahaan dengan memper oleh upah. Pengertian
pembantu dipakai apabila pengusaha sendiri turut serta mengelola perusahaan.
Pembantu pengusaha adalah mereka yang membantu pemimpin perusahaan dalam
menjalankan perusahaan. Hubungan kerja antara pengusaha dan pemimpin
perusahaan dikuasai oleh hukum pemberian kuasa sedangkan hubungan kerja antara
pengusaha pemimpin perusahaan, dan pembantu pengusaha dalam lingkungan
perusahaan dikuasai oleh hukum tenaga kerja dan di luar lingkungan perusahaan
dikuasai oleh hukum pemberian kuasa.

2. Pembantu dalam Lingkungan

Perusahaan Pembantu dalam lingkungan perusahaan mempunyai hubungan


kerja tetap dan subordinatif dengan pengusaha dan bekerja dalam lingkungan
perusahaan itu.

a. Pemegang prokurasi, adalah pemegang kuasa dari pengusaha untuk


mengelola satu bagian besar/bidang tertentu dan perusahaan. Bagian bidang
tertentu misalnya produksi, pemasaran, administrasi keuangan, sumber daya
manusia, porbokann, dan perlengkapan.
b. Pengurus filial, adalah pemegang kuasa yang mewakili pengusaha
menjalankan perusahaan dengan mongolola satu cabang perusahaan yamg
meliputi daerah tertenntu.

c. Pelayan toko, adalah setiap orang yang memberikan pelayanan membantu


pengusaha di toko dalam menjalankan perusahaannya. Pelayan toko adalah
pekerja tetap perusahaan, yang mewakili pengusaha melayani pelanggan,
menerima pembayaran, mencatat pengeluaran dan penerimany, dan
mengurus barang di toko . Pelayan toko berfungsi mewakil pengusaha
memberikan pelayanan di toko.

d. Pekerja keliling, adalah pembantu pengusaha yang bekerja keliling di luar


toko/kantor untuk memajukan perusahaan, dengan mempromosikan barang
dagangan atau membuat perjanjian antara pengusaha dan calon pelanggan.

3. Pembantu Luar Lingkungan Perusahaan

Pembantu luar lingkungan perusahaan ada dua jenis. Pertama, jenis yang
mempunyai hubungan kerja tetap dan koordinat dengan pengusaha. Termasuk
jenis ini adalah agen perusahaan dan perusahaan perbankan. Kedua, jenis yang
mempunyai hubungan kerja tidak tetap dan koordinatif dengan pengusaha.
Termasuk jenis ini adalah makelar, komisioner, notaris, dan pengacara .
a. Agen perusahaan, adalah pihak yang mewakili pengusaha untuk
mengandakan dan melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga atas
nama pengusaha. Agen perusahaan adalah perusahaan yang berdiri
sendiri yang mewakili kapentingan pengusaha yang diageninya di suatu
daerah tertentu. Agen perusahaan mempunyai hubungan tetap dan
koordinat setara dengan pengusaha. Perbedaan antara agen perusahaan
dan pekerja kelling adalah pada hitungan kerja dan tempat kedudukan.
b. Perusahaan perbankan, adalah lembaga keuangan yang mewakili
usaha untuk melakukan :
1) pembayaran kepada pihak keliga;
2) penerimaan uang dari pihak ketiga; dan
3) penyimpanan uang milik pengusaha selaku nasabah
Perusahaan perbankan mempunyai hubungan tetap dan koordinatif dengan
pengusaha yang menjadi nasabahnya dan memberikan pelayanan yang
sebaik-baiknya. Perusahaan perbankan menjamin rahasia keuangan
pengusaha yang menjadi nasabahnya sesuai dengan undang – undang.
c. Makelar, diatur dalam Pasal 62-Pasal 72 KUHD. Makelar adalah orang
yang menjalankan perusahaan dengan menghubungkan pengusaha
dengan pihak ketiga untuk mengadakan berbagai perjanjian. Dalam
perjanjian yang dibuat itu makelar bukan pihak, yang menjadi pihak
adalah pengusaha yang diwakilinya. Makelar mengadakan hubungan
dengan pihak ketiga atas nama pengusaha yang berkepentingan. Makelar
mendapat pengangkatan dari Menteri Kehakiman dan sebelum
menjalankan perusahaan, makelar harus mengangkat sumpah di muka
Ketua Pengadilan Negeri yang berwenang. Dalam melakukan usahanya
makelar mendapat upah dari pengusaha yang diwakilinya yang disebut
provisi. Akan tetapi, makalar yang diatur dalam KUHD ini tidak pernah
dipraktikkan, yang dikenal dalam masyarakat adalah makelar menurut
kebiasaan setempat tanpa pengangkatan dan penyumpahan.
d. Komisaris, adalah orang yang menjalankan perseroan dengan membuat
perjanjian atas namanya sendiri berdasarkan perintah dan panitia
pembiayaan dengan menerima upah atau provisi (Pasal 78 KUHD).
Yang memberi perintah disebut Komiten dan komisioner tidak
berkewajiban memberitahukan kepada pihak ketiga nama komitennya
(Pasal 77 KUHD). bBegitu pula Komisiorier menjadi pihak dalam
perjanjian yang dibuatnya. Komiten tidak berhak menuntut pihak lain
dalam perjanjian dan pihak lain itu tidak dapat menuntut komiten (Pasal
78 KUHD).
Sebagai pelaksana pemerintah, komisioner harus memberikan
pertanggungjawaban secepat mungkin atas komitmen melaksanakan
tugasnya (Pasal 1802 BW). Dalam tanggung jawab komisaris dapat
mengacu pada komitmen dengan siapa dia menandatangani perjanjian.
Hal ini berkaitan erat dengan kewajiban komiten membiayai pelaksanaan
kesepakatan yang dilakukan melalui mediasi Komisioner (Pasal 1807
BW). Namun jika komisaris secara khusus menjamin pemenuhan
perjanjian, dia tidak perlu memberitahukan komiten nama lawan dalam
perjanjian.
e. Notaris dan pengacara, adalah pembantu pengusaha dalam hubungan
tidak tetap dan koordinasi . Bantuan jasa mereka diperlukan secara
insidental saja apabila pengusaha memerlukannya. Notaris diperlukan
dalam hal pembuatan perjanjian ataupun akta-akta lainnya bagi
perusahaan. Sedangkan pengacara diperlukan dalam hal mewakili
pengusaha di muka pengadilan dan di luar pengadilan yang menyangkut
segi hukum.

