Anda di halaman 1dari 14

NEGARA HUKUM DAN PENEGAKAN HUKUM

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi Tugas Individu pada Mata Kuliah
“Pendidikan Kewarganegaraan”

DOSEN PENGAAMPU :
Dr. Herlinda, M.A

Disusun Oleh Kelompok 6 :


GILANG PRASETYA 12370513031

HERSY PUSPITA 12370521526

ZAIDAN RIZQI HAPADES 12370511014

Kelas : 2D

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibuk Dr. Herlinda, M.A
sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Pekanbaru, 26 Februari 2024

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dan Ciri Negara Hukum...............................................................................
B. Negara Hukum Indonesia..........................................................................................
C. Penegakan Hukum.....................................................................................................
D. Aparatur Penegakan Hukum di Indonesia.................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara hukum merupakan terjemahan dari Rechtsstaat atau Rule of Law yang
bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di Eropa abad ke- 19 dan ke-20.
Oleh karena itu negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Ciri negara
hukum antara lain: adanya supremasi hukum, jaminan hak asasi manusia, dan legalitas
hukum. Di negara hukum, peraturan perundang- undangan yang berpuncak pada undang-
undang dasar (konstitusi) merupakan satu kesatuan sistem hukum sebagai landasan bagi
setiap penyelenggaraan kekuasaan.

Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) UUD
NRI 1945 yang berbunyi 'Negara Indonesia adalah negara hukum". Ketentuan itu bermula
dari isi bagian Penjelasan UUD NRI 1945 yang menyatakan negara Indonesia berdasar
atas hukum (rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan (machtstaat), dan pemerintah
berdasarkan konstitusi (hukum dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak
terbatas). Sebagai konsekuensi dari Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut,
ada 3 (tiga) prinsip dasar wajib dijunjung oleh setiap negara yang menganut paham
negara hukum, yaitu supremasi hukum (supremacy of law); kesetaraan di hadapan hukum
(equality before the law); dan penegakan hukum dengan cara-cara yang tidak
bertentangan dengan hukum (due process of law) (MPR RI, 2012).

Negara hukum melahirkan hukum-hukum yang hendak diberlakukan baik bagi


penyelenggaraan negara itu sendiri maupun warga negara. Bagaimana memberlakukan
hukum tersebut sehingga bisa ditaati oleh subjek hukum, memerlukan upaya yang disebut
penegakan hukum. Penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses memfungsikan
norma-norma hukum secara nyata dan efektif ditaati sebagai pedoman pelaku dalam
hubungan hukum di kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hadirnya negara hukum
Indonesia perlu diikuti dengan penegakan hukum.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan,
yaitu :
1. Apa itu Negara hukum?
2. Apakah dasar kewenangan Mahkamah Konstitusi mengadili sengketa pemilihan
umum kepala Daerah dalam perspektif Negara Hukum di Indonesia?
3. Apa saja penegakan Hukum di Indonesia?
4. Bagaimana pelaksanaan kewenanagan Mahkamah Konsitusi dalam memutus
perselisihan hasil pemilihan umum kepala Daerah dalam perspektif Negara Hukum di
Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dan Ciri Negara Hukum


1. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechstaat atau Rule of law.
Istilah rechstaat dikemukakakan oleh para ahli hukum Eropa kontinental, sedangkan
istilah rule of law itu sendiri dapat di katakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari
gagasan konstitusionalisme. Negara yang menganut gagasan ini dinamakan
constiusional State atau rechstaat. Oleh karena itu konstitusi dan negara (hukum)
merupakan 2 lembaga yang tidak dapat dipisahkan.
Secara sederhana yang dimaksud dengan negara hukum adalah negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahnya didasarkan atas hukum. Di negara yang
berdasar atas hukum maka negara termasuk di dalamnya pemerintah dan yang
berdasar atas hukum maka negara termasuk di dalamnya pemerintah dan lembaga
lembaga lain di dalamnya melaksanakan tindakan apa pun harus dilandasi oleh hukum
dan di pertanggung jawabkan secara hukum.

