OLEH:
NAMA :
NIM :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MAHENDRADATTA
DENPASAR
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat Beliau lah saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
telah berkontribusi berupa materi maupun buah pikiran untuk melengkapi isi dari
makalah ini. Semoga makalah yang saya buat menjadi berkah dan memiliki
kepentingan mulia apapun, dan besar harapan saya makalah ini dimanfaatkan
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan dan penulis terima dengan lapang
dada demi kesempurnaan tulisan ini, akhir kata penulis haturkan terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 20
3.2 Saran................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
pembentukan peraturan daerah didukung dengan cara dan metode yang sesuai
terlebih lagi pada Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai negara hukum.
mengurusi kesejahteraan rakyat. Hal ini menajadi suatu yang absolut atau tidak
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan terakhir diganti dengan Undang-
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
1
Farida Indrati S, Maria. 2007. Ilmu Perundang-undangan 2. Kanisius (Anggota Ikapi).
Yogyakarta, hlm.21
1
2
peran serta masyarakat dan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
rangkaian yang tidak terpisahkan antara satu dan lainnya. Tahapan tersebut yaitu
telah disusun berdasarkan pemikiran yang matang dan perenungan yang memang
kewenangan daerah yang didasari pada asas otonomi daerah. Daerah otonom,
Indonesia.4
umum yang dibuat oleh Pejabat atau Lembaga yang berwenang. Jadi kriteria suatu
1) Bersifat tertulis
2) Mengikat umum
ilmu, dapat diketahui dari pandangan Krems yang memperkenalkan cabang ilmu
5) Teori Perundang-undangan
6) Proses perundang-undangan
8) Teknik perundang-undangan.
menurut Krems, Maihofer, dan van der Velden, termasuk dalam cabang Ilmu
yang terpaku mati (compartementization). Oleh karena itu tidak mungkin ilmu
tersebut berdiri sendiri terpisah satu sama lainnya tanpa adanya pengaruh dan
hubungan. Demikian halnya mata kuliah ini yang dipengaruhi dan mempunyai
hubungan dengan disiplin ilmu lain, terutama dengan cabang ilmu-ilmu sosial
yang mempunyai objek kehidupan „Negara‟. Misalnya dengan Ilmu Politik, Ilmu
Sosial, Ilmu Hukum, dan juga dengan Ilmu Pemerintahan. Hubungannya adalah
dari disiplin ilmu-ilmu yang lain. Karena itu Krems menyebutkan bahwa ilmu
1.4.1 Tujuan
1.4.2 Manfaat
pada khususnya.
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
penelitian dapat digolongkan sebagai data primer dan data skunder. Data
primer atau data tangan pertama, adalah data yang diperoleh langsung dari
dicari. Data skunder atau data tangan ke dua, yaitu data yang diperoleh
lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
penelitiannya.
bagian berasal dari kajian sumber data pokok yang berasal dari observasi
PEMBAHASAN
bersama Kepala Daerah. Peraturan Daerah ada dua macam yaitu Peraturan Daerah
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan
dikenal dengan nama Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) dan Peraturan Daerah
Bupati/Walikota.7
7
Widodo Ekatjahjana. 2008. Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Citra
Aditia, Bandung, hlm. 67
9
10
hendak dicapai
perundang-undangan.
masyarakat.
serta harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia
secara proporsional.
pengambilan keputusan.
8
Ibid
12
Pancasila.
6. Asas bhinneka tunggal ika, bahwa setiap materi muatan Perda harus
berdasarkan latar belakang, antara lain agama, suku, ras, golongan, gender
Selain asas dan materi muatan di atas, DPRD dan Pemerintah Daerah
masyarakat daerah bukan hanya melalui mekanisme tersebut tetapi juga dengan
beban Pajak Daerah), sehingga dunia usaha dapat tumbuh dan berkembang di
tertentu, peraturan daerah juga dapat mengatur sendiri hal-hal yang meskipun
dianggap perlu diatur oleh daerah untuk melaksanakan otonomi daerah yang
seluas-luasnya sebagaimana dimksud oleh pasal 18 ayat (3) dan (4) UUD 1945.
