Anda di halaman 1dari 15

NEGARA HUKUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Hukum Tata Negara


Dosen Pengampu : Muksin, M.H.

MAKALAH

Disusun oleh Kelompok 2:

1. Fifi Ariana AyuningTiyas (1860101223218)


2. Zahratunisa’ (1860101223274)
3. Triadi Prisma Eko Prasetyo (1860101223283)
4. Yosi Candra Fistania (1860101223294)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga makalah tentang “Negara Hukum” sebagai tugas mata
kuliah Hukum Tata Negara dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta
salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
umatnya.

Sehubungan dengan selesainya penulis makalah Hukum Tata Negara ini


maka kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. Selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Bapak Dr. Nur Efendi, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Bapak Abd. Khoir Wattimena Selaku KOORPRODI Hukum Ekonomi
Syariah Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

4. Bapak Muksin, M.H. Selaku dosen mata kuliah Hukum Tata Negara
5. Semua pihak yang membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT,
dan tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, penulis menyuguhkan makalah ini
untuk para pembaca, dengan harapan adanya kritik dan saran yang bersifat
kontruktif demi perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan mendapat ridho
Allah SWT.

Tulungagung, 26 September 2023

Penyusun

ii
DAFTA ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Lahirnya negara Hukum ....................................................3
B. Konsep Negara Hukum di Indonesia...........................................................4
C. Penerapan Prinsip Negara hukum di Indonesia ...........................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman Yunani kuno para filsuf telah mengembangkan ide negara
hukum. Plato, dalam “the Statesman” dan “the Law” berpendapat bahwa
bentuk paling baik kedua adalah yang menempatkan supremasi hukum, yakni
pemerintahan yang mampu mencegah kemerosotan kekuasaan seseorang
adalah pemerintahan oleh hukum. Sependapat dengan Plato, aristoteles
menyatakan bahwa tujuan negara ialah untuk mencapai kehidupan yang paling
baik yang dapat dicapai dengan supremasi hukum. Sedangkan hukum sendiri
berarti wujud kebijaksanaan kolektif negara, sehingga peran warga negara
diperlukan dalam pembentukannya.

Dalam konsep bernegara, negara hukum bukanlah sesuatu hal yang


asing dalam pembucaraan bagaiman negara hukum ini akan dijalankan dan
dikelola.pada abad 19 muncul gagasan mengenai pembatasan kekuasaan
pemerintah melalui pembuatan konstitusi, baik tertulis maupun tidak tertulis,
yang mana konstitusi ini memuat tentang batas-batas kekuasaan pemerintah
dan jaminan atas hak politik rakyat serta check and balances antar kekuasaan
yang ada. Pembatasan konstitusi ini selanjutnya lebih dikenal dengan istilah
konstitusionalisme yang kemudian memunculkan konsep rechstaat atau rule of
law yang di Indonesia diartikan sebagai Negara Hukum.

Pada pertengahan abad ke 20, konsep negara hukum formal (klasik)


yang dicirikan dengan negara terbatas, diubah dengan gagasan baru bahwa
pemerintah tidak hanya memiliki peran terbatas, melainkan juga harus aktif
melakukan upaya-upaya untuk membangun kesejahteraan rakyatnya.

Indonesia sebagai sebuah negara yang lahir pada abak ke-20


mengadopsi konsep negara hukum yang sesuai konstitusionalisme yang man
hal ini terlihat dari kesepakatan bangsa Indonesia sejak UUD 1945 sebagai
konstitusi negara yang ditetapkan. Dengan berkembangnya kesepakatan ini
menjelma menjadi cita-cita bersama yang biasa disebut falsafah kenegaraan
1
atau cita negara yang berfungsi sebagai filosofische grondslagdan common
platforms diantara warga negara dalam konteks kehidupan bernegara.

B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana Latar Belakang Lahirnya Negara Hukum?
2 Bagaimana Konsep Negara Hukum di Indonesia?
3 Bagaimana Penerapan Prinsip Negara Hukum di Indonesia?

