Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Tentang

Negara hukum dan penegakan hukum

Disusun :

Dina Nofriani Fitri (2314080004)

Dosen Pemgampu:

Resva Ingriza, M.Pd

JURUSAN TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

2024/1445 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Kewarganegaraan yang berjudul “ Negara Hukum dan Penegakan hukum”.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kewarganegaraan
semester II dengan dosen pengampu ibu Resva Ingriza, M.Pd. tidak lupa saya sampaikan
terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan yang telah memberi
arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya, penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan saya
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi saya khususnya, dengan segala kerendahan hati
saran dan kritikan yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca guna meningkatkan
pembuatan makalah pada tugas yang pada waktu mendatang.

Padang, 10 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB I PEMBAHASAN....................................................................................................... 4
A. Pengertian Hukum ........................................................................................................ 4
B. Pengertian Negara Hukum ............................................................................................ 4
C. Konsep Negara Hukum................................................................................................. 6
D. Ciri-Ciri Negara Hukum ............................................................................................... 9
E. Negara Hukum Indonesia ............................................................................................. 11
F. Penegakan Hukum...................................................................................................... 14
G. Aparatur Penegakan Hukum Di Indonesia .................................................................. 15
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 20
B. Saran .......................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara merupakan gejala kehidupan umat manusia disepanjang sejarah umat
manusia.Konsep negara berkembang mulai dari bentuknya yang paling sederhana sampai
ke yang paling kompleks dizaman sekarang.Sebagai bentuk organisasi kehidupan bersama
didalam masyarakat,negara selalu menjadi pusat perhatian dan objek kajian bersamaan
dengan berkembangnya ilmu pengetahuan umat manusia.Indonesia merupakan negara
yang dikenal dengan Negara hukum yang dimana hukum senantiasa digunakan sebagai
landasan dalam melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Landasan hukum utama di Indonesia adalah Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Hukum juga disebut dengan kaidah atau norma yang dapat digambarkan sebagai aturan
tingkah laku sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam keadaan tertentu,ada
juga yang mengataka sebagai kaidah petunjuk hidup yang mengikat.

Pemerintahan yang mampu mencegah kemerosotan kekuasaan seseorang adalah


pemerintahan oleh hukum. 1 Istilah negara hukum atau negara berdasar atas hukum dalam
konstitusi Indonesia dapat dijumpai dalam penjelasan Pasal 1 ayat (3) UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945. Dalam memahami konsep negara hukum Indonesia,
pembahasan tidak terlepas dari konsep atau pemikiran negara hukum yang telah
berkembang sebelum terbentuknya negara Republik Indonesia. 2
Berbagai konsep negara hukum tersebut sampai saat ini tetap memiliki pengaruh yang
cukup besar dalam tatanan hukum pada masing-masing kawasan dan saling memengaruhi
antara satu sistem hukum yang satu dengan lainnya, terutama pada negara-negara
berkembang atau baru merdeka pasca perang dunia kedua, tak terkecuali Indonesia. 3
Indonesia sebagai sebuah negara yang lahir pada abad ke-20, mengadopsi konsep
bernegara hukum sesuai prinsip konstitusionalisme. Hal ini dapat dilihat dari kesepakatan

1
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta: Konstitusi Press, 2006),
h. 147.
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 1 ayat (3).
2

Zainal Arifin Hoesein, Kekuasaan Kehakiman di Indoenesia, (Jatim: Setara Press Kelompok Instrans
3

Publishing, 2016), h. 22.

1
(consensus) bangsa Indonesia sejak UUD 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia
ditetapkan. Kesepakatan inilah yang pada perkembangannya menjelma menjadi cita-cita

bersama yang biasa juga disebut falsafah kenegaraan atau staatsidee (cita negara) yang
berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa
diantara sesama warga masyarakat dalam konteks kehidupan bernegara. 4
Negara yang menganut sistem demokrasi tidak akan terlepas dari hukum. Keserasian
hubungan supra struktur politik dan infara struktur politik akan terjalin jika ada koridor
atau aturan-aturan baku yang disepakati dan dijalankan bersama. Disinilah peran hukum
sebagai acuan yang akan membawa demokrasi terwujud dengan meminimalisir berbagai
pelanggaran-pelanggaran baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun masyarakat. Jika
pelanggaran itu terjadi maka sudah jelas yang menjadi rujukan dari penanganan dan
penindakan dari pelanggaran tersebut yakni hukum yang mengaturnya. Karena hukum itu
sendiri pada prinsipnya berfungsi untuk menciptakan ketertiban masyarakat. Hukum perlu
ditegakan sehingga ketertiban masyarakat ini dapat terwujud.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah hukum itu?
2. Bagaimana konsep hukum dan ciri negara hukum ?
3. Apakah negara hukum ?
4. Apakah penegak hukum ?
5. Bagaimana aparatur penegak hukum di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah hukum itu.

2. Untuk mengetahui konsep dan ciri negara hukum


3. Untuk mengetahui pengertian penegakan hukum.

4. Untuk mengetahui negara hukum

4
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 22.

