Oleh:
Puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan makalah yang berjudul “Hak Asasi Manusia (HAM) dan Rule Of
Law” ini. Untuk memenuhi nilai mata kuliah Kewiraan dan Kewarganegaraan.
Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan- kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati
demi perbaikan naskah penelitian lebih lanjut.
Tulisan ini dapat sepenuh diselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama rekan-rekan dan dosen
pengajar yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan kelengkapan naskah
tulisan ini. Semoga tulisan yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
3.1. Kesimpulan.............................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................................
Lampiran .........................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dalam penegakan HAM, Rule of law dibutuhkan untuk menjamin hak asasi
manusia dapat dimiliki oleh setiap warga negara berupa aturan hukum yang kuat bagi
setiap orang untuk melindungi setiap individu, dan hal tersebut sesuai dengan prinsip
rule of law yaitu keadilan terjamin secara merata di mata hukum tanpa memandang
ras, suku, agama, jenis kelamin, warna kulit dan sebagainya.
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis membuat makalah yang berjudul
“Hak Asasi Manusia (HAM) dan Rule Of Law”. Dengan haparapan dapat membantu
para pembaca menjelaskan dan memahami isi dari makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang serta tujuan penulisan, maka penulis
mengambil perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) dan implementasi HAM
di Indonesia?
2. Apa Pengertian Rule Of Law?
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun guna memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat bagi para
pembaca tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hak Asasi Manusia (HAM) dan
implementasi HAM di indonesia ?
2. Untuk mengetahui pengertian Rule Of Law?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hak Asasi Manusia atau sering disebut dengan HAM merupakan hak atau
sesuatu yang harus kita dapatkan dan melekat pada diri manusia tanpa
memandang ras,agama,suku,bangsa,jenis kelamin yang bersifat kodratif dan
fundamental sebagai sesuatu anugrah yang iberikan oleh Allah yang harus
dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat atau
Negara,tanpa diwakilkan kepada orang lain dan berlaku dimanapun,kapanpun
dan kepada siapapun. Sedangkan didalam Unang-Undang yang membahas
tentang Hak Asasi Manusia dipaparkan bahwa pengertian Hak Asasi Manusia
merupakan seperangkat hak yang melekat yang pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara,hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun
1999 tentang HAM Landasan Hukum Hak Asasi Manusia.
Hak asasi manusia atau HAM mempunyai beberapa ciri-ciri khusus jika
dibandingkan dengan hak-hak yang lainnya. Berikut ciri-ciri khusus hak asasi
manusia.
1) Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat dihilangkan atau diserahkan.
2) Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak,
baik itu hak sipil, politik, hak ekonomi, sosial, dan budaya.
3) Hakiki, HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah pada saat
manusia itu lahir.
4) Universal, HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku,
jenis kelamin, atau perbedaan yang lainnya. Persamaan merupakan salah
satu dari berbagai ide hak asasi yang mendasar.
2.1.2 Landasan Hukum Hak Asasi Manusia
3
2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (pasal 27-34, dan BAB
XA, Pasal 28 A s/d J, Perubahan ke-2 Undang-Undang Dasar republik
Indonesia 1945);
3) TAP MPR Republik Indonesia Nomor : II/MPR/1993 tentang GBHN;
4) TAP MPR Republik Indonesia Nomor : XVII/MPR1998 tentang Hak
Asasi Manusia;
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang
Pengesahan Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau
penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan
martabat manusia;
6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM
8) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 1998 tentang
Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia (RANHAM) yang telah
diperbaharui dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61
tahun 2003 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia
(RANHAM);
9) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 181 tahun 1998 tentang
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan;
10) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 126 tahun 1998 tentang
menghentikan penggunaan istilah Pribumi dan Non Pribumi dalam semua
perumusan dan penyelenggaraan, perencanaan program ataupun
pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan;
11) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, tanggal 10 Desember 1945;
12) Deklarasi dan Program Aksi Wina tahun 1993. Sesuai dengan Tap MPR
No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
2.1.3 Macam-Macam Hak Asasi Manusia
4
1) Hak untuk hidup, yang meliputi hak untuk mempertahankan hidup,
meningkatkan taraf hidup, hidup tenteram, damai, bahagia, sejahtera dan
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, meliputi hak membentuk
keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
3) Hak mengembangkan diri, meliputi hak memenuhi kebutuhan dasar,
perlindungan bagi pengembangan pribadi, memperoleh manfaat IPTEK,
berkomunikasi dan memperoleh informasi, memperjuangkan hak
pengembangan diri dan hak untuk melakukan pekerjaan sosial.
