Anda di halaman 1dari 18

Makalah ini diajukan untuk syarat mengikuti perkuliahan

Mata kuliah : Hukum Administrasi Pemerintah Daerah

Peraturan Daerah Dalam Konsep Negara Hukum dan Permasalahannya

Disusun oleh

Nama: FEBRIANISAH

Nim. : 11920421373

PRODI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah nya sehingga ananda dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Peraturan Daerah Dalam Konsep Negara Hukum dan Permasalahannya” ini tepat

pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas pada “Hukum Administrasi Pemerintah Daerah”. Selain itu, makalah ini

juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang materi ilmu kalam yang akan

dibahas di setiap pertemuan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantu tugas

ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang

studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 12 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................3

C. Tujuan..........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Konsep Negara Hukum...............................................................................4

B. Penyebab Peraturan Daerah Bermasalah....................................................7

C. Mengatasi Peraturan Daerah Bermasalah..................................................10

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................13

B. Saran..........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Negara Indonesia adalah negara yang dijalankan berdasarkan hukum atau

dengan kata lain negara Indonesia merupakan negara hukum, sebagaimana

termuat di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara

hukum”, sehingga Negara Indonesia tidak dijalankan berdasarkan pada kekuasaan

pemerintahan belaka. Dalam negara hukum semua alat perlengkapan negara

hanya dapat dijalankan berdasarkan hukum dan peraturan yang telah dibentuk

sehingga tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan karena segala bentuk tindakan

pemerintah dan alat perlengkapan negara dalam menjalankan pemerintahan harus

berdasarkan hukum.

Karena Negara Indonesia merupakan negara hukum maka perlu dibentuk

regulasi yang mengatur segala tindakan pemerintah dan rakyat Indonesia.

Regulasi yang dibentuk harus berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta disusun mulai dari tingkat pusat

sampai daerah berdasarkan hierarkinya. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan, jenis dan hierarki Peraturan Perundangundangan

terdiri atas:

1
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang

d. Peraturan Pemerintah

e. Peraturan Presiden

f. Peraturan Daerah Provinsi

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, peraturan

daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten termasuk dalam hierarki

peraturan perundangundangan, dimana peraturan daerah provinsi dan peraturan

daerah kabupaten dibentuk berdasarkan pemberian kewenangan baik secara

atribusi maupun delegasi dari peraturan perundangundangan yang lebih tinggi

kepada pemerintah daerah untuk membentuk regulasi terkait pelaksanaan dari

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi untuk dilaksanakan di daerah

serta dibentuk oleh pemerintah daerah berdasarkan otonomi daerah untuk

kepentingan daerahnya. Namun dengan banyaknya dibentuk peraturan daerah,

baik itu peraturan daerah provinsi maupun peraturan daerah kabupaten serta

peraturan kepala daerah yang disusun berdasarkan pemberian otonomi daerah

menyebabkan terjadinya obesitas peraturan perundang-undangan, yang

disebabkan karena terjadinya tumpang tindih peraturan perundangundangan,

pengaturan materi muatan yang berulang diatur kembali dalam peraturan daerah,

baik itu peraturan daerah provinsi maupun peraturan daerah kabupaten setelah

2
sebelumnya sudah diatur dengan rinci dalam peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi, serta pembentukan peraturan daerah yang tidak didasarkan oleh

pemberian kewenangan namun karena alasan kebutuhan daerah, sehingga

menambah daftar panjang peraturan daerah yang menjadi penyebab terjadinya

obesitas peraturan perundang-undangan di Indonesia. 1

B. Rumusan masalah

1. Apa itu konsep negara hukum?

2. Apa penyebab peraturan Daerah bermasalah?

3. Bagaimana mengatasi Peraturan Daerah bermasalah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep negara hukum

2. Untuk mengetahui penyebab peraturan daerah bermaslah

3. Untuk mengetahui cara mengatasi Peraturan Daerah Penghambat

Pembangunan

1
Fadhilah Yustisiaty Umar,S.H Perancang peraturan perundangan-undangan Ahli Pertama

3
BAB II

PEMBASAHAN

A. Konsep Negara Hukum

Negara Hukum dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan,

“Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu,

diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan

kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, digunakan

dalam bahasa Inggris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah “the rule of

law, not of man”. Yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum

sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya bertindak. Negara hukum ialah

bahwa tidak ada satu pun yang berada di atas hukum dan hukumlah yang

berkuasa. Penyeleggaraan kekuasaan pemerintahan harus didasarkan atas hukum,

bukan titah kepala negara. Negara dan lembaga-lembaga lain dalam bertindak

apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggung jawabkan secara

hukum. Kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum

dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum. Apabila negara

berdasarkan hukum maka pemerintahan negara itu harus berdasar atas undang-

undang dasar sebagai landasan penyelenggaraan pemerintahan. Konstitusi negara

sebagai sarana pemersatu bangsa. Hubungan antar warga negara dengan negara,

hubungan antar lembaga negar dan kinerja masing-masing elemen kekuasaan

berada pada satu sistem aturan yang disepakati dan dijunjung tinggi.