2
5. Untuk mengetahui bagaimana penegakan hukum di Indonesia.

3
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum
Pandangan yang dikemukakan oleh Radcliff-Brown yang menyatakan:in this sense
some simple societies have no law merupakan sesuatu yang tidak dapat kita terima.
Adapun pandangan Prof. Van Apeldoorn lebih dapat kita terima seperti yang dinyatakan
berikut. “Recth isover de gehele wereld, overall warr een samenleving van mensan
is”(hukum terdapat diseluruh dunia, dimana terdapat suatu masyarakat manusia). 5
Ditinjau dari perspektif historis perkembangan pemikiran filsafat hukum dan kenegaraan
gagasan mengenai negara hukum sudah berkembang semenjak 1800 Sebelum Masehi.
Akar terjauh mengenai perkembangan awal pemikiran negara hukum adalah pada masa
Yunani kuno.6

Hukum adalah sistem pengaturan hubungan-hubungan dan penertiban tingkah laku


manusia,dengan menerapkan secara sistematis dan teratur serta menggunakan kekuatan
masyarakat yang terorganisasi secara politis. Ada juga yang berpendapat Hukum adalah
sesuatu yang berbeda daripada sekedar mengatur dan mengepresikan bentuk dari
konstitusi, hukum berfungsi utuk mengatur tingkah laku para hakim dan putusanya di
pengadilan serta untuk menjatuhan hukuman terhadap pelanggar. 7

B. Pengertian Negara Hukum


Negara hukum merupakan Terjemahan dari istilah rechstaat atau rule of law istilah
rechstaat dikemukakan oleh para ahli hukum Eropa kontinental, sedang istilah rule of law
dikenal oleh para ahli hukum anglo-saxon. Rule of law itu sendiri dapat dikatakan sebagai
bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Negara yang menganut gagasan
ini dinamakan dengan konstitusional state atau rechstaat (meriam Budiardjo ,2008) oleh
karena itu konstitusi dan negara hukum merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan.

5
Prof. Dr. Achmad Ali, S.H., M.H, Menguak Tabir Hukum, (Jakarta: Kencana, 2017), hal. 17.
Jimly Asshiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia,
6

(Jakarta: Ichtiar Baru, 1994), h.11.


7
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan AusAID. Panduan Hukum Di Indonesia. YLBHI
dan PSHK Indeks, 2006, hal. 4.

4
Secara sederhana yang dimaksud negara hukum adalah negara yang menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum.Dinegara yang berdasar atas hukum.

maka negara termasuk di dalamnya pemerintahan dan lembaga-lembaga lain dalam


melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan
pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa kemal Pasha, 2003). Soetandyo
wignjosoebroto(2010) menyatakan bahwa konsep negara hukum adalah konsep yang
berparadigma bahwa negara dan alat kekuasaannya yang disebut pemerintah tak dibenarkan
bertindak atas dasar kekuasaannya belaka, melainkan harus ditumpukan pada dasar
kebenaran hukum yang telah dipositifkan ialah undang-undang yang ada pada gilirannya
bertegak di atas kebenaran hukum undang-undang yang paling dasar, ialah undang-undang
dasar.
Dari sinilah lahir sekurang-kurangnya tiga karakter konsep negara hukum dalam
kehidupan bernegara Bangsa. yang pertama, bahwa apa yang disebut hukum itu harus
dibentuk dalam wujudnya positif, ialah tertulis guna demi kepastian berlakunya di alam
yang objektif- merumuskan adanya hubungan sebab akibat antara suatu perbuatan hukum
atau peristiwa hukum tertentu dengan akibat hukumnya.
kedua, apa yang disebut hukum yang telah diselesaikan dalam bentuknya yang positif itu,
disebut ius constitutum harus merupakan hasil proses kesepakatan golongan-golongan
dalam suatu negeri, langsung ataupun melalui wakil-wakilnya, melalui suatu proses yang
disebut 'proses legislasi.'
Ketiga, hukum yang telah diwujudkan dalam bentuk undang-undang yang paling dasar yang
disebut undang-undang dasar dan bersifat kontraktual itu akan mengikat seluruh warga
bangsa secara mutlak, mengalahkan aturan-aturan normatif macam apapun, yang lokal
ataupun yang sekretarian, namun yang belum disepakatkan melalui proses legislatif agar
diberlakukan sebagai bagian dari hukum nasional. Negara berdasar atas hukum
menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi atau Supreme. sehingga ada istilah
supremasi hukum. supremasi hukum harus tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum
yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian (Ahmad Ali 2002 ) atau 3 tujuan hukum yaitu
keadilan, kepastian dan kemanfaatan (Mahmud MD 2013).

