Anda di halaman 1dari 21

PAPER HASIL TELAAHAN

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Ditujukan untuk memenuhi tugas Penulisan Karya Ilmiah

Dosen Pengampu:

Dr., Nina Nurani, , S.H. M.Si

DISUSUN OLEH :

Girsang Wita Loisenika (A10220212)

Muhammad Alfan Aonillah (A10220227)

Raditya Anugrah Sarbini (A10220234)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI EKUITAS

BANDUNG 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan paper ini guna
memenuhi tugas individu untuk mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengan judul: Negara
Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan paper ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga paper ini dapat terselesaikan, juga
menyadari sepenuhnya bahwa paper ini jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan
pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan
masukan serta kritik dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.3 Tujuan.......................................................................................................................
1.4 Manfaat.....................................................................................................................
BAB II TINJAUAN LITERATUR………………………………………………………………
2.1 Judul Tinjauan Literatur…………………………………………………………….
2.2 Isi Kajian……………………………………………………………………………
2.3 Kesimpulan ………………………………………………………………………...
BAB III KASUS………………………………………………………………………………….
3.1 Judul Kasus…………………………………………………………………………
3.2 Isi Kajian……………………………………………………………………………
3.3 Kesimpulan…………………………………………………………………………
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………...……………………..
4.1 Pengertian Negara Hukum………………………………………...………………..
4.2 Ciri-Ciri Negara Hukum………………..…………………………………………...
4.3 Makna Indonesia sebagai Negara Hukum………………………………………….
4.4 Pengertian Hak Asasi Manusia…………...…………………………………………
4.5 Macam-Macam Hak Asasi Manusia,,,,,,,,,,,,,,,,,…………………………………......
4.6 Negara Hukum Indonesia dan Hak Asasi Manusia………………………………...

BAB V KESIMPULAN……………………………………………………………………………
5.1 Kesimpulan&Saran…………………………………………………………………
Tinjauan Pustaka………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara hukum adalah konsep hukum yang mengacu pada prinsip bahwa negara dan
pemerintahannya harus diatur oleh hukum, bukan oleh kekuasaan absolut atau kehendak
pribadi. Dalam negara hukum, kekuasaan dan tindakan pemerintah diatur oleh konstitusi,
undang-undang, dan kebijakan publik yang sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang adil
dan berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Dengan kata lain, dalam negara hukum, tidak
ada orang atau kelompok yang berada di atas hukum.
Sementara itu, hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada setiap
manusia hanya karena mereka adalah manusia, dan hak ini diakui dan dilindungi oleh
hukum internasional dan negara. Contoh hak asasi manusia yang umum meliputi hak atas
kebebasan berbicara, hak atas kebebasan dari diskriminasi, hak atas kebebasan beragama,
hak atas perlindungan dari penyiksaan, dan hak atas perlindungan privasi.
Kedua konsep ini saling terkait karena dalam negara hukum yang demokratis dan
beradab, hak asasi manusia dilindungi oleh hukum dan dihormati oleh pemerintah dan
masyarakat. Oleh karena itu, negara hukum yang baik harus melindungi hak asasi manusia
dan memastikan bahwa semua orang memiliki hak yang sama dan perlindungan hukum
yang adil. Tanpa perlindungan hukum yang memadai, hak asasi manusia dapat dilanggar
dan tidak dihormati oleh pemerintah dan masyarakat, yang dapat mengarah pada
penindasan, kekerasan, dan ketidakadilan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Negara Hukum dan bagaimana Negara tersebut melindungi Hak Asasi
Manusia?
2. Bagaimana sistem Hukum dan keadilan di Negara Hukum beroperasi untuk
menjamin kepatuhan terhadap Hukum?
3. Bagaimana Pemerintah mengatasi pelanggaran Hak Asasi Manusia dan Keadilan
di Negara Hukum?
4. Bagaimana peran mahasiswa dalam memastikan Negara Hukum dan Hak Asasi
Manusia dilindungi dengan baik?
5. Apa saja tantangan yang dihadapi dalam menjaga Negara Hukum dan Hak Asasi
Manusia?

