Anda di halaman 1dari 18

TUGAS SOSIOLOGI

KEARIFAN LOKAL
“CANDI TEGOWANGI”

Disusun oleh:
XII - IPS 3
1.Aldino Pangestu (04)
2.Alif Hidayatul Amelia (06)
3.Arka Armada (08)
4.Wahyu Ilahi (34)

SMA NEGERI 1 PLEMAHAN


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim....

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena dengan segala
rahmat,kurnia,serta taufik dan hidayah-Nya kami kami dapat menyelesaikan makalah KEARIFAN
LOKAL CANDI TEGOWANGI ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga kami berterima kasih pada Ibu Ninik selaku guru Sosiologi yang telah memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai CANDI TEGOWANGI. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jatuh dari kata sempurna. Oleh seab itu,kami berharap
adanya kritik,saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang,mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini waktu yang akan datang.

Plemahan, 11 Desember 2021

i
Daftar isi
Kata Pengantar .....................................................................................................i
Daftar Isi ................................................................................................................ii
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................iii
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................iii
1.3 Tujuan ................................................................................................iii
1.4 Manfaat ..............................................................................................iii
Bab II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian kearifan lokal ....................................................................1
2.2 Sejarah Candi Tegowangi...................................................................3
2.3 Struktur dan bangunan Candi Tegowangi...........................................4
2.4 Kearifan lokal Candi Tegowangi........................................................7
2.5 Keistimewaan Candi Tegowangi .......................................................8
2.6 Pelestarian Candi Tegowangi .............................................................9
2.7 Peran serta masyarakat .......................................................................10
Bab III PENUTUP
3.1 Saran ...................................................................................................11
3.2 Kesimpulan .........................................................................................11
3.3 Laporan Kegiatan ...............................................................................12
Daftar Pustaka ......................................................................................iv

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberagaman bangsa Indonesia dari sisi etni,suku,budaya, dan lainnya sejatinya menunjukkan
adanya karakteristik dari setiap suku bangsa di Indonesia. Pada saat yang sama, kekhasan itu
pada umumnya memiliki kearifan yang pada masa-masa lalu menjadi salah satu sumber nilai
dan inspirasi dalam kehidupan mereka. Sejarah menunjukkan bahwa setiap etnis dan suku
memiliki kearifan lokal sendiri.
Dalam masyarakat multikultural Indonesia, sesungguhnya tidaklah sulit menemukan berbagai
kearifan lokal yang hidup dan menghidupi masyarakat.
Salah satu daerah yang memiliki sejarah sebagai tempat dimana hidup berkembangnya
kerajaan-kerajaan Hindu pada jaman purba yangdiperkirakan sekitar 1500 adalah jawa timur.
di daerah ini ditemukan beberapa situs arkeologi peninggalan kerajaan majapahit yang tersebar
di beberapa tempat diantaranya di daerah trowulan yang merupakan Ibukota majapahit terdapat
beberapa candi yang letaknya tidak berjauhan yakni candi tikus, candi Bajang ratu candi
wringin lawang, candi Brahu, candi Kedaton. Selain itu terdapat pula situs arkeolog
peninggalan kerajaan majapahit yang terdapat di Kabupaten Kediri yakni candi Surawana dan
candi tegowangi. Makalah ini menjelaskan mengenai salah satu candi peninggalan kerajaan
majapahit yakni candi tegowangi

1.2 Rumusan Masalah

1.1.1 Apa itu Candi Tegowangi?


1.1.2 Bagaimana Candi Tegowangi bisa disebut kearifan lokal?
1.1.3 Hal apa yang membuat Candi Tegowangi istimewa?
1.1.4 Bagaimana cara menjaga Candi Tegowangi dalam bentuk fisik maupun kelestariannya?
1.1.5 Bagaimana aktivitas masyarakat di sekitar Candi Tegowangi?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Ingin mengetahui tentang Candi Tegowangi
1.3.2 Ingin mengetahui tentang kearifan lokal Candi Tegowangi
1.3.3 Ingin mengetahui keistimewaan dari Candi Tegowangi
1.3.4 Ingin mengetahui cara merawat Candi Tegowangi
1.3.5 Ingin mengetahui aktivitas masyarakat di sekitar Candi Tegowangi
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Dengan diketahui penemuan Candi Tegowangi akan menambah wawasan Kerajaan
Kediri
1.4.2 Dengan diketahui tentang Candi Tegowangi akan menambah wawasan tentang nilai
kearifan lokal di daerah Kediri
1.4.3 Dengan diketahuinya Candi Tegowangi akan memunculkan ide untuk menciptakan
strategi pemberdayaan masyarakat melalui nilai nilai keaifan lokal