4) Hak memperoleh keadilan, meliputi hak memperoleh keadilan, dianggap
tidak bersalah, mendapatkan bantuan hukum, tidak dituntut dua kali dalam
perkara yang sama, dan hak tidak dirampas seluruh harta bendanya.
5) Hak Atas Kebebasan Pribadi, meliputi hak untuk tidak diperbudak
keutuhan pribadi, bebas memeluk agama dan kepercayaannya, keyakinan
politik, berserikat, menyampaikan pendapat, status kewarganegaraan dan
bebas bergerak dan bertempat tinggal.
6) Hak Atas Rasa Aman, meliputi Hak suaka, hak rasa aman, tidak diganggu
tempat kediaman, rahasia surat menyurat, bebas dari penyiksaan, tidak
ditangkap sewenangwenang dan hidup damai dan tentram
7) Hak Atas Kesejahteraan meliputi, Hak mempunyai milik, tidak dirampas
hak miliknya, pekerjaan yang layak dan upah yang adil, mendirikan serikat
pekerja, tempat tinggal yang layak, jaminan sosial dan hak perawatan,
pendidikan, dan bantuan hukum bagi lansia dan orang cacat ;
8) Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan meliputi, Hak memilih, dipilih,
diangkat dalam suatu jabatan, dan usul/pendapat untuk pemerintahan yang
bersih dan berwibawa
9) Hak wanita meliputi, Hak keterwakilan wanita dalam pemerintahan,
kewarganegaraan, pendidikan, memilih/dipilih, perbuatan hukum
sendiri, dan hak tanggung jawab yang sama dengan suami dalam
keluarga;
10) Hak Anak meliputi, Hak perlindungan, hak untuk hidup, nama dan
kewarganegaraan, perawatan, pendidikan, beribadah, mengetahui orang
tuanya, dipelihara orangtuanya, perlindungan hukum, tidak dipisah dari
orang tua, beristirahat dan bermain, mendapatkan kesehatan, perlindungan
5
eksploitasi ekonomi dan seksual, bebas dari peng-aniayaan, mendapatkan
bantuan hukum dan tidak dirampas milik dan kebebasannya.
6
a) Pengadilan HAM, bertugas dan berwenang untuk memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat dan
berwenang untuk memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran
Hak Asasi Manusia yang berat dan dilakukan di batas teritorial
wilayah Negara Republik Indonesia oleh warga negara Indonesia.
Pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan
b) Mahkamah Konstitusi (MK), Untuk memastikan terjamin dan
terlindunginya Hak Asasi Manusia, UUD 1945 memberikan
kewenangan uji materil kepada MK. Dengan kewenangan dimaksud,
potensi atau pelanggaran HAM melalui kebijakan yang dikeluarkan
negara dapat diawasi dan diselesaikan dan HAM dapat dilindungi.
2.1.5 Pelanggaran HAM
7
• Mengeksploitasi anak untuk bekerja tanpa mempertimbangkan
kondisi fisik dan mental anak
• Melarang anak untuk belajar dan menuntut ilmu
b) Pelanggaran HAM di Masyarakat
• Menghalangi kebebasan seorang pemeluk agama untuk beribadah
• Melalukan pencurian atau pengambilan paksa hak orang lain
c) Pelanggaran HAM di sekolah
• Mengganggu siswa lain dengan mengejek, mencemooh, dan
menyiksanya.
• Seorang guru melakukan hukuman fisik pada muridnya seperti
dijewer, dipukul, dan sebagainya. (Ma'as, 2021)
8
• Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.
b) Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Dalam pasal 9 UU No. 26 Tahun 2000 disebutkan bahwa
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik
yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil berupa: pembunuhan, pemusnahan,
Perbudakan, Pengusiran , Perampasan kemerdekaan, Penyiksaan,
Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan,
Penghilangan orang secara paksa, atau Kejahatan apartheid.
3) Faktor-Faktor Pelanggaran HAM
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM, yaitu:
a) Faktor Internal
Faktor internal terjadinya pelanggaran HAM adalah dorongan dari
dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan yang bisa
membahayakan hak asasi orang lain.