4
Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum atau rechtsstaat mencakup empat

elemen penting, yaitu:

1. Perlindungan hak asasi manusia.

2. Pembagian kekuasaan.

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang.

4. Peradilan tata usaha Negara

Menurut Arief Sidharta merumuskan pandangannya tentang unsur-unsur dan asas-

asas Negara Hukum meliputi 5 yaitu:

1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang

berakar dalam penghormatan atas martabat manusia.

2. Berlakunya asas kepastian hukum. Negara Hukum untuk bertujuan

menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat.

3. Berlakunya Persamaan Dalam Negara Hukum, Pemerintah tidak boleh

mengistimewakan orang atau kelompok orang tertentu, atau

memdiskriminasikan orang atau kelompok orang tertentu.

4. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan

yang sama untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk

mempengaruhi tindakan-tindakan.

5. Pemerintah dan Pejabat mengemban amanah sebagai pelayan masyarakat

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan

bernegara yang bersangkutan.

5
Cita Negara Hukum Indonesia

1. Supremasi Hukum

2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law)

3. Asas Legalitas Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya

asas legalitas dalam segala bentuknya bahwa segala tindakan

pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang

sah dan tertulis.

4. Pembatasan Kekuasaan

5. Organ-Organ Campuran Yang Bersifat Independen

6. . Peradilan Bebas dan Tidak Memihak

7. Peradilan Tata Usaha Negara

8. Peradilan Tata Negara

9. Perlindungan Hak Asasi Manusia

10. Bersifat Demokratis

11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara, cita-cita

nasional Indonesia dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, tujuan

bangsa Indonesia bernegara adalah dalam rangka melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial. Negara Hukum berfungsi sebagai sarana untuk

mewujudkan dan mencapai keempat tujuan bernegara Indonesia itu.

6
12. Transparansi dan Kontrol Sosial, adanya transparansi dan kontrol sosial

yang terbuka terhadap setiap proses pembuatan dan penegakan hukum,

sehingga kelemahan dan kekurangan yang ada dalam mekanisme

kelembagaan resmi dapat dilengkapi dengan cara partisipasi langsung.

Adanya partisipasi langsung ini penting karena sistem perwakilan rakyat

melalui parlemen tidak pernah dapat diandalkan sebagai satu-satunya

saluran aspirasi rakyat.

13. Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa Khusus mengenai cita Negara Hukum

Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Pengakuan segenap bangsa

Indonesia mengenai kekuasaan tertinggi yang terdapat dalam hukum

konstitusi di satu segi tidak boleh bertentangan dengan keyakinan segenap

warga bangsa mengenai prinsip dan nilai-nilai ke-MahaKuasaan Tuhan

Yang Maha Esa itu. 2

B. Penyebab Peraturan Daerah Bermasalah

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) dilansir

beritasatu.com menemukan sebanyak 347 Peraturan Daerah (Perda) bermasalah

dan menghambat investasi. Perda bermasalah tersebut merupakan hasil kajian

KPPOD terhadap 1.109 perda dari 153 kabupaten/kota di 32 provinsi.

Dari 347 perda bermasalah dan menghambat investasi diketahui sebanyak

67 persen merupakan perda terkait pajak retribusi, disusul perda terkait perijinan

sebanyak 18 persen, perda terkait ketenagakerjaan sebanyak 2 persen dan perda

2
https://m.kumparan.com/cessnaya-shafa/negara-hukum-indonesia-1uoh2EdB6MQ

7
lain-lain seperti KTR, non pungutan, TJSL dan pertambangan sebanyak 13

persen.

Dari kajian terhadap 347 perda tersebut telah disimpulkan lima persoalan

utama mulai dari proses pembentukan hingga regulatory delivery.

Pertama, pada proses penyusunan perda sangat minim partisipasi publik sehingga

berdampak pada ketidakefektifan implementasi perda.

Kedua, permasalahan pada aspek yuridis, substansi, prinsip dan nilai tambah dari

konten atau muatan perda-perda tersebut. Hal tersebut sangat tampak dari perda-

perda yang kontradiktif atau bertentangan dengan regulasi pemerintah pusat atau

peraturan diatasnya.