5
C. Konsep Negara Hukum
Konsep Negara hukum dibagi menjadi 3 yaitu

1. Negara hukum formal


Negara hukum formal adalah negara hukum dalam arti sempit yaitu negara yang
membatasi ruang geraknya dan bersifat pasif terhadap kepentingan rakyat negara.
Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan yang kepentingan warga
negara. Urusan ekonomi diserahkan pada warga dengan dalil, laissez faire,laissez aller
yang berarti bila warga dibiarkan mengurus kepentingan ekonominya sendiri maka
dengan sendirinya perekonomian negara akan sehat.
Negara ini juga sebagai negara yang memiliki ruang gerak sempit yang mengurusi
hal-hal sedikit sedangkan yang banyak terutama dalam kepentingan ekonomi
diserahkan pada warga negara secara liberal. Negara hanya mempunyai tugas wasit
yaitu baru bertindak apabila hak warga negara dilanggar atau ketertiban keamanan
umum terancam. Konsepsi negara demikian adalah negara hukum dalam arti sempit
atau disebut dengan negara hukum formal, negara hukum klasik. negara dan pandangan
ini hanya dianggap sebagai negara penjaga malam.
Gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga, baik dalam
bidang ekonomi dan sosial lambat laun berubah menjadi gagasan bahwa pemerintah
bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat dan keinginannya harus aktif mengatur
kehidupan ekonomi dan sosial (miriam Budiardjo, 2008) untuk itu pemerintah tidak
boleh pasif atau berlaku seperti penjaga malam melainkan harus aktif melakukan
upaya-upaya membangun kesejahteraan rakyat.
2. Negara hukum meteriil
Dalam negara hukum materiil atau dapat disebut negara hukum modern, pemerintah
diberi tugas membangun kesejahteraan umum di berbagai lapangan kehidupan. Waktu
itu pemerintah diberi kewenangan atau kemerdekaan untuk turut campur dalam urusan
warga negara. Pemerintah diberi freies ermessen yaitu kemerdekaan yang dimiliki
pemerintah untuk turut serta dalam kehidupan ekonomi sosial dan keleluasaan untuk
tidak terikat pada produk legislasi parlemen.
Konsep negara hukum materiil dengan demikian berbeda dengan konsep negara
hukum formal atau klasik yang muncul pada abad ke-19. Pemerintahan dalam negara
hukum material bisa bertindak lebih luas dalam urusan dan kepentingan publik jauh
melebihi batas-batas yang pernah diatur dalam konsep negara hukum formal.
6
Pemerintah atau eksekutif bahkan bisa memiliki kewenangan legislatif. Kewenangan
ini meliputi tiga hal yaitu pertama ,adanya hak inisiatif yaitu hak mengajukan
rancangan undang-undang bahkan membuat peraturan perundang-undangan yang
sederajat dengan undang-undang tanpa terlebih dahulu persetujuan parlemen,
meskipun dibatasi kurun waktu tertentu.kedua, hak delegasi yaitu membuat peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang dan ketiga dorit rmsten menafsirkan
sendiri aturanaturan yang masih finansiatif (Mahmud MD ,1993).
Jadi negara hukum material atau negara hukum modern atau dapat disebut negara
kesejahteraan adalah negara yang mana pemerintah negara memiliki kedewasaan untuk
turut campur tangan dalam urusan warga dengan dasar bahwa pemerintah ikut
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Negara bersifat aktif dan mandiri
dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat.
3. Negara hukum pancasila
Adapun Konsep Negara Hukum Indonesia (Pancasila). Paham negara hukum yang
digunakan di Indonesia dan pernah populer adalah istilah (recthsstaat). Sementara itu,
untuk memberikan ciri “ke Indonesiaannya” juga dikenal istilah negara hukum dengan
menambah atribut Pancasila”, sehingga menjadi “negara hukum Pancasila. Dalam
penjelasan UUD 1945 dikatakan, Pancasila merupakan cita hukum atau rechtsidee.
Sebagai cita hukum, Pancasila berada pada posisi yang memayungi hukum dasar yang
berlaku. Pancasila sebagai norma tertinggi yang menentukan dasar keabsahan
(ligitimacy) suatu norma hukum dalam sistem norma hukum Republik Indonesia. 8

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
“Negara Indonesia adalah negara hukum 9 ” dengan merujuk tujuan negara yang
tercantum dialinia keempat pembukaan UUD 1945 khususnya pada redaksi,
“Memajukan kesenjatraan umum” ada yang berpendapat bahwa Indonesia menganut
paham kesejahtaran (welfare state), seperti Azhari dan Hamid S. Attamimi, mengatakan
bahwa negara yang ingin dibentuk (pada waktu itu oleh bangsa Indonesia adalah “negara
kesejatraan.” Pada bagian lain AzharI mengatakan.“ kalau di Barat negara kesejatraan

8
Satya Arinanto, Negara Hukum dalam Perspektif Pancasila, dalam Agus Wahyudi (Ed.), Tim
Penyusun Buku Proceding Kongres Pancasila dalam Berbagai Perspektif, (Jakarta: Sekretarit Jenderal
Mahkamah Konstitusi, 2009), h. 211.
9
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

7
baru dikenal Tahun 1960, maka bangsa Indonesia ini sudah merumuskan pada Tahun
1945 oleh Soepomo bapak Konstitusi.10
Eksistensi Indonesia sebagai negara hukum secara tegas disebutkan dalam UUD 1945
(setelah amandemen) bahwa, Pasal 1 ayat (3); "Indonesia ialah hukum
(rechtsstaat)". Indikasi bahwa Indonesia menganut konsepsi welfare state terdapat pada
kewajiban pemerintah untuk mewujudkan tujuan-tujuan negara, sebagaimana yang
termuat dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu.

