Anda di halaman 1dari 25

Dinamika Hierarki Peraturan Perundang-Undangan

Ajid Qiston (05040421063)

Prodi Hukum Tata Negara, Uin Sunan Ampel Surabaya

email : ajidqiston18@gmail.com

Abstrak

Artikel ini membahas dinamika hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia dengan fokus
pada dasar terbentuknya hierarki, konflik perdebatan para ahli, dan implementasi perubahan dalam sistem
hukum. Saat ini, Indonesia memiliki fondasi hukum yang mampu menangani berbagai perubahan dan
permasalahan internal. Namun, melalui pemahaman lebih mendalam terhadap dinamika hierarki peraturan
perundang-undangan, terlihat bahwa negara ini terus mengalami perkembangan dan revisi untuk menjaga
keseimbangan dengan perkembangan masyarakat.Perubahan-perubahan tersebut mencerminkan tahap
pengembangan hierarki peraturan perundang-undangan menuju struktur yang lebih solid, bertujuan mencapai
keteraturan hukum dan supremasi hukum di Indonesia. Evolusi hierarki ini dianggap sebagai langkah perbaikan
untuk mencapai supremasi hukum yang lebih efektif di masa depan Dalam pemahaman dinamika hierarki
peraturan perundang-undangan, pengetahuan mendalam tentang dasar terbentuknya hierarki menjadi esensial.
Mengetahui lebih lanjut tentang landasan pembentukan hierarki memberikan wawasan komprehensif terkait
peraturan hukum yang berlaku, menjadi kunci untuk menafsirkan dan melaksanakan peraturan dengan tepat.
Analisis pandangan dan konflik perdebatan para ahli terkait hierarki peraturan perundang-undangan
memberikan perspektif yang kaya. Dengan memahami beragam pandangan ahli, kita dapat lebih mudah
menafsirkan dinamika dalam struktur hukum. Analisis ini memberikan dasar yang kuat untuk pengambilan
keputusan dan implementasi perubahan yang diinginkan.Namun, perubahan hierarki peraturan perundang-
undangan tidak akan efektif tanpa implementasi yang tepat. Penting untuk diingat bahwa upaya perubahan
mungkin tidak mencapai efisiensi penuh tanpa penerapan perubahan yang sesuai. Dengan demikian, studi ini
memberikan kontribusi terhadap pemahaman dinamika hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia dan
relevansinya dalam mencapai supremasi hukum yang lebih baik

Kata kunci: hierarki, perundang-undangan, sistem hukum, hukum


Abstract

This article discusses the dynamics of the hierarchy of laws and regulations in Indonesia with a focus on the
basis for the formation of hierarchy, conflicts of expert debate, and the implementation of changes in the legal
system. Currently, Indonesia has a legal foundation that is capable of handling various changes and internal
problems. However, through a deeper understanding of the dynamics of the hierarchy of laws and regulations, it
can be seen that the country is constantly undergoing developments and revisions to maintain a balance with the
development of society. These changes reflect the stage of development of the hierarchy of laws and regulations
towards a more solid structure, aimed at achieving legal order and the rule of law in Indonesia. The evolution of
this hierarchy is considered an improvement step to achieve a more effective rule of law in the future. In
understanding the dynamics of the hierarchy of laws and regulations, an in-depth knowledge of the basis of the

hierarchy is essential. Knowing more about the foundation of the hierarchy provides a comprehensive insight
into the applicable laws and regulations, which is key to interpreting and implementing the regulations
appropriately. Analyzing the views and conflicts of experts' debates regarding the hierarchy of laws and
regulations provides a rich perspective. By understanding diverse expert views, we can more easily interpret the
dynamics within the legal structure. This analysis provides a solid basis for decision-making and
implementation of desired changes. However, changes to the hierarchy of laws and regulations will not be
effective without proper implementation. It is important to remember that change efforts may not achieve full
efficiency without the implementation of appropriate changes. As such, this study contributes to the
understanding of the dynamics of the hierarchy of laws and regulations in Indonesia and its relevance in
achieving better rule of law.

Keywords: hierarchy: legislation, legal system, law

I. Pendahuluan
Dalam ranah hukum, teori hierarki adalah konsep yang menyatakan bahwa sistem
hukum disusun secara bertingkat, seperti anak tangga dalam struktur hierarki.
Beberapa poin penting dalam konteks teori hierarki hukum mencakup hubungan super
dan subordinasi,1 di mana norma yang mengatur perilaku norma lain dianggap sebagai
norma superior, sementara norma yang melaksanakan perilaku tersebut disebut norma
inferior. Tindakan yang dilakukan oleh norma yang memiliki kedudukan lebih tinggi
menjadi dasar validitas untuk seluruh sistem hukum yang membentuk satu kesatuan.
Teori ini juga dikenal sebagai teori stufentheorie Hans Kelsen, yang menyatakan

1
Agustian, Tomi. Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 86/PUU-XI/2013
dan Nomor 75/PUU-XII/2014 Tentang Judicial Review Ketetapan MPR/MPRS Pasca
Lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Diss. 2016. Hal 144

1
bahwa hukum yang lebih tinggi dalam hierarki memiliki validitas yang lebih tinggi,
dan hukum yang lebih rendah memiliki validitas yang lebih rendah.2
Teori hierarki hukum digunakan untuk memahami struktur dan fungsi hukum
dalam sistem hukum. Contohnya, di Indonesia, hierarki peraturan perundang-
undangan menentukan tingkat kepentingan dan kekuasaan peraturan hukum, di mana
aturan yang lebih tinggi mengatur aturan yang lebih rendah. Perubahan dalam hierarki
hukum telah terjadi, termasuk melalui pembentukan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Dalam konteks teori
hierarki hukum, pemahaman mengenai hubungan antara norma dan tingkatan validitas
hukum serta perubahan dalam struktur hukum seiring waktu sangat penting.3
Terdapat beberapa kali perubahan dalam tata urutan peraturan perundang-
undangan di Indonesia, khususnya sebelum perubahan UUD 1945. Sejarah
perundangan-undangan Indonesia mencerminkan serangkaian perdebatan dan
perubahan yang telah berulang kali terjadi. Semua perubahan ini diarahkan untuk
mencapai harmonisasi dalam segala peraturan yang berkaitan dengan kehidupan
seluruh warga negara Republik Indonesia. Melalui penelusuran dan pembahasan,
dapat disimpulkan bahwa sistem perundang-undangan di Indonesia telah mengalami
beberapa kali perubahan, mulai dari pembentukan Undang-Undang, terutama sebelum
revisi UUD 1945, hingga sebelum diundangkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2004, dan pembaharuannya dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Pasal 7
Undang-Undang tersebut menetapkan jenis dan hierarki peraturan perundang-
undangan, yaitu UUD RI 1945, TAP MPR, UU/Perpu, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah.
Pada tahun 1999, muncul tuntutan otonomi lebih luas dari masyarakat di berbagai
daerah di Indonesia. Hal ini memicu diterbitkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah (kini UU No. 9 Tahun 2015), yang mendorong agar Peraturan
Daerah dimasukkan dalam hierarki peraturan perundang-undangan. Ketetapan MPR
No. III/MPR/2000 kemudian menempatkan Peraturan Daerah setelah Keputusan
Presiden. Namun, tahun 2004 menyaksikan lahirnya UU No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang menghilangkan posisi Ketetapan
MPR dalam hierarki peraturan perundang-undangan. Perubahan terbaru dalam tata