• Sikap egois yang dimiliki seseorang atau pelaku pelanggaran Ham
• Rendahnya kesadaran Ham
• Sikap tidak toleran
b) Faktor Eksternal Faktor eksternal penyebab terjadinya pelanggaran
HAM berasal dari penyalahgunaan kekuasaan oleh para pemimpin
atau pejabat.
• Penyalahgunaan kekuasaan
• Ketidaktegasan aparat penegak hukum
• Penyalahgunaan teknologi
• Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi
2.1.6 Implementasi Hak Asasi Manusia di Indonesia
9
Negara tertentu, namun sekarang telah mendunia. Instrumen hak asasi
manusia yang awalnya bersifat universal telah dijadikan cermin berbagai
norma perilaku yang diterima secara khusus oleh sebagaian besar negara-
negara di dunia. Asumsi inilah yang dijadikan dasar diterimanya
pernyataan/piagam hak asasi manusia sedunia (universal declaration of human
rights) pada tahun 1948 oleh badan sedunia Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pada pembukaan deklarasi Hak Asasi Manusia tersebut ada suatu
pengakuan atas mertabat yang hakiki dan hak yang sama tanpa diskriminasi,
tidak dapat dicabut oleh segenap umat manusia, sekaligus sebagai landasan
adanya kebebasan, keadilan, dan perdamaian dunia. Nilai-nilai hak asasi
manusia yang besifat universal itu, secara teoritis dapat diterima oleh semua
negara, akan tetapi pada tataran implementasi selalu terdapat perbedaan antara
satu negara dengan negara yang lainnya, karena adanya persepsi/pandangan
yang berbeda. Perbedaan sudut pandang inilah yang mengakibatkan
implementasi dari nilai-nilai universal hak asasi manusia tidak seragam (
Muladi, 2007 : 86 ).
Berdasarkan instrumen hak asasi manusia internasional telah diadopsi oleh
Negara Republik Indonesia ke dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998, UU No.
39 tahun 1999, Perpu No. 1 tahun 1999, dan UU No. 26 tahun 2000. Sekarang
tergantung bagaimana Political Will Pemerintah Republik Indonesia untuk
melaksanakan secara murni dan konsekuen peraturan tersebut. Secara umum
kita bersama sudah memahami bahwa negara Indonesia adalah negara
berdasarkan hukum, tetapi hukum belum dapat berperan sebagai Panglima
(rule of low).
Sebagai instrumen perundang-undangan hak asasi manusia supaya
disosialisasikan kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui dan
berupaya mengembangkan sarana-sarana pendukung agar apa yang
dikandung dalam hak asasi manusia dapat ditaati dan dilaksanakan dalam
kehidupan berbangsa maupun bermasyarakat. Dengan demikian akan
berdampak pada perundang-undangan hak asasi manusia berjalan secara
efektif, oleh karena itu perlu adanya upaya-upaya penegakan undang-undang
hak asasi manusi dengan baik, pelaksanaan dalam menunaikan tugas dapat
searah dan senafas dengan bunyi serta penafsiran yang telah disepakati oleh
1
para penegak hak asasi manusi dan menuntut para pelanggarnya (Howards
dan Rummers (1999) dalam Muladi, 2007 : 87 ). Atau dengan kata lain bahwa
perundang-undangan hak asasi manusia supaya berjalan dengan baik dan
efektif maka pembuatnya, pelaksananya dan pemegang perannya harus dalam
satu sistem kerja, dan ketika hal ini tidak berada dalam satu sistem maka
pelaksanaan hak asasi manusia dalan kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat tidak dapat berjala dengan baik. Pelaksanaan hak asasi manusia
perlu adanya ketentuan yang normatif dan komitmen moral dari pelaksananya.
Peraturan normatif ini dapat berupa ketentuan-ketentuan yang memuat hak
dan kewajiban, baik pemerintah maupun masyarakat, sedangkan komitmen
moral berupa perjuangan yang tulus iklas dan peduli memperjuangkan hak
dan kewajiban orang lain sesuai dengan perundangundangan hak asasi
manusia.