C. Hubungan Kerja

1. Pengertian Hubungan Kerja

Hubungan kerja adalah perikatan yang terjadi antara pemberi kerja dan penerima
kerja berdasarkan perjanjan. Hubungan kerja dapat berupa menjalankan perusahaan
atau menjalankan pekerjaan. Dalam hubungan kerja untuk menjalankan perusahaan,
pemberi kerja adalah pengusaha, sedangkan penerima kerja adalah pengelola
perusahaan yang terdiri atas pemimpin perusahaan dan pembantu pengusaha.

2. Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja diatur dalam Buku II BAB VIIA BW yang meliputi tiga jenis
perjanjian yaitu perjanjian pelayanan batata perjanjian Ketenagakerjaan dan perjanjian
borongan Ketiga jenis perjanjian kerja tersebut dijelaskan satu demi satu dalam uraian
berikut:
a. Perjanjian pelayanan berkala, Perjanjian ini ditur dalam Pasal 1601 BW.
Perjanjian ini disebut pelayanan berkala, karena pelayanan yang dilakukan itu
hanya untuk waktu tertentu dan perbuatan tertentu pula. Dalam perjanjian ini
semua hal yang lelah disepakati dengan syarat-syarat yang diperankan dan hal-
hal yang karena kebiasaan dalam perusahaan, mengikat kedua belah pihak.
b. Perjanjian ketenagakerjaan, diatur dalam Pasal 16018 jo. Pasal 1601d
sampai dengan Pasal 1601z BW. Dalam perjanjian ini pekerja (pembantu
pengusaha) wajib melaksanakan pekerjaan yang dibebankan oleh pengusaha
dan pengusaha wajib membayar upah yang telah disepakati kedua belah pihak.
Perjanjian ini menciptakan hubungan hukum yang bersifat “subordinatif".
Artinya, kedudukan hukum yang tidak setara , majikan (pengusaha) adalah
atasan dan pekerja (pembantu pengusaha) adalah bawahan . Hubungan hukum
ketenagakerjaan bersifat tetap
c. Perjanjian borongan, Perjanjian ini diatur dalam Pasal 1601b jo. Pasal 1604
sampai dengan Pasal 1617 BW. Dalam perjanjian ini, pemborong
mengikatkan diri untuk melaksanakan pekerjaan secara borongan dan pihak
pemberi pekerjaan mengikatkan diri untuk membayar harga borongan yang
telah ditentukan (Pasal 16016 BW). Ciri khas perjanjian borongan adalah pada
objeknya, yaitu menciptakan barang baru, misalnya borongan membangun
gedung perkantoran ataupun perumahan.
Dalam perjanjan borongan , pemborong :
1) Wajb melaksanakan pekerjaan secara borongan sesuai dengan syarat -
syarat yang telah ditetapkan dalam kontrak yang dibuat antara kedua
pihak.
2) Wajib memberi laporan secara periodik kepada pemberi pekerjaan
mengenai kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakannya .

Sedangkan pemberi pekerjaan wajib membayar harga borongan sesuai


dengan kemajuan pekerjaan.

3. Perjanjian Pemberian Kuasa


Perjanjian pemeberian kuasa diatur dalam Pasal 1792 sampai dengan Pasal
1819 BW. Dalam perjanjian ini pemberi kuasa memberikan kekuasaan kepada
penerima kuasa untuk melaksanakan suatu urusan perusahaan dengan
mendapat upah atau tanpa mendapat upah (Pasal 1792 dan Pasal 1794 BW).
Dalam perjanjian pemberian kuasa (agency agreement) perberkuasa adalah
pengusaha, sedangkan penerima kuasa Perjanjian Pemberian Kuasa adalah
pengusaha dapat juga pekerja.
a. Pengusaha dan pemimpin perusahaan, dalam hubungan hukum
antara pengusaha dan permimpin perusahaan, pengusaha, adalah
pemberi kuasa yang wajib membayar upah, sedangkan pemimpin
perusahaan adalah penerima kuasa yang wajb manjalankan perusahaan
sesuai dengan kekuasaan yang diberikan. Hubungan hukum antara
pengusaha dan pemimpin perusahaan tunduk pada ketentuan hukum
pemberian kuasa yang bersifat koordinatit dan tetap.

b. Pengusaha dan agen perusahaan, dalam hubungan hukum antara


pengusaha dan agen perusahaan, pengusaha adalah pemberi kuasa
yang wajib membayar upah, sedangkan agen perusahaan adalah
penerima kuasa yang wajib menjalankan ke agenan (agency), yaitu
menjalankan perintah dan mewakili pengusaha dalam hubungan
dengan pihak ketiga sesuai dengan kekuasaan yang diberikan.
Hubungan hukum antara pengusaha dan agen perusahaan tunduk pada
ketentuan hukum pemberian kuasa ( agency agreement ) yang bersifat
koordinatif dan tetap.

c. Pengusaha dan perusahaan perbankan, dalam hubungan hukum


antara pengusaha dan perusahaan perbankan, pengusaha adalah
pemberi kuasa yang wajib membayar upah, sedangkan perusahaan
perbankan adalah penerima kuasa yang wajib menjalankan perintah
atas nama pengusaha berupa membayar kepada dan menerima uang
dari pihak ketiga, serta menyimpan uang pengusaha (nasabah).
Hubungan hukum antara pengusaha dan perusahaan perbankan tunduk
pada ketentuan hukum pemberian kuasa (agency agreement)
Pengusaha dan perusahaan perbankan yang bersitat koordinatif dan
tetap.

d. Pengusaha dan makelar, dalam hubungan hukum antara pengusaha


dan makelar, pengusaha adalah pemberi kuasa yang wajib membayar
upah (courtage), sedangkan makelar adalah penerima kuasa yang wajib
melaksanakan perintah atas nama dan untuk kepentingan pengusaha.
Hubungan hukum antara peng usaha dan makelar tunduk pada
ketentuan hukum pemberian kuasa yang bersifat koordinaif tetapi tidak
tetap.

e. Pengusaha dan komisioner, dalam hubungan hukum antara komiten


(pengusaha) dan komisioner, komiten adalah pemberi kuasa yang
wajib membayar komisi dan biaya yang dikeluarkan, sedangkan
komisioner adalah penerima kuasa yang wajib mengadakan dan
melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga atas nama sendiri, bukan
atas nama komiten. Pemberian kuasa kepada komisioner mempunyai
kakhususan , yaitu :
1) Komisioner bertindak atas nama sendiri ( Pasal 78 KUHD )
2) Biaya perjanjian dibayar lebih dahulu oleh komisioner, setelah
pe . kerjaan selesai baru diterima bersama dengan komisinya
(Pasal 80 KUHD)
3) Komisioner mempunyai hak retensi apabila komiten tidak
memenuhi kewajiban pembayaran komisi dan biaya kepada
komisioner (Pasal 85 KUHD)
Hubungan hukum antara komiten dan komisioner tunduk pada
ketentuan hukum pemberian kuasa yang bersifat koordinatit, tetapi
tidak tetap.