2
Ibid. hal 98
3
Ochtorina, Dyah. "PANCASILA DALAM TEORI JENJANG NORMA HUKUM HANS
KELSEN." Jurnal Legislasi Indonesia 18.4 (2021). Hal 515

2
urutan peraturan perundang-undangan terjadi dengan UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, yang mengembalikan Ketetapan MPR
ke dalam tata urutan peraturan perundang-undangan.4
Hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia memastikan tingkat
kepentingan dan kekuasaan peraturan hukum, di mana aturan yang lebih tinggi
mengaturlah aturan yang lebih rendah. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menjadi hukum dasar dan peraturan tertinggi dalam tata urutan
peraturan perundang-undangan nasional. Selain itu, Ketetapan MPR, Undang-
Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah Provinsi serta Kabupaten/Kota juga
merupakan bagian dari hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia.5
Berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
struktur hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945: Merupakan
landasan hukum dan regulasi tertinggi dalam susunan peraturan perundang-
undangan nasional.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat: Bagian dari keputusan Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang memiliki peran dalam proses pembuatan dan
pengembangan peraturan perundang-undangan.
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu):
Jenis peraturan yang dikeluarkan oleh Presiden untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang memiliki hierarki lebih tinggi atau untuk hal-hal
yang tidak termasuk dalam domain Undang-Undang Dasar Negara atau
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
4. Peraturan Pemerintah: Merupakan peraturan yang dihasilkan oleh pemerintah
Indonesia untuk pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang bersifat
mengikat umum.

4
Riananda, Martha. "Dinamika Kedudukan Tap Mpr Di Dalam Hierarki Peraturan
Perundang-Undangan." Fiat Justisiajurnal Ilmu Huk 8.2 (2015). Hal 301
5
Wicaksono, Dian Agung. "Implikasi re-eksistensi Tap Mpr dalam hierarki
peraturan perundang-undangan terhadap jaminan atas kepastian hukum yang adil
di Indonesia." Jurnal Konstitusi 10.1 (2013). Hal 158-159

3
5. Peraturan Presiden: Jenis peraturan yang diterbitkan oleh Presiden Indonesia
untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat
umum.
6. Peraturan Daerah Provinsi: Jenis peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah
daerah tingkat provinsi untuk menjalankan peraturan perundang-undangan
yang bersifat mengikat umum di wilayah provinsi mereka.
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota: Merupakan peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota untuk menjalankan peraturan
perundang-undangan yang bersifat mengikat umum di wilayah kabupaten/kota
tersebut.6

Teori mengenai tata urutan peraturan perundang-undangan, yang awalnya diusulkan


oleh Adolf Merkel, Hans Kelsen, dan Hans Nawiasky, menyebar luas di berbagai negara
di Eropa Kontinental dan kemudian meluas ke negara-negara di luar Eropa. Konsep ini
kemudian diadopsi oleh para ahli dan negarawan Belanda sebelum diperkenalkan di
Indonesia. Sarjana Indonesia kemudian mengembangkan dan menerapkan konsep ini
dalam konteks hukum positif Indonesia, termasuk di antaranya adalah Notonagoro.
Konsep ini selanjutnya direkayasa dan dikembangkan oleh ahli-ahli berikutnya, seperti
yang dilakukan oleh A Hamid Attamimi, hingga menjadi suatu model tersendiri. Hierarki
peraturan perundang-undangan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 7 ayat (1) UU
No. 12 Tahun 2011 merinci jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di
Indonesia, melibatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Ketetapan Majelis Permusyawaran Rakyat, Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah
Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.7

Hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia telah mengalami serangkaian


perubahan sejak sebelum revisi UUD 1945 hingga saat ini. Transformasi ini
mencerminkan ketidakmampuan Negara Indonesia dalam mengatur secara kokoh
mengenai sumber hukum dan tata urut hierarki peraturan perundang-undangan. Hierarki
tersebut terus-menerus berubah sesuai dengan kebijakan penguasa yang sedang berkuasa

6
Ibid. hal 168
7
Ibid. hal 145

4
pada periode tersebut. Dinamika ini sangat dipengaruhi oleh konteks politik, ekonomi,
sosial, dan budaya yang menjadi konteks pelaksanaannya. Sejarah hierarki peraturan
perundang-undangan di Indonesia telah mengalami sejumlah perubahan sejak tahun 1966,
termasuk perubahan terakhir dengan UU No. 12 Tahun 2011 dan UU No. 15 Tahun 2019
tentang Perubahan atas UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.

Meski begitu, perubahan-perubahan tersebut juga mengindikasikan bahwa hierarki


peraturan perundang-undangan masih dalam tahap pembentukan menuju struktur yang
kokoh, dengan tujuan mencapai keteraturan hukum menuju supremasi hukum di
Indonesia melalui peraturan perundang-undangan yang mengatur kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara sesuai dengan tatanan yang telah ditetapkan. Meskipun demikian,
perubahan-perubahan ini menunjukkan bahwa hierarki peraturan perundang-undangan di
Indonesia masih terus berkembang dan diperbaiki untuk mencapai supremasi hukum yang
lebih baik di masa mendatang.8

Berdasarkan pemaparan dan pembahasan tentang hierarki peraturan perundang-


undangan tersebut, perlu untuk dikaji lebih dalam tentang dinamika hierarki peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Tujuan dari penulisan artikel ini untuk mengkaji lebih
dalam tentang dinamika, dasar terbentuknya hierarki peraturan perundang-undangan,
konflik perdebatan para ahli, dan implementasi perubahan hierarki peraturan perundang-
undangan.