C. Tujuan
1 Mengetahui Latar Belakang Lahirnya Negara Hukum
2 Mengetahui Konsep Negara Hukum di Indonesia
3 Mengetahui Penerapan Prinsip Negara Hukum di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Lahirnya Negara Hukum


Negara hukum adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilan bagi warganya.
Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan negara atau
dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demikian akan mencerminkan keadilan
bagi pergaulan hidup warganya.1

Pemikiran negara hukum di mulai sejak Plato dengan konsepnya “bahwa


penyelenggaraan negara yang baik adalah yang didasarkan pada pengaturan (hukum)
yang baik yang disebut dengan istilah nomoi”. Kemudian ide tentang negara hukum
popular pada abad ke-17 sebagai akibat dari situasi politik di Eropa yang didominasi
oleh absolutisme. Dalam perkembangannya, paham negara hukum tidak dapat
dipisahkan dari paham kerakyatan. Sebab pada akhirnya, hukum yang mengatur dan
membatasi kekuasaan negara atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang dibuat atas
dasar kekuasaan dan kedaulatan rakyat.2

Gagasan negara hukum menuntut agar penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintah


harus didasarkan pada Undangundang dan memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar
rakyat yang tertuang dalam Undang-undang. Menurut Sjachran Basah, asas legalitas
berarti upaya mewujudkan duet integral secara harmonis antara paham kedaulatan
hukum dan paham kedaulatan rakyat berdasarkan prinsip monodualitas selaku
pilarpilar, yang sifat hakikatnya konstitutif. Penerapan asas legalitas, menurut
Indroharto, akan menunjang berlakunya kepastian hukum dan berlakunya kesamaan
perlakuan.3

Lembaga negara lain dan bahkan orang perorang boleh saja menafsirkan arti dan
makna dari ketentuan yang ada dalam konstitusi. Suatu konstitusi memang tidak selalu
jelas karena rumusannya luas dan kadang kadang kabur.Akan tetapi, yang menjadi
otoritas akhir untuk memberi tafsir yang mengikat adalah mahkamah konstitusi. Dan
tafsiran yang mengikat itu hanya diberikan dalam putusan mahkamah konstitusi atas

1
Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hal.8
2
Ni’matul huda, Negara Hukum dan Demokrasi & Judical Review, (Yogyakarta : UII Press, 2005)
hal.19
3
Ibid
3
permohonan yang diajukan kepadanya.4

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengawal konstitusi, mahkamah konstitusi


berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
untuk :

a. Menguji Undang-undang terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
c. Memutus pembubaran partai politik
d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu
Berdasarkan hukum dan paham demokrasi itulah negara Indonesia menganut sistem
pemerintahan yang berdasarkan kedaulatan rakyat atau biasa dikenal dengan istilah
sistem pemerintahan “demokrasi”.5 Demokrasi mensyaratkan adanya pemilihan umum
untuk memilih wakil rakyat yang harus diselenggarakan secara berkala dengan asas
langsung, umum, bebas rahasia serta jujur dan adil.

Pelaksanaan asas demokrasi merupakan manifestasi pelaksanaan salah satu hak-hak


asasi manusia, yaitu hak-hak asasi dibidang politik artinya hak-hak untuk turut serta
dalam pemerintahan dan persamaan kedudukan dalam pemerintahan.

Sebagai implikasi dari asas demokrasi dan kedaulatan rakyat yang dianut oleh Negara
Kesatuan Republik Indonesia, pemilihan umum merupakan konsekuensi logis dari
kedaulatan rakyat dan merupakan sarana politik untuk mewujudkan kehendak rakyat
kepada negara dalam sistem demokrasi Pancasila.

B. Konsep Nagara Hukum di Indonesia

Dalam konteks negara Indonesia, secarah konsep Negara Hukum dalam UUD 1945
berasal dari konsep Rechtsstaat yan berkembang dalam tradisi Eropa Kontitental. Para
pendiri negara yang terdidik dalam tradisi hukum Eropa kontinental mengadopsi konsep
Rechtsstaat yang pertama kali diatur dalam Regeringsreglement(RR) 1854. Peraturan
Konstitusional tersebut merupakan peraturand pertama yang menjadi petunjuk dari
perkembangan konstitusionalisme di negara Hindia Belanda dalam bentuk pengakuan

4
Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika,
2011), hal.6
5
A. Mukti Fadjar, Tipe Negara Hukum, (Malang : Bayumedia, 2004), hal.61
4
atas supremasi hukum. Peraturan itupun menjadi tanda dari suatu “era legalitas” yang
menjadi unsur pokok dari konsep Rechtsstaat. Pada Pasal 18 RR 1854 disebutkan,
bahwa “tidak seorang pun dapat dituntut dan dihukum kecuali dalam suatu kasus dan
berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan aturan perundang-undangan.” Selain itu, RR
1854 juga menekankan pada pemisahan kekuasaan, khususnya antara eksekutif dan
judisiari yang menjadi tanda paling jelas dari prinsip negara hukum liberal.6