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.


b. Memajukan kesejahteraan umum.
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
d. Melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. 11

Negara Pancasila mengakui manusia sebagai individu yang mempunyai hak dan
kebebasan, tetapi sekaligus mengakui bahwa secara fitrah manusia itu juga adalah
makhluk sosial yang tidak bisa menjadi manusiawi kalau tidak hidup bersama
manusiamanusia lain. Dalam konsep keseimbangan yang seperti itu maka Pancasila
bukanlah penganut konsep individualisme yang memutlakkan hak dan kebebasan
individu, tetapijuga bukan penganut konsep kolektivisme yang mau menyamakan
semua manusia begitu saja tanpa menghargai hak dan kebebasan individu. Dalam
konteks sistem hukum, Sistem Hukum Pancasila berbeda dari sistem hukum Eropa
Kontinental yang hanya menekankan pada legisme, civil law, administrasi, kepastian
hukum, dan hukumhukum tertulis yang menjadi ciri-ciri rechtsstaat. Sistem hukum
Pancasila juga berbeda dari sistem hukum Anglo Saxon yang hanya menekankan pada
peranan yudisial, common law, dan substansi hukum, yang merupakan ciri-ciri the rule
of law
Hal tersebut dikarenakan Pancasila merupakan jiwa dan falsafah dari hukum dan
kehidupan berbangsa di Indonesia yang berasal dari jiwa bangsa Indonesia. selain itu

10
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Dikutip dari Azhary, Negara Hukum Indonesia, (Jakarta:
UII-Press, 1995), h. 18-20.
11
Muin Fahmal, Peran Asas-Asas Umum pemerintahan yang Layak Dalam Mewujudkan Pemerintahan
Yang Bersih, (Yogyakarta: Total Media, 2008), h. 141. 15 Ibid., h. 144.

8
Pancasila juga sebagai tolak ukur bagi segala kegiatan kenegaraan, kemasyarakatan,
dan perorangan yang menyangkut berkesusilaan atau bernilai etika. 12

Ada 4 (empat) kaidah penuntun hukum yang mengalir dari dasar negara Pancasila.
Pertama, hukum Indonesia yang dibuat haruslah bertujuan membangun dan menjamin
integrasi negara dan bangsa Indonesia. Kedua, hukum Indonesia yang dibuat haruslah
berdasarkan demokrasi dan nomokrasi. Ketiga, hukum Indonesia yang dibuat haruslah

ditujukan untuk membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keempat,
hukum Indonesiayang dibuat haruslah didasarkan pada toleransi beragama yang
berkeadaban (Mahfud MD, 2007).

D. Ciri-Ciri Negara Hukum


Friedrich Julius stahl dari kalangan ahli hukum Eropa kontinental memberikan ciri-ciri
rechstaat sebagai berikut :

a. Hak asasi manusia

b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa
dikenal sebagai trias politika

c. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan

d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Av dicey dari kalangan ahli hukum anglo saxon memberi ciri-ciri rule of law sebagai
berikut

1. Supremasi hukum dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan sehingga


seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum

2. Kedudukan yang sama di depan hukum baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat

3. Terjaminnya hak-hak manusia dan undang-undang atau keputusan pengadilan.

12
Satya Arinanto, Negara Hukum dalam Perspektif Pancasila, dalam Agus Wahyudi (Ed.), Tim
Penyusun Buku Proceding Kongres Pancasila dalam Berbagai Perspektif, Op.Cit, h. 170.

9
Sebuah komisi para hakim yang terbangun dalam "international commission of jurist"
pada konferensinya di Bangkok tahun 1965 merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang
demokratis di bawah rule of law yang dinamis. ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut

1. Perlindungan konstitusional dalam arti bahwa konstitusi selain daripada menjamin hak-
hak individu harus menentukan pula cara prosedural untuk memperoleh perlindungan
atas hak-hak yang dijamin

2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak

3. Kebebasan untuk menyatakan pendapat

4. Pemilihan umum yang bebas

5. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi


6. Pendidikan Civic (kewarganegaraan)

Frans Magnis Suseno (1997) mengemukakan bahwa negara hukum merupakan salah satu
ciri hakiki negara demokrasi. Negara hukum itu sendiri memiliki 5 ciri, yakni sebagai
berikut

1. Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan


ketetapan sebuah undang-undang dasar

2. Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting. karena tanpa
jaminan hukum itu akan menjadi sarana penindasan. jaminan hak asasi manusia
memastikan bahwa pemerintah tidak dapat menyalahgunakan hukum untuk tindakan
yang tidak adil atau tercela.