2. Negara Hukum Formal dan Negara Hukum Materil


Negara hukum formal adalah negara hukum yang berarti sempit yaitu negara yang
membatasi ruang geraknya dengan bersifat pasif terhadap kepentingan rakyat
negara ,Sedangakan negara hukum materil adalah negara hukum yang berarti luas
dalam ruang geraknya. Konsep negara hukum materil (modern) dengan demikian
berbeda dengan konsep negara hukum formal (klasik) yang muncul pada abad ke-19.
Pemerintah dalam negara hukum materil bisa bertindak lebih luas dalam urusan dan
kepentingan publik jauh melebihi batas batas yang pernah diatur dalam konsep negara
hukum formal.
Pemerintah (eksekutif) bahkan bisa memiliki kewewenang legislatif.
Kewewenangan ini meliputi tiga hal yaitu, adanya hak inisiatif yaitu hak mengajukan
rancangan undang undang bahkan membuat peraturan perindang undangan yang
sederajat dengan undang undang tanpa terlebih dahulu perstujuan parlemen, meskipun
dibatasi kurun waktu tertentu. Kedua, hak delegasi yaitu membuat peraturan
perundang undangan di bawah undang undang dan ketiga dorit ermessen
(menafsirkan sendiri aturan aturan yang masih enunsiatif) Mahfud MD,1993. Jadi
negara hukum materil (negara hukum modern) atau dapat disebut negara
kesejahteraan (welfare State) adalah negara yang mana pemerintah negara memiliki
kekuasaan untuk turut campur tangan dalam urusan warga dengan dasar bahwa
pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Negara bersifat
aktif dan mandiri dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat.

3. Ciri Negara Hukum


Bahwa negara hukum merupakan terjemahan dari istilah rechstaat atau rule of law.
Istilah rechstaat diberikan oleh parah ahli hukum Eropa kontinental, sedangkan istilah
rule of law diberikan oleh ahli hukum anglo saxon.
Friedrich Julius stahl dari kalangan ahli hukum Eropa kontinental memberikan ciri
ciri rechtsstaat berikut :
a. Hak asasi manusia
b. Pemindahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia
yang biasa dikenal sebagai trias politika.
c. Pemerintah berdasarkan peraturan peraturan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan
Sedangkan AV Dicey dri kalangan hukum anglo saxon memberi ciri ciri rule of
law berikut.
a. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewang-wenang
b. Kedudukan yang sama di depan hukum baik bagi rakyat biasa maupun bagi
pejabat
c. Terjaminnya hak- hak manusia dalam undang undang atau keputusan
pengadilan.
Sebuah komisi para hakim yang bergabung dalam internasional commision of
jurits, pada konferensinya di bangkkok tahun 1965, merumuskan ciri ciri
pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law yang dinamis, ciri ciri tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
b. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
c. Pemilihan umum yang bebas
d. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi
e. Pendidikan civic(kewarganegaraan).
Di samping perumusan ciri ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai
pendapat mengenai ciri ciri negara hukum yang dikemukakakan oleh para ahli Frans
magnis Suseno 1997 mengemukakakan bahwa negara hukum merupakan negara
demokrasi. Negara hukum itu sendiri memiliki 5 ciri , yakni sebagai berikut
a. Fungsi kenegaraan
b. Undang undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting
c. Badan negara menjalankan kekuasaan masing masing
d. Badan kehakiman bebas dan tidak memihak
Mustafa kamal Pasha 2003, menyatakan adanya tiga ciri khas negara hukum yaitu
sebagai berikut
a. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
b. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak
c. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.