Munculnya konsep Rechtsstaat dalam RR 1854 tersebut menandai beroperasinya


sistem ekonomi liberal di negara Hindia Belanda. Ketentuan tentang Rechtsstaat
tersebut terkait dengan kebijakan agraria dan perburuhan. Ketentuan RR 1854
menetapkan penghapusan kewajiban tanam paksa yang berlaku sejak tahun 1830.
Penghapusan tanam paksa itu membuka kemungkinan bagi pemilik modal (kapitalis)
untuk memperoleh hak sewa turun temurun (erfpacht) dari Pemerintah yang diperkuat
dengan Agrarische Wet 1870 dapat dikuasai selama 75 tahun. Penghapusan tanam paksa
juga memungkinkan adanya buruh bebas yang dapat digunakan oleh perusahan swasta
dengan upah yang lebih kompetitif.

Selain secara normatif mengadopsi konsep Negara Hukum menjadi ketentuan Resmi
dalam UUD 1945, amandemen UUD 1945 telah melahirkan perubahan penting Dalam
dua hal utama, yakni penguatan dalam perlindungan HAM dan pemisahan Kekuasaan.
Kedua hal tersebut merupakan unsur utama dalam konsep Rechtsstaat. Selain itu secara
normatif ditegaskan pula adanya lembaga peradilan tata usaha Negara (Pasal 24 ayat (2)
Perubahan Ketiga UUD 1945). Amandemen UUD 1945 secara Eksplisit juga
menyebutkan asas legalitas berupa hak untuk tidak dituntut atas dasar Hukum yang
berlaku surut atau prinsip non-retroaktif (Pasal 28I ayat (1) Perubahan Kedua UUD
1945) serta jaminan dan pengaturan dalam peraturan perundangundangan (general law)
sebagai wujud dari prinsip negara hukum demokratis (Pasal 28I ayat (5) Perubahan
Kedua UUD 1945). Akan tetapi, amandemen UUD 1945 Menerima lembaga judicial
review atau pengujian atas UU terhadap UUD berupa Pembentukan Mahkamah
Konstitusi. Keberadaan MK ini menunjukkan bahwa Amandemen UUD 1945 juga
menerima konsep Negara Hukum yang berwatak material atau substansi sehingga tidak

6
J.S. Furnivall, Netherlands India: A Study of Plural Economy, (Cambridge: Cambridge University,
1939/1967), hlm. 157-158.

5
ada pemutlakan atas Undang-Undang (general law).

Pada sisi lain, Amandemen UUD 1945 tetap mempertahankan Pasal 33 yang
Mengandung materi muatan sistem ekonomi terencana dan hak menguasai negara. Akan
tetapi, bersamaan dengan itu Amandemen UUD 1945 melucuti wewenang MPR Untuk
menetapkan GBHN. Dengan penghapusan GBHN itu, maka pada hakikatnya
Amandemen UUD 1945 telah menghilangkan instrumen untuk melaksanakan Pasal 33
UUD 1945, terutama berkaitan dengan sistem ekonomi terencana. Berdasarkan
perubahan-perubahan dalam amandemen UUD 1945 tersebut, Maka secara
konsepsional amandemen UUD 1945 pada hakikatnya tetap mengadopsi Konsep
Formaal Rechtsstaat, tetapi dilengkapi dengan lembaga judicial review yang
Memberikan dimensi substantif pada Negara Hukum. Sekalipun demikian, Amandemen
UUD 1945 tidak sepenuhnya mengubah basis materialnya yang Ditunjukkan dengan
penghapusan GBHN sebagai instrumen sistem ekonomi Terencana. Dengan demikian,
terjadi inkoherensi antara konsep negara hukum dan Basis sosial ekonomi dalam UUD
1945.