f. Pengusaha dan notaris/pengacara, dalam hubungan hukum antara


pengusaha dan notaris/pengacara, pengusaha adalah pemberi kuasa
yang wajb membayar upah dan biaya akta/perkara, sedangkan
notaris/pengacara adalah penerima kuasa yang wajib memberikan
pelayanan hukum atas nama dan untuk kepentingan pengusaha.
Hubungan hukum antara pengusaha dan notaris/pengacar tunduk pada
ketentuan hukum pemberian kuasa (agency agreement) yang bersifat
koordinatif tapi tidak tetap.

BAB III

KEAGENAN DALAM KEGIATAN BISNIS

A. Perkembangan Keagenan

1. Konsep Keagenan

Istilah agency dikenal dan dipakai dalam sistem hukum Anglo-Saxon yang
berbasis common law, yaitu hukum tidak tertulis yang hidup dan ber kembang dalam
masyarakat. Istilah agency diterjemahkan dalam bahasa Indonesia “keagenan” , agent
diserap menjadi "agen" Kini istilah agency (keagenan) dan agent (agen) dipakai pula
dalam perkembangan hukum di Indonesia khususnya hukum perdata (hukum bisnis).
Dalam transaksi bisnis dengan pihak yang tunduk pada sistem hukum Anglo-Saxon,
selalu dijumpai istilah keagenan yang diartikan pemberian kuasa bersitat perwakilan
tetap atau perwakilan tidak tetap, sedangkan agen diartikan sebagai pemegang kuasa.

2. Alasan Perlunya Keagenan

Hubungan kerja sama di bidang perdagangan tersebut diperlukan karena


perkembangan perusahaan dengan jumlah produksi yang makin meningkat
membutuhkan pemasaran atau perluasan pemasaran produk ke satu wilayah atau
beberapa wilayah lain dalam suatu negara atau antar negara. Pemasaran produk yang
dibutuhkan itu tidak bersifat insidental tetapi berlangsung terus untuk jangka waktu
lama. Oleh karena itu, diperlukan bantuan perusahaan lain dalam bentuk hubungan
bisnis yang bersifat tetap guna mewakili kepentingan di wilayah pemasaran yang tunjuk
itu. Hubungan kerja sama bisnis tersebut diadakan dalam bentuk keagenan.

3. Sistem Hukum Keagenan

Perjanjian keagenan (agency agreement) adalah perjanjian pemberian kuasa bersifat


perwakilan tetap atau tidak tetap antara perusahaan sejenis yang satu dan perusahaan
sejenis yang lain untuk melaksanakan segala kepentingan prinsipal di wilayah
pemasaran tertentu. Dalam hubungan hukum keagenan, perusahaan sejenis yang
diwakili kepentingannya di sebut prinsipal dan perusahaan yang diberi kuasa untuk
mewakili ke pentingan prinsipal disebut agen perusahaan. Status hukum prinsipal
adalah perusahaan pemberi kuasa kepada agen perusahaan untuk mengadakan
perjanjian atau melakukan perbuatan hukum tertentu dengan pihak ketiga untuk
kepentingan dan atas nama prinsipal Status hukum agen perusahaan adalah perusahaan
berdiri sendiri sebagai penerima kuasa.

Menurut hukum perdata Indonesia. Kontrak keagenan tunduk ketentuan


hukum pemberian kuasa yang diatur dalam 7782 - Pasal 1810 KUHPdt, Sistem
hukum perdata Indonesia bersumber dari sistem hukum Eropa kontinental yang
menganut sistem kodifikasi. Dalam ketentuan kodifikasi KUHPdt, pemberian kuasa
boleh diadakan antara pihak-pihak yang berstatus perseorangan (individual) atau antar
pha pihak yang berstatus badan hukurn atau persekutuan, yang men jalankan
perusahaan. KUHPdt menggunakan istilah “pemberian kuasa” bukan istilah
“keagenan” Dalam KUHPdt dan KUHD tidak dikenal istilah “agen dan keagenan”.
Namun, dalam praktik bisnis perdagangan dan jasa dikenal istilah “agen dan
keagonan”. Kekhususan kontrak kangenan dalam hukum bisnis di Indonesia adalah
hanya diperuntukkan bagi pihak pihak yang menjalankan perusahaan ( kegiatan bisnis
) yang sejenis, kedua pihak harus berstatus perusahaan yang berdiri sendiri.
B. Hubungan Hukum Keagenan

