DISUSUN OLEH :
REFSILIA DWI FERNINDA (03)
SHOLIHAH NUR ROHMAH (17)
SITI AMELIA HERLIANASARI (21)
SITI FITRI ANJARWATI (22)
UMY NILTA NAJWA AZIZAH (26)
KELAS : XI AK 3
SMKN 2 NGANJUK
TAHUN PELAJARAN 2023-2024
KATA PENGANTAR
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................
DAFTAR ISI.............................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................
1.1. Latar Belakang...................................................................
1.2. Rumusan Masalah..............................................................
1.3. Tujuan................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................
2.1. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-Undangan..........
2.2. Kewenangan Daerah..........................................................
BAB III FORUM PERTANYAAN..........................................
3.1. Pertanyaan Kunci...............................................................
3.2. Aktivitas Belajar 1..............................................................
3.3. Uji Pemahaman..................................................................
BAB IV PENUTUP..................................................................
4.1. Kesimpulan........................................................................
4.2. Saran...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam konteks ini, salah satu contoh yang bisa diambil adalah kasus
otonomi daerah di Indonesia. Melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pemerintahan Daerah, daerah diberikan kewenangan untuk mengatur
dan mengembangkan potensi daerahnya masing-masing. Namun, kewenangan
ini harus tetap berada dalam batas-batas yang telah ditetapkan dan tidak boleh
melanggar kewenangan bidang lain. Hal ini memastikan bahwa meskipun
daerah memiliki otonomi, tetapi tetap menjaga keseimbangan dan koordinasi
dengan tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai hierarki peraturan
perundang-undangan, hubungan antarregulasi, dan pentingnya menjaga harmoni
antarperaturan untuk mewujudkan sistem hukum yang efektif dan konsisten.
Contoh kasus otonomi daerah akan diambil sebagai ilustrasi untuk memahami
bagaimana konsep hierarki dan hubungan antarregulasi diimplementasikan
dalam praktik.
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
d) Peraturan Pemerintah;
e) Peraturan Presiden;
Pasal 8
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga,
atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau
Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
Pasal 9
(1) Dalam hal suatu Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya
dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi.
Pemerintah daerah, sejak saat itu hingga kini, diberi kewenangan untuk
mengatur dan mengembangkan potensi daerah masing-masing, tetapi harus
tetap memperhatikan agar tidak melampaui kewenangan bidang lain. Berikut ini
kewenangan pemerintah daerah, sebagaimana diatur dalam UU Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
(2) Kewenangan bidang lain, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi
negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan
sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi
tinggi yang strategis, konservasi, dan standarisasi nasional.
Pasal 8
(1) Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka
desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai
dengan kewenangan yang diserahkan tersebut.
Pasal 10
(1) Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di
wilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 dan Pasal 9 ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 13
(1) Pemerintah dapat menugaskan kepada Daerah tugas-tugas tertentu dalam
rangka tugas pembantuan disertai pembiayaan, sarana dan prasarana,
serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan
pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada pemerintah.
Jawab: UUD NRI Tahun 1945, Ketetapan MPR, UU/ Perppu, PP,
Perpres, Perda Provinsi, Perda Kab/Kota.
b. Coba bandingkan satu regulasi yang kalian ketahui dengan regulasi lain
yang berkaitan. Misalnya, regulasi tentang kewajiban belajar di UUD
1945 dengan UU, ataupun regulasi lainnya.
Jawab: Dalam UUD 1945 diatur mengenai kewajiban belajar pada pasal
31 ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan.
c. Pilih salah satu pasal dari UUD NRI Tahun 1945, kemudian kalian juga
mencari regulasi di bawahnya
Jawab: - Pasal 33 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi
"Perekonomian disusun sebagain usaha bersama berdasar asas
kekeluargaan",
- Perda Kota Mojokerto No. 4 Tahun 2021 tentang Ekonomi Kreatif dan
Kewirausahaan.
3.3. Uji Pemahaman
a. Apakah yang dimaksud dengan hierarki dan hubungan antarregulasi?
Jika hal itu terjadi, akan terjadi kekacauan aturan yang menyebabkan
kebingungan bagi warga negara. Sehingga, antarperaturan atau UU selain
menunjukkan hierarki, sebagaimana tertuang dalam pasal 7 UU Nomor
12 Tahun 2011, juga harus “harmonis” dan memiliki korelasi yang
positif.
Mengapa juga setiap daerah terlihat memiliki ciri atau kekhasan masing-
masing? Semua hal itu terjadi setelah pemerintah menerapkan UU Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pemerintahan Daerah.
Pemerintah daerah, sejak saat itu hingga kini, diberi kewenangan untuk
mengatur dan mengembangkan potensi daerah masing-masing, tetapi
harus tetap memperhatikan agar tidak melampaui kewenangan bidang
lain.
4.1. Kesimpulan
Dalam hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia, konstitusi
memiliki posisi yang paling tinggi dan fundamental. Aturan-aturan yang lebih
rendah dalam hierarki tidak boleh bertentangan dengan konstitusi. Hierarki ini
diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan. Hierarki ini meliputi berbagai jenis peraturan, mulai dari
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
Peraturan Daerah Provinsi, hingga Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Harmoni dan korelasi yang positif antara berbagai peraturan juga penting
untuk mencegah tumpang tindih dan pertentangan antarperaturan yang dapat
menyebabkan kekacauan dan kebingungan dalam pelaksanaan hukum. Dalam
konteks ini, kasus otonomi daerah memberikan contoh nyata tentang bagaimana
pola hierarki dan relasi antarperaturan yang serasi dapat menciptakan kerangka
kerja yang efektif dalam mengatur pemerintahan daerah.
4.2. Saran
Dalam rangka menjaga ketertiban dan kepastian hukum serta
menghindari pertentangan antarperaturan, berikut beberapa saran yang dapat
diajukan:
(1) Meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama para praktisi hukum dan
pembuat kebijakan, mengenai hierarki peraturan perundang-undangan
dan prinsip hubungan antarregulasi.
(2) Instansi terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah, perlu meningkatkan
kerjasama dan koordinasi dalam proses pembuatan regulasi.
(5) Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Mohon maaf apabila ada kesalahan baik dalam materi maupun penulisan.