1.3 Tujuan
1. Mengedukasi mahasiswa mengenai Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
2. Supaya mahasiswa dapat menjalankan perannya dalam mematuhi Negara Hukum
dan melaksankan Hak Asasi Manusia

1.4 Manfaat
1. Keadilan dan Kesetaraan
2. Perlindungan Hak Asasi Manusia
3. Pembangunan Ekonomi dan Sosial
4. Mencegah kekuasaan yang otoriter
5. Meningkatkan kepercayaan masyarakat

Dalam rangka mencapai semua ini negara harus memastikan bahwa Hukum dan Keadilan
diteggakan secara konsisten dan adil, dan juga bahwa Hak Asasi Manusia dihormati dan dilindungi
oleh pemerintah dan juga masyarakat.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Judul Tinjauan Literatur


MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN “Negara Hukum dan HAM”
2.2 Isi Kajian
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechstaat yang diberikan oleh
ahliahli hukum Eropa continental atau Rule of law yang diberikan oleh ahli hukum Anglo-
Saxon. Rechstaat atau Rule of law dapat dikatakan sebagai perumusan yuridis dari gagasan
konsitusionalisme. Negara yang menganut gagasan ini dinamakan constitutional state atau
rechstaat (Miriam Budiarjo,2008. Oleh karena itu, konstitusi dan negara hukum merupakan
dua lembaga yang tidak dapat terpisahkan. Negara hukum adalah negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahnya didasarkan atas hukum.
Di negara hukum, pemerintah dan lembaga-lembaga lain melakukan tindakan
apapun harus dilandasi oleh hukum dan dipertanggung jawabkan secara hukum. Soetandyo
Wignjosoebroto menyatakan bahwa negara hukum mempunayi konsep berparadigma
bahwa negara dan alat kekuasaannya harus bertindak pada dasar kebenaran hukum yaitu
undang-undang yaitu undang undang dasar.Terdapat 3 karakter konsep negara hukum
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertama, hukum itu harus dibentuk dalam
wujudnya yang positif. Kedua, apa yang disebut hukum disebut constitutum merupakan
kesepakatan golongan-golongan dalam suatu negara melalui suatu proses yang disebut
proses legislasi. Ketiga, hukum yang telah diwujudkan berbentuk undang-undang.
Negara hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi (supreme) sehingga
ada istilah supremasi hukum. Supremasihukum tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar
hukum yaitu keadilan, kemanfatan, kepastian atau tiga tujuan hukum yaitu keadilan,
kepastian, dan kemanfaatan.ada dua unsure dalam negara hukum. Pertama, hubungan
antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan, melainkan
berdasarkan suatu norma objektif. Kedua, norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa
tidak hanya secara formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan ide hukum.
Di negara hukum, hukum tidak hanya sekedar sebagai formalitas belaka dari kekuasaan.
Jika hanya sekedar formalitas, hukum dapat menjadi pembenaran untuk melakukan
tindakan menyimpang. Di negara hukum tidak boleh mengabaikan rasa keadilan
masyarakat. Hukum diwujudkan dalam peraturan perundang undangan yang berpuncak
pada konstitusi atau dasar hukum negara. Di dalam negara hukum, kekuasaan negara
berdasar atas hukum bukan kekuasaan belaka, melainkan berdasarkan pada konstitusi yang
berpaham konstitusionalisme. Di dalam negara hukum, kontitusi negara merupakan sarana
pemersatu bangsa. Hubungan antara warga negara dengan negara, hubungan antara
lembaga kerja dengan kinerja masingmasing elemen kekuasaan berada pada satu system
aturan yang disepakati dan dijunjung tinggi.
Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Mustafa Kamal Pasha (2002)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia adalah hal-hak dasar yang
dibawa sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah Allah Subhanahu
Wata’ala. Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua
manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama. Dengan
pengakuan akan prinsip tersebut maka setiap manusia memiliki hak dasar yang disebut Hak
Asasi Manusia. Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, yaitu:
1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia , bahwa kodrat
manusia adalah sama derajat tanpa membedakan ras, agama, suku, bahasa, dan
sebagainya
2. Landasan yang kedua dan yang lebih dalam, yakni Tuhan yang menciptakan
manusia. Bahwa semua manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu dihadapan Tuhan manusia adalah
sama kecuali nanti pada amalnya.
Dengan demikian, selama manusia belum mengakui adanya persamaan harkat dan
martabat manusia maka hak asasi manusia belum bisa di tegakkan. Jika hak asasi manusia
belum dapat ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan penindasan atas hak asasi
manusia, baik oleh masyarakat, bangsa dan pemerintah suatu negara. Secara definitif hak
artinya kekuasaan arau wewenang yag dimiliki seseorang atas sesuatu di luar dirinya (Suria
Kusuma, 1986).
Kebalikan dari hak adalah kewajiban yang berarti tugas yang harus dijalankan
manusia untuk mengakui kekuasaan itu. Setiap orang memiliki hak dasar memeluk agama
yang berarti kebebasan dan kewenangan dia untuk menganut suatu agama, sedangkan
orang lain memiliki kewajiban untuk mengakui kewenangan orang tersebut. Istilah hak
asasi manusia berawal dari Barat yang dikenal dengan “right of man” untuk menggantikan
“natural right”. Karena istilah right of man tidak mencakup right of women maka oleh
Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human rights yang lebih universal dan netral.
2.3 Kesimpulan
Negara Hukum Adalah Negara yang didalamnya terdapat berbagai aspek
peraturanperaturan yang memang bersifat abstrak yaitu memaksa, dan mempunyai sanksi
yang tegas.Gagasan Negara hukum masih bersifat samar-samar dan tenggelam dalam
waktu yang sangat panjang, kemudian muncul kembali secara lebih ekplisit pada abad ke-
19,yaitu dengan munculnya konsep rechtsstaat dari Freidrich Julius Stahl, yang diilhami
oleh Immanuel Kant, unsur-unsur Negara hukum adalah:
a. Perlindungan hak-hak Asasi Manusia
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu
c. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan
d. Peradilan administrasi dalam perselisihan
BAB III
KASUS