Belakangan ini pemerintah Indonesia mendapat penilaian umum dari
dunia Barat, bahwa seakan-akan tidak konsekuen melaksanakan hak asasi
manusia. Penilaian tersebut memang tidak semua benar dan juga tidak
semua salah, dan bila pelaksanaan hak asasi manusia menggunakan standar
Barat yang bersifa individual, liberal dan kapitalis, sehingga apa yang
nampak di Indonesia pasti berbeda, karena Indonesia mengakui adanya hak
individu dan hak kolektif/umum maka hak individu bisa dikesampingkan
bila dianggap oleh pemerintah merugikan masyarakat banyak. Negara Barat
menekankan hak sipil dan politik, sedangkan negara Indonesia disamping
hak tersebut (politik dan sipil) juga dirasa penting melindungi hak ekonomi
dan budaya yang saling kait-mengait (Muladi, 2007 : 87 ).
Penilaian yang miring dari Negara Barat sering mengakibatkan terjadinya
ketegangan tentang pelaksanaan hak asasi manusia tersebut. Namun langkah
yang terbaik bagi Indonesia tentu tidak bisa menolak terhadap nilai-nilai
universal deklarasi HAM yang sudah dilegalisasi oleh Badan PBB, akan tetapi
semaksimal mungkin melaksanakan sesuai dengan budaya-budaya dan
peraturan yang berlaku di Indonesia. Serta yang paling penting bagi
pemerintah adalah melakukan gerakan moral kepada seluruh komponen
bangsa, bahwa hak asasi manusia itu merupakan salah satu prestise
kemanusiaan yang kita harus junjung tinggi dan berupaya untuk tidak
1
melanggarnya, sehingga bengsa kita akan memiliki nilai tambah di mata dunia
internasional.
Secara umum, memang pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia belum
berjalan seperti yang diamanatkan oleh deklarasi Dewan perserikatan Bangsa-
Bangsa maupun perundang-undangan yang sudah diberlakukan oleh
pemerintah Indonesia, namun mengalami perubahan ke arah yang lebih baik
dari pemerintahan terdahulu. Hal ini mungkin juga diakibatkan oleh
beberapa factor yakni ; faktor ekonomi, budaya, demokrasi, pendidikan,
pengangguran, keadilan, kesejahteraan, penegakan hukum dan sebagainya.
2.2 Rule of Law
2.2.1 Pengertian Rule of Law
Rule of law merupakan istilah asing yang sering digunakan dikalangan
masyarakat. Istilah ini cukup populer dan tak jarang digunakan untuk
menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan penegakan hukum,
supremasi hukum atau perlindungan HAM. Oleh karena itu, istilah rule of
law terkenal dikalangan hukum dan di dalam Masyarakat luas (Nizarli, 1998).
Rule of law merupakan suatu dokrin hukum yang mulai muncul pada abad
ke 19 yang bersamaan dengan lahirnya negara konstitusi dan demokrasi. Rule
of law lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan meningkatnya
peran parlemen dalam penyelenggaraan dan sebagai reaksi terhadap negara
absolut yang berkembang sebelumnya. 2013) memaparkan istilah The Rule
of Law ditemukan dalam buku Albert Venn Dicey yang berjudul Introduction
To The Study Of The Constitution (1952). Di dalam buku yang banyak dipakai
dalam kajian mengenai negara hukum ini, Dicey menjelaskan keunikan cara
berhukum orang-orang Inggris yang menganut system common law. Dari cara
berhukum tersebut Dicey menjadikannya sebagai sebuah konsep The Rule
of Law dimana masyarakat dan pemerintah taat dan patuh kepada hukum
sehingga ketertiban dapat dinikmati bersama-sama yang tidak ditemukan di
beberapa negara Eropa lainnya (Wijaya, 2013).
Berdasarkan pengertiannya, menurut Friedman (1959) sebagaimana
dikutip Hartono (1982), membedakan rule of law menjadi 2 yaitu pengertian
secara formal dan pengertian secara hakiki. Dalam arti formal, rule of law
berarti organised public power atau kekuasaan umum yang terorganisasi, di
1
mana setiap organisasi hukum (termasuk organisasi yang disebut negara),
mempunyai rule of law. Dengan demikian kita dapat berbicara tentang rule of
law di negara mana saja, baik di negara liberalis, sosialis/komunis ataupun
negara Pancasila. Sedangkan, dalam arti hakiki (materiil), rule of law berarti
menyangkut ukuran tentang hukum yang baik dan hukum yang buruk
(Hartono, 1982). Tetapi, karena di sini berbicara masalah keadilan, maka tidak
mungkin mencapai suatu perumusan tentang rule of law yang berlaku
universal, karena keadilanpun merupakan suatu pengertian yang relatif
(Hartono, 1982). Sesuatu yang dirasakan adil oleh sesuatu masyarakat atau
bangsa, belum tentu dirasakan adil oleh masyarakat atau bangsa lainnya. Itu
sebabnya lebih baik kita menjauhkan diri dari perdebatan makna adil secara
generalis. Bahkan makna adil secara netral pun tidak mungkin diajukan secara
memuaskan bagi seluruh kelompok masyarakat (Nizarli, 1998).