II. Dasar Terbentuknya Hierarki Peraturan Perundang-Undangan


Dasar pembentukan hierarki peraturan perundang-undangan adalah hasil dari evolusi
sistem hukum suatu negara, mencerminkan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan struktur
pemerintahan yang dianut oleh masyarakat. Seperti halnya dalam banyak negara,
termasuk Indonesia, proses pembentukan hierarki peraturan perundang-undangan
didasarkan pada aspek konstitusional, sejarah hukum, dan prinsip tata negara.
Konstitusi Indonesia telah mengalami transformasi sejak kemerdekaan pada tahun
1945. UUD 1945, sebagai konstitusi pertama, disahkan pada 18 Agustus 1945. Pada
periode awal kemerdekaan, UUD 1945 mengalami sejumlah perubahan, termasuk selama
pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan masa penerapan sistem pemerintahan

8
RI, Badan Pengkajian MPR. "Penataaan Ulang Jenis dan Hierarki Peraturan
Perundang-undangan Indonesia." (2017). Hal 16

5
parlementer. Meskipun begitu, UUD 1945 akhirnya dipulihkan dan mengalami empat kali
revisi hingga saat ini.9
Dinamika konstitusional di Indonesia turut dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal, serta konteks politik pada setiap periode tertentu. Pada masa Orde Baru,
beberapa perubahan konstitusi terjadi, termasuk revisi UUD 1945 pada tahun 1978 dan
1983. Era Reformasi menandai perubahan signifikan dalam UUD 1945, termasuk
penghilangan ketentuan tentang MPR sebagai lembaga tertinggi negara dan pengakuan
hak asasi manusia.10
Perubahan dalam perkembangan konstitusional Indonesia juga mencakup
transformasi sistem ketatanegaraan, seperti pergeseran dari sistem pemerintahan
parlementer ke presidensial pada tahun 1959 dan perubahan dari sistem RIS menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1950.11
Dalam evolusi konstitusional Indonesia, beberapa isu menjadi subjek perdebatan,
termasuk regulasi hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, perlindungan hak asasi
manusia, dan optimalisasi sistem pemerintahan yang efektif dan efisien12
Secara keseluruhan, perkembangan konstitusional di Indonesia mencerminkan
kompleksitas dinamika politik dan sosial dalam sejarah negara ini. Transformasi ini juga
mencerminkan usaha untuk membentuk sistem hukum yang terstruktur dan memberikan
panduan hukum yang jelas bagi warga negara dan lembaga-lembaga pemerintahan.13
Perjalanan panjang sejarah perkembangan hukum di Indonesia menggambarkan
evolusi yang kompleks dan dinamis, terpola oleh perubahan konteks politik, kebijakan
kolonial, dan transformasi pemerintahan. Sebagai refleksi dari perjalanan ini, beberapa
tahap utama telah membentuk kerangka hukum negara ini:
1. Era Prapenjajahan: Pada periode ini, keragaman masyarakat tercermin dalam tata
hukum yang bersifat pluralistik, mencakup hukum adat dan hukum Islam. Era ini
menandai keterkaitan erat antara nilai-nilai lokal dan pengaturan hukum.
2. Era Penjajahan Belanda: Dimulai dengan kehadiran VOC pada abad ke-17, tatanan
hukum di Indonesia mencerminkan kualifikasi sebagai sistem hukum represif, yang

9
Santoso, M. Agus. "Perkembangan Konstitusi Di Indonesia." Yustisia Jurnal
Hukum 2.3 (2013). Hal 199
10
Ibid. hal 121
11
Ibid. hal 120
12
Ibid. hal 124
13
Ibid. hal 119

6
secara ekonomis menguntungkan Belanda namun merugikan Indonesia. Ini menjadi
periode yang menentukan dalam pengembangan hukum di tanah air.
3. Era Penjajahan Jepang: Pemerintahan kolonial Jepang membawa perubahan
signifikan dalam tatanan hukum Indonesia, menciptakan dinamika baru yang
memengaruhi perkembangan hukum setelahnya.
4. Era Kemerdekaan: Seiring dengan proklamasi kemerdekaan pada tahun 1942,
Indonesia mulai membentuk landasan hukumnya sendiri. Tanggal 18 Agustus 1945
menjadi tonggak bersejarah ketika Indonesia merdeka dan memerlukan kerangka
hukum untuk mengatur kehidupan negara yang baru terbentuk.
5. Periode Peralihan (1945-1950): Setelah perubahan UUD 1945, Indonesia yang baru
merdeka memulai perjalanan pembangunan hukum yang melibatkan berbagai aspek,
termasuk kebijakan politik, ekonomi, dan hak-hak masyarakat.
6. Reformasi UUD 1945: Proses pembaharuan UUD 1945 dilakukan secara bertahap
melalui sidang-sidang tahunan MPR. Dokumen ini menjadi pijakan tertinggi dalam
hierarki peraturan perundang-undangan, mengatur prinsip-prinsip dasar negara, hak-
hak fundamental warga negara, dan struktur pemerintahan.
7. Era Pemerintahan Orde Lama: Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Moh. Hatta, sistem hukum positif di Indonesia terstruktur atas subsistem
hukum adat, hukum Islam, dan hukum Barat sejak 18 Agustus 1945.
8. Era Pemerintahan Orde Baru: Pada era ini, penyelenggaraan pemerintahan Orde Baru
mengalami penggunaan aturan dan perubahan sistem hukum, terutama dalam konteks
dinamika politik dan kebijakan Indonesia.
Tiap tahapan dalam perjalanan perkembangan hukum Indonesia mencerminkan
keterikatan erat dengan dinamika politik, warisan kolonialisme, dan kebijakan
pemerintahan pada saat itu. Sejarah hukum Indonesia memperlihatkan bagaimana hukum
di negara ini tidak dapat dipisahkan dari konteks sejarahnya, serta bagaimana hukum
terus mengalami transformasi sesuai dengan kondisi politik dan kolonial yang
memengaruhi setiap periode waktu.14
Perkembangan konsep tata negara di Indonesia telah mengalami transformasi yang
signifikan sejalan dengan evolusi zaman dan tuntutan masyarakat. Pada masa lampau,
pembahasan mengenai "teori hukum tata negara" jarang muncul dalam lingkup
perkuliahan dan forum-forum ilmiah. Studi mengenai Hukum Tata Negara yang diikuti