1. Kontrak Keagenan

Agar terjamin kepastian hukum, hubungan hukum keagenan dibuat secara


tertulis yang disebut kontrak. Kontrak keagenan sah dan mengikat sejak
ditandatangani oleh pihak-pihak. Jika belum ditandatangani, kontrak keagenan
mengikat sejak diterimanya faksilmile, telegram, surat persetujuan, atau
pomberitahuan melalui telepon. Kontrak kengenan dinyatakan sah menurut hukum
apabila dipenuhi persyaratan yang ditemukan dalam Pasal 1320 KUHPdt, yaitu :
a. kesepakatan kedua pihak;
b. kedua pihak wenang melakukan perbuatan hukum;
c. ada objek tertentu atau dapat ditentukan ; dan
d. berdasarkan kausa yang halal (dibolehkan)

2. Kewajiban dan Tamggung Jawab Principal

Kewajiban pokok principal meliputi dua hal yaitu penyerahan barang untuk
dipasarkan dijual dan pembayaran komisi serta biaya pelaksanaan kontrak keagenan
kepada agen perusahaan. Kewajiban pelengkap principal hanya meliputi penjaminan
cacat tersembunyi (hidden defect).

3. Kewajiban dan Tanggung Jawab Agen Perusahaan

Kewajiban pokok agen perusahaan meliputi dua hal, yaitu melaksanakan


secara teliti dan profesional kuasa yang diberikan principal dan memberikan laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan kontrak keagenan. Kewajiban pelengkap agen
perusahaan adalah melakukan pembayaran lebih dahulu biaya pelaksanaan kontrak
keagenan.

C. Karakteristik dan Bentuk Keagenan

1. Karakteristik Keagenan
Pada kontrak keagenan yang bersifat koordinatif, agen perusahaan
mempunyai karakteristik berikut ini.
a. Perusahaan berdiri sendiri yang dapat berupa perusahaan peseorangan,
persekutuan badan hukum, atau bukan badan hukum
b. Mewakili kepentingan perusahaan principal, artinya principal
bertanggungjawab terhadap segala akibat hukum yang timbul di
perjanjian dengan pihak ketiga
c. Barhubungan dengan pihak ketiga di wilayah pemasaran tempat
kedudukan agen perusahaan, artinya wilayah di luar tempat kedudukan
perusahaan principal yang telah ditentukan dalam kontrak.
d. Agen perusahaan hanya mengageni bidang bisnis yang sejenis. Karena
itu, agen perusahaan dapat mengageni lebih dari satu bisnis perusahaan
sejenis.
e. Agen perusahaan tidak boleh menyaingi principal sehingga dapat
merugikan principal.

Beberapa contoh perbuatan agen perusahaan yang bersifat menyaing


principal, antara lain :

a. Agen perusahaan menjual barang dagangannya sendiri jauh lebih


murah daripada harga barang perusahaan yang diageninya.
b. Agen perusahaan menjual barang dagangannya sendiri dengan
diskon, sedangkan barang perusahaan yang diageninya tidak
c. Lebih mengutamakan pemasaran barang dagangannya sendiri
daripada barang perusahaan yang diageninya.
d. Perbedaan pelayanan antara barang dagangan sendiri dan barang
yang diageninya

Beberapa contoh perbuatan agen perusahaan yang dilarang, antara lain:

a. Barang dagangan agen perusahaan dijual kepada principal


b. Barang principal dibeli agen perusahaan kemudian dijualnya lagi
dengan harga yang lebih tinggi .
c. Kelemahan principal diungkapkan oleh agen perusahaan kepada
pihak ketiga.
d. Menetapkan biaya pelaksanaan kontrak keagenan lebih tinggi
daripada harga sebenarnya, dengan harapan mendapat keuntungan
karena penggantian dari principal .
e. Larangan menunjuk subagen tanpa persetujuan principal.

2. Bentuk Keagenan

Bentuk - bentuk keagenan yang dikenal dalam praktik bisnis perdagangan di


Indonesia, antara lain sebagai berikut
a. Agen perusahaan jasa perjalanan disebut travel agent.
b. Agen perusahaan perdagangan disebut dealer atau distributor.
c. Agen perusahaan jasa pengantaran disebut leveransir.
d. Agen perusahaan jasa perantara disebut broker.
e. Agen perusahaan jasa asuransi disebut pialang.
f. Agen perusahaan jasa pengangkutan barang disebut care agency.
Bentuk - bentuk keagenan tersebut menjalankan perusahaan yang berdri
sendiri, yang hubungan hukumnya diatur dengan kontrak keagenan.