Albert Venn Dicey mengkristalkan konsepsi rule of law menjadi 3 unsur
yaitu :
1) Supremacy of Law (supremasi hukum) yaitu dominasi dari aturan-atauran
hukum untuk menentang dan meniadakan kesewenang-wenangan, dan
kewenangan bebas yang begitu luas dari pemerintah sehingga seseorang
hanya boleh dihukum jika melanggar hukum;
2) Equality Before the Law yaitu persamaan di hadapan hukum atau
penundukan yang sama dari semua golongan kepada ordinary law of the
land yang dilaksanakan oleh ordinary court ini berarti tidak ada orang yang
berada diatas hukum, baik pejabat maupun warga negara biasa,
berkewajiban untuk mentaati hukum yang sama atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa adanya kedudukan yang sama di depan hukum
(equality before the law) baik bagi rakyat biasa maupun pejabat;
3) The Constitution Based on Individual Rights yaitu terjaminnya atau
adanya penegasan serta perlindungan hak-hak manusia melalui konstitusi
dan keputusan keputusan pengadilan.
2.2.2 Prinsip-Prinsip Rule of Law
1) Prinsip-Prinsip Rule Of Law Secara Formal Di Indonesia
Negara Indonesiamemiliki prinsip-prinsip Rule Of Law secara formal
yang tertera di dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan:
1
a) Bahwa kemerdekaan itu hak segala bangsa,………..karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan “peri keadilan”
b)kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat,
“adil” dan makmur
c) …………..untuk memajukan “kesejahteraan umum”,................dan
“keadilan sosial”
d) ………….disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
“Undang-Undang Dasar Negara Indonesia”
e)”kemanusiaan yang adil dan beradab”
f) ………..serta dengan mewujudkan suatu “keadilan sosial” bagi
seluruh rakyat Indonesia
Prinsip-prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan jaminan secara
resmi atau formal terhadap “rasa keadilan” bagi seluruh rakyat Indonesia
dan juga “keadilan sosial”. Sehingga Pembukaan UUD 1945 bersifat
memerintah dan tetap bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, inti dari Rule of Law adalah jaminan adanya
keadilan bagi seluruh masyarakat, terutama keadilan sosial.
Prinsip Rule of Law ini tidak dapat dipisahkan dengan negara hukum.
Penjabaran prinsip-prinsip Rule of Law secara formal termuat di
dalam pasalpasal UUD 1945, yaitu sebagai berikut.
1
e) Pasal 28 D ayat 2 : Setiap orang berhak untuk bekerja serta
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja. (Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia).
1
terwujud dalam bentuk penormaan hak tersebut dalam konstitusi dan undang-
undang dan untuk selanjutnya penegakannya melalui badan-badan peradilan
sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.
Ketika berbicara tentang negara hukum Indonesia, kita perlu melihat
tujuan yang terkandung dalam negara hukum Indonesia. Adanya norma
hukum dengan tujuan yang jelas dapat menimbulkan kepastian hukum dan
dapat menentukan hukum dengan jelas. Tujuan utama hukum adalah mengatur
hubungan antar pribadi dalam kehidupan bermasyarakat, yang pada
akhirnya membawa ketertiban dan ketentraman dalam kehidupan sosial
masyarakat
Warga negara harus mengetahui adanya kepastian hukum dan kewajiban
serta hak apa yang mereka miliki. Demikian pula, orang perlu tahu apa yang
bisa dan tidak bisa mereka lakukan. Dengan cara ini, masyarakat dapat
melindungi hak-hak tersebut ketika mereka terancam.
Untuk melindungi HAM, maka diperlukan badan peradilan yang
bertugas melaksanakan kekuasaan negara di bidang kehakiman. Badan
peradilan inilah yang melaksanakan dan mempertahankan kaidah hukum di
dalam praktek. Peranan dan perilaku aparat pelaksana dari badan peradilan
akan sangat menentukan apakah suatu kaidah hukum akan memberikan
keadilan atau tidak.