14
Maysarah, Andi. "Perubahan Dan Perkembangan Sistem Hukum Di
Indonesia." Warta Dharmawangsa 52 (2017). Hal 1-2

7
oleh mahasiswa pada periode tersebut lebih bersifat sempit, lebih dikenal sebagai Hukum
Tata Negara Positif. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik rezim Orde Baru yang
berusaha mempertahankan struktur ketatanegaraan yang mendukung penguasaan
kekuasaan pada masa itu. Pandangan mengenai Hukum Tata Negara pada periode
tersebut mendominasi bahwa struktur ketatanegaraan yang didasarkan pada Hukum Tata
Negara Positif merupakan implementasi yang murni dan konsisten terhadap Pancasila dan
UUD 1945.
Namun, dengan datangnya era reformasi, teori Hukum Tata Negara mulai
mendapatkan perhatian dan berkembang pesat. Salah satu arus utama dalam periode
reformasi ini adalah gelombang demokratisasi, yang memberikan ruang bagi tuntutan
perubahan dalam norma-norma penyelenggaraan negara, struktur kelembagaan negara,
dan hubungan antara negara dan warga negara. Perubahan-perubahan tersebut mencakup
revisi norma-norma dasar dalam tatanan bernegara, transformasi kelembagaan negara
dengan munculnya institusi baru dan penghapusan beberapa lembaga yang ada
sebelumnya, serta perubahan dalam dinamika hubungan antar lembaga negara.
Keberadaan Mahkamah Konstitusi, yang memiliki fungsi sebagai penjaga dan
penafsir konstitusi, telah memberikan dorongan yang signifikan terhadap perkembangan
teori Hukum Tata Negara di Indonesia. Oleh karena itu, prinsip-prinsip tata negara di
Indonesia terus mengalami adaptasi dan penyesuaian dengan tuntutan zaman serta
kebutuhan masyarakat yang terus berubah.15
Ada juga beberapa aspek penting dan mendasar dalam terbentuknya hierarki peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Berikut beberapa aspek penting yang perlu
dipertimbangkan:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945): UUD
45 mencakup peran sentral sebagai dasar tertinggi dalam hierarki peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Dengan kedudukan paling atas, UUD 1945
menjadi panduan utama yang mengatur prinsip-prinsip dasar negara, memberikan
perlindungan terhadap hak-hak fundamental warga negara, serta merinci kerangka
struktural pemerintahan yang berlaku di dalamnya. Sebagai dokumen konstitusi yang
monumental, UUD 1945 tidak hanya menjadi pondasi bagi hukum positif di Indonesia
tetapi juga menjadi acuan utama dalam pembentukan, penafsiran, dan implementasi
15
Safa’at, Muchamad Ali. "Perkembangan Teori Hukum Tata Negara dan
Penerapannya Di Indonesia." Makalah disampaikan dalam Seminar
“Perkembangan Teori Hukum Tata Negara Pasca Reformasi dan Penerapannya di
Indonesia”. Malang, 2006.

8
norma-norma hukum yang lebih spesifik di tingkat nasional. Oleh karena itu, peran
dan keberadaan UUD 1945 secara holistik mencerminkan landasan prinsipil yang
mendasari semua aspek hukum dan tatanan negara di Republik Indonesia.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR): MPR sebagai lembaga legislatif
tertinggi di Indonesia, memainkan peran sentral dalam proses penetapan kebijakan
dasar yang memiliki dampak besar terhadap pembentukan peraturan perundang-
undangan. Partisipasinya sangat krusial, terutama pada tahap-tahap awal, sebelum
mengalami perubahan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945). MPR, sebagai wakil langsung dari rakyat, bertanggung
jawab untuk merumuskan dan menetapkan pandangan-pandangan strategis yang
mencakup aspek-aspek fundamental dalam tatanan hukum dan pemerintahan negara.
Oleh karena itu, peran MPR dalam membentuk landasan kebijakan tersebut membawa
implikasi besar terhadap perjalanan dan dinamika peraturan perundang-undangan di
Indonesia.16
3. Hukum Tata Negara: HTN merupakan suatu domain hukum yang memusatkan
perhatiannya pada prinsip-prinsip mendasar yang mengatur pembagian kekuasaan,
kewenangan, dan fungsi dari lembaga-lembaga pemerintahan. Prinsip-prinsip ini
mencakup landasan dasar yang menyusun struktur pemerintahan suatu negara,
merinci tanggung jawab dan hak prerogatif masing-masing lembaga, serta
menetapkan batasan-batasan dalam pelaksanaan kekuasaan. Dengan kata lain, Hukum
Tata Negara menjelaskan kerangka dasar yang mengatur dinamika hubungan antara
berbagai organ pemerintahan, sehingga menciptakan keseimbangan dan kontrol dalam
penyelenggaraan negara.17
4. Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Daerah: ketiga peraturan
tersebut merangkum serangkaian peraturan yang mencakup berbagai aspek tata
pemerintahan. Peraturan Pemerintah mengacu pada kebijakan pemerintah yang
bersifat umum dan terkait dengan pelaksanaan undang-undang di tingkat nasional.
Sementara itu, Peraturan Presiden adalah ketetapan yang dikeluarkan oleh kepala
negara untuk mengarahkan pelaksanaan undang-undang dan menjalankan fungsi
pemerintahan yang bersifat lebih khusus.

16
Riananda, Martha. "Dinamika Kedudukan Tap Mpr Di Dalam Hierarki Peraturan
Perundang-Undangan." Fiat Justisiajurnal Ilmu Huk 8.2 (2015). Hal 296
17
Ibid. hal 297

9
Peraturan Daerah, di sisi lain, merujuk pada peraturan-peraturan yang
diberlakukan di tingkat daerah atau lokal. Ini mencakup regulasi-regulasi yang
memperhatikan karakteristik, kebutuhan, dan perkembangan khusus suatu wilayah.
Salah satu aspek penting yang diatur oleh Peraturan Daerah adalah otonomi daerah,
yang memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengelola urusan lokal sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat
setempat. Tidak hanya itu, Peraturan Daerah juga mencakup tugas pembantuan yang
memberikan arahan terkait dukungan dan koordinasi antara pemerintah pusat dan
daerah.
Dengan demikian, ketiga jenis peraturan ini menciptakan landasan hukum
yang komprehensif untuk mengatur tata pemerintahan, memastikan koordinasi yang
efektif antarinstansi, serta memperhatikan keberagaman dan keunikan setiap wilayah
dalam kerangka hukum nasional.18
5. Sejarah hukum: Riwayat hukum suatu negara memiliki potensi menjadi fondasi bagi
pembentukan hierarki peraturan perundang-undangan. Transformasi hukum yang
terjadi sepanjang sejarah membawa dampak signifikan terhadap cara pemahaman dan
struktur peraturan hukum yang berlaku.19
6. Doktrin hukum: Ajaran atau doktrin hukum merupakan serangkaian prinsip dan
konsep yang berkembang dalam suatu sistem hukum. Keberadaan dan pengaruh
ajaran ini dapat menjadi faktor yang signifikan dalam membentuk dasar atau fondasi
hierarki peraturan perundang-undangan suatu negara. Seiring berjalannya waktu,
ajaran hukum tersebut dapat memberikan arahan dan pandangan yang mendalam
terkait dengan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan struktur dasar hukum yang dianut oleh
suatu masyarakat.
Dalam konteks hierarki peraturan perundang-undangan, ajaran hukum dapat
memberikan pandangan tentang cara pemahaman dan pengorganisasian norma hukum
dalam suatu sistem. Prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh ajaran hukum dapat
menciptakan kerangka kerja yang kokoh untuk menetapkan tingkat kepentingan dan
kewenangan antara berbagai jenis peraturan hukum. Dengan demikian, ajaran hukum

