Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAB II UNIT II

TENTANG HIERARKI DAN HUBUNGAN


ANTARREGULASI

DISUSUN OLEH :
REFSILIA DWI FERNINDA (03)
SHOLIHAH NUR ROHMAH (17)
SITI AMELIA HERLIANASARI (21)
SITI FITRI ANJARWATI (22)
UMY NILTA NAJWA AZIZAH (26)
KELAS : XI AK 3

SMKN 2 NGANJUK
TAHUN PELAJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah
dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Hierarki dan Hubungan
Antarregulasi" ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada
kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas PPKN dengan judul " Hierarki dan Hubungan Antarregulasi ".
Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami selama pembuatan makalan ini berlangsung
sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah
yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Nganjuk, 31 Agustus 2023

Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................
DAFTAR ISI.............................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................
1.1. Latar Belakang...................................................................
1.2. Rumusan Masalah..............................................................
1.3. Tujuan................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................
2.1. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan..........
2.2. Kewenangan Daerah..........................................................
BAB III FORUM PERTANYAAN..........................................
3.1. Pertanyaan Kunci...............................................................
3.2. Aktivitas Belajar 1..............................................................
3.3. Uji Pemahaman..................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................
4.1. Kesimpulan........................................................................
4.2. Saran...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam sistem hukum suatu negara, terdapat aturan-aturan yang mengatur
berbagai aspek kehidupan masyarakat. Aturan-aturan ini disusun dalam bentuk
peraturan perundang-undangan, yang memiliki hierarki dan hubungan
antarregulasi yang perlu dipahami. Hierarki ini menunjukkan tingkat
kepentingan dan kekuatan hukum dari setiap peraturan, dimulai dari konstitusi
sebagai hukum tertinggi hingga peraturan daerah kabupaten/kota sebagai hukum
yang lebih spesifik.

Sebagai contoh, di Indonesia, konstitusi tertinggi adalah Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap peraturan perundang-
undangan yang diterbitkan harus sejalan dengan prinsip-prinsip yang terdapat
dalam konstitusi ini. Hierarki ini diatur oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Selain hierarki, terdapat juga pentingnya hubungan antarregulasi yang


harmonis. Artinya, aturan-aturan yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga atau
pihak haruslah saling mendukung dan tidak boleh saling bertentangan. Jika
terjadi konflik atau tumpang tindih antarperaturan, hal ini dapat menimbulkan
kebingungan dan ketidakpastian dalam menerapkan hukum.

Dalam konteks ini, salah satu contoh yang bisa diambil adalah kasus
otonomi daerah di Indonesia. Melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pemerintahan Daerah, daerah diberikan kewenangan untuk mengatur
dan mengembangkan potensi daerahnya masing-masing. Namun, kewenangan
ini harus tetap berada dalam batas-batas yang telah ditetapkan dan tidak boleh
melanggar kewenangan bidang lain. Hal ini memastikan bahwa meskipun
daerah memiliki otonomi, tetapi tetap menjaga keseimbangan dan koordinasi
dengan tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi.

Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai hierarki peraturan
perundang-undangan, hubungan antarregulasi, dan pentingnya menjaga harmoni
antarperaturan untuk mewujudkan sistem hukum yang efektif dan konsisten.
Contoh kasus otonomi daerah akan diambil sebagai ilustrasi untuk memahami
bagaimana konsep hierarki dan hubungan antarregulasi diimplementasikan
dalam praktik.

1.2. Rumusan Masalah


Berikut adalah rumusan masalah dalam makalah ini:

1. Apa yang dimaksud dengan hierarki peraturan perundang-undangan, dan


bagaimana konsep ini diatur dalam hukum di Indonesia?

2. Mengapa penting memiliki hierarki peraturan perundang-undangan, dan


bagaimana implikasinya terhadap stabilitas dan konsistensi hukum?

3. Apa yang dimaksud dengan hubungan antarregulasi, dan mengapa


penting untuk menjaga harmoni dan konsistensi antarperaturan?

4. Bagaimana penerapan hierarki dan hubungan antarregulasi dapat dilihat


dalam kasus otonomi daerah di Indonesia?

1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:

1. Menjelaskan konsep hierarki peraturan perundang-undangan dan


bagaimana hierarki ini diatur dalam hukum Indonesia.