Jika ada yang mengklaim bahwa UUD 1946 tidak menjamin atau
menjamin hak asasi manusia, itu adalah pendapat yang salah.Karena, jika
diperhatikan Pembukaan maupun dalam Batang Tubuh UUD 1945 cukup
banyak memperhatikan dan menjamin HAM. Dalam Alinea pertama
Pembukaan menyatakan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala
bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
karena tidah sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan”.
Dalam alinea kedua kembali diulang pengakuan terhadap kemerdekaan
dan keadilan. Pada Alinea ketiga diakui adanya kehidupan kebangsaan yang
bebas. Pada alinea keempat dikemukan pengakuan dan perlindungan hak-hak
asasi dalam bidang sosiaI, politik, ekonomi dan Pendidikan.
Apabila kita perhatikan keempat pokok - pokok pikiran yang terdapat
dalam Pembukaan tersebut. Pada pokok pikiran yang pertama, suatu "
Negara persatuan yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
1
darah
1
lndonesia berdasar atas persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia ". Pokok pikiran kedua “Negara hendak mewujudkan
keadilan sosial”. Pokok pikirar ketiga" Negara berkedaulatan rakyat”. Ini
adalah salah satu ciri diakuinya. hak asasi karena yang memegang, memiliki
kekuasaan tertinggi adalah rekyat. Pokok pikiran keempat, " Negara
berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemenusiaan yang
adil dan beradab". Ini membuktikaan diakuinya agama dan moral yang
tinggi di mana harkat dan martabat manusia mendapat tempat yang layak,
“duduk sama, rendah berdiri sama tinggi”. Selain itu pasal-pasal yang
terdapat dalam Batang Tubuh UUD 1946 juga merupakan jaminan terhadap
hak - hak asasi, yang meliputi :
1) Persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa terkecuali ( Pasal 2
ayat (l) ).
2) Hak untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan ( Pasal 27 ayat (2) ).
3) Kebebasan untuk berkumpul berserikat dan mengeluarkan pendapat (Pasal
28).
4) Kebebesan untuk nemeluk agamanya masing - masing dan beribadat seuai
dengan agamanya (Pesal 29 ayat (2)
5) Hak untuk bela negara, termasuk kewajibannya ( PasaI 30 )
6) Hak untuk memperoleh pengajaran (Pasal 31 ayat (1) ).
7) Hak kesejahateraan sosial bagi fakir miskin dan anak terlantar (Pasal 34).
8) Hak untuk berusaha dalam perekonomian ( Pasal 33 )
Apabila kita tentukan UUD 1945, hak dasar adalah keluarga, gotong
royong, keadilan sosial, ketuhanan, dan tidak terlalu pribadi. Hal ini sesuai
dengan cita-cita Pancasila. Selanjutnya dalam pembuukaan UUD 1945 ada
kalimat “Kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Jika kita lihat dalam
Pembukaan, Batang Tubuh maupun dalam Penjelasan UUD 1945 dapat
disimpulkan bahwa UUD 1945 mengaku hak-hak peseorangan (individu),
namun tidak sama dengan hak-hak asasi perorangan menurut pandangan
liberal yang mengutamakan hak-hak dan kepentingan perseorangan
ketimbang hak dan kepentingan orang banyak/masyarakat. Akan tetapi juga
1
tidak sama dengan paham komunisme yang hanya mengutamakan masyarakat
atau negaranya. Hak asasi perorangan selalu diletakan dalam rangka
kepentingan dan hak masyarakat, sehingga hak dan kepentingan dilihat secara
seimbang serta selaras. Hak asasi peseorangan diakui substansinya, namun
dibatasi jangan sampai melanggar hak asasi perseorangan lainnya maupun hak
asasi orang banyak/masyarakat.
Dilihat dari UUD 1945 secara keseluruhan, ia hanya mengatur apa yang
penting, dan pengaturan lebih lanjut diserahkan pada undang-undang. Oleh
karena itu, UUD 1945 tidak mengatur semua persoalan secara rinci.