Inkoherensi tersebut dapat mengarahkan dimensi Negara Hukum di Indonesia ke


arah Negara Hukum yang berwatak liberal. Tidak adanya kepastian normatif atas sistem
Ekonomi terencana akan membuka peluang ke arah berlakunya sistem ekonomi pasar
Bebas di Indonesia. Secara konsepsional, sistem ekonomi pasar bebas membutuhkan
Rational hukum yang paralel dengan rasionalitas ekonomi dalam sistem pasar bebas.
Konsekuensinya, keadilan sosial yang menjadi tujuan etis negara Indonesia tidak akan
terwujud Demikian pula, hukum tidak akan sensitif terhadap dimensi etis-transenden
Sehingga lebih mementingkan kepastian hukum dibandingkan keadilan dan
Kemashlahatan. Pada akhirnya, hukum hanya responsif terhadap kepentingan kaum
Pemilik modal (kapitalis) dibandingkan dengan kepentingan rakyat kebanyakan. Dalam
Situasi seperti itu, hukum pun tidak akan responsif terhadap kepentingan ekologis
Karena hanya melayani kepentingan pemilik modal belaka yang cenderung eksploitatif.
Sekalipun tidak akan mengulang otoritarianisme masa Orde Lama dan Orde Baru, tetapi
Situasi hukum seperti tersebut di atas akan mengakibatkan terbentuknya sistem
Kenegaraan yang serupa dengan masa Hindia Belanda—yang diistilahkan oleh
Soepomo sebagai “sistem memeras” (uitbuiting systeem) atau sistem eksploitatif yang
Secara yuridis difasilitasi oleh konsep Rechtsstaat yang berwatak liberal.

C. Penerapan Prinsip Negara hukum di Indonesia


6
Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia dapat dikatakan dijalankan tanpa
berpatokan secara langsung pada prinsip rechtsstaat atau rule of law. Janpatar
Simamora (2016:26) mengemukakan bahwa terwujudnya negara hukum sebagaimana
yang dicitacitakan dalam UUD 1945 akan dapat direalisasikan bila seluruh proses
penyelenggaraan pemerintahan atau negara benar-benar didasarkan pada kaidah-
kaidah yang tertuang dalam konstitusi itu sendiri7

Negara hukum Indonesia memiliki ciri-ciri tersendiri yang barangkali berbeda


dengan negara hukum yang diterapkan di berbagai negara. Hanya saja, untuk prinsip
umumnya, seperti adanya upaya perlindungan terhadap hak asasi manusia, adanya
pemisahan atau pembagian kekuasaan, adanya pelaksanaan kedaulatan rakyat, adanya
penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan adanya peradilan administrasi negara masih tetap digunakan sebagai
dasar dalam mewujudkan negara hukum di Indonesia.

Berdasarkan pelaksanaannya kemudiannya, sejumlah unsur penting tersebut


diwujudkan dengan baik. Terkait dengan perlindungan hak asasi manusia, UUD 1945
setelah perubahan cukup mengakomodir masalah hak asasi manusia secara lengkap.
Bahkan dapat dikatakan jauh lebih lengkap dari pengaturan yang terdapat dalam
konstitusi yang pernah berlaku sebelumnya. Demikian juga halnya dengan pemisahan
atau pembagian kekuasaan, dilakukan melalui sejumlah lembaga negara yang diatur
dalam UUD. Presiden menjalankan kekuasaan eksekutif, DPR dan DPD menjalankan
kekuasaan legislatif serta adanya MA dan MK sebagai pelaksana kekuasaan
kehakiman atau kekuasaan yudikatif .Keberadaan lembaga-lembaga negara tersebut
diatur secara jelas dan tegas untuk menjalankan kekuasaan negara secara terpisah.
Namun demikian dalam pelaksanaannya, kendati disebut terpisah, masing-masing
lembaga negara saling melakukan pengawasan sesuai dengan kewenangan yang
dimiliki demi terciptanya fungsi kontrol terhadap sesama lembaga negara.

Terkait dengan unsur berikutnya, yaitu pelaksanaan kedaulatan rakyat, unsur


tersebut juga diterapkan secara langsung di Indonesia. Dilakukannya proses pemilihan
secara langsung terhadap presiden dan wakil presiden serta para kepala daerah cukup
menunjukkan bahwa Indonesia sangat menunjung tinggi pelaksanaan kedaulatan
rakyat. Berdasarkan sistem demokrasi yang dijalankan di Indonesia, rakyat merupakan

7
Siallagan, Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia. Sosiohumaniora, 2016 hal.122-128
7
pemegang kedaulatan tertinggi. Bahkan dilihat dari model pelaksanaan demokrasi
secara langsung di Indonesia, dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara yang paling demokratis dalam menjalankan dan merealisasikan kedaulatan
rakyat.