iii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kearifan lokal dijadikan pedoman hidup, ilmu, dan rencana kehidupan dalam melakukan
kegiatan lokal masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah dalam memenuhi kepentingan mereka.
Selain itu, setiap taraf, aturan-aturan, bentuk kepercayaan, dan buah pikiran masyarakat setempat
merupakan kandungan dalam kearifan lokal. Seiring berjalannya waktu, kearifan lokal dapat
mengalami perubahan secara aktif dengan mengikuti aturan dan perjanjian sosial budaya yang ada di
masyarakat. kearifan lokal merupakan bagian dari kualitas adat setempat maupun keadaan geografis
dalam dimensi besar. Dapat dikatakan bahwa kearifan lokal kuat hubungannya dengan budaya atau
kebudayaan dalam suatu masyarakat. Kebudayaan diartikan sebagai suatu komunitas kaidah merasa,
bermakrifat, dan berperangai dari sejumlah insan yang dijadikan sebagai kebiasaan, sehingga dapat
dikatakan sebagai identitas masyarakat itu sendiri. Dalam kebudayaan terkandung cultural values.
Cultural values yang dimaksud bermakna pada sistem kehidupan. Di dalam arti itu terbentuk hukum
adat atau tradition yang sesuai dengan keperluan masyarakat setempat.

Berbicara tentang kebudayaan Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam
kebudayaan yang tersebar di seluruh pelosok nusantara. Kebudayaan tersebut dapat berupa
kepercayaan, perilaku, bahasa baik lisan maupun tulisan, bahkan kesenian yang hingga kini terus
berkembang. Berbagai kebudayaan tersebut terbentuk tidak lepas dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di masa lampau. Berbicara mengenai sejarah kebudayaan di Indonesia Soekomo, salah
seorang arkeolog menguraikan bahwa kebudayaan Indonesia dimulai dari jaman prasejarah,
kemudian jamanpurba, jaman madya yang merupakan jaman mulai masuknya pengaruh Islam
hingga jaman modern.

2.1 Pengertian Kearifan Lokal


Kearifan lokal itu tentu tidak muncul serta-merta, tapi berproses panjang sehingga akhirnya
terbukti, hal itu mengandung kebaikan bagi kehidupan mereka. Keterujiannya dalam sisi ini membuat
kearifan lokal menjadi budaya yang mentradisi, melekat kuat pada kehidupan masyarakat. Kearifan
lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus
Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Shadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom
(kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat
dipahami sebagai gaasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal (local wosdom) dalm
disiplin Antropologi dikenal juga dengan istilah local genius. Adapun beberapa pengertian kearifan
lokal dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Menurut Undang-Undang No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan


Hidup. Kearifan lokal merupaka nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat untuk melindungi dan mengelola kelestarian lingkungan hidup.
b. Menurut Irene Mariane (2014, 111), kearifan loka merupakan suatu gagasan konsteptual
yang tumbuh dan berkembang daam masyarakat dan berfungsi mengatur kehidupan
masyarakat.

1
c. Menurut Robert Sibarani (2014, 112), kearifan lokal merupakan kebijaksanaan atau
pengetahuan lokal yang mengandung nilai-nilai luhur sehingga dijadikan sebagai pedoman
dalam mengatur kehidupan masyarakat setempat.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah gagasan-gagasan
lokal yang bersifat bijaksana dan bernilai luhur serta diwariskan ecara turun temurun untuk mengatur
kehidupan masyarakat.

2
2.2 Sejarah Candi Tegowangi
Salah satu daerah yang memiliki sejarah sebagai tempat dimana hidup berkembangnya
kerajaan-kerajaan Hindu pada jaman purba yangdiperkirakan sekitar 1500 adalah jawa timur. di
daerah ini ditemukan beberapa situs arkeologi peninggalan kerajaan majapahit yang tersebar di
beberapa tempat diantaranya di daerah trowulan yang merupakan Ibukota majapahit terdapat
beberapa candi yang letaknya tidak berjauhan yakni candi tikus, candi Bajang ratu candi wringin
lawang, candi Brahu, candi Kedaton. Selain itu terdapat pula situs arkeolog peninggalan kerajaan
majapahit yang terdapat di Kabupaten Kediri yakni candi Surawana dan candi tegowangi. Berikut ini
penjelasan mengenai salah satu candi peninggalan kerajaan majapahit yakni candi tegowangi.