3.1 Judul Kasus


Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki
3.2 Isi Kajian
Salah satu kasus pelanggaran HAM yang paling kontroversial di Indonesia adalah
pembunuhan terhadap wartawan senior, Jamal Khashoggi, pada Oktober 2018 di konsulat
Saudi Arabia di Istanbul, Turki. Kasus ini menimbulkan kecaman internasional yang
sangat keras dan menyoroti kebutuhan untuk menghormati hak asasi manusia
di seluruh dunia. Salah satu kasus pelanggaran HAM yang paling kontroversial di
Indonesia adalah pembunuhan terhadap wartawan senior, Jamal Khashoggi, pada Oktober
2018 di konsulat Saudi Arabia di Istanbul, Turki. Kasus ini menimbulkan kecaman
internasional yang sangat keras dan menyoroti kebutuhan untuk menghormati hak asasi
manusia di seluruh dunia.
3.3 Kesimpulan
Kasus pembunuhan Jamal Khashoggi merupakan salah satu kasus yang memilukan
dan sangat mengkhawatirkan bagi kebebasan pers dan hak asasi manusia di seluruh dunia.
Masih banyak tuntutan untuk menuntut keadilan bagi Khashoggi dan memastikan bahwa
kasus ini tidak terjadi lagi di masa depan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Negara Hukum