18
Safa’at, Muchamad Ali. “Perkembangan Teori Hukum Tata Negara dan
Penerapannya Di Indonesia.” Makalah disampaikan dalam Seminar
“Perkembangan Teori Hukum Tata Negara Pasca Reformasi dan Penerapannya di
Indonesia”. Malang, 2006.
19
RI, Badan Pengkajian MPR. “Penataaan Ulang Jenis dan Hierarki Peraturan
Perundang-undangan Indonesia.” (2017). Hal 4

10
dapat menjadi landasan konseptual yang membentuk dan mengarahkan pembentukan
hierarki hukum suatu negara.20

Signifikansi hierarki peraturan perundang-undangan termanifestasi dalam upaya


menciptakan sistem hukum yang memiliki struktur yang teratur dan terstruktur. Dengan
adanya hierarki ini, tujuan utamanya adalah untuk memastikan konsistensi dan keandalan
dalam penegakan hukum, sehingga setiap aspek kehidupan masyarakat dapat dijalankan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, hierarki peraturan perundang-undangan
juga bertujuan memberikan panduan hukum yang sangat jelas, bukan hanya bagi warga
negara, tetapi juga untuk lembaga-lembaga pemerintahan.

Pentingnya hierarki ini tidak hanya terbatas pada aspek fungsional, melainkan juga
memiliki dimensi moral dan etika yang erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dianut oleh
suatu masyarakat. Dengan meletakkan norma-norma hukum dalam tingkatan yang teratur,
hierarki peraturan perundang-undangan mencerminkan komitmen pada prinsip-prinsip dasar
yang dianggap fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Melalui hierarki peraturan perundang-undangan, setiap peraturan ditempatkan pada


posisinya yang sesuai dengan tingkat kepentingannya, membentuk suatu kerangka kerja yang
memberikan arah dan ketertiban hukum. Oleh karena itu, hierarki peraturan perundang-
undangan bukan sekadar suatu konsep struktural, tetapi juga merupakan representasi dari
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat, menciptakan dasar yang kokoh untuk
penyelenggaraan hukum yang adil dan berkeadilan.21

III. Konflik Perdebatan Para Ahli Tentang Hierarki Peraturan Perundang-Undangan


Dalam ranah hukum, struktur hierarki peraturan perundang-undangan menjadi pijakan
penting untuk menjaga integritas tatanan hukum suatu negara. Meski tampak terorganisir,
wilayah ini diwarnai oleh konflik dan perdebatan di antara para pakar hukum, yang
memberikan dampak pada pengembangan perundang-undangan. Pertanyaan krusial
seputar kedudukan undang-undang, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah
menimbulkan kompleksitas yang membutuhkan analisis mendalam. Beberapa konflik
yang timbul melibatkan eksistensi Ketetapan MPR dalam hierarki peraturan perundang-
undangan, peran Ketetapan MPR dalam struktur organisasi pemerintah Indonesia,
20
Ibid. hal 20
21
Wicaksono, Dian Agung. “Implikasi re-eksistensi Tap Mpr dalam hierarki
peraturan perundang-undangan terhadap jaminan atas kepastian hukum yang adil
di Indonesia.” Jurnal Konstitusi 10.1 (2013). Hal 145

11
penetapan Ketetapan MPR dan Ketetapan DPRD dalam proses pembuatan perundangan,
serta kekuatan dan tanggung jawab Ketetapan MPR dalam memahami dan mengarahkan
perundangan.Sejauh mana undang-undang seharusnya mendominasi peraturan
pemerintah? Apakah peraturan daerah seharusnya subordinatif terhadap peraturan tingkat
nasional? Konflik dalam menentukan hierarki antara undang-undang umum dan undang-
undang khusus melahirkan perdebatan mendalam seputar keberlakuan hukum. Dalam
konteks ini, wacana mengenai peran lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif menjadi
semakin kompleks, membuka ruang untuk interpretasi dan implementasi yang beragam.
Pandangan para ahli hukum terdiversifikasi dalam mengkaji peran Ketetapan MPR
dalam hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia. Urutan hierarki peraturan
perundang-undangan di Indonesia telah ditetapkan oleh Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011.
Meski demikian, terdapat perselisihan pendapat seputar keberadaan Ketetapan MPR
dalam struktur hierarki peraturan perundang-undangan, posisi Ketetapan MPR dalam
organisasi pemerintah Indonesia, penetapan Ketetapan MPR dan Ketetapan DPRD dalam
proses pembuatan perundangan, serta kekuatan dan tanggung jawab Ketetapan MPR
dalam memahami dan mengarahkan perundangan. Beberapa pakar hukum berpendapat
bahwa TAP MPR dapat dianggap tidak dimasukkan ke dalam hierarki peraturan
perundang-undangan dengan alasan bervariasi yang mereka kemukakan.22
Beriut beberapa pakar yang memiliki perspektif terhadap peran Ketetapan MPR
dalam hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia antara lain:
1. Ari Wirya Dinata: Menyuarakan sudut pandangnya tentang restrukturisasi jenis dan
tata letak peraturan perundang-undangan di Indonesia.
2. Darwance: Mengemukakan pandangan mengenai posisi dan status hukum Ketetapan
MPRS dan MPR dalam kerangka sistem hukum Indonesia.
3. Faisal Akbar Nasution: Membahas penataan kembali terhadap delegasi undang-
undang (peraturan yang berasal dari undang-undang) dalam kerangka hukum dan
peraturan perundang-undangan Indonesia.
4. Imam Ropii: Menyajikan perspektifnya mengenai pentingnya menyederhanakan dan
menata regulasi sebagai langkah untuk mencapai kepastian hukum dalam pelayanan
publik.

22
Trinanda, Desip, Yuliandri Yuliandri, and Khairul Fahmi. “Problematika TAP MPR
dalam Hierarki Peraturan Perundang-Undangan dan Peluang Judicial Review ke
Mahkamah Konstitusi.” Jurnal Legislasi Indonesia 19.3 (2022): hal 401-402