Sejarah candi tegowangi


Peninggalan kerajaan Majapahit di Indonesia memang cukup banyak, hal ini di tandakan
dengan banyaknya candi-candi yang pernah berdiri di tanah Indonesia. Salah satunya adalah sebuah
candi yang terletak di wilayah Kediri, Jawa Timur, candi ini tepatnya terletak di Desa Tegowangi
Kecamatan Plemahan.

Menurut kitab pararaton, candi tegowangi merupakan tempat pendharmaan bagi


Rajasawarddhana (raden larang Bhre/matahun). candi ini dulunya bernama Kusuma pura yang
didirikan di tigawangi. Nama tigawangi sendiri tercatat dalam kitab negarakertagama yaitu
merupakan nama hutan yang pernah dibuka oleh Hayam wuruk.

Rajasawarddhana adalah orang yang berkuasa di wilayah matahun yang sekarang dikenal
dengan nama Bojonegoro. Bhre merupakan kata yang berarti pangeran atau bangsawan, jadi dapat
disimpulkan bahwa Bhre matahun adalah pengeran atau bangsawan yang berkuasa di daerah
matahun. Bhre matahun sendiri adalah salah seorang anak dari Wirayarajasa, yang merupakan paman
dari Hayam wuruk. Dalam kitab negarakertagama dijelaskan bahwa Bhre matahun meninggal pada
tahun 1388 masehi. Berdasarkan penjelasan tersebut, candi ini diperkirakan dibangun sekitar tahun
1400 masehi atau 12 tahun setelah Bhre matahun meninggal dengan upacara srada.

3
2.3 Struktur Dan Bangunan candi
Candi tegowangi adalah candi yang berbentuk bujur sangkar dan menghadap ke arah barat.
Candi yang berukuran lebar 11,2 meter Dan tinggi 4,35 terbuat dengan bahan utama batu andesit
gunung kelud Dan bagian pondasi terbuat dari batu bata.

Struktur bangunan candi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu bagian kaki, badan, Dan
kepala. Hal ini senada dengan yang dinyatakan I Made Bandem: “Sebagai bangunan purbakala
secara vertikal Candi memiliki wujud triangga yaitu kepala, badan, Dan kaki. Masing-masing
bagian ini memiliki arti secara simbolis yaitu kepala melambangkan alam atas tempat para dewa,
badan melambangkan tempat manusia yang telah meninggalkan keduniawian dan suci, sementara
kaki melambangkan alam bawah yaitu tempat manusia biasa

BAGIAN-BAGIAN DARI CANDI TEGOWANGI :

1) Kaki Candi

Bagian kaki Candi berlipat Dan berhias, pada tiap sisinya terdapat tiga panil tegak yang
dihiasi relief raksasa (gana) dengan posisi dudukduduk, jongkok, kedua tangan diangkat ke
atas Seperti sedang mendukung candi. Diatas nya terdapat tonjolan tonjolan berukir
melingkari kaki Candi, diatas tonjolan terdapat sisi genta yang berhias.

Gambar 1. Bagian Kaki Candi Berlipit dan Berhias

Gambar 2. Bagian Kaki dengan Relief Raksasa (Gana)

4
2) Tubuh Candi

Di sekeliling tubuh Candi dihiasi relief dengan cerita sudamala sebanyak 14 panel yang
terbagi pada masing masing Sisi yaitu 3 pada bagian utara, 8 pada bagian barat, Dan 3 pada
bagian selatan. Cerita sudamala merupakan cerita yang berisi ruwat untuk mensucikan diri.
Dalam relief Candi tegowangi ini diceritakan dewi uma yang dikutuk oleh suaminya siwa
sehingga menjadi raseksi yang bernama durga. Ia harus hidup di kuburan setra ganda mayit
sampai akhirnya di bebaskan dari kutukan oleh sadewa. Setelah kembali menjadi dewi uma,
sadewa diberi nama sudamala yang artinya kembali bersih dari noda.

Gambar 3. Relief Tubuh Candi Bagian Selatan

Gambar 4. Relief Tubuh Candi Bagian Barat

Gambar 5. Relief Tubuh Candi Bagian Utara

5
Gambar 6. Relief Orang Memainkan Alat Musik Seperti Gendang

3) Pilar Candi

Di tenggah tiap-tiap Candi terdapat pilar polos yang menghubungkan badan Dan kaki
Candi. Pada 1 pilar ditemukan relief sepasang yang belum terselesaikan yang
menggambarkan tresno asih.