Konsep negara hukum berangkat dari hasil perenungan dua filsuf Yunani, yakni
Plato (429 SM) serta muridnya, Aristotles (384 SM). Plato pada salah satu karya besarnya
yang bertajuk "Nomoi", memberikan perhatian besar terhadap hukum. Ia menyatakan
bahwa penyelenggaraan pemerintah yang baik adalah Pemerintah yang diatur oleh hukum.
Pandangan Plato tersebut selanjutnya dikembangkan oleh muridnya, Aristotles. Ia
mempertegas makna substansial pandangan gurunya tersebut dengan menyatakan bahwa
negara yang baik adalah negara yang diperintah dengan konstitusi serta berkedaulatan
hukum. Untuk menjadi pemerintahan yang diperintah dengan konstitusi tersebut, terdapat
tiga unsur yang harus terpenuhi oleh negara tersebut, yakni:
a. Pemerintahan dilaksanakan untuk kepentingan umum
b. Pemerintahan dilaksanakan menurut hukum yang berdasar pada ketentuan-
ketentuan umum, dan bukan hukum yang dibuat secara sewenang-wenang yang
menyampingkan konvensi dan konstitusi
c. Pemerintahan dilaksanakan atas kehendak rakyat, dan bukan paksaan seperti yang
dilaksanakan pemerintahan despotis (pemerintahan yang berkuasa dengan
kekuatan politik absolut).
Pemikiran negara hukum tersebut terus berkembang, termasuk diantaranya pada
masyarakat di Eropa yang mengalami penindasan oleh kekuasaan raja yang absolut. Pada
masa itu, Rakyat menginginkan pengaturan hubungan sesama rakyat melalui hukum
dengan berlandaskan pada konsep rakyat-lah yang berdaulat. Pada ajaran kedaulatan
hukum, sumber kekuasaan tertinggi ialah hukum, dan bukan negara selaku pemegang
kedaulatan. Konsekuensi dari pemikiran tersebut, maka kepala negara harus tunduk kepada
hukum. Pada masyarakat Eropa Kontinental, pemikiran tersebut melahirkan konsep
rechtsstaat. Frederich Julius Stahl menyatakan bahwa terdapat 4 (empat unsur) dalam
rechtsstaat, yakni :
a. Pengakuan serta perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (grondrechten)
b. Penyelenggaraan negara berlandaskan pada trias politika (pemisahan kekuasaan negara
atas kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudisial) (scheiding van machten)
c. Pemerintahan diselenggarakan berdasar atas undang-undang (wetmatigheid van het
bestuur)
d. Adanya peradilan administrasi negara yang berwenang menangani kasus perbuatan
melanggar hukum oleh pemerintah (administratieve rechtspraak).
Pemikiran negara hukum juga berkembang di Inggris – yang merupakan negara
yang terpisah dari daratan kontinental Eropa. Perkembangan pemikiran negara hukum di
Inggris bermula ketika seorang yuris dari Inggris yang bernama Albert Venn Dicey (A.V.
Dicey) menerbitkan bukunya yang berjudul “Introduction to Study of The Law of The
Constitution” pada tahun 1885. Dari buku tersebut, muncul istilah The Rule of Law sebagai
suatu konsepsi negara hukum. A.V Dicey menyatakan bahwa unsur-unsur The Rule of Law
terdiri dari:
a. Supremasi Hukum (supremacy of law)
b. Persamaan di depan hukum (equality before the law)
c. Konstitusi yang berdasarkan atas hak-hak asasi manusia (constitution based on human
rights)
Perbedaan mendasarnya adalah Rechtsstaat tumbuh dan berkembang di Eropa
Kontinental yang menggunakan tradisi hukum civil law. Sedangkan The Rule of Law
tumbuh dan berkembang di negara Anglo-saxon yang menggunakan tradisi hukum
common law. I Dewa Gede Atmadja menyatakan bahwa secara konseptual, perbedaan
antara Rechtsstaat dan The Rule of Law dari sudut pandang sejarah dan tumbuh cepat
berkembangnya yakni Rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme,
karena itu bewatak revolusioner. Sedangkan The Rule of Law lahir dari perkembangan
melalui kebiasaan khususnya tradisi hukum berupa yurisprudensi, sehingga
perkembangannya bersifat evolusioner.
4.2 Ciri-Ciri Negara Hukum
Ciri-ciri negara hukum menurut Friedrich Julius yaitu sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia
2. Pembagian kekuasaan untuk menjamin ham yang biasa dikenal sebagai
trias politica.
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Ciri-ciri negara hukum menurut A.V.Dicey yaitu sebagai berikut :
1. Supremasi hukum, tidak boleh ada kesewenang-wenangan sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama didepan hukum baik bagi rakyat biasa maupun
pejabat.
3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan
pengadilan.
Sebuah komisi yang terdirin dari 106 hakim dari 16 negara di Wilayah Asia
Tenggara dan Pasifik yang tergabung dalam “International Commission of Jurists” pada
konferensinya di Bangkok tanggal 15-19 Februari tahun 1965 merumuskan ciri-ciri negara
hukum sebagai berikut:
1. Perlindungan konstitusional
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
4. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi
5. Pendidikan civic (kewargenagaraan)
Pendidikan kewarganegaraan disepakati sebagai syarat bagi pemerintahan
demokrasi di bawah Rule of law yang dinamis karena pemerintahan demokrasi
membutuhkan warga negara yang terdidik.oleh karena itu, negara harus mengupayakan
pendidikan yang wajib bagi seluruh warga negara.
4.3 Makna Indonesia sebagai Negara Hukum
Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut
harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah negara hukum dinamis, atau negara
kesejahteraan (welfare state), yang membawa implikasi bagi para penyelenggara negara
untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara luas dan komprehensif dilandasi ide-
ide kreatif dan inovatif.
Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hukum
nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif artinya
mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis.
Makna hukum seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung
masyarakat. Adaptif, artinya mampu menyesuaikan dinamika perkembangan jaman,
sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan, perspektif
masa depan.
Makna hukum seperti ini menggambarkan kemampuan hukum nasional untuk
tampil dalam praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan dogmatika. Hukum dapat
menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap anggota masyarakat