Selanjutnya, terkait dengan unsur penyelenggaraan pemerintahan negara yang


didasarkan pada peraturan perundang-undangan atau didasarkan pada hukum yang
berlaku, hal tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan kekuasaan negara yang selalu
dilandaskan pada aturan yang sudah ada sebelumnya. Setiap aktivitas pemerintahan
tidak dimungkinkan dijalankan tanpa adanya aturan hukum yang menjadi acuan dan
dasar pelaksanaannya. Dalam konteks ini, sangat terlihat dengan jelas bagaimana
hukum dijadikan sebagai dasar dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain itu, perwujudan unsur negara hukum berikutnya adalah dapat dilihat dari adanya
peradilan tata usaha negara sebagai jalan dan sarana dalam rangka melindungi
kepentingan individu dalam masyarakat dari pelaksanaan kekuasaan negara oleh
pemerintah. Oleh sebab itu, adanya peradilan tata usaha negara pada prinsipnya
dimaksudkan untuk melindungi kepentingan individu dalam masyarakat atas
pelaksanaan kekuasaan negara atau pemerintahan.

Dilihat dari sejumlah unsur tersebut, dapat ditegaskan bahwa penerapan prinsip
negara hukum Indonesia didasarkan pada prinsip tersendiri yang barangkali tidak
selalu sejalan secara utuh dengan prinsip-prinsip negara hukum sebagaimana dikenal
pada masa awal lahirnya konsep negara hukum. Hal demikian dapat dimaknai sebagai
bentuk dinamika atau perkembangan perwujudan negara hukum dalam tataran
kekinian. Bagaimanapun juga bahwa prinsip negara hukum akan selalu mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang
dialami oleh suatu negara. Seiring dengan adanya penerapan negara hukum dengan
prinsip tersendiri di Indonesia, tentu sangat diharapkan agar pelaksanaan negara
hukum itu sendiri benar-benar berjalan sesuai dengan unsur-unsur yang terkandung
dalam prinsip negara hukum. Penerapan negara hukum sangat membutuhkan
konsistensi agar kemudian dapat berjalan dengan baik serta mampu mencapai tujuan
negara hukum itu sendiri.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Negara hukum adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilan bagi
warganya. Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat
perlengkapan negara atau dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang
demikian akan mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup warganya.
Pemikiran negara hukum di mulai sejak Plato dengan konsepnya “bahwa
penyelenggaraan negara yang baik adalah yang didasarkan pada pengaturan
(hukum) yang baik yang disebut dengan istilah nomoi”. Pelaksanaan asas
demokrasi merupakan manifestasi pelaksanaan salah satu hak-hak asasi
manusia, yaitu hak asasi dibidang politik artinya hak untuk turut serta dalam
pemerintahan dan persamaan kedudukan dalam pemerintahan.
Pengaturan negara hukum di dalam tiap UUD terdapat perbedaan terutama
perumusan dalam UUD 1945 dengan UUD 1945 amandemen. Pengaturan
negara hukum dalam UUD 1945 di atur dalam penjelasan umum yang
dirumuskan negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat). Pengaturan
negara hukum dalam Penjelasan tersebut menimbulkan perbedaan pendapat
karena ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa Penjelasan UUD 1945
bukan bagian dari UUD 1945 karena tidak disahkan oleh PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945. Selain hal tersebut pengaturan ketiga UUD tersebut
menunjukkan bahwa negara hukum yang lebih netral dibandingkan dalam
UUD 1945. Netral dalam arti bahwa negara hukum yang terdapat dalam
Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, dan UUD 1945 amandemen merupakan
konsep yang menggabungkan unsur yang terdapat diantara konsep rechtstaat
maupun rule of law.
Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia memiliki karakteristik dan
ciri-ciri tersendiri yang mungkin tidak selalu sejalan sepenuhnya dengan
prinsip-prinsip negara hukum tradisional. Meskipun demikian, Indonesia
memiliki upaya dalam melindungi hak asasi manusia, membagi kekuasaan
antara lembaga-lembaga negara, melaksanakan kedaulatan rakyat, dan

9
menjalankan pemerintahan berdasarkan hukum yang berlaku. Penerapan
prinsip negara hukum di Indonesia juga mengalami perkembangan sesuai
dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Konsistensi dalam penerapan
prinsip ini diharapkan agar mencapai tujuan negara hukum dengan baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fadjar, A. Mukti. 2004. Tipe Negara Hukum. Malang : Bayumedia

Furnivall, J.S. 1939/1967. Netherlands India: A Study of Plural Economy. Cambridge:


Cambridge University

Hakim, Abdul Aziz. 2011. Negara Hukum dan Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Huda, Ni’matul. 2005. Negara Hukum dan Demokrasi & Judical Review. Yogyakarta : UII
Press.

Siahaan, Maruarar. 2011. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta
: Sinar Grafika

Siallagan. 2016. Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia. Sosiohumaniora

11
12

Anda mungkin juga menyukai