B. NEGARA HUKUM INDONESIA


1. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia
Dasar pijakan bahwa Indonesia adalah negara hukum sekarang ini tertuang dengan
jelas pada Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 Perubahan Ketiga yang berbunyi "Negara
Indonesia adalah negara hukum. Dengan dimasukkannya landasan ini ke dalam
bagian pasal UUD NRI 1945 menunjukkan semakin kuat serta menjadi amanat negara
bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesia kita temukan dalam bagian
Penjelasan Umum UUD NRI 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu
sebagai berikut.
a. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat). Negara
Indonesia berdasar atas Hukum (Rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan
belaka (Machtsstaat).
b. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Berdasarkan perumusan di atas, oleh para pendiri negara, untuk negara hukum
Indonesia digunakan istilah Rechtsstaat yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep
hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental Bagian penjelasan
ini sekarang tidak lagi menjadi bagian dari UUD NRI 1945. Masuknya rumusan
tersebut juga merupakan salah satu contoh pelaksanaan kesepakatan dasar dalam
melakukan perubahan UUD NRI 1945, yakni memasukkan hal-hal normatif yang ada
dalam penjelasan ke dalam pasal- pasal.
Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum,
untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dan tidak ada kekuasaan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Negara hukum akan terlihat ciri-ciri adanya:
a. jaminan perlindungan hak asasi manusia,
b. kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka, dan
c. Legalitas dalam arti hukum, yaitu baik penyelenggara negara maupun warga
negara dalam bertindak berdasar atas dan melalui hukum (MPR RI, 2012).
Selain rumusan Pasal 1 ayat (3), Pasal 24, dan Pasal 27 ayat (1) UUD NRI 1945,
paham negara hukum Indonesia, termuat pada rumusan:
a. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum (Pasal 28 D ayat (1).
b. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 D ayat (2)).
Konsepsi negara hukum Indonesia dapat kita masukkan dalam konsep negara
hukum material atau negara kesejahteraan (Welfare State). Hal ini dapat kita ketahui
dari perumusan mengenai tujuan bernegara sebagaimana dalam Pembukaan UUD
NRI 1945 Alinea IV. Dalam hal tujuan bernegara, negara bertugas dan bertanggung
jawab tidak hanya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia tetapi juga memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara juga memiliki dasar dan sekaligus
tujuan yaitu mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah negara hukum
dalam arti materiil adalah dalam bagian pasal-pasal UUD NRI 1945, yakni Pasal 33:
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluar- gaan.
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
2. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia
UUD 1945 merupakan hukum negara yang menempati posisi sebagai hukum
dasar dan tertinggi dalam tatanan hukum (legal order) Indonesia. Di bawah UUD
1945 terdapat berbagai aturan hukum/peraturan perundang-undangan yang bersumber
dan berdasarkan pada UUD NRI 1945.
Legal order merupakan satu kesatuan sistem hukum yang tersusun secara
hierarkis. Sistem hukum terdiri atas berbagai peraturan hukum, sebagai kom- ponen-
komponennya dan saling berinteraksi satu sama lain guna mencapai tujuan hukum itu.
Berbeda dengan sistem lain, sistem hukum tersusun secara hierarkhis. Artinya
peraturan-peraturan yang membentuk sistem hukum itu berjenjang dari aturan hukum
yang tertinggi sampai aturan hukum yang rendah. Aturan hukum yang lebih tinggi
menjadi dasar bagi peraturan hukum yang lebih rendah. Hukum yang rendah isinya
menjabarkan hukum di atasnya. Peraturan hukum yang rendah isinya tidak boleh
bertentangan dengan aturan hukum yang lebih tinggi. Hukum di Indonesia juga
membentuk sistem hukum. Sistem hukum Indonesia tersusun berdasar hukum
tertinggi negara yaitu UUD NRI 1945 kemudian dijabarkan ke dalam peraturan
hukum yang lebih rendah sehingga bersifat hierarkis piramidal.
Jenis dan hierarki peraturan perundangan, menurut Pasal 7 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tersebut, sebagai berikut.
1. UUD NRI 1945.
2. Ketetapan MPR.
3. UU/Peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang.
4. Peraturan pemerintah.
5. Peraturan presiden.
6. Peraturan daerah provinsi.
7. Peraturan daerah kabupaten/kota.
Penjelasan dari masing-masing peraturan perundang-undangan tersebut sebagai
berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan
hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan.
2. Ketetapan MPR adalah peraturan perundangan yang ditetapkan MPR yang
memiliki kekuatan mengikat ke dalam maupun keluar anggota MPR.
3. Undang-undang adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Per- undang-
undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegen- tingan yang
memaksa.
5. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah.
Peraturan Daerah itu dapat berupa:
a. Peraturan Daerah provinsi dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
provinsi bersama dengan gubernur;
b. Peraturan Daerah kabupaten/kota dibuat oleh dewan perwakilan rakyat daerah
kabupaten/kota bersama bupati/walikota;
c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh badan perwakilan desa
atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya.
Negara hukum Indonesia menurut UUD NRI 1945 mengandung prinsip- prinsip
sebagai berikut.
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai dasar negara dan adanya
hierarki jenjang norma (stufenbouwtheorie -nya Hans Kelsen).
2. Sistemnya, yaitu sistem konstitusi.
3. Kedaulatan rakyat atau prinsip demokrasi
4. Prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat (1)
UUD NRI 1945).
5. Adanya organ pembentuk undang-undang (DPR).
6. Sistem pemerintahannya adalah presidensiil.
7. Kekuasaan kehakiman yang merdeka bebas dari kekuasaan lain (eksekutif).
8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berda- sarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD
NRI 1945).
Ada 4 (empat) kaidah penuntun hukum yang mengalir dari dasar negara Pancasila.
Pertama, hukum Indonesia yang dibuat haruslah bertujuan mem- bangun dan
menjamin integrasi negara dan bangsa Indonesia. Kedua, hukum Indonesia yang
dibuat haruslah berdasarkan demokrasi dan nomokrasi. Ketiga, hukum Indonesia yang
dibuat haruslah ditujukan untuk membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Keempat, hukum Indonesia yang dibuat haruslah didasarkan pada toleransi
beragama yang berkeadaban (Mahfud MD, 2007).
3. Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi
Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa
negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Namun negara hukum belum
tentu negara demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi.
Franz Magnis Suseno (1997) menyatakan adanya 5 gugus ciri hakiki dari negara
demokrasi. Kelima ciri negara demokrasi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Negara hukum.
2. Pemerintah di bawah kontrol nyata masyarakat.
3. Pemilihan umum yang bebas.
4. Prinsip mayoritas.
5. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.
Berdasar 5 (lima) gugus ciri negara demokrasi tersebut, ditegaskan kembali oleh
Hendra Nurtjahjo (2006) bahwa suatu negara hukum tidak mesti demokratis.
Pemerintahan monarki atau paternalistik pun dapat taat kepada hukum. Tetapi
demokrasi yang bukan negara hukum bukanlah demokrasi dalam arti sesungguhnya.
Demokrasi harus dijalankan melalui suatu konstruksi negara yang berdasar atas
hukum. Demokrasi melatarbelakangi munculnya negara hukum.