12
5. Muin Fahmal: Mengemukakan pandangan terkait restrukturisasi jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan di Indonesia.23
Pandangan dari para ahli ini mencerminkan kerumitan dan perdebatan yang terkait
dengan hierarki peraturan perundang-undangan, khususnya dalam konteks eksistensi
Ketetapan MPR.
Untuk mmenjawab prtanyaan tentang Sejauh mana undang-undang seharusnya
mendominasi peraturan pemerintah? maka terdapat pandangan ahli hukum tenteng itu.
Pandangan para pakar hukum mengenai seberapa jauh undang-undang seharusnya
memiliki dominasi terhadap peraturan pemerintah dapat diverifikasi. Hal ini terkait
dengan struktur hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Beberapa ahli hukum berpendapat bahwa supremasi undang-undang di atas peraturan
pemerintah seharusnya ditegakkan, karena undang-undang merupakan hasil dari lembaga
perwakilan rakyat yang memegang legitimasi yang signifikan. Meski demikian,
pandangan ini dapat berfluktuasi bergantung pada konteks dan dimensi hukum yang
sedang dibahas.24
Dalam kerangka hierarki peraturan perundang-undangan, terdapat variasi pandangan
dan interpretasi di antara ahli hukum, yang mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti teori hukum yang dianut dan pengalaman praktik hukum individu masing-masing.
Beberapa ahli hukum yang telah membahas peran undang-undang dalam menjaga
peraturan pemerintah meliputi:
1. Harold J. Laksi: Laksi menyatakan bahwa "warga negara memiliki kewajiban untuk
mematuhi hukum tertentu hanya jika hukum tersebut memenuhi rasa keadilan."
Pernyataan ini menunjukkan bahwa efektivitas hukum bergantung pada dukungan
moral dan kepercayaan dari masyarakat.
2. Hans Nawiasky: Menurut teori Nawiasky, norma hukum membentuk struktur yang
mirip dengan stupa, menekankan bahwa hukum harus saling mendukung untuk
menjaga integritas keseluruhan sistem hukum.
3. Tirto Sambodo: Sambodo berpendapat bahwa UUD 1945 adalah sumber hukum
tertinggi di Indonesia, menegaskan bahwa setiap peraturan perundang-undangan harus
merujuk pada konstitusi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa UUD 1945 memainkan
peran sentral dalam pembentukan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
23
RI, Badan Pengkajian MPR. “Penataaan Ulang Jenis dan Hierarki Peraturan
Perundang-undangan Indonesia.” (2017). Hal 243
24
Anggono, Bayu Dwi. “Keputusan bersama Menteri dalam perundang-undangan
Republik Indonesia.” (2009). hal 1

13
4. Mahkamah Agung Republik Indonesia: Dalam penanganan sengketa kontrak
komersial internasional berbahasa asing, Mahkamah Agung Republik Indonesia
menetapkan bahwa perjanjian yang melibatkan pihak asing harus ditulis dalam bahasa
nasional pihak asing tersebut dan/atau bahasa Inggris. Keputusan ini mencerminkan
pengaruh hukum dan peraturan pemerintah terhadap penggunaan bahasa dalam
perjanjian internasional.25
Dari perspektif ketiga ahli hukum di atas, terlihat bahwa peran undang-undang dalam
menjaga peraturan pemerintah memiliki pandangan yang beragam, dan pandangan
tersebut mungkin bervariasi tergantung pada konteks dan aspek hukum yang dibahas.
Untuk menjawab pertanyaan tentang apakah peraturan daerah seharusnya subordinatif
terhadap peraturan tingkat nasional? Maka terbentuklah perspektif para ahli hukum
mengenai apakah peraturan daerah seharusnya berada dalam posisi subordinatif terhadap
peraturan tingkat nasional telah menjadi pokok perdebatan yang menarik. Beberapa
pandangan telah muncul terkait isu ini. Menurut Widodo Sigit Pudjianto, Kepala Biro
Hukum Kementerian Dalam Negeri, pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan
kepala daerah diperlukan untuk memastikan keselarasan peraturan di tingkat daerah
dengan peraturan yang berlaku di tingkat nasional. Pengawasan ini juga diperlukan untuk
menjaga agar peraturan yang diterapkan tidak melanggar prinsip-prinsip dasar negara,
seperti perlindungan hak asasi manusia, kepentingan umum, dan/atau kesusilaan.
Meskipun demikian, ada pandangan lain yang menyatakan bahwa peraturan daerah
seharusnya tidak bersifat subordinatif terhadap peraturan tingkat nasional, melainkan
harus bersifat harmonis dengan peraturan nasional. Pendekatan ini bertujuan untuk
menghindari potensi terjadinya persaingan atau konflik antara peraturan di tingkat daerah
dengan berbagai peraturan di tingkat nasional.26
Dengan demikian, perlu diakui bahwa konflik mengenai hierarki peraturan
perundang-undangan adalah bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan hukum.
Hanya dengan menjaga dialog terbuka, menghormati pluralitas pendapat, dan
memprioritaskan kepentingan masyarakat, sebuah sistem hukum dapat terus berkembang
dan berfungsi secara efektif dalam memenuhi kebutuhan dinamis masyarakat yang
berubah.

25
Ibid. hal 8
26
Indrati, Maria Farida. “Ilmu perundang-undangan: jenis, fungsi dan materi
muata.” (2007). Hal 57.

14
IV. Implementasi Perubahan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan
Implementasi perubahan hierarki peraturan perundang-undangan merupakan suatu
proses yang melibatkan langkah-langkah tertentu untuk memastikan bahwa perubahan
tersebut diterapkan dan dijalankan dengan efektif. Ini dapat mencakup pengesahan
legislasi pelaksanaan, interpretasi oleh lembaga-lembaga yang relevan, dan pembentukan
kerangka hukum domestik. Proses ini juga dapat melibatkan penerbitan pengumuman
untuk memberitahukan publik dan memastikan kepatuhan. Selain itu, penting untuk
mempertimbangkan peran cabang pemerintahan yang berbeda dan kebutuhan untuk
implementasi yang efektif sesuai dengan tujuan peraturan. Berikut adalah beberapa
langkah yang umumnya terlibat dalam implementasi perubahan hierarki peraturan
perundang-undangan:
1. Analisis Perubahan Hukum
Ditetapkan untuk mengidentifikasi dan memahami perubahan hierarki peraturan
perundang-undangan yang akan diimplementasikan, termasuk melakukan analisis
dampak terhadap sistem hukum dan masyarakat.
Sistem hirarki peraturan perundang-undangan di Indonesia telah mengalami
perubahan, termasuk yang terbaru melalui UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dan perubahan selanjutnya melalui
UU No. 15 Tahun 2019. Hierarki ini berdasarkan pada Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai dasar utama, diikuti oleh Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perppu), Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan
Daerah Provinsi serta Kabupaten/Kota. Perubahan dalam hirarki peraturan
perundang-undangan dapat memengaruhi relasi antara peraturan hukum, sehingga
masyarakat perlu memahaminya untuk mengetahui dampaknya pada kehidupan
sehari-hari. Penting untuk memastikan konsistensi antara peraturan tingkat rendah
dan tingkat tinggi guna menjaga stabilitas dan efektivitas sistem hukum. Selain itu,
perubahan ini juga bisa berdampak pada peran pemerintah dan relasi antara warga
dan pemangku hukum.27
2. Penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU)
Dikemukakan bahwa dalam hal perubahan memerlukan RUU baru, disarankan
untuk menyusun RUU sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku. Selain itu,

27
Riananda, Martha. “Dinamika Kedudukan Tap Mpr Di Dalam Hierarki Peraturan
Perundang-Undangan.” Fiat Justisiajurnal Ilmu Huk 8.2 (2015). Hal 300