Untuk informasi lebih lanjut tentang Rule Of Law dengan hak asasi
manusia, dapat dikaji dari sudut pandang demokrasi, karena hak asasi manusia
dan demokrasi itu adalah gagasan tentang kemanusiaan dan kondisi sosial
yang dihasilkan, dari sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru dunia.
HAM dan Demokrasi juga dapat diartikan sebagai hasil perjuangan manusia,
untuk melindungi dan mencapai harkat dan martabat manusia karena selama
ini hanya konsepsi HAM dan demokrasi secara nyata mengakui dan menjamin
martabat manusia.
Upaya penegakan hukum dan pelaksanaan hak asasi manusia dimulai
dengan pengesahan beberapa undang-undang. Disahkannya Peradilan UU No.
14/1970 dianggap sebagai langkah penting dalam sejarah peradilan Indonesia.
Namun demikian pelaksanaan kekuasaa kehakiman dan penegakan Rule of
Law dan HAM di Indonesia masih belum terlaksana sepenuhnya.
Rule of law di Indonesia belum sepenuhnya terwujud, namun ada tanda-
tanda bahwa ke depan akan ada persiapan untuk penegakan hukum dan
penegakan HAM yang lebih baik. Misalnya pemerintah telah rnemperbaharui
Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu UU No.8 tahun 1981 dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Sedangkan sejak tahun 1986 telah memiliki
UU No.5 tahun1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
UU No. 8 tahun 1981 tentang KUHAP merupakan suatu karya agung
dan produk legislatif yang dianggap penting karena dibuat oleh Bangsa
Indonesia sendiri. Secara teoritis terdapat beberapa kemajuan dalam
pengaturan hak asasi manusia, seperti mengenai susunan sidang pengadilan.
1
Keberadaan dan penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara menurut prinsip nefara hukum yang dianut
oleh UUD 1945 dan Penjelasannya merupakan keharusan untuk melindungi
rakyat dari Tindakan di luar batas wewenang pegawai dan penjabat
pemerintah. Menciptakan hukum dan badan peradilan yang berbeda tidak
serta merta berarti mampu menegakkan Rule Of Law dan hak asasi manusia,
karena berbagai kendala lainnya.
Jika hak asasi manusia dengan sengaja diabaikan atau dilanggar dan
penderitaan yang diakibatkannya tidak dapat diatasi secara adil, negara yang
bersangkutan tidak dapat secara tepat disebut sebagai negara hukum.
Ismail Sunni (1980: 11-12) menulis tentang persyaratan minimum
sistem hukum di mana hak asasi manusia dan martabat manusia dihormati
yaitu sebagai berikut :
Suatu masyarkaat baru dapat disebut berada di bawah Rule Of Law, bila
ia memiliki syarat-syarat esensi tertentu, antara lain harus terdapat kondisi
minimum dari suatu sistem hukum di mana hak-hak asasi manusia dan human
dignity dihormati. Sebagaimana telah diputuskan oleh Kongres Athena, 1955
dari the International Commissission of Jurist, kondisi-kondisi itu adalah
sebagai berikut:
1) Keamanan pribadi harus dijamin. Tidak seorang pun dapat ditahan atau
dipenjarakan tanpa keputusan hakim atau untuk tujuan pencegahan.
2) Tidak ada hak-hak fundamental yang dapat ditafsirken seperti
memungkinkan sesuatu daerah atau sesuatu alat perlengkapan negara
untuk mengeluarkan peraturan, untuk mengambil tindakan yang
mempunyai maksud membatasi atau menglilankan hak-hak fundamental.
3) Setiap orarg harus dijamin kebebasan menyatakan pendapatnya melaui
semua media komunikasi, terutama pers....
4) Kehidupan pribadi orang haruslah tidak dapat dilanggar, rahasia surat -
menyurat haruslah dijamin.
5) Kebebasan beragama harus dijamin.
6) Hak untuk merdapatkatan pengajaran haruslah dijamin kepada semuanya,
tanpa adanya diskriminasi.
2
7) Setiap orang berhak untuk kebebasan berkumpul dan berserikat secara
damai dan teristimewa untuk menjadi anggota dari suatu partai politik
yang dipilihnya seadiri.
Kesadaran umum mengenai hak-hak dan kewajiban asasi manusia itu,
menjiwai keseluruhan sistem hukum dan konstitusi Indonesia, oleh karena itu
perlu diadopsikan ke dalam rumusan UUD atas dasar pengertian-pengertian
dasar yang dikembangkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu,
perumusannya dalam UUD mencakup warisan-warisan hak asasi manusia
tahun yang lalu, serta gagasan yang akan terus berkembang di masa depan.
Kenyataan ini dapat dikatakan bahwa penegakan Rule Of Law, dan
HAM di Indonesia sangat ditentukan oleh politik hukum pemerinah, dalam
hal ini kekuasaan eksekutif, karena setiap gerak lembaga peradilan telah
dipengaruhi oleh kekuasaan eksekutif. Selama komposisi lembaga yudikatif
sangat ditentukan oleh Lembaga eksekutif, hampir tidak dapat diharapkan
bahwa lembaga yudikatif akan memainkan peran yang lebih penting dalam
menumbuhkan suasana Rule of law yang sebenarnya.
2
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan antara negara hukum (the rule of law) dan hak asasi manusia tidak
dapat dipisahkan. Perdebatan hukum yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah ciri
dari negara hukum itu sendiri, salah satunya adalah perlindungan terhadap hak asasi
manusia. Jika HAM tidak dilindungi di suatu negara, negara tersebut bukan negara
hukum, akan tetapi negara diktator dengan pemerintahan yang sangat otoriter.
Perlindungan HAM dalam negara hukum terwujud dalam bentuk penormaan hak
tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk selanjutnya penegakannya
melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.
Hak Asasi Manusia merupakan sebuah hakekat manusia yang melekat pada diri
manusia dan wajib dihormati oleh setiap individu, kelompok dan negara. Landasan
hukum mengenai HAM terdapat pada Pancasila dan UUD 1945. Indonesia memiliki
beberapa lembaga yang berwenang untuk menjalankan dan menegakkan HAM di
Indonesia, antara lain Komnas HAM, Komisi Perlindungan Anak (KPAI), Komnas
Perempuan, dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR).
Rule of Law merupakan suatu prinsip hukum yang menyatakan bahwa negara
harus diperintah oleh hukum. Konsep Rule of Law menyatakan bahwa masyarakat
2
dan pemerintah untuk taat dan patuh kepada hukum sehingga ketertiban dapat
dijalankan. Pengembangan konsep rule of law telah dilaksanakan di berbagai
konferensi internasioal yang telah dihadiri oleh para ahli hukum. Dalam
konferensinya konsep rule of law di diskusikan yang bertujuan mencari unsur-unsur
yang sama diterapkan di berbagai bidang sistem hukum, masalah politik, ekonomi,
sosial dan budaya.
2
DAFTAR PUSTAKA
A.Ubadillah dkk. 2006. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,
Jakarta:ICCE UIN Syarif Hidayatullah, hlm. 274.
Agang, M. I. 2015. HAM Dalam Perkembangan Rule of Law. Humanitas: Jurnal Kajian
dan Pendidikan HAM, 6(1), 116-135.
Grasindo. 2017. UUD 1945 & Amandemennya Untuk Pelajar Dan Umum. Gramedia
Widiasarana, Indonesia
Hartono, Sunarjati. 1982. Apakah the rule of law itu ?. Bandung : Alumni, 1982
Ma'as, A. 2021. Contoh-Contoh Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Ringan yang
Sering Terjadi di Sekitar Kita. Retrieved from kids:
https://kids.grid.id/read/472956907/contoh-contoh-pelanggaran-hak-asasi-
manusiaham-ringan-yang-sering-terjadi-di-sekitar-kita?page=2, diakses pada 8
Desember 2023 pukul 20.30.
Putra, M A. 2015. Eksistensi Lembaga Negara Dalan Penegakan Hak Asasi Manusia di
Indonesia. Junal Ilmu Hukum, vol 9 No. 3, hlm 258-256.
Rizanur. 2020. Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Perspektif
Pancasila. Modul PPKn. Hal 40
Muladi, H. 2007. Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep, dan Implikasinya dalam
Perspektif Hukum dan Masyarakat, Bandung: PT. Refika Aditama.
Wilujeng, S R. dkk. 2013. Hak Asasi Manusia: Tinjauan Dari Aspek Historis dan Yuridis.
Jurnal Ilmiah Kajian Humaniora, vol.18 (2),. hlm. 6-7.
i
Yap Thiam Hien. 1998. Negara, HAM & Demokrasi. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia. Jakarta. Hal. 17-18.
v
LAMPIRAN