C. PENEGAKAN HUKUM
Apa itu penegakan hukum dan siapa sajakah yang dapat menegakkan hukum?
Penegakan hukum pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide
dasar hukum menjadi kenyataan atau berlaku di masyarakat. Ide hukum-hukum itu
meliputi keadilan, kemanfaatan dan kepastian (Achmad Ali; 2002) atau mewujudkan
3 (tiga) tujuan hukum, yakni keadilan, kepastian dan kemanfaatan (Mahfud MD,
2013).
1. Penegakan Hukum untuk Tiga Tujuan Hukum
Menurut Jimly Asshiddiqie (2013), penegakan hukum adalah proses dilaku-
kannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata
sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Berkaitan dengan 3 (tiga) ide dasar hukum atau 3 (tiga) tujuan hukum di atas,
penegakan hukum harus memperhatikan dan mampu menghasilkan: kepastian hukum,
kemanfaatan dan keadilan. Ketiga hal tersebut sangat penting diberlakukan secara
berimbang. Seorang hakim dalam putusannya perlu menyelaraskan tiga hal di atas.
Tanpa kepastian hukum orang yang diputus tidak tahu secara jelas apa pelanggaran
hukum yang telah dilakukannya. Kepastian hukum juga bisa mencegah orang dari
tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum. Karena dengan adanya
kepastian hukum masyarakat akan tahu hak dan kewajiban. Tetapi terlalu
menitikberatkan pada kepastian hukum, hanya mengikuti apa adanya yang tertulis
akan dapat menimbulkan perasaan ketidakadilan.
Ketiga prinsip, ide dasar atau tujuan hukum tersebut harus diberlakukan sebagai
sesuatu yang saling berhubungan erat agar menjadikan hukum berfungsi baik sebagai
pedoman perilaku dalam setiap tindakan baik oleh para subjek hukum maupun oleh
aparatur penegakan hukum. Tetapi apabila ketiga prinsip tersebut dihubungkan
dengan kenyataan yang ada sering sekali terjadi benturan antarketiganya.