3. Badan-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya atas


dasar hukum yang berlaku

4. Terhadap tindakan badan negara masyarakat dapat mengadu ke pengadilan dan putusan
pengadilan dilaksanakan oleh badan negara

5. Badan kehakiman bebas dan tidak memihak

Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara hukum, yaitu
sebagai berikut

10
1. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.
Di dalam ciri ini mengandung ketentuan bahwa di dalam suatu negara hukum dijamin
adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum. Jaminan itu
umumnya dituangkan dalam konstitusi negara bukan pada peraturan
perundangundangan di bawah konstitusi negara. Undang-undang dasar negara berisi
ketentuanketentuan tentang hak asasi manusia. Inilah salah satu gagasan
konstitusionalisme.
2. Peralihan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak.
Dalam ciri ini mengandung ketentuan bahwa pengadilan sebagai lembaga peradilan
dan badan kehakiman harus benar-benar independen dalam membuat putusan hukum,
tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan eksekutif. Dengan
wewenang sebagai lembaga yang mandiri terbebas dari kekuasaan lain diharapkan
negara dapat menegakkan kebenaran dan keadilan
3. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
Bahwa segala tindakan penyelenggaraan negara maupun warga negara dibenarkan
oleh kaidah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

E. Negara Hukum Indonesia


1. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia
Dasar pijakan bahwa Indonesia adalah negara hukum sekarang ini tertuang dengan
jelas pada Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 Perubahan Ketiga yang berbunyi "Negara
Indonesia adalah negara hukum". Dengan dimasukkannya landasan ini ke dalam
bagian pasal UUD NRI 1945 menunjukkan semakin kuat serta menjadi amanat
negara bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia kita temukan dalam bagian
Penjelasan Umum UUD NRI 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu
sebagai berikut.

a. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat). Negara


Indonesia berdasar atas Hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan
belaka (Machtsstaat).
b. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

11
Dengan "diangkat" dan dimuatkannya ke Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 tersebut,
memperteguh paham bahwa negara Indonesia adalah negara hukum baik dalam
penyelenggaraan bernegara maupun dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum,
untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dan tidak ada kekuasaan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Perwujudan Negara Hukum Di Indonesia
Operasionalisasi dari konsep negara hukum Indonesia dituangkan dalam konstitusi
negara yaitu UUD 1945. UUD 1945 merupakan hukum negara yang menempati posisi
sebagai hukum dasar dan tertinggi dalam tatanan hukum (legal order) Indonesia. Di
bawah UUD 1945 terdapat berbagai aturan hukum/peraturan perundang-undangan
yang bersumber dan berdasarkan pada UUD NRI 1945.
sistem hukum tersusun secara hierarkhis. Artinya peraturan-peraturan yang
membentuk sistem hukum itu berjenjang dari aturan hukum yang tertinggi sampai
aturan hukum yang rendah. Aturan hukum yang lebih tinggi menjadi dasar bagi
peraturan hukum yang lebih rendah. Hukum yang rendah isinya menjabarkan hukum
di atasnya. Peraturan hukum yang rendah isinya tidak boleh bertentangan dengan aturan
hukum yang lebih tinggi. Sebagai sebuah sistem, setiap hukum yang ada di dalamnya
isinya tidak boleh saling bertentangan. Isi hukum yang saling bertentangan dalam
kesatuan itu akan merusak sistem.

Jenis dan hierarki peraturan perundangan, menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12


Tahun 2011 tersebut, sebagai berikut.

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum


dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. Sebagai hukum dasar, UUD NRI 1945
merupakan sumber hukum bagi pembentukan peraturan perundang-undangan di
bawahnya.

2. Ketetapan MPR adalah peraturan perundangan yang ditetapkan MPR yang memiliki

kekuatan mengikat ke dalam maupun keluar anggota MPR.

3. Undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan

Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.

12
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan
Perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang
memaksa.
5. Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh

Presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.


6. Peraturan Presiden adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden.

7. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah. Peraturan
Daerah itu dapat berupa:
a. Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah provinsi
bersama dengan gubernur;
b. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota bersama bupati/walikota;
c. PeraturanDesa/peraturanyangsetingkat, dibuatoleh badanperwakilan desa atau
nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.

Pancasila sebagai dasar negara berimplikasi yuridis yakni menjadi cita hukum. Menurut
Hamid S. Attamimi (1991), dasar negara merupakan cita hukum (rechtsidee) dari
negara. Sebagai norma tertinggi, cita hukum atau dasar negara ini, Pancasila
mempunyai fungsi regulative dan fungsi konstitutif. Fungsi regulatif adalah sebagai
tolok ukur untuk menguji apakah norma hukum yang berlaku di bawah dasar negara
tersebut bertentangan atau tidak dan bersifat adil atau tidak. Fungsi konstitutif adalah
sebagai pembentuk hukum bahwa tanpa adanya dasar negara tersebut maka norma
hukum di bawahnya akan kehilangan maknanya sebagai hukum.