2. Menyoroti pentingnya hierarki peraturan perundang-undangan dalam


menjaga konsistensi dan kepastian hukum.

3. Menggambarkan arti dan pentingnya hubungan antarregulasi dalam


mencegah tumpang tindih atau pertentangan antarperaturan.

4. Menggunakan kasus otonomi daerah sebagai ilustrasi konkret untuk


memahami penerapan hierarki dan hubungan antarregulasi dalam praktik
hukum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan


Dalam hierarki hukum, konstitusi merupakan hukum yang paling tinggi
dan fundamental sifatnya sehingga peraturan-peraturan di bawahnya tidak boleh
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Hal ini sesuai UU Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

UU Nomor 12 Tahun 2011 Bagian III


Pasal 7
1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

c) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d) Peraturan Pemerintah;

e) Peraturan Presiden;

f ) Peraturan Daerah Provinsi; dan

g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki


sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 8
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga,
atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau
Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.

(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Pasal 9
(1) Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya
dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi.

(2) Dalam hal suatu Peraturan Perundang-undangan di bawah Undang-


Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya
dilakukan oleh Mahkamah Agung.

Dari uraian di atas, tampak jelas bahwa aturan perundang-undangan


memiliki hierarki, dari UUD 1945 hingga peraturan daerah kabupaten/kota.
Peraturanperaturan itu dalam istilah formal disebut regulasi, yaitu seperangkat
peraturan untuk mengendalikan suatu tatanan yang dibuat supaya bebas dari
pelanggaran dan dipatuhi semua anggotanya. Regulasi berasal dari berbagai
sumber, tetapi bentuk yang paling umum adalah regulasi pemerintah. Peraturan
pemerintah adalah perpanjangan dari undang-undang.

Contoh Kasus Hierarki dan Hubungan Antarregulasi


Regulasi UU tidak hanya menunjukkan adanya hierarki, tetapi juga ada
relasi atau hubungan yang tidak boleh saling bertentangan atau tidak boleh
terjadi tumpang tindih antarperaturan. Jika ini terjadi, akan terjadi kekacauan
aturan, yang menyebabkan kebingungan bagi warga negara. Jadi, antarperaturan
atau UU itu selain menunjukkan hierarki, sebagaimana tertuang dalam pasal 7
UU Nomor 12 Tahun 2011, juga harus “harmonis” dan memiliki korelasi yang
positif.

Sekadar contoh, untuk melihat bagaimana pola hierarki dan relasi


antarperaturan yang serasi, dapat diamati pada kasus otonomi daerah.
Mungkin banyak orang tidak sadar atau heran, mengapa sekarang banyak
bermunculan tempat-tempat wisata baru di berbagai daerah. Mengapa juga
setiap daerah terlihat memiliki ciri atau kekhasan masing-masing? Ini semua
terjadi setelah pemerintah menerapkan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pemerintahan Daerah.

Pemerintah daerah, sejak saat itu hingga kini, diberi kewenangan untuk
mengatur dan mengembangkan potensi daerah masing-masing, tetapi harus
tetap memperhatikan agar tidak melampaui kewenangan bidang lain. Berikut ini
kewenangan pemerintah daerah, sebagaimana diatur dalam UU Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

2.2. Kewenangan Daerah


Pasal 7
(1) Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta
kewenangan bidang lain.

(2) Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi
negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan
sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi
tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional.

Pasal 8
(1) Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka
desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai
dengan kewenangan yang diserahkan tersebut.

(2) Kewenangan Pemerintah yang dilimpahkan kepada Gubernur dalam


rangka dekonsentrasi harus disertai dengan pembiayaan sesuai dengan
kewenangan yang dilimpahkan tersebut.
Pasal 9
(1) Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom mencakup kewenangan
dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota,
serta kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya.

(2) Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom termasuk juga


kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota.

(3) Kewenangan Provinsi sebagai Wilayah Administrasi mencakup


kewenangan dalam bidang pemerintahan yang dilimpahkan kepada
Gubernur selaku wakil Pemerintah.

Pasal 10
(1) Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di
wilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Kewenangan Daerah di wilayah laut, sebagaimana dimaksud dalam Pasal


3, meliputi:

a) eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut


sebatas wilayah laut tersebut;

b) pengaturan kepentingan administratif

c) pengaturan tata ruang;

d) penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah


atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah; dan

(3) Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.