4.4 Pengertian Hak Asasi Manusia


Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Mustafa Kamal Pasha (2002)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia adalah hal-hak dasar yang
dibawa sejak lahir yang melekat pada esensinya sebagai anugerah. Kesadaran akan hak
asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia sebagai makhluk Tuhan
memiliki derajat dan martabat yang sama. Dengan pengakuan akan prinsip tersebut maka
setiap manusia memiliki hak dasar yang disebut Hak Asasi Manusia. Pengakuan terhadap
HAM memiliki dua landasan, yaitu:
1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia , bahwa kodrat
manusia adalah sama derajat tanpa membedakan ras, agama, suku, bahasa,
dan sebagainya
2. Landasan yang kedua dan yang lebih dalam, yakni Tuhan yang menciptakan
manusia. Bahwa semua manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu dihadapan Tuhan manusia adalah
sama kecuali nanti pada amalnya.
Dengan demikian, selama manusia belum mengakui adanya persamaan harkat dan
martabat manusia maka hak asasi manusia belum bisa di tegakkan. Jika hak asasi manusia
belum dapat ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan penindasan atas hak asasi
manusia, baik oleh masyarakat, bangsa dan pemerintah suatu negara. Secara definitif hak
artinya kekuasaan arau wewenang yag dimiliki seseorang atas sesuatu di luar dirinya (Suria
Kusuma, 1986).
Kebalikan dari hak adalah kewajiban yang berarti tugas yang harus dijalankan
manusia untuk mengakui kekuasaan itu. Setiap orang memiliki hak dasar memeluk agama
yang berarti kebebasan dan kewenangan dia untuk menganut suatu agama, sedangkan
orang lain memiliki kewajiban untuk mengakui kewenangan orang tersebut. Istilah hak
asasi manusia berawal dari Barat yang dikenal dengan “right of man” untuk menggantikan
“natural right”. Karena istilah right of man tidak mencakup right of women maka oleh
Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah HUMAN RIGHTS yang lebih universal dan
netral.

4.5 Macam-Macam Hak Asasi Manusia


Berdasarkan pada Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara hukum, pemerintah serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Ciri pokok dari hakikat hak asasi manusia:
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, diberi, ataupun diwarisi
2. Hak asasi manusa berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asal
usul,ras, agama dan pandangan politik.
3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar
Beberapa contoh hak dasar tersebut adalah:
1. Hak asasi manusia menurut Piagam PBB tentang deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
1948
2. Hak asasi manusia menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi
Manusia
3. Hak asasi manusia meliputi bidang sebagai berikut:
a. Hak asasi pribadi (personal rights)
b. Hak asasi politik (political rights)
c. Hak asasi ekonomi (property rights)
d. Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights)
e. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights
of legal equality)
f. Hak untuk mendapat perlakuan sama dalam tata cara peradilan dan perlindungan
(prosedural rights).
4.6 Negara Hukum Indonesia dan Hak Asasi Manusia
Berbagai negara di dunia pasti menyebut negaranya sebagai negara hukum,
termasuk di Indonesia yang pada Konstitusinya menyatakan bahwa Indonesia adalah
Negara Hukum. Namun untuk melihat apakah negara tersebut adalah negara hukum maka
penyelenggaraan negara tersebut harus dianalisis berdasarkan indikator yang ditetapkan
pada konsep negara hukum yang lazim dikenal di dunia, yakni Rechtstaat dan The Rule of
Law.
Negara Hukum Indonesia dari sudut pandang indikator pada Negara
Hukum Rechtstaat adalah sebagai berikut :
Indikator Negara Hukum Indonesia
Pengakuan serta Adanya jaminan khusus mengenai Hak Asasi Manusia
perlindungan terhadap dalam Konstitusi yang termaktub pada Bab XA
hak-hak asasi manusia tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28A-28J Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Penyelenggaraan negara Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
berlandaskan mendistrisbusikan kekuasaan negara (distribution of
pada trias politika powers) kepada:
(pemisahan kekuasaan • Lembaga Presiden yang menjalankan fungsi eksekutif
negara atas kekuasaan dalam Bab III mengenai Kekuasaan Pemerintah, Pasal 4-16
legislatif, eksekutif, dan (dan dibantu oleh Kementerian Negara yang disebutkan