Mahfud MD (1998) mengatakan Pancasila yang ada dalam Pembukaan UUD NRI 1945
merupakan bagian dari staatsfundamentalnorm yang tidak dapat diubah. Di samping
sebagai bagian dari staatsfundamentalnorm, Pancasila juga sebagai cita hukum yang
harus mengalir pada seluruh produk hukum Indonesia.
3. Hubungan Negara Hukum Dengan Demokrasi

Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa negara
demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun negara hukum belum tentu
13
negara demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi. Franz
Magnis Suseno ( 1997) menyatakan adanya 5 gugus ciri hakiki dari negara demokrasi.
Kelima ciri negara demokrasi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Negara hukum.
2. Pemerintah di bawah kontrol nyata masyarakat.
3. Pemilihan umum yang bebas.

4. Prinsip mayoritas.
5. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.

Berdasar 5 (lima) gugus ciri negara demokrasi tersebut, ditegaskan kembali oleh Hendra
Nurtjahjo (2006) bahwa suatu negara hukum tidak mesti demokratis. Pemerintahan
monarki atau paternalistik pun dapat taat kepada hukum. Tetapi demokrasi yang bukan
negara hukum bukan(lah) demokrasi dalam arti sesungguhnya. Demokrasi harus
dijalankan melalui suatu konstruksi negara yang berdasar atas hukum. Menjadi negara
hukum belum tentu telah menjadi negara demokrasi. Masih dibutuhkan syarat-syarat di
luar negara hukum agar dapat dinyatakan sebagai negara demokrasi seperti adanya
pemilihan umum, kebebasan berpendapat, dan sebagainya

F. Penegakan Hukum
Penegakan hukum pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide
dasar hukum menjadi kenyataan atau berlaku di masyarakat. Ide hukum-hukum itu
meliputi keadilan, kemanfaatan dan kepastian (Achmad Ali; 2002) atau mewujudkan 3
(tiga) tujuan hukum, yakni keadilan, kepastian dan kemanfaatan (Mahfud MD, 2013).
Menurut Jimly Asshiddiqie (2013), penegakan hukum adalah proses dilakukannya
upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secaranyata sebagai
pedoman perilaku dalam lalü lintas atau hubungan-hubungan hükum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Menegakkan hükumsecara konkret berarti
memberlakukan hükum positifdalam praktik sebagaimana seharusnya patut dipatuhi.
Penegakan hukum dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yakni ditinjau dari subjek
hukumnya dan ditinjau dari objek hukumnya. Ditinjau dari subjek hukum, penegakan
hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas (dalam arti luas) dan dapat pula
dilakukan oleh subjek dalam arti yang terbatas (dalam arti sempit). Dalam arti luas,
proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan
hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak
14
melakukan sesuatu dengan mendasarkan pada norma aturan hukum yang berlaku,
berarti dia telah menegakkan hukum. Dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya
dilakukan oleh aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan
bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya.
Ditinjau dari objek hukum, penegakan hukum juga mencakup arti yang luas dan
sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup penegakan akan nilai-nilai
keadilan yang terkandung dalam bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang
hidup dalam masyarakat. Dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya menyangkut
penegakan akan peraturan yang formal dan tertulis saja.
istilah penegakan hukum dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk
menjadikan hukum, baik dalam arti formal yang sempit maupun dalam arti materiil
yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para
subjek hukum maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan
kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dengan demikian, menegakkan hukum tidak hanya dilakukan oleh para aparatur
penegakan hukum tetapi juga dapat dilakukan oleh warga negara biasa. Kita sebagai
warga negara biasa, dalam arti bukan penegak hukum, dapat pula melakukan
penegakan hukum. Hal ini dikarenakan warga negara merupakan subjek hukum.

G. Aparatur Penegakan Hukum Di Indonesia


1). Institusi penegakan hukum

Menurut ketentuan UUD NRI 1945, Kekuasaan Kehakiman dilaksanakan oleh sebuah
Mahkamah dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan
Umum, lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan
Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Lembaga
peradilan berperan untuk menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila. Pengadilan sebagailembaga atau institusi penegakhukum
bertugas untuk memeriksa, mengadili, dan memutus setiap perkara yang diajukan
kepadanya agar mendapatkan keadilan.

15
Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara tertinggi dari badan peradilan yang
berada di dalam keempat lingkungan peradilan. Tugas dan wewenang Mahkamah
Agung adalah memeriksa dan memutus:

a. permohonan kasasi,
b. sengketa tentang kewenangan mengadili,
c. permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan
hukum yang pasti, dan
d. mengujiperaturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang.

Badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, secara terperinci sebagai berikut.

