Pengertian
Jati diri orang Melayu dapat ditandai dalam tiga aspek dasar
yang menjadi pengekal dari kemelayuannya, yaitu agama Islam,
resam Melayu, dan bahasa Melayu. Dari tiga aspek tersebut,
agama Islam adalah hal yang paling mutlak yang tidak bisa
ditanggalkan, dilepaskan, ataupun ditawar. Ia menjadi harga mati
dalam Melayu itu sendiri. Sehingga sering didengar bahwa masuk
Melayu adalah masuk Islam, dan keluar dari Islam berarti keluar
dari kemelayuan.
Meskipun hanya mengakui Islam, kultur Melayu sangat
terbuka dan tidak pernah menolak kedatangan kultur lain yang berbeda agama,
etnis, bahasa, bangsa, dan negara.
Kemajemukan membuat orang Melayu memiliki wawasan yang
luas, ilmu pengetahuan yang berkembang, dan memberi peluang
kebersatuan keberagaman kultur. Melayu dan Islam dua hal yang
tidak bisa dipisahkan. Melayu berkembang arena Islam dan
Islam merupakan jati diri kemelayuan.
1. Agama Islam
2. Resam Melayu
3.Bahasa Melayu
Bahasa selalu dikaitkan dengan budi sehingga sering disebut
in menghasilkan
budi bahasa. Sebutan ini juga selaras dengan peribahasa bahasa
beragam dialek dan
menunjukkan bangs yang bermakna sifat dan tabiat seorang dilihat
subdialek.
dari tutur kata dan bahasa. Bangsa di dalam ungkapan ini berarti
orang baik-baik, orang berbangsa, ataupun orang yang berderajat.
Orang yang mempunyai kedudukan tinggi (derajat) tentu akan
berbahasa pada patutnya. Berbahasa Melayu adalah memaknai
nilai-nilai dan kaidah-kaidah moral di dalam bahasa Melayu
tersebut.
hendak mengenal orang berbangsa
lihat kepada budi bahasa
(Raja Ali Haji: Gurindam 12)
C. Orang Patut
Orang patut adalah orang yang dapat dijadikan panutan dan
suri tauladan, tempt bertanya, pelindung, penunjuk jalan, serta
mampu menyelesaikan yang kusut dan menjernihkan yang keruh,
baik dalam agama, adat, ataupun pemerintahan. Orang patut
mempunyai kearifan bertindak dalam menyelesaikan masalah,
dan ketajaman berfikir dalam menemukan gagasan dan ide. Petuah
nasihatnya selalu didengar dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh anggota masyarakat.
Seseorang dipandang patut karena mempunyai pengetahuan
berpikir, ide, dan kemampuan berbuat dalam bidang yang
dikuasainya, sehingga mempunyai suatu makna dalam kehidupan
bermasvarakat. Dengan satu atau beberapa kemampuan yang
amat memadai, a menjadi orang yang dipandang patut atau layak
oleh masyarakat untuk diserahi sesuatu persoalan. Orang patut
dalam adat misalnya, berperan sebagai perancang, penggagas,
ataupun melanjutkan dan menjaga sistem adat istiadat agar tetap
menjadi pedoman bagi masyarakat.
Orang patut mempunyai kedudukan tersendiri yang berada
di luar struktur kepemimpinan resmi. Namun, seseorang yang
dianggap sebagai orang patut bisa berasal dari struktur tersebut.
ataupun di luar dari itu. Orang patut bisa berasal dari berbagai
bidang seperti berikut ini:
• raja yang berkuasa dan kaum bangsawan, seperti sultan
tengku, pembesar kerajaan. Dipatutkan karena fungsinya
sebagai pemimpin dan berkuasa. Sat,ini tidak ada lagu,
namun masih memiliki kewibawaan karena sejarah masa
lalu mereka, dan berperan dalam melestarikan atau
menjalankan adat-istiadat.
• pemimpin adat dan ninik mamak, seperti patih, batin,
orang gedang, khalifah,
monti/ menti, tengganai,
hulubalang, dubalang. Dipatutkan karena fungsinya
sebagai pemimpin di dalam persukuan; memimpin anak
kemenakan.
• pemimpin ritual upacara dan pelaku-pelaku budaya,
seperti guru silat, dukun, bomo, kumantan, dan bidan
kampung. Dipatutkan karena memiliki pengetahuan adat,
budaya, sejarah perkampungan, obat-obatan tradisional,
spiritualis, dan pemimpin seni budaya tradisional.
• kaum agamawan; alim ulama, seperti imam masjid, guru
ngaji, guru tarekat, khalifah, mufti, kadi. Dipatutkan
karena pengetahuan dalam bidang agama.
• kaum cerdik pandai, seperti pemuka masyarakat, guru
sekolah, dan orang-orang berilmu lainnya. Dipatutkan
karena kewibawaan dan ilmu pengetahuan yang mereka
dikuasai.