Gambar 7. Pilar Cand Tegowangi

4) Yoni

Pada bilik Candi terdapat yoni dengan pancuran yang bebentuk naga. Simbol liga yoni
mengandung filosofis bahwa semua unsur kehiduoan manusia sebelum mencapai muksah
masih bisa menitis kembali atau yang dikenal dengan kata reinkarnasi. Adapun abu dari Bhre
Matahun yang di dharmakan di tempat ini diharapkan bisa menitis kembali karena pada masa
hidupnya Bhre Matahun masih belum bisa menuntaskan tugas nya sebagai raja.

Gambar 8. Yoni pada Bilik Candi gambar 9. Batu dan Bangunan Candi Kecil

6
2.4 Kearifan Lokal Candi Tegowangi
Setiap masyarakat memiliki ciri-ciri khas berbeda dengan masyarkat lain. Perbedaan tersebut
dapat dilihat berdasarkan adat istiadat dan tradisi yang iwariskan secara turun temurun. Adat istiadat
dan tradisi yang berkembang dalam masyarakat didasarkan atas nilai-nilai kearifan lokal. Istilah
kearifan lokal sering dikaitkan dengan kekayaan budaya masyarakat Indonesia. Kearifan lokal dalam
bahasa inggris disebut local wisom. Local berarti setempat, sedangkan wisdom berarti kebijaksanaan.
Dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana dan
bernilai luhur serta diwariskan secara turun-temurun untuk mengatur kehidupan masyarakat. Semua
bentuk kearifan lokal dihayati,dipraktikkan,diajarkan, dan diwariskan antargenerasi sehingga
membentuk pola perilaku atau kebiasaan. Kearifan lokal mengarahkan masyarakat untuk hidup secara
harmonis baik kepada tuhan, sesama manusia, maupun lingkungan alam.

Salah satu kearifan lokal yang ada di daerah kediri adalah Candi Tegowangi. Candi Tegowangi
menepati sebuah sebuah areal yang cukup luas dan terbuka. Areal wisata arkeologi ini juga terawat
dengan baik,tidak terlihat sampah bertebaran kecuali daun-daun kering pepohanan dalam jumlah yang
juga tidak terlalu banyak. Didekat gerbang masuk anda akan menjumpai sebuah pertenakan lebah milik
penduduk setempat yang bisa dijadikan nilai tambah tersendiri saat berkunjung

Candi tegowangi biasanya digunakan sebagai beribadah pada hari-hari tertentu oleh umat
Hindu. Menurut Kitab paraton, candi ini bernama Candi Tegowangi, sebagai tempat
pendharmaan (memuliakan) Bhre Matahun Kapisan, suami Bhre Lasem Kapisan, yang diberi
nama Kusumapura. Ia merupakan kawasan dharmmahaji (tempat yang disucikan karena
menjadi tempat pendharmaan abu jenazah kerajaan).

7
2.5 Keistimewaan Candi Tegowangi
Sejarah Singkat

Dulu semasa Bhre Matahun Kapisan masih hidup, dia pernah mendapat petaka karena sebuah
penyakit yang hampir tidak bisa disembuhkan. Kalau tidak mendapat pertolongan dari Dang Hyang
Smaranatha dan Dang Hyang Panawasikan, usianya tidak akan panjang. Begitu dia wafat,
diguratkanlah cerita Kidung Sudamala, sebuah kidung pengruwatan pada dinding-dinding
pendharmaannya.

Dalam Kitab Negarakertagama, Bhre Matahun Kapisan, sepupu Prabu Hayam Wuruk, wafat
pada tahun 1388. Dua belas tahun kemudian sesuai kebiasaan yang berlaku dalam agama Siwa
Buddha, pendharmaannya baru didirikan, yaitu tepat pada tahun 1400 dengan upacara srada, saat
Prabu Hayam Wuruk yang berge lar Sri Rajasanagara berkuasa.

Bukan tanpa alasan pendharmaannya didirikan di Keling. Di daerah ini, dulu Dang Hyang
Smaranatha dan Dang Hyang Panawasikan menghilang begitu saja. Menghilang semenjak Perang
Bubat (1357) terjadi dan sudah menjadi wasiat Bhre Matahun begitu meninggal.