1. Peradilan Umum:
Peradilan Umum adalah badan peradilan yang mengadili rakyat Indonesia pada
umumnya atau rakyat sipil. Oleh karena mengadili rakyat sipil, maka disebut pula
peradilan sipil.
Berdasarkan Undang-Undang No 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang No 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dinyatakan bahwa
lingkungan Peradilan Umum ini meliputi:

a. Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri adalah pengadilan kita sehari-hari yang memeriksa dan
memutuskan suatu perkara. Pengadilan Negeri berkedudukan di ibukota Kabupaten
atau Kota. Tiap-tiap pengadilan negeri mempunyai seorang kepala disebut Ketua
Pengadilan Negeri. Pengadilan Negeri merupakan pengadilan tingkat pertama.

b. Pengadilan Tinggi
Pengadilan Tinggi adalah pengadilan banding yaitu pengadilan yang memeriksa
kembali perkara yang telah diputuskan oleh Pengadilan Negeri. Tempat kedudukan
Pengadilan Tinggi di ibukota provinsi. Tiap-tiap Pengadilan Tinggi dikepalai oleh
seorang kepala, disebut Ketua Pengadilan Tinggi. Pengadilan tinggi merupakan
pengadilan tingkat banding

2. Peradilan Agama

16
Yang dimaksud peradilan agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama
Islam. Tugasnya dan wewenangnya adalah memeriksa dan memutus sengketa
antara orang-orang yang beragama Islam mengenai bidang hukum perdata tertentu
yang diputus berdasar syariat Islam.

Berdasarkan Undang-Undang No SO Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas


Undang-Undang No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dinyatakan bahwa
lingkungan Pengadilan Agama terdiri atas:
a. Pengadilan Agama sebagai badan peradilan Tingkat Pertama yang tempat
kedudukannya sama dengan Pengadilan Negeri.
b. Pengadilan Tinggi Agama sebagai badan peradilan tingkat banding. Tempat
kedudukan sama dengan daerah Pengadilan Tinggi.

3. Peradilan Militer
Peradilan Militer adalah peradilan yang mengadili anggota-anggota atau TNI yang
meliputi angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara. Anggota kepolisian
sekarang ini tidak tunduk pada peradilan militer tetapi pada peradilan umum.
Berdasarkan Undang-Undang No 31 Tahun 1987 tentang Peradilan Militer
dinyatakan bahwa lingkungan Peradilan Militer meliputi:

a. Pengadilan Militer adalah pengadilan tingkat pertama yang mengadili kejahatan


dan pelanggaran yang dilakukan oleh TNI yang berpangkat Kapten ke bawah.

b. Pengadilan Militer Tinggi ialah

1) pengadilan tingkat pertama yang mengadili kejahatan dan pelanggaran yang


dilakukan oleh TNI yang berpangkat Mayor ke atas;

1) pengadilan untuk memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara


pidana yang telah diputus oleh Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang
dimintakan banding.

c. Pengadilan Militer Utama.


d. Pengadilan Militer Pertempuran.

17
Mengingat bahwa pengadilan tertinggi adalah Mahkamah Agung maka peradilan
militer sekarang berpuncak pada Mahkamah Agung. Di samping Pengadilan Tentara
terdapat juga Kejaksaan Tentara yang mempunyai daerah kekuasaan sama dengan
daerah kekuasaan Pengadilan Militer yang bersangkutan.

4. Peradilan Tata Usaha Negara


Peradilan Tata Usaha Negara adalah badan peradilan yang mengadili perkaraperkara
yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan.

Mahkamah Konstitusi adalah lembaga negara yang sederajat dengan Mahkamah


Agung sebagai pemegang kekuasaan kehakiman/yudikatif di Indonesia. Mahkamah
Konstitusi sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman mempunyai peranan penting
dalam usaha menegakkan konstitusi dan prinsip negara hukum sesuai dengan tugas dan
wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan


kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilanguna
menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah Konstitusi berkedudukan di Ibukota
Negara Republik Indonesia.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Mahkamah Konstitusi
adalah UndangUndang No 24 Tahun 2004 tentang Mahkamah Konstitusi.

Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:

a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;
b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. memutus pembubaran partai politik;
d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

2). Aparat penegakan hukum

18
Jika institusi berarti lembaga penegak hukum maka aparat menunjuk pada orang yang
bertugas menegakkan hukum. Penegak hukum adalah seseorang yang diberikan wewenang
oleh peraturan perundang-undangan untuk melakukan penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, peradilan atau pembelaan".
Sejalan dengan lembaga penegak hukum yang telah disebutkan di atas, maka termasuk
aparat penegak hukum adalah hakim, polisi, jaksa, penyidik KPK, advokat, dan penyidik
atau petugas badan Iain yang memang diserahitugas melakukan penegakan hukum, misal
Petugas di Direktorat jenderal Imigrasi.

Hakim adalah personil dari pengadilan yang menjalankan fungsi penegakan hukum yang
diselenggarakan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya dan Mahkamah
Konstitusi. Polisi merupakan personil kepolisian, yang salah satu fungsinya adalah
melakukan penegakan hukum, dan keberadaannya bertujuan, salah satunya untuk
mewujudkan tertib dan tegaknya hukum. Polisi adalah aparat penegak hukum. Jaksa adalah
personil kejaksaan baik sebagai pejabat struktural, fungsional maupun penuntut umum
adalah penegak hukum yang berada di bawah Jaksa Agung. Advokat berstatus sebagai
penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-
undangan, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal S UU No 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