15
sebaiknya melibatkan stakeholder dan ahli hukum dalam proses penyusunan RUU
tersebut.
Penyusunan Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk mengimplementasikan
perubahan hierarki perundang-undangan melibatkan langkah-langkah sesuai dengan
prinsip-prinsip hukum yang berlaku. Proses ini mencakup evaluasi dan analisis UU
yang mengalami perubahan, keterlibatan stakeholder dan ahli hukum, serta
penyusunan Naskah Akademik (NA) sebagai landasan akademik yang memuat teori,
kajian, perbandingan, dan praktik lapangan terkait RUU yang akan dibuat. Konsultasi
publik juga dilibatkan untuk menilai urgensi dan kepentingan RUU yang diusulkan.
Dalam menyusun RUU, perlu mempertimbangkan efektivitas peraturan, partisipasi
publik, serta akuntabilitas dan legitimasi RUU yang dihasilkan. Langkah-langkah ini
krusial untuk memastikan bahwa perubahan hierarki perundang-undangan dapat
diimplementasikan dan berjalan efektif.28
3. Pengesahan RUU
Dalam proses pengesahan RUU, biasanya langkah awalnya adalah mengajukan
RUU kepada lembaga legislatif. Pada beberapa sistem, RUU dapat melalui berbagai
tahap pembahasan dan pengujian sebelum akhirnya mendapatkan pengesahan.
Untuk mengesahkan RUU yang mengatur implementasi perubahan hierarki
peraturan perundang-undangan, langkah awalnya adalah mengajukan RUU tersebut
kepada lembaga legislatif untuk mendapatkan pengesahan. Proses pengesahan RUU
dapat melibatkan beberapa tahap pembahasan dan pengujian sebelum akhirnya
disahkan. Di Indonesia, tahapan pembentukan undang-undang melibatkan
perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan, dan pengundangan. Setelah
mendapat persetujuan bersama DPR dan wakil pemerintah, RUU diserahkan kepada
Presiden untuk ditandatangani, ditambahkan kalimat pengesahan, dan diundangkan
dalam lembaga Negara Republik Indonesia. Apabila Presiden tidak menandatangani
RUU dalam waktu maksimal 30 hari sejak disetujui bersama, RUU tersebut secara
otomatis menjadi Undang-Undang dan diwajibkan diundangkan.29
4. Pengumuman dan Sosialisasi

28
Rahma, Zaqiu. “Peran Sistem Pendukung (Supporting System) Dalam
Pembentukan Undang-Undang Di Dewan Perwakilan Rakyat”. Rechtsvinding
Media Pembinaan Hukum Nasional. (2015).
29
Samosir, Daniel. “Faktor-Faktor yang Menyebabkan Materi Muatan Undang-
Undang Bertentangan Dengan UUD 1945.” Jurnal Konstitusi 12.4 (2015): hal 780

16
Perubahan hierarki perlu disosialisasikan kepada masyarakat, pihak terkait, dan
lembaga-lembaga yang terkait. Berbagai saluran komunikasi perlu dimanfaatkan
guna memastikan penyebaran informasi dengan efektif.
Dalam implementasi perubahan hierarki peraturan perundang-undangan, strategi
yang efektif melibatkan penyampaian informasi kepada masyarakat, pihak terkait,
dan lembaga-lembaga terkait. Sosialisasi yang luas perlu dilakukan melalui berbagai
saluran komunikasi seperti media televisi, radio, dan platform digital untuk
memastikan informasi mencapai semua lapisan masyarakat. Manajemen bidang pos
dan informatika turut membantu dalam penyebaran informasi. Infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi yang handal mempercepat proses penyampaian informasi
kepada masyarakat, sementara pemanfaatan teknologi informasi mendukung seluruh
proses implementasi. Komunikasi publik yang efektif memegang peran penting
dalam menyampaikan informasi perubahan hierarki peraturan perundang-undangan.
Keterlibatan pemerintah, parlament, dan partisipasi masyarakat menjadi kunci dalam
memastikan keberhasilan dan efektivitas implementasi perubahan tersebut.30
5. Pelatihan dan Pendidikan
Pentingnya memberikan pelatihan kepada para penegak hukum, hakim, dan pihak
terkait lainnya mengenai perubahan hierarki adalah agar pemahaman yang benar
tentang perubahan tersebut dimiliki oleh semua pihak yang terlibat.
Untuk memberikan pelatihan dan pendidikan terkait implementasi perubahan
hierarki peraturan perundang-undangan, penting untuk mengadakan sesi pelatihan
bagi petugas penegak hukum, hakim, dan pihak terkait lainnya. Hal ini bertujuan
untuk memastikan bahwa mereka memiliki pemahaman yang benar terkait perubahan
tersebut. Langkah ini dapat membantu memastikan bahwa semua pihak yang terlibat
memahami dengan jelas hirarki baru dan bagaimana hal tersebut memengaruhi
pekerjaan mereka. Selain itu, memberikan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
penting untuk memastikan bahwa semua pihak tetap terinformasi mengenai setiap
perubahan atau pembaruan dalam kerangka hukum.31
6. Pembuatan Aturan Pelaksana
Dibuatlah aturan pelaksana jika perubahan membutuhkan, dengan tujuan
memberikan petunjuk lebih rinci mengenai pelaksanaan peraturan di lapangan.
30
Komunikasi, Kementerian, and Informatika Republik Indonesia. "Rencana
Strategis dan Pengembangan SDM 2020-2024." (2021). Hal 44
31
RI, Badan Pengkajian MPR. “Penataaan Ulang Jenis dan Hierarki Peraturan
Perundang-undangan Indonesia.” (2017). Hal 240

17
7. Monitoring dan Evaluasi:
Langkah yang perlu diambil adalah tetap melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan perubahan hierarki, serta melakukan evaluasi dampak dan efektivitas
perubahan tersebut secara berkala.
8. Penegakan Hukum
Diperlukan agar mekanisme penegakan hukum yang efektif terkait dengan
perubahan hierarki ada, dan jelas bahwa sanksi atau konsekuensi hukum harus
diterapkan secara konsisten.
Untuk memastikan penegakan hukum yang efektif dalam implementasi
perubahan hierarki peraturan perundang-undangan, penting untuk memiliki sanksi
hukum atau konsekuensi yang jelas dan konsisten. Peraturan-peraturan tersebut harus
konsisten dan tidak saling bertentangan, serta pembentukannya harus direncanakan
dan berkesinambungan. Peraturan perundang-undangan harus memberikan kepastian
hukum dan mudah dikenali, dapat diambil, dan dapat dilacak. Pembentukan hierarki
peraturan perundang-undangan penting untuk memastikan peraturan berjalan tertib
dan mengatasi masalah hukum.32
9. Revisi dan Penyempurnaan
Dalam kasus di mana ditemukan kekurangan atau diperlukan penyesuaian,
disarankan untuk melakukan revisi terhadap peraturan yang berlaku. Mekanisme
yang sudah ada dapat digunakan untuk merespons perubahan kebutuhan atau situasi.
10. Konsultasi dan Keterlibatan Stakeholder
Adalah disarankan untuk melibatkan para pemangku kepentingan selama
seluruh proses implementasi sehingga masukan dan tanggapan dari pihak yang
terlibat dapat diperoleh. Hal ini kemudian dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
keberlanjutan perubahan hierarki.