Bahan Pembuatan Candi

Candi Tegowangi berdenah bujursangkar menghadap ke barat, berukuran 11,20 m x 11,20 m


dengan tinggi 4,35 m. Pondasinya terbuat dari bata, sedangkan batur kaki dan sebagian tubuh yang
tersisa terbuat dari batu andesit. Bagian kaki candi berlipit dan berhias. Tiap sisi kaki candi ditemukan
tiga panil tegak yang dihiasi raksasa duduk jongkok, kedua tangan diangkat ke atas seperti mendukung
bangunan candi. Di atasnya terdapat tonjolan-tonjolan berukir melingkari kaki candi, di atas tonjolan
terdapat sisi genta yang berhias.

Pada bagian tubuh candi, di tengah-tengah pada setiap sisinya terdapat pilar polos yang
menghubungkan badan dan kaki candi. Di sekeliling tubuh candi dihiasi relief cerita Sudamala yang
berjumlah 14 panil yaitu 3 panil di sisi utara, 8 panil di sisi barat dan 3 panil sisi selatan. Cerita ini
berisi tentang ruwatan (pensucian) Dewi Durga dalam bentuk jelek dan jahat menjadi Dewi Uma
dalam bentuk baik yang dilakukan oleh Sadewa, salah satu dari Pandawa. Sedangkan, pada tubuh
candi terdapat yoni dengan ceret (pancuran) berbentuk naga.

Di halaman candi terdapat beberapa arca, yaitu Parwati Ardhanari, Garuda berbadan
manusia dan sisi candi di sudut tenggara. Berdasarkan arca-arca yang ditemukan dan adanya yoni di
bilik candi maka candi ini berlatar belakang Agama Hindu. Candi Tegowangi tidak seperti
kebanyakan candi biasanya yang terrpendam di dalam tanah, tetapi Candi Tegowangi telah berada
ditempat tersebut sejak dahulu pertama ditemukannya.

8
2.6 Pelestarian Candi Tegowangi
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur kembali melakukan eksplorasi pada
Candi Tegowangi. Kali ini tim bpcb melakukan lagi pemetaan dan penggambaran terhadap candi
tersebut. Pemetaan dan penggambaran itu akan digunakan sebagai data dalam melakukan pelestarian.
Termasuk sebagai data penunjang bila nanti melakukan pemugaran.

Pemetaan dan penggambaran kali ini merupakan yang kedua dilakukan oleh bpcb. Sebelumnya
juga sudah pernah dilakukan kegiatan serupa. Saat itu yang dipetakan adalah bangunan candi di sisi
selatan. Sedangkan kali ini adalah penggambaran untuk hal hal yang kurang dan denah bagian atas.
Juga potongan candi di segala sisi.

Pemetaan dan penggambaran kali ini dilakukan pada bagian candi besar maupun fragmen
fragmennya. Termasuk candi tegowangi yang berupa motif-motif floral. “penggambarannya dilakukan
per lapis batu,” terang ketua tim pelaksana kegiatan dari bpbc jatim missa demitawati kemarin.
Kegiatan tersebut sudah berlangsung dilakukan oleh tim yang beranggota tujuh orang. Kemarin, tim
tersebut melakukan pengukuran candi secara keseluruhan. Mulai bawah hingga atas. Kemudian
diteruskan dengan pencatatan dan penggambaran.

Dari pemetaan dan penggambaran yang dilakukan itu, nantinya bisa dimanfaatkan oleh dinas
pariwisata dan kebudayaan (disparbud) ataupun pbcb jatim. Sebagai data untuk keperluan
pengembangan. Termasuk bila akan melakukan pemugaran. “misalnya zonasi dan penataan
lingkungan,” pemetaan pada candi yang berukuran 11,2 meter dan tinggi 4,35 meter itu berlangsung
sembilan hari. Proses penggambarannya dilakukan dengan sistem updating. Hasil dari penggambaran
secara manual tersebut juga akan digunakan untuk digitalisasi data.

Sementara itu, kasi museum dan purbakala disparbud eko priyanto mengatakan, diwilayah
kabupaten kediri, termasuk kecamatan plemahan sedang bergeliat pengembangan desa wisata.
Rencana pengembangan dan pelestarian candi tegowangi nanti akan dihubungkan dengan potensi-
potensi wisata yang ada di wilayah tersebut. “termasuk nanti dari kampung inggris pare akan
hubungkan dengan potensi wisata sekitarnya,” ujarnya.