2. Cakupan Penegakan Hukum

Penegakan hukum dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yakni ditinjau dari subjek
hukumnya dan ditinjau dari objek hukumnya. Ditinjau dari subjek hukum, penegakan
hukum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas (dalam arti luas) dan dapat pula
dilakukan oleh subjek dalam arti yang terbatas (dalam arti sempit). Dalam arti luas,
proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan
hukum. Dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya dilakukan oleh aparatur
penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan
hukum berjalan sebagaimana seharusnya.
Ditinjau dari objek hukum, penegakan hukum juga mencakup arti yang luas dan
sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum itu mencakup penegakan akan nilai-nilai
keadilan yang terkandung dalam bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan
yang hidup dalam masyarakat. Dalam arti sempit, penegakan hukum itu hanya
menyangkut penegakan akan peraturan yang formal dan tertulis saja.
Dengan demikian, menegakkan hukum tidak hanya dilakukan oleh para aparatur
penegakan hukum tetapi juga dapat dilakukan oleh warga negara biasa.
Berdasarkan pada uraian di atas, kita dapat membedakan pula adanya
istilah "penegakan hukum" dan "penegakan keadilan". Penegakan hukum dapat
dikaitkan dengan pengertian 'law enforcement' dalam arti sempit, menegakkan
hukum dalam arti sempit yakni hukum sebagai aturan formal sebagaimana
termuat dalam peraturan perundangan.
Oleh karena hukum itu tidak sekadar aturan hukum tetapi yang lebih utama adalah
adanya nilai keadilan maka penegakan hukum sudah seharusnya berisi penegakan
akan keadilan itu sendiri, sehingga istilah penegakan hukum dan penegakan keadilan
ibarat dua sisi dari mata uang yang sama.

3. Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum


Komponen substansi hukum merupakan aturan-aturan, norma-norma dan pola
perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu termasuk produk yang
dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, meliputi putusan
hukum yang mereka keluarkan atau aturan hukum baru yang mereka bentuk.
Substansi hukum juga mencakup hukum yang hidup (living law), bukan hanya aturan
yang ada dalam kitab undang-undang (law books). Substansi hukum di Indonesia
meliputi hukum tertulis yang berpuncak pada UUD NRI 1945, maupun hukum yang
tidak tertulis seperti hukum adat.
Komponen struktur hukum (legal structure) merupakan kerangka, bagian yang
tetap bertahan, bagian yang memberikan semacam bentuk dan tempat terhadap
keseluruhan instansi-instansi penegak hukum.
Dihubungkan dengan penegakan hukum di Indonesia, maka teori sistem hukum
dari Friedman tersebut dapat dijadikan pijakan dalam melihat proses penegakan
hukum di Indonesia yang terdiri dari 3 (tiga) unsur yaitu, Polisi, jaksa, hakim, Namun
demikian, tegaknya hukum tidak hanya ditentukan oleh kokohnya struktur hukum,
tetapi juga terkait dengan tumbuhnya kultur hukum di dalam masyarakat. Sampai saat
ini perihal substansi hukum sudah banyak dibentuk dan menjangkau banyak aspek
kehidupan, dan terus mengalami perkembangan. Misalnya pembaharuan KUHP.
Namun demikian, hingga kini ketiga unsur sebagaimana dikatakan Friedman di
atas belum dapat sepenuhnya terlaksana secara baik, khususnya pada unsur struktur
hukum dan budaya hukum. Sebagai contoh dalam struktur hukum, polisi yang
diharapkan menjadi penangkap narkoba, tetapi justru turut terlibat dalam jaringan
narkoba itu sendiri. Demikian halnya para jaksa dan hakim, sampai saat ini masih
ditemukan jaksa atau hakim yang mudah dipengaruhi kepentingan pragmatis dalam
membuat putusan.

