MAKALAH
Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga makalah tentang “Negara Hukum” sebagai tugas mata
kuliah Hukum Tata Negara dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta
salam semoga senantiasa abadi tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan
umatnya.
1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. Selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Bapak Dr. Nur Efendi, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Bapak Abd. Khoir Wattimena Selaku KOORPRODI Hukum Ekonomi
Syariah Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Bapak Muksin, M.H. Selaku dosen mata kuliah Hukum Tata Negara
5. Semua pihak yang membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT,
dan tercatat sebagai amal shalih. Akhirnya, penulis menyuguhkan makalah ini
untuk para pembaca, dengan harapan adanya kritik dan saran yang bersifat
kontruktif demi perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan mendapat ridho
Allah SWT.
Penyusun
ii
DAFTA ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman Yunani kuno para filsuf telah mengembangkan ide negara
hukum. Plato, dalam “the Statesman” dan “the Law” berpendapat bahwa
bentuk paling baik kedua adalah yang menempatkan supremasi hukum, yakni
pemerintahan yang mampu mencegah kemerosotan kekuasaan seseorang
adalah pemerintahan oleh hukum. Sependapat dengan Plato, aristoteles
menyatakan bahwa tujuan negara ialah untuk mencapai kehidupan yang paling
baik yang dapat dicapai dengan supremasi hukum. Sedangkan hukum sendiri
berarti wujud kebijaksanaan kolektif negara, sehingga peran warga negara
diperlukan dalam pembentukannya.
B. Rumusan Masalah
1 Bagaimana Latar Belakang Lahirnya Negara Hukum?
2 Bagaimana Konsep Negara Hukum di Indonesia?
3 Bagaimana Penerapan Prinsip Negara Hukum di Indonesia?
C. Tujuan
1 Mengetahui Latar Belakang Lahirnya Negara Hukum
2 Mengetahui Konsep Negara Hukum di Indonesia
3 Mengetahui Penerapan Prinsip Negara Hukum di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
Lembaga negara lain dan bahkan orang perorang boleh saja menafsirkan arti dan
makna dari ketentuan yang ada dalam konstitusi. Suatu konstitusi memang tidak selalu
jelas karena rumusannya luas dan kadang kadang kabur.Akan tetapi, yang menjadi
otoritas akhir untuk memberi tafsir yang mengikat adalah mahkamah konstitusi. Dan
tafsiran yang mengikat itu hanya diberikan dalam putusan mahkamah konstitusi atas
1
Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hal.8
2
Ni’matul huda, Negara Hukum dan Demokrasi & Judical Review, (Yogyakarta : UII Press, 2005)
hal.19
3
Ibid
3
permohonan yang diajukan kepadanya.4
Sebagai implikasi dari asas demokrasi dan kedaulatan rakyat yang dianut oleh Negara
Kesatuan Republik Indonesia, pemilihan umum merupakan konsekuensi logis dari
kedaulatan rakyat dan merupakan sarana politik untuk mewujudkan kehendak rakyat
kepada negara dalam sistem demokrasi Pancasila.
Dalam konteks negara Indonesia, secarah konsep Negara Hukum dalam UUD 1945
berasal dari konsep Rechtsstaat yan berkembang dalam tradisi Eropa Kontitental. Para
pendiri negara yang terdidik dalam tradisi hukum Eropa kontinental mengadopsi konsep
Rechtsstaat yang pertama kali diatur dalam Regeringsreglement(RR) 1854. Peraturan
Konstitusional tersebut merupakan peraturand pertama yang menjadi petunjuk dari
perkembangan konstitusionalisme di negara Hindia Belanda dalam bentuk pengakuan
4
Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika,
2011), hal.6
5
A. Mukti Fadjar, Tipe Negara Hukum, (Malang : Bayumedia, 2004), hal.61
4
atas supremasi hukum. Peraturan itupun menjadi tanda dari suatu “era legalitas” yang
menjadi unsur pokok dari konsep Rechtsstaat. Pada Pasal 18 RR 1854 disebutkan,
bahwa “tidak seorang pun dapat dituntut dan dihukum kecuali dalam suatu kasus dan
berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan aturan perundang-undangan.” Selain itu, RR
1854 juga menekankan pada pemisahan kekuasaan, khususnya antara eksekutif dan
judisiari yang menjadi tanda paling jelas dari prinsip negara hukum liberal.6
Selain secara normatif mengadopsi konsep Negara Hukum menjadi ketentuan Resmi
dalam UUD 1945, amandemen UUD 1945 telah melahirkan perubahan penting Dalam
dua hal utama, yakni penguatan dalam perlindungan HAM dan pemisahan Kekuasaan.
Kedua hal tersebut merupakan unsur utama dalam konsep Rechtsstaat. Selain itu secara
normatif ditegaskan pula adanya lembaga peradilan tata usaha Negara (Pasal 24 ayat (2)
Perubahan Ketiga UUD 1945). Amandemen UUD 1945 secara Eksplisit juga
menyebutkan asas legalitas berupa hak untuk tidak dituntut atas dasar Hukum yang
berlaku surut atau prinsip non-retroaktif (Pasal 28I ayat (1) Perubahan Kedua UUD
1945) serta jaminan dan pengaturan dalam peraturan perundangundangan (general law)
sebagai wujud dari prinsip negara hukum demokratis (Pasal 28I ayat (5) Perubahan
Kedua UUD 1945). Akan tetapi, amandemen UUD 1945 Menerima lembaga judicial
review atau pengujian atas UU terhadap UUD berupa Pembentukan Mahkamah
Konstitusi. Keberadaan MK ini menunjukkan bahwa Amandemen UUD 1945 juga
menerima konsep Negara Hukum yang berwatak material atau substansi sehingga tidak
6
J.S. Furnivall, Netherlands India: A Study of Plural Economy, (Cambridge: Cambridge University,
1939/1967), hlm. 157-158.