Berdasar uraian di atas, bahwa aparat penegak hukum pada dasarnya adalah personil
dari lembaga atau instiusi penegak hukum yang diberi tugas dan kewenangan oleh
perundangan untuk melakukan penegakan hukum. Aparat penegak hukum dan
institusi atau lembaga hukum bersama-sama sebagai aparatur penegakan hukum di
Indonesia. Aparatur penegak hukum merupakan struktur hukum. Sejalan dengan
teori sistem hukum maka aparatur penegak hukum akan mempengaruhi ataupun
dipengaruhi oleh substansi hukum dan budaya hukum yang ada.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep Negara Hukum Indonesia (Pancasila). Paham negara hukum yang digunakan
di Indonesia dan pernah populer adalah istilah (recthsstaat). Sementara itu, untuk
memberikan ciri “ke Indonesiaannya” juga dikenal istilah negara hukum dengan
menambah atribut Pancasila”, sehingga menjadi “negara hukum Pancasila. Dalam
penjelasan UUD 1945 dikatakan, Pancasila merupakan cita hukum atau rechtsidee. Sebagai
cita hukum, Pancasila berada pada posisi yang memayungi hukum dasar yang berlaku.
Pancasila sebagai norma tertinggi yang menentukan dasar keabsahan (ligitimacy) suatu
norma hukum dalam sistem norma hukum Republik Indonesia.

Negara Indonesia sebagai negara yang demokrasi dengan konsensus hukum yang ada,
mengantarkan tatanan hukum yang lebih fleksibel dan dinamis, serta penegakansecara
demokrasi terhadap persepsi bahwa setiap warga negara Indonesia mempunyai hak
konstusi dalam peraturan perundang-undang sebagai pemegang kekuasaan penuh negara.
Secara teoritis penegakan hukum di Indonesia masih memiliki kelemahan dalam
penerapannya.

Dengan berbagai konsepsi yang ada dan kendala yang dihadapi oleh para penegak
hukum dan masyarakat secara umum dalam tataran aturan yang diberlakukan menjadi
sedikit apatis dengan tingkat kepercayaan yang semakin luntur dan keyakinan yang
semakin pesimis terhadap penegakan hukum di Indonesia. Penegakan Negara hukum
Demokrasi Indonesia harus menjadi perhatian serius pemerintah agar wibawa hukum dapat
terbangun. Semua aparat penyelengga negara harus taat dan tunduk kepada hukum. Apabila
kita konsisten menerapkan konsep negara hukum, akan tercipta hubungan yang harmonis
dan serasi antara pemerintahdengan rakyat dengan memprioritaskan kerukunan seperti
yang terkandung dalam negara hukum Pancasila

B. Saran
Masyarakat yang demokratis di dalam negara hukum, hak-hak sipil dan kebebasan
harus dihormati dan dijunjung tinggi. Bagaimanapun kebutuhan akan kebebasan individual
dan sosial harus dipenuhi. Kebebasan individual mengacu pada kemampuan manusia
sebagai individu untuk menentukan sendiri apa yang harus dilakukannya dalam hidup ini.

20
Dengan kebebasan ini, seseorang dapat berprakarsa untuk menempuh langkah-langkah
terbaik demi mengembangkan diri dan masyarakat bangsanya. Dengan kebebasan sosial
dimaksud sebagai ruang bagi pelaksanaan kebebasan individual. Pembatasan-pembatasan
secara ketat yang dilakukan oleh lembaga pemerintah atau militer atas kehidupan warga
negara dapat merusak kebebasan individual.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Hoesein, Zainal, Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, Jatim: Setara Press


Kelompok Instrans Publishing, 2016.

Asshiddiqie, Jimly, Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya


di Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru, 1994.

Asshiddiqie, Jimly, HTN dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta: Konstitusi Press, 2006.

Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,


2010.

Asshiddiqie, Jimly, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, Jakarta Sekretariat


Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstiusi, 2008.

Kusumahamidjojo, Budiono, Filsafat Hukum; Problematika Ketertiban Yang Adil,


Jakarta: Grasindo, 2004.

Ltanya, Bernard. dkk. Teori Hukum; Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Generasi. Yogyakarta: Genta Publishing 2010

MD ,Mahfud, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Yogyakarta: Gama Media, 1999.

MD, Mahfud, Demokrasi Konstitusi di Indonesia, Yogyakarta: liberti, 1993.

MD, Mahfud, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Jakarta:
LP3ES, 2007.

Miriam Budiardjo, 2008. Dasar Dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi.Jakarta: Gramedia
Pustaka Tama

Sapriya.2012. Memperkokoh Posisi Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Disiplin


11mu Terintegrasi. Naskah Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar bidang
Pendidikan Kewarganegaraan, PIG, FPISP, UPI Bandung
Soedijarto, 2008. Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta: Penerbit
Kompas.

Winarno. 2011. Implementasi Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan sebagai


upaya Mengembangkan jatidi diri bangsa. Disertasi S2 PKn SPS UPI Bandung.

22
Tidak diterbitkan
Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: Isi, Strategi dan Penilaian. Jakarta: Bumi
Aksara

Winarno. 2018. Kewarganegaraan dalam perspektifHistoris dan Yuridis. Bandung.


Alfatbeta

23

Anda mungkin juga menyukai