Dalam kajian ini dipergunakan metode pendekatan yuridis normatif artinya dilakukan melalui
studi pustaka yang menelaah data sekunder, baik yang berupa peraturan perundang-undangan
maupun hasil penelitian, dan referensi lainnya.
Hasil kajian ini diharapkan agar harmonisasi peraturan perundang-undangan tidak terjadi
tumpang tindih maupun bertentangan dengan 1 2 Kajian Kebijakan dan Hukum Kedirgantaraan 2
peraturan perundang-undangan lain, baik yang lebih tinggi, sederajat, maupun yang lebih rendah.
Terjadinya tumpang tindih dan peraturan perundang-undangan yang sederajat dengan peraturan
perundang-undangan tingkat pusat dan daerah menjadi isu yang selalu diangkat dalam berbagai
kesempatan. Adapun Arah kebijakan harmonisasi peraturan perundang-undangan di tingkat pusat
tersebut menjadi arahan untuk melaksanakan harmonisasi Peraturan Perundang-undangan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menyatakan bahwa
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Undang-Undang yang
berasal dari Presiden, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden
dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum
(Goesniadhie, 2006)
Sinkronisasi yang dimaksud adalah dengan melihat kesesuaian atau keselarasan peraturan
perundang-undangan secara vertikal berdasarkan sistematisasi hukum positif yaitu antara
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih rendah. Sinkronisasi peraturan perundang-undangan sering menimbulkan pertentangan
mengenai peraturan perundang-undangan yang mana yang lebih tepat untuk digunakan untuk
kasus tertentu.