5
ada pemutlakan atas Undang-Undang (general law).
Pada sisi lain, Amandemen UUD 1945 tetap mempertahankan Pasal 33 yang
Mengandung materi muatan sistem ekonomi terencana dan hak menguasai negara. Akan
tetapi, bersamaan dengan itu Amandemen UUD 1945 melucuti wewenang MPR Untuk
menetapkan GBHN. Dengan penghapusan GBHN itu, maka pada hakikatnya
Amandemen UUD 1945 telah menghilangkan instrumen untuk melaksanakan Pasal 33
UUD 1945, terutama berkaitan dengan sistem ekonomi terencana. Berdasarkan
perubahan-perubahan dalam amandemen UUD 1945 tersebut, Maka secara
konsepsional amandemen UUD 1945 pada hakikatnya tetap mengadopsi Konsep
Formaal Rechtsstaat, tetapi dilengkapi dengan lembaga judicial review yang
Memberikan dimensi substantif pada Negara Hukum. Sekalipun demikian, Amandemen
UUD 1945 tidak sepenuhnya mengubah basis materialnya yang Ditunjukkan dengan
penghapusan GBHN sebagai instrumen sistem ekonomi Terencana. Dengan demikian,
terjadi inkoherensi antara konsep negara hukum dan Basis sosial ekonomi dalam UUD
1945.
7
Siallagan, Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia. Sosiohumaniora, 2016 hal.122-128
7
pemegang kedaulatan tertinggi. Bahkan dilihat dari model pelaksanaan demokrasi
secara langsung di Indonesia, dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara yang paling demokratis dalam menjalankan dan merealisasikan kedaulatan
rakyat.
Dilihat dari sejumlah unsur tersebut, dapat ditegaskan bahwa penerapan prinsip
negara hukum Indonesia didasarkan pada prinsip tersendiri yang barangkali tidak
selalu sejalan secara utuh dengan prinsip-prinsip negara hukum sebagaimana dikenal
pada masa awal lahirnya konsep negara hukum. Hal demikian dapat dimaknai sebagai
bentuk dinamika atau perkembangan perwujudan negara hukum dalam tataran
kekinian. Bagaimanapun juga bahwa prinsip negara hukum akan selalu mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang
dialami oleh suatu negara. Seiring dengan adanya penerapan negara hukum dengan
prinsip tersendiri di Indonesia, tentu sangat diharapkan agar pelaksanaan negara
hukum itu sendiri benar-benar berjalan sesuai dengan unsur-unsur yang terkandung
dalam prinsip negara hukum. Penerapan negara hukum sangat membutuhkan
konsistensi agar kemudian dapat berjalan dengan baik serta mampu mencapai tujuan
negara hukum itu sendiri.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara hukum adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilan bagi
warganya. Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat
perlengkapan negara atau dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang
demikian akan mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup warganya.
Pemikiran negara hukum di mulai sejak Plato dengan konsepnya “bahwa
penyelenggaraan negara yang baik adalah yang didasarkan pada pengaturan
(hukum) yang baik yang disebut dengan istilah nomoi”. Pelaksanaan asas
demokrasi merupakan manifestasi pelaksanaan salah satu hak-hak asasi
manusia, yaitu hak asasi dibidang politik artinya hak untuk turut serta dalam
pemerintahan dan persamaan kedudukan dalam pemerintahan.
Pengaturan negara hukum di dalam tiap UUD terdapat perbedaan terutama
perumusan dalam UUD 1945 dengan UUD 1945 amandemen. Pengaturan
negara hukum dalam UUD 1945 di atur dalam penjelasan umum yang
dirumuskan negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat). Pengaturan
negara hukum dalam Penjelasan tersebut menimbulkan perbedaan pendapat
karena ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa Penjelasan UUD 1945
bukan bagian dari UUD 1945 karena tidak disahkan oleh PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945. Selain hal tersebut pengaturan ketiga UUD tersebut
menunjukkan bahwa negara hukum yang lebih netral dibandingkan dalam
UUD 1945. Netral dalam arti bahwa negara hukum yang terdapat dalam
Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, dan UUD 1945 amandemen merupakan
konsep yang menggabungkan unsur yang terdapat diantara konsep rechtstaat
maupun rule of law.
Penerapan prinsip negara hukum di Indonesia memiliki karakteristik dan
ciri-ciri tersendiri yang mungkin tidak selalu sejalan sepenuhnya dengan
prinsip-prinsip negara hukum tradisional. Meskipun demikian, Indonesia
memiliki upaya dalam melindungi hak asasi manusia, membagi kekuasaan
antara lembaga-lembaga negara, melaksanakan kedaulatan rakyat, dan
9
menjalankan pemerintahan berdasarkan hukum yang berlaku. Penerapan
prinsip negara hukum di Indonesia juga mengalami perkembangan sesuai
dengan kebutuhan dan perubahan zaman. Konsistensi dalam penerapan
prinsip ini diharapkan agar mencapai tujuan negara hukum dengan baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Abdul Aziz. 2011. Negara Hukum dan Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Huda, Ni’matul. 2005. Negara Hukum dan Demokrasi & Judical Review. Yogyakarta : UII
Press.
Siahaan, Maruarar. 2011. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta
: Sinar Grafika
11
12