Ketiga, perda-perda bermasalah tersebut telah menimbulkan dampak negatif

terhadap ekonomi daerah dan bahkan implikasi perda bermasalah justru dijadikan

instrumen politik demi keuntungan pribadi atau kelompok, sehingga

menimbulkan ketidaknyamanan dalam dunia usaha.

Keempat, penanganan perda bermasalah oleh kemendagri belum optimal karena

belum ada regulasi yang ditetapkan pemerintah pusat untuk me-review rancangan

perda. Apalagi semenjak putusan MK bahwasanya kemendagri tidak bisa lagi

melakukan pembatalan perda karena kewenangan pembatalan hanya dapat

dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA).

Kelima, persoalan regulatory delivery yakni kurang harmonisnya lingkungan

pengambil kebijakan seringkali membuat rumusan perda tidak komprehensif dan

8
tidak menyasar kepada kebutuhan masyarakat di daerah. Ketidakharmonisan

tersebut biasa terjadi karena adanya konflik kepentingan antara legislatif dan

eksekutif.

Data Kemendagri RI setidaknya terdapat sekitar 3.143 perda yang

dibatalkan, karena dianggap bermasalah oleh pemerintah pusat.banyaknya perda

yang dibatalkan tersebut pada dasarnya telah menunjukkan keseriusan pemerintah

melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap produk hukum daerah agar

sejalan dengan kepentingan nasional. Namun di sisi lain, banyaknya Perda yang

bermasalah menunjukkan kurang optimalnya pemerintah dalam melaksanakan

fungsi evaluasi sebelum menjadi perda (executive preview).

Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan yang lebih mendalam adalah mengapa

muncul perda bermasalah?

Dalam amanat UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemda, Mendagri

diberikan kewenangan untuk melakukan evaluasi terhadap rancangan perda,

terutama perda yang berkaitan dengan fiskal daerah, seperti Ranperda APBD,

pajak, retribusi dan yang mengatur soal tata ruang (Pasal 245). Selain itu, pada

Pasal 251 (1) dijelaskan bahwa perda provinsi dan peraturan gubernur yang

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,

kepentingan umum, dan atau kesusilaan dibatalkan oleh menteri. ada satu hal yang

sering dilupakan ketika membahas perda yakni minimnya partisipasi masyarakat

dalam proses penyusunan perda. partisipasi politik masyarakat merupakan salah

satu aspek penting demokrasi.3


3
https://bogor-kita.com/5-penyebab-perda-bermasalah/

9
C. Mengatasi Peraturan Daerah Bermasalah

Peraturan daerah (perda) mestinya dibuat sebagai solusi untuk

melaksanakan otonomi daerah. Namun, fakta yang kasatmata ialah tidak sedikit

perda yang memantik ekonomi biaya selangit sampai mengancam eksistensi

negara kesatuan. Perda pun menjadi bagian dari persoalan serius di daerah. Ironis,

sangatlah ironis, perda justru menjadi persoalan baru di daerah. Bukankah

kelahiran perda itu dibidani DPRD dan kepala daerah yang dipilih secara langsung

oleh rakyat? Seharusnya, mereka yang dihasilkan melalui mekanisme kontestasi

itu lebih mementingkan kemajuan daerah ketimbang menumpuk harta pribadi

lewat celah perda.

Pemerintah pusat sangat menyadari bahwa perda bermasalah tidak sekadar

mengganggu iklim investasi. Persoalan yang jauh lebih serius ialah banyak pula

perda bernuansa primordial keagamaan yang dapat mengancam pluralitas

masyarakat Indonesia. Meski sudah mengetahui keberadaan perda bermasalah,

pemerintah pusat tidak lagi memiliki kekuasaan untuk membatalkannya.

Kekuasaan pemerintah pusat untuk membatalkan perda, yang selama ini ada

dalam genggaman Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sudah dicopot

Mahkamah Konstitusi. Putusan Mahkamah Konstitusi pada awal April mengatur

pembatalan perda mesti melewati uji materi di Mahkamah Agung. Kemendagri

tidak perlu meratapi putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat final dan

mengikat. Mereka juga bisa kewalahan jika setiap saat harus mengajukan gugatan

ke Mahkamah Agung atas perda bermasalah yang terus beranak pinak. Sudah

10
saatnya Kemendagri menyiapkan jurus paling ampuh tanpa melawan hukum.