(4) Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota di wilayah laut,


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah sejauh sepertiga dari batas
laut Daerah Provinsi.

(5) Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 11
(1) Kewenangan Daerah Kabupaten dan Daerah Kota mencakup semua
kewenangan pemerintahan selain kewenangan yang dikecualikan dalam
Pasal dan yang diatur dalam Pasal 9.

(2) Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten


dan Daerah Kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan,
penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga
kerja.

Pasal 12
Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 dan Pasal 9 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 13
(1) Pemerintah dapat menugaskan kepada Daerah tugas-tugas tertentu dalam
rangka tugas pembantuan disertai pembiayaan, sarana dan prasarana,
serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan
pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada pemerintah.

(2) Setiap penugasan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan


dengan peraturan perundang-undangan.
BAB III
FORUM PERTANYAAN
3.1. Pertanyaan Kunci
1. Sebutkan peraturan perundang-undangan di Indonesia, di tingkat nasional
dan dan daerah?

Jawab: UUD NRI Tahun 1945, Ketetapan MPR, UU/ Perppu, PP,
Perpres, Perda Provinsi, Perda Kab/Kota.

2. Bagaimana hubungan antarperaturan perundang-undangan?

Jawab: Hubungan antara peraturan perundang-undangan haruslah tidak


bertentangan dengan aturan yang di atasnya. Aturan yang di bawah harus
sesuai dengan aturan di atasnya. Oleh karenanya dikenal hierarki
peraturan perundang-undangan di mana UUD NRI 1945 adalah peraturan
yang paling atas sedangkan yang paling bawah adalah Peraturan Daerah
atau Perda. Di dalam hierarki tersebut tidak boleh saling bertentangan dan
tumpang tindih namun harus sejalan.

3. Berikan contoh hubungan antarperaturan perundang-undangan,


antarperaturan di tingkat nasional, atau antara nasional dan daerah.

Jawab: Dalam hierarki hukum, konstitusi merupakan hukum yang paling


tinggi dan fundamental sifatnya. Sehingga peraturan-peraturan di
bawahnya tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Hal
ini sesuai UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan. Dalam Pasal 7 ayat 1 disebut ada beberapa jenis
dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, yaitu: UUD NRI Tahun
1945, Ketetapan MPR, UU/ Perppu, PP, Perpres, Perda Provinsi, Perda
Kab/Kota.

3.2. Aktivitas Belajar 1


a. Apa yang kalian ketahui tentang regulasi

Jawab: Di dalam penyelenggaraan negara, regulasi adalah instrumen


untuk merealisasikan kebijakan-kebijakan negara dalam rangka mencapai
tujuan bernegara. Bisa juga dimaknai sebagai perundang-undangan,
pemerintah banyak menyelenggarakan/menerbitkan regulasi , baik tingkat
UU, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, hingga
Peraturan Daerah.

Regulasi memiliki 3 fungsi yaitu:

1. Sebagai sarana ketertiban/pedoman perilaku,

2. Sebagai instrumen pembangunan,

3. Sebagai faktor integrasi

b. Coba bandingkan satu regulasi yang kalian ketahui dengan regulasi lain
yang berkaitan. Misalnya, regulasi tentang kewajiban belajar di UUD
1945 dengan UU, ataupun regulasi lainnya.

Jawab: Dalam UUD 1945 diatur mengenai kewajiban belajar pada pasal
31 ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan.

Implementasi program prioritas nasional dan pembiayaan untuk wajib


belajar 12 tahun diatur pada UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Selain itu,

Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2008 pasal 12 ayat 3 Pemerintah


Kab/Kota juga mengatur tentang pengupayaan agar setiap warga negara
Indonesia usia wajib belajar mengikuti program wajib belajar 9 tahun.

c. Pilih salah satu pasal dari UUD NRI Tahun 1945, kemudian kalian juga
mencari regulasi di bawahnya

Jawab: - Pasal 33 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi
"Perekonomian disusun sebagain usaha bersama berdasar asas
kekeluargaan",

- UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,

- PP No.24 Tahun 2022 tentang Ekonomi Kreatif,

- Perpres No. 114 Tahun 2020 untuk Percepat Inklusi Keuangan


Indonesia,

- Perda Kota Mojokerto No. 4 Tahun 2021 tentang Ekonomi Kreatif dan
Kewirausahaan.
3.3. Uji Pemahaman
a. Apakah yang dimaksud dengan hierarki dan hubungan antarregulasi?