Perlu diperhatikan bahwa proses implementasi perubahan hierarki peraturan


perundang-undangan menjadi kompleks dan memerlukan koordinasi yang baik antara
berbagai pihak terkait guna memastikan kesuksesan dan keberlanjutan perubahan
tersebut.

32
Akmal, Diya Ul. "Penataan Peraturan Perundang-Undangan Sebagai Upaya
Penguatan Sistem Hukum di Indonesia." Jurnal Legislasi Indonesia 18.3 (2021):
hal 300

18
V. Kesimpulan
Saat ini, Indonesia terlihat memiliki fondasi hukum yang mampu mengatur dan
menangani berbagai perubahan serta permasalahan yang muncul di dalam negeri. Namun,
ketika kita kembali memahami dinamika hierarki peraturan perundang-undangan di
Indonesia, dapat diperhatikan bahwa negara ini terus mengalami perkembangan dan
melakukan revisi secara berkala. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan dengan
perkembangan yang terjadi dalam lingkup masyarakat Indonesia.
Namun, perubahan-perubahan tersebut juga menunjukkan bahwa hierarki peraturan
perundang-undangan sedang mengalami tahap pengembangan menuju struktur yang lebih
solid, dengan maksud mencapai keteraturan hukum dan supremasi hukum di Indonesia
melalui regulasi yang mengatur kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan
tatanan yang telah ditetapkan. Meskipun demikian, evolusi hierarki peraturan perundang-
undangan di Indonesia terus berlangsung, dipandang sebagai usaha perbaikan untuk
mencapai supremasi hukum yang lebih efektif di masa yang akan datang.

Dalam memahami dinamika hierarki peraturan perundang-undangan, maka tidak


dapat dipungkiri untuk mengetahui dulu dengan lebih mendalam dasar terbentuknya
hierarki peraturan perundang-undangan tersebut. Dengan mengetahui lebih mendalam
tentang tentang dasar terbentuknya hierarki peraturan perundang-undangan maka dapat
memperoleh wawasan yang lebih komprehensif terkait peraturan hukum yang berlaku.
Dalam konteks ini, pemahaman mendalam terhadap landasan pembentukan hierarki
peraturan perundang-undangan menjadi kunci untuk menggali subtansi serta tujuan di
balik setiap tingkatan aturan tersebut. Dengan demikian, pemahaman yang lebih
mendalam terhadap dasar terbentuknya hierarki tersebut memberikan landasan yang
kokoh untuk menafsirkan dan melaksanakan peraturan dengan tepat sesuai dengan
prinsip-prinsip hukum yang berlaku.

Agar lebih mudah menafsirkan dinamika hierarki perundang-undangan maka kita


dapat mengamati pandangan dan konflik perdebatan para ahli tentang hierarki peraturan
perundang undangan. Melalui pemahaman lebih mendalam terhadap pandangan dan
konflik dalam perdebatan para ahli mengenai hierarki peraturan perundang-undangan,
kita dapat lebih mudah menafsirkan dinamika yang terjadi dalam struktur hukum tersebut.

19
Dengan menganalisis pandangan beragam dari para ahli, kita dapat memperoleh wawasan
yang lebih kaya terkait dengan implikasi dan perubahan yang mungkin terjadi dalam
konteks hierarki perundang-undangan. Hal ini dapat memberikan landasan yang lebih
kuat untuk pengambilan keputusan dan implementasi perubahan yang diinginkan.

Perubahan hierarki peraturan perundang-undangan tidak berlaku secara maksimal dan


efisien tanpa implementasi yang tepat. Dalam konteks ini, penting untuk diingat bahwa
upaya perubahan hierarki peraturan perundang-undangan mungkin tidak mencapai tingkat
optimal dan efisiensi penuh tanpa penerapan perubahan yang sesuai.

20
21
Daftara Pustaka

Agustian, T. (2016). Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 86/PUU-XI/2013 dan


Nomor 75/PUU-XII/2014 Tentang Judicial Review Ketetapan MPR/MPRS Pasca
Lahirnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 (Doctoral dissertation).

Akmal, D. U. (2021). Penataan Peraturan Perundang-Undangan Sebagai Upaya Penguatan


Sistem Hukum Di Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia, 18(3).

Anggono, B. D. (2009). Keputusan bersama Menteri dalam perundang-undangan Republik


Indonesia.

Indrati, M. F. (2007). Ilmu perundang-undangan: jenis, fungsi dan materi muata.

Komunikasi, K., & Indonesia, I. R. (2021). Rencana Strategis dan Pengembangan SDM
2020-2024.

Maysarah, A. (2017). Perubahan Dan Perkembangan Sistem Hukum Di Indonesia. Warta


Dharmawangsa, (52).

Ochtorina, D. (2021). PANCASILA DALAM TEORI JENJANG NORMA HUKUM HANS


KELSEN. Jurnal Legislasi Indonesia, 18(4).

Rahma, Zaqiu. (2015). Peran Sistem Pendukung (Supporting System) Dalam Pembentukan
Undang-Undang Di Dewan Perwakilan Rakyat. Rechtsvinding Media Pembinaan
Hukum Nasional.

Riananda, M. (2015). Dinamika Kedudukan Tap Mpr Di Dalam Hierarki Peraturan


Perundang-Undangan. Fiat Justisiajurnal Ilmu Huk, 8(2).

RI, B. P. M. (2017). Penataaan Ulang Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan


Indonesia.

Santoso, M. A. (2013). Perkembangan Konstitusi Di Indonesia. Yustisia Jurnal Hukum, 2(3).

Safa’at, M. A. (2006, June). Perkembangan Teori Hukum Tata Negara dan Penerapannya Di
Indonesia. Makalah disampaikan dalam Seminar “Perkembangan Teori Hukum Tata
Negara Pasca Reformasi dan Penerapannya di Indonesia”. Malang.
Samosir, D. (2015). Faktor-Faktor yang Menyebabkan Materi Muatan Undang-Undang
Bertentangan Dengan UUD 1945. Jurnal Konstitusi, 12(4).

Wicaksono, D. A. (2013). Implikasi re-eksistensi Tap Mpr dalam hierarki peraturan


perundang-undangan terhadap jaminan atas kepastian hukum yang adil di
Indonesia. Jurnal Konstitusi, 10(1), 143-178.

Anda mungkin juga menyukai