Jurus jitu yang disiapkan Kemendagri ialah tidak memberikan nomor registrasi

pada perda yang dinilai bermasalah. Meski demikian, jurus yang masuk ketegori

penindakan itu hendaknya digunakan secara selektif, sebagai pilihan terakhir. Jauh

lebih penting ialah memperkuat fasilitasi dalam penyusunan sehingga produk

perda yang dihasilkan berkualitas. Karena itulah, perlu dilakukan bimbingan

terkait dengan penyusunan rancangan perda. Jujur diakui bahwa salah satu

kelemahan mendasar mengapa selalu muncul perda-perda bermasalah di daerah

ialah lemahnya sumber daya manusia, baik di eksekutif maupun di DPRD.

Kapasitas mereka terkait dengan legislasi sangat rendah sehingga perlu

pendampingan dari pemerintah pusat. Dalam perspektif itulah patut diacungi

jempol terobosan Kemendagri yang membuka dan menggunakan fasilitas baru

berupa sistem peraturan daerah elektronik (perda-e). Pemda termasuk DPRD bisa

berkonsultasi via aplikasi tersebut.

Rancangan perda pun diharuskan untuk dikirim ke Kemendagri untuk

dikoreksi dan diarahkan. Meski diacungi jempol, Kemendagri juga patut

diingatkan agar tidak bertindak semana-mena apalagi menempatkan diri seakan-

akan sebagai atasan daerah. Kemendagri hendaknya menempatkan diri sejajar

dengan daerah sehingga terbuka ruang diskusi selebar-lebarnya. Bila perlu, ada

adu argumentasi sehingga perda yang dihasilkan tetap proinvestasi dan utamanya

ikut merawat pluralitas masyarakat Indonesia. Perda merupakan instrumen

sekaligus pedoman yuridis bagi pemda dalam menjalankan roda pemerintahan dan

pembangunan daerah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

11
Sebagai pedoman yuridis, keberadaan perda itu hendaknya tidak melawan akal

sehat alias bisa diterima semua pihak. Sebuah perda bisa diterima akal sehat jika,

pertama, isinya tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

ada. Kedua, perda tak sekadar menjadi payung hukum untuk menguras uang

rakyat atas nama peningkatan pendapatan asli daerah. Apalagi jika peningkatan

pendapatan asli daerah itu sebesar-besarnya untuk kemakmuran pejabat di

daerah.4

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
4
https://m.mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/1210-jurus-jitu-atasi-perda-
bermasalah

12
Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus

dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan

politik ataupun ekonomi. Karena itu, digunakan dalam bahasa Inggris untuk

menyebut prinsip Negara Hukum adalah “the rule of law, not of man”. Yang

disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang

per orang yang hanya bertindak.

Penyebab peraturan daerah bermasalah :

Pertama, pada proses penyusunan perda sangat minim partisipasi publik

sehingga berdampak pada ketidakefektifan implementasi perda.

Kedua, permasalahan pada aspek yuridis, substansi, prinsip dan nilai

tambah dari konten atau muatan perda-perda tersebut. Hal tersebut sangat

tampak dari perda-perda yang kontradiktif atau bertentangan dengan

regulasi pemerintah pusat atau peraturan diatasnya.

Ketiga, perda-perda bermasalah tersebut telah menimbulkan dampak

negatif terhadap ekonomi daerah dan bahkan implikasi perda bermasalah

justru dijadikan instrumen politik demi keuntungan pribadi atau kelompok,

sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam dunia usaha.

Keempat, penanganan perda bermasalah oleh kemendagri belum optimal

karena belum ada regulasi yang ditetapkan pemerintah pusat untuk me-

review rancangan perda. Apalagi semenjak putusan MK bahwasanya

kemendagri tidak bisa lagi melakukan pembatalan perda karena

13
kewenangan pembatalan hanya dapat dilakukan oleh Mahkamah Agung

(MA).

Kelima, persoalan regulatory delivery yakni kurang harmonisnya

lingkungan pengambil kebijakan seringkali membuat rumusan perda tidak

komprehensif dan tidak menyasar kepada kebutuhan masyarakat di daerah.

Ketidakharmonisan tersebut biasa terjadi karena adanya konflik

kepentingan antara legislatif dan ekseksekuti

B. Saran

Demikian pembahasan yang penulis sampaikan. Harapan penulis, dengan

adanya tulisan ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita,semoga

bermanfaat bagi para pembaca dan sudilah memberi motivasi, kritik, saran yang

selalu penulis nantikan untuk membebani karya-karya tulis yang lain

DAFTAR PUSTAKA

Yustisiaty Umar, Fadhilah. Perancang Peraturan Perundangan-Undangan Ahli

Pertama

14
https://bogor-kita.com/5-penyebab-perda-bermasalah/

https://m.mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/1210-jurus-jitu-atasi-

perda-bermasalah

15

Anda mungkin juga menyukai