yudisial) pada Bab V mengenai Kementerian Negara, Pasal 17)


• Dewan Perwakilan Rakyat yang menjalankan fungsi
legislatif yang ditegaskan dalam Bab VII mengenai Dewan
Perwakilan Rakyat Pasal 20, Pasal 20A ayat (1), serta Pasal
21 (serta Bab VII tentang Dewan Perwakilan Daerah dan
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang anggotanya terdiri
dari anggota DPR dan DPD)
• Kekuasaan Judisial / Kehakiman kepada Mahkamah
Agung, Komisi Yudisial dan Mahkamah Konstitusi yang
diatur pada Bab IX mengenai Kekuasaan Kehakiman
• Lembaga Negara lainnya diluar konsep trias politika
seperti Badan Pemeriksa Keuangan yang diatur pada Bab
VIIIA mengenai Badan Pemeriksa Keuangan, Pasal 23E-
23G; Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia
(Pasal 23D).
Pemerintahan • Pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa Kedaulatan berada
diselenggarakan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
berdasar atas undangundang Undang Dasar
• Pasal 1 ayat (3) menyatakan bahwa Negara Indonesia
adalah Negara Hukum
• Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar
• Sumpah Presiden, “Demi Allah, saya bersumpah
memegang teguh Undang-Undang Dasar dan
menjalankan segala undang-undang dan peraturannya
dengan selurus-lurusnya (Pasal 9)
Adanya peradilan Adanya Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang
administrasi negara berada di bawah Mahkamah Agung sebagai
yang berwenang peradilan administrasi negara di Indonesia. (Pasal 24
menangani kasus ayat (2)).
perbuatan melanggar
hukum oleh pemerintah
Negara Hukum Indonesia dari sudut pandang indikator pada
Negara Hukum The Rule of Law adalah sebagai berikut :
Indikator Negara Hukum Indonesia
Supremasi Hukum • Pembukaan UUD NRI 1945 memuat alinea pertama
kata “peri keadilan”, dalam alinea kedua terdapat kata
“adil”, serta dalam alinea keempat istilah
“kemanusiaan yang adil” dan “keadilan sosial”.
Semua kata dan istilah tersebut mengandung
pengertian yang mengacu kepada negara hukum,
karena salah satu tujuan hukum ialah untuk mencapai
keadilan. Kemudian pada alinea keempat juga
ditegaskan “...maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia”. Kalimat ini
menyatakan bahwa Indonesia menganut paham
konstitusionalisme atau sistem konstitusionil.
• Dalam batang tubuh dinyatakan dalam Pasal 4 ayat
(1), Pasal 9 (Sumpah Presiden), dan Pasal 27 ayat (1).
• Sebelum amandemen, terdapat penjelasan UUD yang
menyatakan bahwa “Negara Indonesia berdasarkan
atas hukum (rechtstaat) tidak berdasar kekuasaan
belaka (machtstaat). Penjelasan ini kian memperjelas
apa yang secara tersurat dan tersirat telah dinyatakan
dalam pembukaan dan batang tubuh UUD 1945
(walaupun pada akhirnya, pasca amandemen
penjelasan tersebut dihapus. Namun hal ini menjadi
bagian dari ketatanegaraan Indonesia dari sudut
pandang historis)
Persamaan di Hadapan Hukum • Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “Segala warga
negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
• Persamaan di hadapan hukum merupakan salah satu
Hak Asasi Manusia. Hal ini ditegaskan dalam Bab XA
mengenai Hak Asasi Manusia, Pasal 28D ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan
hukum”, dan Pasal 28I ayat (1) yang menyatakan
bahwa “hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun”
Konstitusi yang berdasarkan Adanya jaminan khusus mengenai Hak Asasi Manusia
atas hak-hak asasi manusia dalam Konstitusi yang termaktub pada Bab XA tentang
Hak Asasi Manusia, Pasal 28A-28J Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia

Dari kedua indikator negara hukum baik berdasarkan Rechtstaat ataupun Rule of
Law ialah keduanya sama-sama menjunjung hak asasi manusia. Maka, pada rumusan
masalah selanjutnya ialah bagaimana terkait perlindungan dan implementasi Hak Asasi
Manusia.
Dari indikator tersebut di atas, maka jelas bahwa Negara Indonesia merupakan
salah satu contoh dari negara hukum. Untuk melihat hal ini, kita dapat melihat bagaimana
pendiri bangsa Indonesia mengkonsepsikan Hak Asasi Manusia kita merumuskan konsep
negara Indonesia. Pada masa pra-kemerdekaan, HAM yang diperjuangkan oleh berbagai
tokoh maupun organisasi nasional kala itu adalah HAM terkait hak untuk memperoleh
kemerdekaan. Pada saat menjelang kemerdekaan, tepatnya ketika sidang BPUPKI 15 Juli
1945, menjadi momentum bersejarah ketika pendiri bangsa berdebat mengenai konsepsi
HAM di Indonesia. Dari perdebatan tersebut, muncul pandangan kubu Soekarno serta
Soepomo pada satu sisi dan Moh. Hatta serta Moh. Yamin pada sisi yang berbeda.
Intisari dari perbedaan pandangan mereka adalah terkait substansi HAM serta eksistensi
negara yang oleh masing-masing pihak dikonstruksikan diantara paham kolektivitas yang
dinilai sebagai karakter yang bersifat Timur serta paham individualisme, yang notabene
dinilai sebagai karakter yang bersifat Barat.
Pasca runtuhnya Orde Baru tahun 1998, Indonesia memasuki era Reformasi yang
turut mengubah ketatanegaraan Indonesia. Salah satu isu yang mengemuka ialah terkait
perlindungan Hak Asasi Manusia pasca era otoritarian pada Rezim Orde Baru). Namun
terkait Hak Asasi Manusia pada masa tersebut juga mengalami tarik ulur dan perdebatan
yang panjang. Para pendukung HAM berpandangan bahwa perlindungan yang lebih besar
terhadap HAM sangat diperlukan. Hal ini dalam rangka untuk mencegah terjadinya
berbagai pelanggaran sebagaimana yang pernah terjadi pada zaman pemerintahan
Soeharto. TAP MPR dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang
ketika itu sudah dibentuk dinilai tidak cukup mengakomodir kepentingan terhadap
perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan&Saran
Dapat disimpulkan bahwa pelanggaran hak asasi manusia (HAM) adalah tindakan
yang merugikan dan tidak manusiawi, dan harus dicegah dan dihukum sesuai dengan
hukum yang berlaku.
Pelanggaran HAM dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti kekerasan,
diskriminasi, pemaksaan, penganiayaan, dan tindakan tidak adil lainnya terhadap individu
atau kelompok tertentu. Pelanggaran HAM dapat terjadi oleh pihak pemerintah atau non-
pemerintah, dan dalam berbagai konteks seperti perang, konflik bersenjata, kejahatan
terorganisir, dan situasi krisis lainnya.
Dalam upaya untuk mencegah dan menindak pelanggaran HAM, diperlukan
kerjasama internasional dan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah,
organisasi masyarakat sipil, lembaga internasional, dan individu. Upaya ini harus
dilakukan dengan mengedepankan prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan penghormatan
terhadap martabat manusia.
Tinjauan Pustaka

https://www.academia.edu/40566974/Makalah_Negara_Hukum_dan_HAM
Hadi, F. (2022). NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DI
INDONESIA. Wijaya Putra Law Review, 1(2), 170-188.
https://media.neliti.com/media/publications/242180-materi-negara-hukum-dan-
hak-asasi-manusi-d71255a6.pdf
Wiratraman, H. P. (2011). Gagalnya Penegakan Hukum dan HAM.
https://www.academia.edu/8432637/Makalah_KWN_Negara_Hukum_dan_HAM
_

Anda mungkin juga menyukai