Bahkan, dalam peraturan daerah juga dapat dimuat mengenai ketentuan pidana
ditentukan, “materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam
lebih tinggi”. Menurut pasal 7 ayat (1) UU nomor 12 tahun 2011 jenis dan
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
tinggi. Seperti sudah ditentukan dalam pasal 14 yang dikutipkan di atas, materi
muatan peraturan daerah itu adalah (a) seluruh materi yang dibutuhkan dalam
Undang-undang.
tugas pembantuan itu juga ditentukan dalam pasal 18 ayat (3) dan (4) UUD 1945,
menyelenggarakan otonomi dan tugas pembantuan itu juga dapat dianggap secara
bahwa rancangan peraturan daerah dapat berasal dari dewan perwakilan rakyat
mengenai (i) anggaran pendapatan dan belanja daerah, (ii) pencabutan peraturan
daerah, atau (iii) perubahan peraturan daerah yang hanya terbatas mengubah
beberapa materi. Disertai dengan keterangan pokok pikiran dan materi muatan
daerah sesuai dengan teknik penyusunan naskah akademik. Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara mempersiapkan rancangan peraturan daerah yang berasal dari
komisi, gabungan komisi, atau alat kelengakapan dewan perwakilan daerah yang
khusus menangani bidang legilasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
peraturan daerah yang berasal dari dewan perwakilan rakyat daerah itu
yang dibahs adalah rancangan peraturan daerah yang disampaikan oleh gubernur
diatur pula secara rinci dalam bab VIII UU nomor 12 tahun 2011. Dalam pasal 75
di dewan perwakilan rakyat daerah dilakukan oleh dewan perwakilan rakyat aerah
9
www.hukumonline.com, diakses pada tanggal 14 September 2023
17
dewan perwakilan rakyat daerah yang khusus menangani bidang legilasi dan rapat
rancangan peraturan daerah dikmaksud diatur dengan peraturan tata tertib dewan
dibahas bersama oleh dewan perwakilan rakyat daerah dan gubernur atau
daerah dan gubernurr atau bupati/walikota. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara penarikan kembali rancangan peraturan daerah diatur dengan perautan tata
pasal 78 bahwa rancangan peraturan daerah yang telah disetujui oleh dewan
daerah sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling
ketentuan pasal 79 ayat (1) ditetapkan oleh gubernur atau bupati/walikota dengan
18
membubuhkan tana tangan dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh hari
perwakilan rakyat daerah dan gubernur atau bupati/walikota. Ayat (2) Dalam hal
ditantangani oleh gubernur atau bupati/walikota dalam waktu paling lambat tiga
puluh hari sejak rancangan peraturan daerah tersebut disetujui bersama, maka
rancangan peraturan daerah tersebut sah menjadi peraturan daerah dan wajib
daerah ini dinyatakan sah. Ayat (4) Kalimat pengesahan yang berbunyi
sebagaimana dimaksud ayat (3) harus dibubuhkan pada halam terakhir peraturan
daerah.
daerah dan peraturan di bawahnya yang telah diundangkan dalam berita daerah.
Untuk itu, kepala pemerintah daerah, yaitu gubernur, bupati, dan walikota harus
19
artu yang lebih luas dan menyeluruh disetiap daerah, sehingga upaya mewujudkan
cita negara hukum, di mana system hukum dan konstitusi yang menjadi landasan
PENUTUP
1. Simpulan
bersama Gubernur
sebagaimana dimksud oleh pasal 18 ayat (3) dan (4) UUD 1945.
20
21
peraturan daerah”.
2. Saran
derah harus selalu mengacu kepada aturan aturan yang berlaku lebih