3. Agen Perusahaan

Agen perusahaan adalah pihak yang mewakili pengusaha (principal)


untuk mengadakan dan melaksanakan kontrak dengan pihak ketiga atas nama
pengusaha. Agen perusahaan adalah perusahaan yang berdiri sendiri yang
mewakili kepentingan pengusaha yang diageninya diwilayah yang telah
ditentukan. Agen perusahaan mempunyai hubungan perwakilan bersifat tetap
dan koordinatif dengan pemgusaha.

4. Perusahaan Perbankan

Perusahaan perbankan (bank) adalah lembaga keuangan yang mewakili


kepentingan pengusaha untuk melaksanakan jasa : pembayaran kepada pihak
ketiga, penerimaan uang dari pihak ketiga, dan penyimpanan uang milik
pengusaha selaku nasabah.

Pengusaha yang diwakili adalah nasabah bank di mana dia mempunyai


rekening giro. Semua kegiatan pembayaran, penerimaan , dan penyimpan uang
dilakukan melalui bank dan dicatat dalam rekening gironiya itu. Bank adalah
perusahaan yang berdiri sendiri mempunyai hubungan perwakilan bersifat tetap,
dan koordinatif dengan pengusaha yang menjadi nasabah, serta memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya dengan memperoleh komisi. Bank menjamin
rahasia keuangan pengusaha yang menjadi nasabahnya sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Perbankan.

5. Makelar

Makelar diatur dalam Pasal 62 - Pasal 72 KUHD. Makelar adalah orang


yang menjalankan perusahaan dengan kegiatan menghubungkan peng usaha
dengan pihak ketiga untuk mengadakan berbagai kontrak, dengan memperoleh
imbalan jasa yang disebut komisi. Dalam perjanjian yang adakan dengan pihak
ketiga itu makelar bukan pihak, melainkan bertung sebagai penghubung saja,
yang bertindak atas nama pengusaha yang memberi kuasa. Orang yang menjadi
pihak dalam perjanjian yang diadakan itu adalah pengusaha pemberi kuasa, bukan
makelar. Dalam melakukan usahanya makelar mendapat komisi dari pengusaha
yang diwakilinya. Walaupun diatur dalam KUHD, makelar yang dikenal dalam
masyarak adalah makelar menurut hukum kebiasaan yang hidup dalam masyarak
sedangkan dalam ketentuan KUHD hanya dapat dijadikan acuan belaka.
6. Komisioner

Komisioner adalah orang yang menjalankan perusahaan dengan kegiatan


membuat perjanjian atas namanya sendiri berdasarkan perintah dan pembiayaan
komiten dengan menerima komisi ( Pasal 76 KUHD ). Orang yang wirben
perintah disebut komiten. Komisionar tidak wajib memberitahukan kapada pihak
kantiga nama komitennya ( Pasal 77 KUHD ) , Komisioner menjadi pihak dalam
perjanjian yang dibuatnya itu. Komiten tidak berhak menuntut pihak lain dalam
perjanjian dan pihak lain itu tidak dapat me nuntut komiten ( Prsal 78 KUHD ).

D. Akibat Hukum Kontrak Keagenan

Adanya hubungan hukum pemeberian kuasa yang disepakati kedua pihak karena
undang-undang menimbulkan akibat hukum, antara lain:

1. Prinsipal terikat segala perjanjian yang dibuat oleh agen perusahaan terhadap
pihak ketiga.
2. Principal bertanggung jawab atas kesalahan perdata yang dilalukan agen
dalam melaksanakan perjanjian keagenan, kecuali ditentukan lain.
3. Jika terjadi perkara dengan pihak ketiga, principal adalah pihak yang dapat
digugat, bukan agen perusahaan.

Akibat hukum kontrak keagenan juga meliputi peristiwa cara berakhir kontak
keagenan. Kontrak keagenan dapat berakhir apabila terjadi peristiwa berikut :

1. Jangka waktu kontrak keagenan berakhir.


2. Karena pembatalan dari principal atau agen perusahaan.
3. perrusahaan salah satu pihak bubar atau pailit.
4. Ketidakmampuan agen perusahaan menjalankan kuasa dari principal.
5. Agen perusahaan menjadi perusahaan cabang dari principal.

Anda mungkin juga menyukai