Jawab: Hierarki adalah susunan suatu hal yang mengemukakan sebagai


berada di 'atas','bawah', atau ;tingkat yang sama' dengan lainnya.
Hubungan antarregulasi adalah hubungan yang mengatur tatanan tertentu
yang dilandasi dengan peraturan perundang-undangan.

b. Sebutkan contoh adanya hierarki dan hubungan antarregulasi itu!

Jawab: Regulasi Undang-Undang (UU) tidak hanya menunjukkan


adanya hierarki, tetapi juga ada relasi atau hubungan yang tidak boleh
saling bertentangan atau tidak boleh terjadi tumpang tindih
antarperaturan.

Jika hal itu terjadi, akan terjadi kekacauan aturan yang menyebabkan
kebingungan bagi warga negara. Sehingga, antarperaturan atau UU selain
menunjukkan hierarki, sebagaimana tertuang dalam pasal 7 UU Nomor
12 Tahun 2011, juga harus “harmonis” dan memiliki korelasi yang
positif.

Sebagai contoh, untuk melihat bagaimana pola hierarki dan relasi


antarperaturan yang serasi, dapat diamati pada kasus otonomi daerah.
Mungkin kalian tidak sadar atau heran, mengapa sekarang banyak
bermunculan tempat-tempat wisata baru di berbagai daerah.

Mengapa juga setiap daerah terlihat memiliki ciri atau kekhasan masing-
masing? Semua hal itu terjadi setelah pemerintah menerapkan UU Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pemerintahan Daerah.

Pemerintah daerah, sejak saat itu hingga kini, diberi kewenangan untuk
mengatur dan mengembangkan potensi daerah masing-masing, tetapi
harus tetap memperhatikan agar tidak melampaui kewenangan bidang
lain.

c. Mengapa perlu adanya hierarki dan hubungan antarregulasi?

Jawab: Hierarki dan hubungan antarregulasi diperlukan agar tidak terjadi


tumpang tindih antar peraturan perundang-undangan yang mengatur suatu
tatanan di berbagai regulasi.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dalam hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia, konstitusi
memiliki posisi yang paling tinggi dan fundamental. Aturan-aturan yang lebih
rendah dalam hierarki tidak boleh bertentangan dengan konstitusi. Hierarki ini
diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan. Hierarki ini meliputi berbagai jenis peraturan, mulai dari
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
Peraturan Daerah Provinsi, hingga Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam hal terjadi dugaan pertentangan antara aturan, Mahkamah


Konstitusi berwenang menguji pertentangan antara Undang-Undang dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, sementara
Mahkamah Agung berwenang menguji pertentangan antara Peraturan
Perundang-Undangan dan Undang-Undang.

Harmoni dan korelasi yang positif antara berbagai peraturan juga penting
untuk mencegah tumpang tindih dan pertentangan antarperaturan yang dapat
menyebabkan kekacauan dan kebingungan dalam pelaksanaan hukum. Dalam
konteks ini, kasus otonomi daerah memberikan contoh nyata tentang bagaimana
pola hierarki dan relasi antarperaturan yang serasi dapat menciptakan kerangka
kerja yang efektif dalam mengatur pemerintahan daerah.

4.2. Saran
Dalam rangka menjaga ketertiban dan kepastian hukum serta
menghindari pertentangan antarperaturan, berikut beberapa saran yang dapat
diajukan:
(1) Meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama para praktisi hukum dan
pembuat kebijakan, mengenai hierarki peraturan perundang-undangan
dan prinsip hubungan antarregulasi.

(2) Instansi terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah, perlu meningkatkan
kerjasama dan koordinasi dalam proses pembuatan regulasi.

(3) Perlu adanya mekanisme pemantauan dan evaluasi secara berkala


terhadap implementasi peraturan. Jika ditemukan pertentangan atau
tumpang tindih, langkah perbaikan dapat segera diambil untuk
memastikan harmoni antarperaturan.

(4) Proses pembuatan peraturan harus melibatkan partisipasi publik yang


lebih luas. Dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait, potensi
pertentangan atau tumpang tindih dapat diidentifikasi lebih awal dan
solusi dapat ditemukan bersama.

(5) Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Mohon maaf apabila ada kesalahan baik dalam materi maupun penulisan.

Anda mungkin juga menyukai