Selain menjaga Candi dari kerusakan bangunan. Mereka juga melakukan pelestrian melalui
media sosial agar peninggalan tersebut tidak hilang tergerus globalisasi. Para wisatawan yag berfoto
disekitar candi dan mengunggahnya di media sosial mereka secara tidak langsung menarik banyak
pengunjung yang datang ke Candi Tegowangi.

9
2.7 Aktivitas Masyarakat Candi Tegowangi
Banyak faktor yang membuat kearifan lokal dan budaya masyarakat secara umum, kehilangan
geliat kekuatannya. Selain kekurangmampuan masyarakat dalam memaknai kreatif dan kontekstual
kearifan lokal. Faktoe lainnya adalah akibat faktor globalisasi,dan kepentingan subjektif dari sebagian
elit masyarakat. Pada sisi itu bencana budaya mulai tumbuh dalam masyarakat. Dalam kondisi superti
ini,masyarakat tidak mampu lagi melihat,apalagi menyelesaikan secara arif persoalan yang menimpa
mereka. Krisis demi lalu menjadi bagian hidup bangsa.

Melihat kenyataanya ini diperlukan satu strategi pemberdayaan masyarakat untuk


mengedepankan kembali pelaksanaan nilai nilai kearifan lkal yang bermanfaat bagi lingkungan
kehidupannya. Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif
untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Hal ini dikarenakan
suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai “pemberdayaan masyarakat” apabila kelompok komunitas
atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subjek.

Secara tidak langsung Candi Tegowangi menjadi objek wisata dan selalu ramai dikunjungi
wisatawan. Masyarakat disekitar candi memanfaatkannya untuk mencari pundi-pundi penghasilan.
Mereka berjualan jajanan disekitar candi. Hal ini akan membantu pemerintah dalam program
pembangunan pedesaan.

10
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Candi tegowangi merupakan candi yang bercorak hindu tertua di wilayah Kediri. Candi ini terletak
di Desa Tegowangi, Kecamatan Plemahan, sekitar 24 km dari Kota Kediri. Candi ini diperkirakan
dibangun pada abad ke-14 atas perintah raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Pembangunnan
candi ini bertujuan untuk beruwat (menghilangkan keburukan) Bhre Matahun, penganut Siwa yang
meninggal pada tahun 1310 Saka atau 1388 M, yang merupakan ipar Hayam Wuruk.

Secara umum candi ini berdenah bujursangkar menghadap ke barat dengan memiliki ukuran 11,2 x
11,2 meter dan tinggi 4,35 m. Kini, hanya tinggal kaki candi yang masih utuh, sedangkan sebangian
besar tubuh dan atap telah hancur. Pada kaki candi yang berbentuk bujur sangkar terdapat tangga yang
berpipi dan bergambar pemain genderang. Pada bagian tubuh candi yang sebagian besar sudah runtuh,
ditengah-tengahnya pada setiap sisinya terdapat pilar polas yang menghubungkan badan dan kaki
candi. Disekeliling tubuh candi dihiasi relief cerita Kidung Sidumala. Candi Tegowangi menepati
sebuah areal yang cukup luas dan terbuka. Areal wisata arkeologi ini juga terawat dengan baik, tidak
terlihat sampah bertebaran kecuali daun-daun kering pepohonan dalam jumlah yang juga tidak terlalu
banyak. Para masyarakat juga mendapatkan dampak positif dari wisata Candi Tegowangi tersebut.

3.2 SARAN

Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan situs peninggalan budaya supaya dapat meningkatkan
minat wisatawan untuk berkunjung ke situs meninggalan budaya, selain itu juga dapat berdampak pada
pendapatan daerah.

Sebagai penyusun, kami merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena
itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca

11
3.3 LAPORAN KEGIATAN

No Nama Kegiatan Tanggal checklist


Pelaksanaan
1. Penentuan Topik 25-11-2021 √
2. Menyiapkan pertanyaan 5-12-2021 √
wawancara dan melakukan
wawancara
3. Merangkai isi makalah 5-12-2021 √
4. Pembuatan Makalah 11-12-2021 √
5. Print dan Jilid makalah 12-12-2021 √

Gambar 10. Foto bersama Petugas Candi

12
DAFTAR PUSTAKA
http://amp.antarafoto.com/bisnis/v1451469927/perawatan-candi-tegowangi

http://id.scribd.com/document/396255585/Candi-Tegowangi

http://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/qr8skp456

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Candi_Tegowangi

iv

Anda mungkin juga menyukai