Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGETAHUAN ILMU POLITIK DAN PEMERINTAHAN

“HAM Dan Civil Society”

Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah


pengetahuan ilmu politik dan pemerintahan

Dosen Pengampu :
Remeiliza Fitri.M.S.I

Di susun oleh:
Indar permana 2021020080
Isna Fadhilah 2021020272
Juniver Eframa 2021020089
Leni Mustika Indriani 2021020231
Luxy Trangginas 2021020286

PROGRAM STUDI PENGETAHUAN ILMU POLITIK DAN


PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1443 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Pengetahuan ilmu politik dan pemerintahan dengan judul “HAM Dan Civil
Society” Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Bandar Lampung, 19 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................1

BAB I.......................................................................................................................2

PENDAHULUAN...................................................................................................2

1. Latar Belakang..............................................................................................2

2. Rumusan Masalah.........................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................4

1. Pengertian Hak Asasi Manusia.....................................................................4

2. Sejarah Pengakuan Hak Asasi Manusia........................................................6

3. Jenis Hak Asasi Manusia..............................................................................7

4. Penegakan Hak Asasi Manusia Dalam Mewujudkan Civil Society...........18

5. Pengertian Civil Society................................................................................7

6. Mewujudkan Civil Society............................................................................7

BAB III..................................................................................................................20

KESIMPULAN.....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Hak asasi manusia atau biasa disingkat dengan HAM merupakan sebuah
hal yang menjadi keharusan dari sebuah negara untuk menjamin dalam
konstitusinya. Melalui deklarasi universal HAM 10 Desember 1948 merupakan
tonggak bersejarah berlakunya penjaminan hak mengenai manusia sebagai
manusia. Sejarah HAM dimulai dari Magna Charta di inggris pada tahun 1252
yang kemudian kemudian berlanjut pada Bill of Rights dan kemudian
berpangkal pada DUHAM PBB.
Manusia, menurut Thomas Hobbes adalah makhluk sosial yang menuntut
haknya, tetapi tidak menginginkan kawajibannya, karena sifatnya yang alami.
Pada diri manusia melekat hak-hak yang diberikan oleh alam, yakni untuk hidup
(Life), hak atas kemerdekaan (Liberty), dan hak atas milik (Property), karena
sifatnya yang alamiah tadi, mengakibatkan suatu perasaan takut, gelisah, resah
akan keberadaan hak-hak asasinya serta kebebasan-kebebasan yang dimilikinya
terenggut oleh orang lain, maka didirikanlah negara melalui kontrak sosial.
Negara diciptakan untuk melindungi hak-hak asasi setiap individu
warganya.Dalam konteks warga Negara inilah, HAM sering tidak diperhatikan.
Negara seakan menjadi kuat apabila warga Negara tunduk dan taat tanpa ada
koreksi apapun. Civil society mengandaikan bahwa warga Negara mempunyai
kekuatan yang berimbang dengan Negara.

B.Rumusan Masalah

1. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)?


2.Sejarah Pengakuan Hak Asasi Manusia (HAM)?
3.Jenis Hak Asasi Manusia(HAM)?
4. Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Mewujudkan Civil Society?
5. Pengertian Civil Society?
6.Mewujudkan Civil Society?
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Hak Asasi Manusia ( HAM )


Hak Asasi manusia (HAM) adalah sejumlah hak yang melekat pada setiap
individu manusia. Hak-hak itu diperoleh sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa, bukan pemberian manusia atau penguasa. Sementara dalam pasal 1
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tantang HAM, adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.Anggota Komisi Hak
Asasi Manusia PBB, merumuskan pengertian HAM dalam “human right could be
generally defines as those right which are inherent in our nature and without
which we cannot live as human being” yang artinya HAM adalah hak-hak yang
secara inheren melekat dalam diri manusia, dan tanpa hak itu manusia tidak dapat
hidup sebagai manusia
Dari pengertian diatas, maka hak asasi mengandung dua makna, yaitu:
•Pertama, HAM merupakan hak alamiah yang melekat dalam diri manusia sejak
manusia dilahirkan kedunia.
•Kedua, HAM merupakan instrument untuk menjaga harkat martabat manusia
sesuai dengan kodart kemnusiaannya yang luhur.
HAM bukan hanya merupakan hak-hak dasar yang dimilki oleh setiap
manusia sejak lahir. Tapi, juga merupakan standar normatif bagi perlindungan
hak-hak dasar manusia dalam kehidupannya. Esensi HAM juga dapat dibaca
dalam mukadimah universal declaration of human right. pengakuan atas martabat
yang luhur dan hak-hak yang sama dan tidak dapat dicabut dari semuaanggoat
keluarga manusia merupakan dasar kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian
dunia”.Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja
atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi
dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM).
Bila kita tinjau HAM dalam perspektif Islam adalah Islam menganggap
dan meyakini bahwa Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada setiap
manusia yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia (Jan
Materson/Komisi HAM PBB). Hak asasi Manusia adalah al-huquq al-insan al-
dhoruriyyah yakni hak-hak kodrati yang dianugerahkan Allah SWT kepada setiap
manusia dan tidak dapat dicabut atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan
apapun.Di antara konsep yang relevan dengan HAM adalah rumusan fuqaha
tentang maqâshid al Syar‟i (tujuan Syari‟ah) berdasarkan analisi fuqaha, bahwa
Allah dan Rasulnya , membuat syari‟ah dengan beberapa tujuan, memelihara
kebebasan beragama (hifz ad-din), memelihara diri atau menjaga kelangsungan
hidup (hifz al-nafs),akal (hifz al-„Aql),keturunan (hifz al- nasl), dan memelihara
harta (hifz al-amwal).

2. Sejarah Pengakuan Hak Asasi Manusia


Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul karena
inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan
sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidak adilan dan
kezaliman ( tirani ).Perkembangan pengakuan hak asasi manusia ini berjalan
secara perlahan dan beraneka ragam. Perkembangannya dapat kita lihat berikut
ini:
1.1.Perkembangan Hak Asasi Manusia pada Masa Sejarah.
Yaitu bisa kita ambil dari sebuah kisah perjuangan Nabi Muhammad saw
untuk membebaskan para bayi wanita dan wanita dari penindasan bangsa Quraisy
( tahun 600 Masehi ).

1.2.Perkembangan Hak Asasi Manusia di Inggris.


Inggris merupakan Negara pertama didunia yang memperjuangkan hak
asasi manusia. Perjuangan tersebut tampak dari beberapa dokumen sebagai
berikut :
•Tahun 1215, munculnya piagam “Magna Charta” atau Piagam Agung. Terjadi
pada pemerintahan raja John, yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat
dan terhadap kelompok bangsawan.
•Tahun 1628, keluarnya piagam “Petition of Right”. Dokumen ini berisi
pertanyaan mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya.
•Tahun 1679, munculnya “Habeas Corpus Act”. Dokumen ini merupakan undang-
undang yang mengatur tentang penahanan seseorang.
•Tahun 1689, keluar “Bill of Right”. Merupakan undang-undang yang diterima
parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan terhadap Raja James II.
1.3.Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat.
Perjuangan penegakan hak asasi manusia di Amerika didasari pemikiran
John Locke, yaitu tentang hak-hak alam seperti, hak hidup, hak kebebasan, dan
hak milik.

1.4.Perkembangan Hak Asasi Manusia di Prancis.


Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah
pada awal revolusi Prancis pada tahun 1789, sebagai pernyataan tidak puas dari
kaum borjuis dan rakyat terhadap kesewenang-wenangan Raja Louis XVI. Naskah
tersebut dikenal dengan Declaration des Droits de L’ home et Du Citoyen
( pernyataan mengenai hak-hak asasi manusia dan warga Negara ).

1.5.Atlantic Charter 1941.


Atlantic Charter, muncul pada saat terjadinya Perang Dunia II yang
dipelopori oleh F.D. Roosevelt.

1.6.Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa


Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil merumuskan naskah
yang dikenal dengan Universal Declaration of Human Right, yaitu pernyataan
sedunia tentang hak-hak asasi manusia, sehingga tanggal 10 Desember sering
diperingati sebagai hari hak asasi manusia.

1.7.Hasil sidang Majelis Umum PBB tahun 1966.


Tahun 1996, dalam siding Majelis Umum PBB, telah diakui covenants on
Human Rigths dalam hukum Internasional dan diratifikasi oleh Negara-negara
anggota PBB.Jika dilihat dari prespektifnya, sejarah perkembangan hak asasi
manusia dikategorikan menjadi empat generasi sebagai berikut:
1.Generasi pertama, pada generasi ini bahwa subtansi HAM berpusat pada aspek
hukum dan politik. Ini disebabkan oleh dampak perang dunia ke dua. Dimana
negara baru ingin membuat tertib hukum baru.
2.Generasi kedua, setelah perang dunia ke dua. Negara baru tidak hanya
menuntut hak-hak yuridis, melainkan hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan
budaya. Pada generasi ini lahir dua perjanjian yang terkenal yaitu, covenant on
economic, social and cultural right, dan international covenant on civil and
political right. Keduanya telah disepakati dalam sidang umum PBB pada 1966.
3.Generasi ketiga, pada kondisi sebelumnya mentitik beratkan pada aspek
politik, ekonomi, sosial, budaya. Ini menyebabkan ketidak seimbangan pada
kehidupan bermasyarakat. Karena ketidak seimbangan tersebut melahirkan
gernerasi ketiga yang menyatukan antara politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
hukum dalam satu wadah. Istilah pembangunan (the right of development).
4.Generasi keempat, dipelopori oleh negara dikawasan asia pada tahun 1983
yang melahirkan deklarasi hak asasi manusia. Yang disebut declaration of the
basic duties of Asian people and government. Deklarasi keempat ini
mengukuhkan keharusan imperatif dari negara untuk memenuhi hak asasi
rakyatnya.
5.Bentuk Hak Asasi Manusia ( HAM )Bentuk HAM secara umum dibagi
menjadi 4 kelompok, yakni:
1. Hak sipil
2. Hak politik
3. Hak ekonomi dan;
4. Hak sosial budaya

Hak sipil, diperlakukan sama dimuka hukum, bebas dari kekerasan, hidup,
dan kehidupan. Sementara Hak Politik, berarti kebebasan berserikat, berpendapat
dan berkumpul, kemerdekaan mengeluarkan pemikiran dengan lisan dan tulisan.
Adapun Hak Ekonomi, berupa jaminan sosial, perlindungan kerja, perdagangan
dan pembangunan. Hak Sosial Budaya, berupa hak untuk memperoleh
pendidikan, hak kekayaan intelektual, kesehatan, perumahan, dan pemukiman.
Dalam UU HAM Nomor 39 Tahun 1999 tertulis dalam Pasal 24 Ayat 1; “ Setiap
orang berhak untuk berkumpul, berpendapat, dan berserikat untuk maksud-
maksud damai.Sementara dalam pasal 19 Deklarasi HAM (Universal Declaration
of Human Right)menyebutkan “Setiap orang berhak untuk mengeluarkan
pendapat dan ekspresinya, hak ini mencakup kebebasan untuk memiliki pendapat
tanpa adanya campur tangan, dan juga hak untuk mencari, menerima,
menyebarkan informasi dan ide melalui media apapun dan tak boleh dihalangi.
Munculnya pasal Kriminalisasi terhadap publik sebagai pengguna informasi,
yakni pasal 51 UU KIP, “Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan
informasi publik secara melawan hukum dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 tahun dan/atau pidana denda paling banyak 5 juta rupiah”, menjadi kontra
produktif dalam menegakkan HAM di Indonesia.
Dari pengertian di atas dapat difahami bahwa HAM bukan saja hak untuk
mengeluarkan pendapat tetapi juga hak untuk mendapatkan pendapat orang lain.
Bagi kalangan masyarakat awam, HAM lebih dilihat sebagai pengakuan terhadap
hak-hak sebagai warga Negara.Konsep HAM berawal dari konsep tentang adanya
negara. Gagasan asal mula adanya konsep negara pertama kalinya diperkenalkan
oleh seorang filosof Yunani bernama Plato (427-247 SM) yang terkenal dengan
konsepnya Negara Ideal, menurutnya bahwa negara ideal adalah suatu komunitas
ethical untuk mencapai kebajikan dan kebaikan, karena pada hakekatnya adalah
sesuatu keluarga, yang didalamnya kamu semua adalah saudara.

3.Jenis Hak Asasi Manusia


Jenis hak asasi manusia diantaranya adalah dapat diketahui dalam
deklarasi universal tentang hak asasi manusia yang disetujui dan diumumkan oleh
reolusi majelis umumPBB pada 10 desember 1948. Menurut deklarasi tersebut
yang isinya terdiri 30 pasal, dijelaskan seperangkat hak-hak asasi dasar manusia.
Diantaranya:
•Hak hidup,
•Hak tidak menjadi budak,
•Hak tidak disiksa dan tidak ditahan,
•Hak persamaan hukum, dan
•Hak untuk mendapatkan praduga tidak bersalah.
Secara lebih spesifik, dalam pasal-pasal tersebut ditegaskan beberapa
kategori hak sebagai berikut:
•Pertama, hak yang secara langsung memberikan gambaran kondisi umum bagi
individu agar mewujudkan watak kemanusiaanya,
•Kedua, hak tentang perlakuan yang seharusnya diperoleh mansia dalam sistem
hukum,
•Ketiga, hak kegiatan individu tanpa campur tangan pemeritah,
•Keempat, hak jaminan taraf minimal hidup manusia.

4.Penegakan Hak Asasi Manusia ( HAM ) dalam Mewujudkan Civil Society


Adanya fenomena penindasan rakyat yang dilakukan oleh pemerintah
yang sedang berkuasa merupakan realitas yang sering dipaparkan dalam
pemberitaan pers, baik melalui media elktronika maupun media cetak. Hal ini
merupakan bagian kecil dari fenomena kehidupan yang sangat tidak menghargai
posisi rakyat ( Civil ) dihadapan penguasa, dan bagian dari fenomena kehidupan
yang tidak menghargai kebebasan berserikat dan berpendapat.Kenyataan tersebut
pada akhirnya bermuara pada perlunya dikaji kembali kekuatan rakyat/masyarakat
( Civil ) dalam konteks interaksi, baik antara rakyat dengan Negara, maupun
antara rakyat dengan rakyat. Kedua pola hubungan interaktif tersebut akan
memposisikan rakyat sebagai bagian integral dalam sebuah komunitas Negara
yang memiliki daya tawar ( bargaining power ) dan menjadi komunitas
masyarakat sipil yang memiliki kecerdasan, analisa kritis yang tajam, dan mampu
berinteraksi di lingkungannya secara demokratis dan berkeadaban.Untuk
mewujudkan demokrasi dan keberadaban itu, maka dibutuhkan upaya yang serius
untuk menciptakan kondisi yang demokratis. Kondisi demokratis di sini
merupakan satu kondisi yang menjadi penegak wacana masyarakat madani,
dimana dalam menjalani kehidupan, warga Negara memiliki kebebebasan penuh
unruk menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
Kondisi demokratis berarti masyarakat dapat berlaku santun dalam pola
hubungan interaksi dengan masyarakat disekitarnya, tanpa mempertimbangkan
suku, ras dan agama.Prasyarat demokratis ini banyak dikemukakan oleh para
pakar yang mengkaji fenomena civil society. Bahkan, demokrasi merupakan salah
satu syarat mutlak bagi penegakan civil society. Penekanan demokrasi ( kondisi
demokratis ) disini dapat mencakup berbagai bentuk aspek kehidupan, seperti
politik, sosial, budaya pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Sebuah masyarakat
yang demokratis hanya dapat terbentuk manakala anggota masyarakat yang
satumenghormati hak asasi yang dimiliki anggota masyarakat yang lain dalam
komunitas kehidupannya masing-masing.
Aspek lain yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah masyarakat madani
yaitu sebagai berikut:

•Tegaknya keadilan dan supermasi hukum dalam kehidupan bermasyarakat.


Keadilan dimaksud untuk mewujudkan keseimbangan yang proporsional
terhadap hak dan kewajiban setiap warga Negara yang mencakup seluruh aspek
kehidupan.Hal ini meniscayakan tidak adanya monopoli dan pemusatan salah satu
aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat. Secara esensial, masyarakat
memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan
oleh pemerintah ( penguasa ).Supermasi hukum akan terwujud apabila setiap
warga Negara, baik yang duduk dalam pemerintahan maupun sebagai rakyat
biasa, semuanya tunduk pada hukum.Hal tersebut berarti bahwa perjuangan untuk
mewujudkan hak dan kebebasan antar warga Negara haruslah dilakukan secara
damai dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu, supermasi hukum juga
memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan
individu dan kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala bentuk
penindasan terhadap hak asasi manusia, sehingga terwujud bentuk kehidupan
yang beradab ( civilized ).

5.Pengertian Civil Society


Civil society merupakan kondisi ideal di mana ada sekelompok warga
yang mampu mandiri dari kungkungan Negara. Mereka mamapu
menyeimbangkan hak dan kewajibannya di depan Negara, sehingga warga Negara
diperhitungkan sebagai kekuatan mandiri.Kebanyakan warga Negara memandang
bahwa ketaatan kepada Negara merupakan sebuah keharusan bukan sebagai hak
warga Negara. Oleh karena itu nilai tawar warga Negara kurang berarti di depan
Negara. Sebaliknya apabila warga Negara kuat dan maju, maka warga Negara
tidak saja sebagai objek, tetapi justru sebagai subjek Negara. Keseimbangan hak
dan kewajiban bagi warga Negara merupakan sebuah keniscayaan. Dengan
demikian penguatan hak politik warga Negara akan terlaksana manakala warga
Negara menjadi warga Negara yang mandiri tanpa ada ketergantungan dengan
Negara (civil society). Dengan Civil society yang kuat hak-hak warga Negara
sangat diperhatikan oleh Negara. Dari uraian di atas yaitu tentang “Hak Asasi
Manusia (HAM) dalam Perspektif Politik”, mengingatkan kepada kita, bahwa
HAM sangat diperlukan dalam membangun civil society yang kuat. Civil society
sebagai bagian dari unsur-unsur Negara, yakni warga Negara, wilayah,
perundang-undangan, dan pemerintah mutlak keberadaannya.
Untuk mewujudkan penguatan civil society maka dibutuhkan dua suasana
yakni:
1.Pengakuan Negara atas hak-hak warga Negara dan penguatan lembaga civil
society.
2.Pengakuan Negara atas hak-hak sipil dan politik warga menjadi penting, karena
dalam sebuah Negara demokrasi political will dari Negara terutama dari
penyelengara pemerintahan sangat mentukan eksistensi warga Negara.Pengakuan
hak-hak politik warga Negara sekarang ini bisa dilihat dari berbagai undang-
undang politik yang mengakomodir hak-hak politik warga. Diperbolehkannya
calon bupati/walikota atau calon presiden dari kelompok independent perlu
diapresiasi oleh warga, karena wacana ini sebagai upaya pembelaan terhadap hak
politik warga. Begitu juga dengan diberlakukannya UU No 14/2008 tentanag
Kebebasan Informasi Publik yang mengamanatkan terbentuknya KIP (Komite
Informasi Publik) yang dibentuk di pusat dan Provinsi, merupakan upaya dalam
rangka menjamin terealisasinya hak-hak politik warga agar mendapatkan berbagai
informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah.

6. Mewujudkan Civil Society


Civil society akan tumbuh bila terdapat faktor-faktor sebagai berikut yaitu:
•Pertama, negara kuat dan memiliki aturan yang tegas dan jelas yang mengikat
warga negaranya.
•Kedua, terdapatnya civic competence yaitu kesadaran berwarganegara yang
dilandasi penghargaan atas prinsip toleransi.
•Ketiga, terdapatnya otoritas negara yang efektif dan terlembaga.
•Keempat, birokrasi yang efektif dan efisien memperjuangkan kepentingan
masyarakat sipil.
1. Civil Society akan muncul bila negara kuat dan memiliki aturan yang tegas dan
jelas yang mengikat warga negaranya.
Studi Gunnar Myrdall tahun 1960-an menunjukkan bahwa banyak negara
di Asia yang civil societynya lemah mengalami kebangkrutan ekonomi, miskin,
serta disertai praktik korupsi yang merajalela sebagai akibat dari ketidakmampuan
negara-negara tersebut menciptakan dan menerapkan hukum serta aturan-aturan
yang jelas dan tegas. Negara-negara semacam inilah yang dikategorikan Myrdall
sebagai ”negara-lunak” (soft state). Indonesia pada saat itu ikut dimasukkan ke
dalam kategori tersebut. Dalam perkembangannya, konsep ”negara lunak” sering
kali dipakai untuk menjelaskan pemerintah-negara yang lemah, yang tidak
memiliki cukup kewibawaan dan kemampuan untuk mengendalikan seluruh
mekanisme penyelenggaraan negara dan dinamika kehidupan masyarakat.
”Negara tanpa Pemerintah” adalah istilah sinis yang dilontarkan untuk
menggambarkan ketidakmampuannya mengatasi dinamika masyarakat yang
mudah berkembang ke arah anarki dan chaos.Negara yang kuat ditandai oleh
kamampuannya menjamin bahwa hukum dan kebijakan yang dilahirkannya ditaati
oleh masyarakat, tanpa harus menebarkan ancaman, paksaan, dan kecemasan yang
berlebihan.

2. Civil Society akan terwujud bila terdapatnya civic competence.


Civic competence yaitu kesadaran berwarganegara yang dilandasi
penghargaan atas prinsip toleransi. Reformasi sejak tahun 1998 membawa
pemerintah ke posisi yang canggung dan serba salah karena upaya mewujudkan
civil society ternyata tidak diikuti oleh upaya mengembangkan civic competence
(kesadaran berwarganegara yang dilandasi penghargaan atas prinsip
toleransi).Akibatnya, ketertiban masyarakat terganggu (social disorder), yang
antara lain ditandai oleh konflik-konflik horizontal antarkelompok terus terjadi di
mana- mana, sementara kebebasan dalam wujud aksi-aksi protes dan demo
menjadi tak terkendali, bahkan menjurus ke situasi yang cenderung anarki.
Padahal, sering diingatkan cendekiawan Nurcholis Madjid (almarhum), inti dari
masyarakat madani ialah ”madaniah” atau keadaban (civility), maka kebebasan
tak terkekang yang menjurus ke kekacauan (chaos) justru merupakan halangan
utama bagi pertumbuhannya. Sebab, situasi yang kacau akan menjadi persemaian
subur bagi kembalinya otoritarianisme. Karena itu, masyarakat madani dengan
sendirinya mengasumsikan adanya civil responsibility (tanggung jawab
kemasyarakatan).

3.Civil Society tumbuh bila terdapatnya otoritas negara yang efektif dan
terlembaga.
Civil Society tumbuh bila terdapatnya otoritas negara yang efektif dan
terlembaga dan jika terjadi penentangan terhadap otoritas ini, ia mampu
mengatasinya. Dengan kekuatan semacam itulah, negara mampu menjaga
keamanan, ketertiban, kebebasan, serta mampu mewujudkan kesejahteraan dan
keadilan ekonomi. Jika negara tidak mampu menjaga otoritas semacam ini, ia
disebut sebagai negara lemah. Dengan sendirinya civil society akan muncul
bersama kesejahteraan dan keadilan ekonomi yang tumbuh dari otoritas negara
yang efektif dan terlembaga.

4.Civil Society akan tumbuh bila terdapat birokrasi yang efektif dan efisien.
Syarat penting terwujudnya civil society adalah birokrasi yang efektif dan
efisien memperjuangkan kepentingan masyarakat sipil. Ernest Gellner (1995)
mengemukakan, ada beberapa hal yang harusnya menjadi catatan penting agar
birokrasi bisa menjadi civilian government, birokrasi negara yang
memperjuangkan kepentingan masyarakat sipil.

•Pertama, mampu menciptakan tatanan sosial yang tidak melakukan penguatan


yang bersifat memaksa. Ini berarti, proses demokrasi secara substansial sudah
mampu ditegakkan yang disertai dengan bangunan kesadaran masyarakat yang
sudah tidak hegemonik.
•Kedua, negara yang direpresentasian oleh birokrasi pemerintahan mampu
memenuhi perannya sebagai penjaga perdamaian di atas berbagai kepentingan
besar. Birokrasi mampu menjadi pelayan bagi kepentingan publik dan tidak
terlibat dalam conflic of interest.
•Ketiga, negara harus menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis, yang bebas
dari eksploitasi dan penindasan, ini menuntut adanya regulasi pemerintah yang
menjadi kebebasan dan penegakan hak-hak kewargaan.
•Keempat, negara tidak melakukan proses dominasi dan atomisasi masyarakat.
Dari sini terlihat bahwa negara harus bisa membangun orientasi kembar
dalam menjalankan fungsi birokrasinya. Negara juga dituntut meningkatkan
kesejahteraan warga negara dan menjaga kondisi keuangan negara. Di sisi lain
negara juga dituntut agar proaktif mendorong terciptanya arus demokratisasi di
tingkat masyarakat sipil. Negara harus mampu mewujudkan pertumbuhan
ekonomi dengan tetap berbasis pada kekuatan perekonomian domestik, ini berarti
harus dibangun sebuah sistem perekonomian yang berpihak pada masyarakat atau
sistem ekonomi kerakyatan. Selain itu, negara harus tetap mempertahankan
orientasinya untuk memberdayakan civil society melalui proses demokratisasi
yang memberi akses selebar-lebarnya bagi mereka untuk berpartisipasi dalam
proses pengambilan keputusan.
BAB III
PENUTUP

1.Kesimpulan
Kehidupan demokrasi itu membutuhkan mekanisme kontrol yang amat
kuat dari masyarakat. Agar memiliki kekuatan yang cukup, maka kontrol itu harus
dilakukan oleh lembaga- lembaga otonom sebagai perimbangan pada kekuasaan
negara. Dalam konteks ini berarti harus selalu ada lembaga atau individu yang
berhadapan dengan kekuasaan negara. Kekuatan inilah yang disebut dengan civil
society. Rakyat harus diberi kebebasan untuk mengartikulasikan gagasan dan
aspirasinya, tanpa mendapatkan tekanan dan dominasi negara. Sehingga adanya
kelompok oposisi merupakan salah satu ciri penting dalam masyarakat madani,
bahkan merupakan sebuah keharusan. Ciri lain dari masyarakat madani adalah
pluralisme.Pluralisme adalah sebuah paham yang menyatakan bahwa kekuasaan
negara haruslah dibagi- bagikan kepada berbagai golongan dan tidak dibenarkan
adanya monopoli suatu golongan.
Civil society akan tumbuh bila terdapat faktor-faktor sebagai berikut yaitu:
pertama, negara kuat dan memiliki aturan yang tegas dan jelas yang mengikat
warga negaranya.
Kedua, terdapatnya civic competence yaitu kesadaran berwarga negara yang
dilandasi penghargaan atas prinsip toleransi.
Ketiga, terdapatnya otoritas negara yang efektif dan terlembaga.
Keempat, birokrasi yang efektif dan efisien memperjuangkan kepentingan
masyarakat sipil.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa indikator
yang diperlukan untuk mewujudkan Civil Society atau masyarakat madani.
Diantara indikator yang terpenting adalah bahwa masyarakat tersebut harus dalam
posisi mandiri dihadapan kekuasaan Negara, dan ditengah masyarakat tersebut
ditegakkan keadilan dan supremasi hukum, sehingga terwujud kehidupan yang
demokratis dan toleran.
DAFTAR PUSTAKA

Winarno. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi


Aksara. Asykuri ibn Chamim, dkk. 2003. Civic Education, Pendidikan
Kewarganegaraan.
Yogyakarta: Ditlitbang Muhammadiyah dan LPP UMY. Imam Yahya. 2010. Ham
dan Civil Society. ( makalah )

Anda mungkin juga menyukai