D. APARATUR PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA


Agar hukum dapat ditegakkan menjadi kenyataan yang hidup di masyarakat
berbangsa dan bernegara, maka dibutuhkan aparatur penegak hukum. Aparatur
penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi atau lembaga penegak
hukum dan aparat (orangnya) sebagai penegak hukum. Siapakah institusi dan orang
sebagai penegak hukum di Indonesia?

1. Institusi Penegak Hukum di Indonesia


Berbicara mengenai institusi penegakan hukum di Indonesia adalah membi-
carakan lembaga yang memegang kekuasaan kehakiman atau yudikatif. Kekuasaan
kehakiman dalam konteks negara Indonesia adalah sebagai penye- lenggara peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila. Jadi siapakah
pemegang kekuasaan kehakiman di Indonesia?
Menurut ketentuan UUD NRI 1945, Kekuasaan Kehakiman dilaksanakan oleh
sebuah Mahkamah dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer,
Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Mahkamah Agung merupakan pengadilan negara tertinggi dari badan peradilan
yang berada di dalam keempat lingkungan peradilan. Tugas dan wewenang
Mahkamah Agung adalah memeriksa dan memutus:
a. permohonan kasasi,
b. sengketa tentang kewenangan mengadili,
c. permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang memperoleh
kekuatan hukum yang pasti, dan
d. menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang.
Badan peradilan di bawah Mahkamah Agung, secara terperinci sebagai berikut.
1. Peradilan Umum:
Peradilan Umum adalah badan peradilan yang mengadili rakyat Indonesia pada
umumnya atau rakyat sipil. Oleh karena mengadili rakyat sipil, maka disebut pula
peradilan sipil.
Berdasarkan Undang-Undang No 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang No 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dinyatakan bahwa
lingkungan Peradilan Umum ini meliputi:
a. Pengadilan Negeri Pengadilan Negeri adalah pengadilan kita sehari-hari yang
memeriksa dan memutuskan suatu perkara. Pengadilan Negeri berkedudukan
di ibukota Kabupaten atau Kota. Tiap-tiap pengadilan negeri mempunyai
seorang kepala disebut Ketua Pengadilan Negeri. Pengadilan Negeri
merupakan pengadilan tingkat pertama.
b. Pengadilan tinggi adalah pengadilan banding yaitu pengadilan yang
memeriksa Kembali perkara yang telah diputuskan oleh pengadilan negeri.
2. Peradilan Agama
Peradilan agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama Islam.
Tugasnya dan wewenangnya adalah memeriksa dan memutus sengketa antara orang-
orang yang beragama Islam mengenai bidang hukum perdata tertentu yang diputus
berdasar syariat Islam.

Berdasarkan Undang-Undang No 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas


Undang-Undang No 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dinyatakan bahwa
lingkungan Pengadilan Agama terdiri atas:
a. Pengadilan Agama sebagai badan peradilan Tingkat Pertama yang tempat
kedudukannya sama dengan Pengadilan Negeri.
b. Pengadilan tinggi agama sebagai badan pengadilan Tingkat banding.
3. Peradilan Militer Peradilan Militer adalah peradilan yang mengadili anggota-
anggota atau TNI yang meliputi angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara.
Berdasarkan Undang-Undang No 31 Tahun 1987 tentang Peradilan Militer
dinyatakan bahwa lingkungan Peradilan Militer meliputi:
a. Pengadilan Militer adalah pengadilan tingkat pertama yang mengadili
kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan oleh TNI yang berpangkat Kapten
ke bawah.
b. Pengadilan militer tinggi ialah pengadilan tingkat pertama yang mengadili
kejahatan dan pelanggaran yag dilakukan oleh TNI yang berpangkat kapten
kebawah.
4. Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara adalah badan peradilan yang mengadili perkara-
perkara yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan. Oleh karena itu disebut
Peradilan Administrasi. Peradilan Tata Usaha Negara menerima, mengadili dan
memutus perkara sengketa tata usaha negara.
Berdasarkan Undang-Undang No 51 Tahun 2009 tentang Perubaan Kedua atas
Undang-Undang No 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha negara dinyatakan
bahwa lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara terdiri atas:
a. Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat pertama.
b. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat banding.
Terhadap putusan terakhir dapat dimohonkan kasasi pada Mahkamah Agung.
Mahkamah Konstitusi adalah lembaga negara yang sederajat dengan Mahkamah
Agung sebagai pemegang kekuasaan kehakiman/yudikatif di Indonesia. Mahkamah
Konstitusi sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman mempunyai peranan
penting dalam usaha menegakkan konstitusi dan prinsip negara hukum sesuai dengan
tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk:
a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
c. memutus pembubaran partai politik;
d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
2. Aparat Penegak Hukum di Indonesia
Jika institusi berarti lembaga penegak hukum maka aparat menunjuk pada orang
yang bertugas menegakkan hukum. Penegak hukum adalah seseorang yang diberikan
wewenang oleh peraturan perundang-undangan untuk melakukan penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, peradilan atau pembelaan".
Sejalan dengan lembaga penegak hukum yang telah disebutkan di atas, maka
termasuk aparat penegak hukum adalah hakim, polisi, jaksa, penyidik KPK, advokat,
dan penyidik atau petugas badan lain yang memang diserahi tugas melakukan
penegakan hukum, misal Petugas di Direktorat jenderal Imigrasi.
Berdasar uraian di atas, bahwa aparat penegak hukum pada dasarnya adalah
personil dari lembaga atau instiusi penegak hukum yang diberi tugas dan kewenangan
oleh perundangan untuk melakukan penegakan hukum. Aparat penegak hukum dan
institusi atau lembaga hukum bersama-sama sebagai aparatur penegakan hukum di
Indonesia. Aparatur penegak hukum merupakan struktur hukum. Sejalan dengan teori
sistem hukum maka aparatur penegak hukum akan mempengaruhi ataupun
dipengaruhi oleh substansi hukum dan budaya hukum yang ada.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selama puluhan tahun di zaman orde baru dimana penegakan hukum lebih dari
memiliki kepastian hukum walaupun masih ada kebocoran-kebocoran namun
dibandingkan sekarang ini di zaman reformasi yang merupakan masih Sebata eforia,
pengakan hukum semakin tidak jelas dan tidak memiliki kepastian hukum. Situasi
ketidakadilan atau kegagalan ini mewujudkan keadian melalui hukum menjadi salah satu
titik masalah yang harus segera ditangani dan negara harus sudah memiliki kertas biru
untuk dapat mewujudkan seperti apa yang dicita-citakan pendiri bangsa ini.
B. Saran
Masyarakat di suatu Negara pasti menginginkan Negaranya memiliki penegak-
penegak hukum serta yang adil dan tegas dan bukan tebang pilih. Maka dari itu, mari
bangkitkan penegakan huku di Negeri kita tercinta ini karna kita adalah anak-anak bangsa
Indonesia yang cinta dengan Negeri sendiri.
C. Tujuan
Tujuan pembelajaran di bab ini adalah agar mahasiswa mampu nenganalisis dinamika
historis konstitusional, sosial-politik, kultural, serta konteks kontem- porer penegakan
hukum dalam konteks pembangunan negara hukum yang berkeadilan. Bahasan mengenai
negara hukum dan penegakan hukum, meliputi uraian sebagai berikut.
a. Konsep dan Ciri Negara Hukum.
b. Negara Hukum Indonesia.
c. Penegakan Hukum.
d. Aparatur Penegakan Hukum di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai