Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Manajemen Kesiswaan
Dosen Pengampu : Ahmad Zainuri, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Budi Saputra
2. Ayu Sholehah
3. Diana mu' jizah

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PRODI SISTEM INFORMASI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Penerimaan Peserta Didik Baru”
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan tetapi berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan Dosen
Mata Kuliah Bapak Ahmad Zainuri, M.Pd yang telah membimbing kami. untuk
itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya. Dan kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah
ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan oleh karenanya, Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Pringsewu, 10 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................2

BAB II ISI............................................................................................................3
2.1 Pengertian HAM..............................................................................................3
2.2 Hakikat HAM..................................................................................................3
2.3 Sejarah Perkembangan HAM..........................................................................3
2.4 HAM dalam Tataran Global............................................................................4
2.5 Perkembangan HAM di Indonesia..................................................................5
2.6 Bentuk – Bentuk HAM....................................................................................5
2.7 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia...........................................6
2.8 Pelanggaran dan Pengadilan HAM.................................................................6
2.9 Pengertian Rule of Law...................................................................................7
2.10 Prinsip-prinsip Rule of Law di Indonesia .....................................................8
2.11 Prinsip-prinsip Rule of Law secara Hakiki dalam Penyelenggaraan
Pemerintah .....................................................................................................8
2.12 Fungsi Rule of Law.......................................................................................9
2.13 Pelaksanaan Rule of Law..............................................................................9
2.14 Dinamika Pelaksanaan Rule Of Law di Indonesia........................................10
2.15 Strategi Pengembangan Rule Of Law...........................................................13

BAB III PENUTUP.............................................................................................14


3.1 Kesimpulan......................................................................................................14
3.2 Penutup............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Rule of Law adalah suatu doktrin yang mulai muncul pada abad ke 19,
bersamaan dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Rule of Law
merupakan konsep tentang common law dimana segenap lapisan masyarakat dan
Negara beserta seluruh kelembagaannya menjungjung tinggi supremasi hukum
yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Ada tidaknya Rule of Law
dalam suatu Negara ditentukan oleh kenyataan apakah rakyatnya benar-benar
menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil baik sesama warga Negara
maupun pemerintah.
Hak Asasi Manusia ( HAM ) merupakan hak yang dimiliki oleh manusia
sejak lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun. Hak asasi sebuah bentuk anugrah yang diberikan kepada Tuhan sebagai
sesuatu yang dilandasi dengan suatu kebebasan setiap individu dalam menentukan
jalan hidupnya. Hak asasi juga tidak terlepas dari kontrol norma- norma yang
berlaku. Hak – hak ini berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda –
bedakan suku,agama,ras,golongan,kelompok,jabatan. Terkait dengan hak asasi
manusia, maka sangat penting sebagai makhluk ciptaan Tuhan saling menjaga dan
menghormati hak asasi masing – masing.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang disajikan dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Pengertian HAM
2. Hakikat HAM
3. Sejarah Perkembangan HAM
4. HAM dalam tataran global
5. Perkembangan HAM di Indonesia
6. Bentuk – bentuk HAM
7. Permasalahan dan Penegakkan HAM

1
8. Pelanggaran dan Pengadilan HAM
9. Pengertian Rule of Law
10. Prinsip – Prinsip Rule of Law di Indonesia
11. Prinsip – Prinsip Rule of Law secara Hakiki dalam Penyelenggaraan
Pemerintah
12. Fungsi Rule of Law
13. Pelaksanaan Rule of Law
14. Dinamika Pelaksanaan Rule Of Law di Indonesia
15. Strategi Pengembangan Rule Of Law

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami pengertian Rule of Law dan HAM
2. Memahami fungsi Rule of Law dan HAM
3. Memahami permasalahan,pelanggaraan, dan penegakkan HAM

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian HAM


Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap
manusia sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Menurut John Locke, HAM
adalah hak – hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta
sebagai hak yang dikodrati berdasarkan pada Undang – Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang hak Asasi Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi manusia sebagai
perangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrahNya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

2.2. Hakikat HAM


HAM adalah hak – hak dasar yang melekat pada diri manusia, tanpa hak-
hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia tidak dapat manusia.
Dalam pasal 1 UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak
Asasi Manusia” adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugrahnya yang wajib di hormati, di junjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara,
hukum pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia ’’.

2.3. Sejarah Perkembangan Pemikiran HAM


Perkembangan HAM secara umum
1. Sebelum Deklarasi Universal HAM 1948
Lahirnya Magna Charta adalah cikal bakal lahirnya monarki
konstitusional. Keterkaitan penguasa dengan hukum dapat dilihat pada Pasal
21 Magna Charta yang menyatakan bahwa “… para Pangeran dan Baron

3
dihukum atau didenda berdasarkan atas kesamaan, dan sesuai dengan
pelanggaran yang dilakukannya.” Adapun pada Pasal 40 ditegaskan bahwa
“…. Tak seorang pun menghendaki kita mengingkari atau menunda
tegaknya hak atau keadilan.”
Pada 1689, lahir Undang - Undang Hak Asasi Manusia (HAM) di
Inggris,muncul istilah equality before the law, Kesetaraan manusia menurut
pandangan hukum. Untuk mewujudkan hal tersebut lahirlah sejumlah istilah
dan teori social yang identic dengan perkembangan dan karakter masyarakat
Eropa, dan selanjutnya Amerika : kontrak social (J.J Rousseau), trias
politica (Montesquieu), teori hukum kodrati (John Locke), dan hak - hak
dasar persamaan dan kebebabasan (Thomas Jefferson).
2. Setelah Deklarasi Universal HAM 1948
Perkembangan pemikiran tentang HAM pasca Perang Dunia II dibagi
menjadi empat kurun generasi :
 Generasi pertama : Pengertian HAM berpusat hanya pada bidang hukum
dan politik.
 Generasi kedua : pemikiran HAM tidak hanya menuntut hak yuridis,
tetapi juga menyerukan hak-hak social,ekonomi,dan budaya.
 Generasi ketiga : wacana kesatuan HAM meliputi hak ekonomi, social,
budaya, politik dan hukum.
 Generasi keempat : lahir pemikiran kritis HAM,pelaksanaan dan
penghormatan atas hak asasi manusia bukan saja urusan perorangan,
tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab Negara.

2.4 HAM Dalam Tataran Global


Sebelum konsep HAM disahkan PBB, terdapat beberapa konse putama
mengenai HAM, yaitu :
1. HAM menurut konsep negara – negra barat
2. HAM menurut konsep sosialis
3. HAM menurut konsep bangsa- bangsa Asian dan Afrika
4. HAM menurut konsep PBB

4
2.5 Perkembangan HAM di Indonesia
1. Periode sebelum kemerdekaan ( 1908-1945)
Pemikiran HAM dalam periode sebelum kemerdekaan ddapat dijumpai
dalam sejarah kemunculan organisasi pergerakkan nasional,seperti Boedi
oetomo ( 1908 ) , Sarekat Islam (1911) ,Indische Partij (1912), dll.
2. Periode sesudah merdeka
 Periode 1945- 1950, Wacana HAM dicirikan pada :
a. Bidang sipil dan politik
b. Bidang ekonomi, social, dan budaya
 Periode 1950 – 1959, Dicirikan :
a. Masa demokrasi parlementer
b. Pemikiran HAM masih kondusif
c. Muncul partai – partai politik dengan beragam ideology
d. Adanya kebebasan pers
e. Pelaksanaan PEMILU secara aman, bebas, dan demokratis
f. Adanya kontrol parlemen dan eksekutif
g. Perdebatan HAM secara bebas dan demokratis.
 Periode 1959-1966, Dicirikan :
a. Masa berakhir demokrasi Liberal
b. Muncul system Terpemimpin
c. Kekuasaan ditangan Pressiden
d. Pemasungan hak-hak asassi warga Negara
 Periode 1966-1998, Dicirikan :
a. Zaman Orde Baru
b. Banyak pelanggaran HAM
c. Pelaksanaan HAM terjadi kemunduran sejak awal 1970an– 1980an

2.6 Bentuk – Bentuk HAM


Prof.Bagir Manan membagi HAM pada beberapa kategori, yaitu :
 Hak sipil
 Hak politik

5
 Hak ekonomi
 Hak social dan budaya
Prof. Baharuddin Lopa membagi HAM dalam beberapa jenis, yaitu :
 Hak persamaan dan kebebasan
 Hak hidup
 Hak memperoleh perlindungan
 Hak penghormatan pribadi
 Hak anak
 Hak memperoleh keadilan
 Hak memilih agama
 Hak kebebasan bertindak
 Hak milik pribadi
 Hak untuk bekerja

2.7 Permasalahan dan Penegakkan HAM di Indonesia :


Sesuai dengan pasal 1 (3) ,pasal 56 piagam PBB upaya pemajuan dan
perlindungan HAM harus dilakukan melalui suatu konsep kerjasama Internasional
yang berdasarkanpada prinsip saling menghormati,kesedrajatan, dan hubungan
negara serta hukuum innternasional yang berlaku. HAM di Indonesia didasarkan
pada konstitusi NKRI, yaitu : Batang tubuh UUD 1945 alinea 1, pancasila ke-4,
pasal 27,29,30 UUD 1945,UU No 39/1999 tentang HAM dan UU No. 26/2000
tentang pengadilan HAM.
Penegakkan hukum dan HAM diatur pada PP No. 7 tahun 2005, penegakkan
HAM haruslah dilakukan dengan tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.

2.8 Pelanggaran dan Pengadilan HAM


Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
atau aparat negara baik sengaja maupun tidak sengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi,menghalangi dan membatasi atau mencabut HAM seseorang
atau sekelompok orang tersebut yang dijamin oleh UU dan tidak didapatkan atau
dikhwatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,

6
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang
Pengadilan HAM). Pelanggaran HAM dikelompokkan pada 2 bentuk yaitu :
Pelanggaran HAM berat dan pelanggaran HAM ringan . Pelanggaran HAM berat
meliputi kejahatan genosida dan kejahatan humaniter (UU No. 26/2000 tentang
Pengadilan HAM) . Sedangkan pelanggaran HAM ringan selain dari pada bentuk
pelanggaran HAM berat itu. Penindakan terhadap pelanggar HAM tersebut
dilakukan melalui proses peradilan HAM mulai dari penyelidikan, penyidikan,
dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi harus bersifat non-
deskriminatif dan berkeadilan .
Mengenai pelanggaran HAM dalam kategori pelangggaran HAM berat dan
ringan berdasar pada hukum internasional dapat digunakan asas retroaktif,
diberlakukan pasal 28 J ayat 2 Undang- Undang Dasar 1945.

2.9 Pengertian Rule OF Law


Rule of Law atau aturan hukum disebut juga dengan supremasi hukum,
berarti bahwa hukum diatas semua orang. Berdasarkan pengertian, Friedman
(1959) membedakan Rule of Law menjadi 2 yaitu pengertian secara formal (in the
formal sense) dan secara hakiki / formal (in the formal sense) dan pengertian
secara hakiki / materil (ideological sense). Secara formal, Rule of Law diartikan
sebagai kekuasaan umum yang terorganisir (organized public power). Hal ini
dapat diartikan bahwa setiap Negara mempunnyai aparat penegak hukum yang
menyangkut ukuran baik dan buruk ( just and unjust law).
Kehadiran Rule of Law boleh disebut sebagai reaksi dan koreksi terhadap
Negara absolute (kekuasaan di tangan penguasa). Rule of Law pada hakikatnya
merupakan jaminan secara formal terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia
dan juga “keadilan social”. Inti dari Rule of Law adalah adanya keadilan bagi
masyarakat, terutama keadilan social. Secara sederhana, yang dimaksud dengan
Negara hukum adalah Negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintah dan
lembaga – lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi
oleh hukum dan dipertanggungjawabkan secara hukum.

7
2.10 Prinsip- Prinsip Rule of Law di Indonesia
Penjabaran prinsip – prinsip Rule of Law secara formal termuat didalam
pasal- pasal UUD 1945, yaitu :
1 Negara Indonesia adalah negara hukum (pasal 1 ayat 3)
2 Kekuasan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakka hukum dan keadilan ( pasal
24 ayat 1)
3 Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1)
4 Dalam Bab XA tentang HAM , memuat 10 pasal, antara lain bahwa setiap
orang berhak yang adil berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum
(pasal 28 D ayat 1)
5 Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D ayat 2 ).

2.11. Prinsip-prinsip Rule of Law secara Hakiki dalam Penyelenggaran


Pemerintah
Pelaksanaan Rule Of Law mengandung keinginan untuk terciptanya Negara
hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Penegakkan Rule of Law
harus diartikan secara hakiki ( materil ) yaitu dalam arti pelaksanaan dari just law.
Prinsip- prinsip Rule of Law secara hakiki (materil) yaitu dalam arti pelaksanaan
dari just law. Prinsip – prinsip Rule of Law secara hakiki sangat erat kaitannya
dengan “the enofercement of the rule of law” dalam penyelenggaraan
pemerintahan terutama hal penegakkan hukum dan implementasi prinsip-prinsip
rule of law. Dasar bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada
pasal 1 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara
hukum”

8
2.12. Fungsi Rule of Law
Fungsi Rule of Law pada hakikat nya adalah jaminan adanya keadilan social
bagi masyarakat, terutama keadilan social.
Penjabaran prinsip-prinsip Rule Of Law secara formal termuat dalam pasal-pasal
UUD 1945, yaitu:
a. Pasal 1 ayat 3
b. Pasal 24 ayat 1
c. Pasa 27 ayat 1
d. Pasal 28D ayat 1 dan 2
2.13. Pelaksanaan Rule of Law

Agar pelaksanaan rule of law bisa berjalan dengan yang diharapkan, maka:
a. Keberhasilan "the enforcement of the rules of law" harus didasarkan pada
corak masyarakat hukum yang bersangkutan dan kepribadian masing-
masing setiap bangsa.
b. Rule of law yang merupakan intitusi sosial harus didasarkan pada budaya
yang tumbuh dan berkembang pada bangsa.
c. Rule of law sebagai suatu legalisme yang memuat wawasan social, gagasan
tentang hubungan antar manusia, masyarakat dan negara, harus ditegakan
secara adil juga memihak pada keadilan.
Untuk mewujudkannya perlu hukum progresif (Setjipto Raharjo: 2004),
yang memihak hanya pada keadilan itu sendiri, bukan sebagai alat politik atau
keperluan lain. Asumsi dasar hokum progresif bahwa "hukum adalah untuk
manusia”, bukan sebaliknya. Hukum progresif memuat kandungan moral yang
kuat.
Arah dan watak hukum yang dibangun harus dalam hubungan yang sinergis
dengan kekayaan yang dimiliki bangsa yang bersangkutan atau "back to law and
order", kembali pada hukum dan ketaatan hukum negara yang bersangkutan itu.
Adapun negara yang merupakan negara hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Ada pengakuan dan perlindungan hak asasi.
b. Ada peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh
kekuasaan atau kekuatan apapun.

9
c. Legalitas terwujud dalam segala bentuk.
Contoh: Indonesia adalah salah satu Negara terkorup di dunia (Masyarakat
Transparansi Internasional: 2005).
Beberapa kasus dan ilustrasi dalam penegakan rule of law antara lain:
a. Kasus korupsi KPU dan KPUD;
b. Kasus illegal logging;
c. Kasus dan reboisasi hutan yang melibatkan pejabat Mahkamah Agung
(MA);
d. Kasus-kasus perdagangan narkoba dan psikotripika;
e. Kasus perdagangan wanita dan anak.
2.14. Dinamika Pelaksanaan Rule Of Law di Indonesia
Dalam Proses Penegakan hokum di Indonesia di lakukan oleh lembaga
penegak hukum yang terdiri dari : asas (kebenaran yg menjadi pokok dasar
berpikir, bertindak, dsb); dasar
a. Kepolisian
fungsinya memelihara keamanan dalam negeri. Yang memiliki tugas pokok
yaitu:
 Menegakan Hukum, Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
 Memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
wewenang kepolisian adalah sebagai berikut:
 Mengawasi aliran yang menimbulkan perpecahan dan mengancam
persatuan dan bangsa. kesatuan
 Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
 Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian
dalam rangka pencegahan.
 Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.
 Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya.
 Memberikan izin melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan
senjata tajam.

10
b. Kejaksaan
wewenang dan tugas kejaksaan
 Melakukan penuntutan
Melaksanakan penetapan hakim dan putusa pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan
 Hukum Tetap.
melakukan pengawasan tehadap pelaksanaan putusan pidana masyarakat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusa lepas bersyarat.
Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-
undang.
 Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan dan dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
c. KPK(komisi Pemberantasn Korupsi)
KPK di tetapkan dengan UU no 20 tahun 2002 dengan tujuan meningkatkan
daya guna dan hasil guna terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi.
Tugas KPK
 Berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi
 Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
 Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi.
 Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.
 Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.
wewenang KPK
 Melakukan pengawasan, penelitian, penelaahan, terhadap instansi yang
menjalankan tugas dan wewenang dengan pemberantasan tindak korupsi.
 Mengambil alih penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak korupsi
yang sedang dilakukan oleh kepolisian dan kejaksaan.

11
 Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan pemberantasan korupsi.
 Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi.
 Hanya menangani perkara korupsi yang terjadi setelah 27 Desember 2002.
 Peradilan tindak pidana korupsi tidak bisa berjalan dengan landasan hukum
UU KPK.
d. Badan peradilan
 Mahkamah Agung (MA)
Merupakan puncak kekuasaan kehakiman di Indonesia. MA mempunyai
kewenangan:
Mengadili pada tingkat kasai terhadap putusan yang diberikan pada tingkat
terakhir oleh peradilan.
Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap Undang-undang
Kewanangan lain yang ditentukan undang-undang.
 Mahkamah Konstitusi (MK)
Merupakan lembaga peradilan pada tignkat pertama dan terakhir:
Menguji undang-undang terhadap UUD 1945
Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD 1945
Memutuskan pembubaran parpol
Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum
e. Peradilan Tinggi dan Negeri
Merupakan peradilan umum di tingkat provinsi dan kabupaten. Fungsi
kedua peradilan tersebut adalah menyelenggarakan peradilan baik pidana dan
perdata di tingkat kabupaten, dan tingkat banding di peradilan tinggi. Pasal 57
UU No. 8 tahun 2004 menetapkan agar peradilan memberikan prioritas
peradilan terhadap tindak korupsi, terorisme, narkotika atau psikotropika
pencucian uang, dan selanjutnya, tindak pidana.

12
2.15. Strategi Pengembangan Rule Of Law
Pengembangan konsep rule of law telah dilaksanakan di berbagai
konferensi internasioal yang telah dihadiri oleh para ahli hukum. Dalam
konferensinya konsep rule of law di diskusikan yang bertujuan mencari unsur-
unsur yang sama diterapkan di berbagai bidang sistem hukum, masalah
politik, ekonomi, sosial dan budaya. Menurut Oemer Seno Adji (1980:13)
Pada konferensi ini juga memberikan, meperkembangkan dan memperdalam
pengertian tentang the rule of law yang dilangsungkan di Athena (1955), New
Delhi (1959), Lagos (1957), Rio De Jeneiro (1962), dan Bangkok (1965).
Di Indonesia peradilan yang bebas masih dalam taraf perjuangan yang
berat, karena selama ketentuan pasal 5 ayat (1)dan (2) UUD 1945 yang
memberikan kekuasaan kepada presiden (eksekutif) untuk membuat undang-
undang bersama DPR, maka disitulah peluang besar untuk meletakan dasar
konstituional bagi campur tangan pemerintah terhadap unsur-unsur peradilan,
meskipun sebatas urusan organisasi, administrasi, dan finansial.
Penegakan hukum atau penegakan rule of law dan HAM di Indonesia
dalam mencapai keadaan sosial bagi selueuh rakyat yang merupakan hakikat
tujuan pembentukan Negara Republik yang terkandung dalam pembukaan
UUD 1945 dalam pencapaiannya merupakan peranan hukum dan seluruh
perangkat adalah mutlak. Oleh karena itu rule of law dan HAM
diimplementasikan tidak sebatas kata-kata, melainkan di wujudkan dengan
kenyataaan hidup bangsa sendirinya

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

4. Dalam UUD 1945,


Negara Indonesia
adalah negara hukum
bukan
5. negara kekuasaan.
Pasal 1 ayat (3)
Perubahan Ketiga
Undang-Undang Dasar
6. (UUD) 1945
menegaskan bahwa
Negara Indonesia

14
berdasarkan atas
negara
7. hukum (the rule of
law). Pakar ilmu sosial,
Franz-Magnis Suseno
(1990),
8. melihat bahwa
perlindungan HAM
adalah salah satu
elemen dari the rule of
9. law, selain hukum
yang adil. Sebagai
warga negara
indonesia kita

15
10. diwajibkan untuk
mengetahui prinsip-
prinsip hukum yang
ada di negara
11. kita. Sebagai
makhluk tuhan kita
mempunya hak asasi
yang melekat dalam
12. diri kita sejak lahir
maka dari itu hormati
hak asasi yang dimiliki
oleh orang
13. lain juga.
14. Dalam UUD 1945,
Negara Indonesia
16
adalah negara hukum
bukan
15. negara kekuasaan.
Pasal 1 ayat (3)
Perubahan Ketiga
Undang-Undang Dasar
16. (UUD) 1945
menegaskan bahwa
Negara Indonesia
berdasarkan atas
negara
17. hukum (the rule of
law). Pakar ilmu sosial,
Franz-Magnis Suseno
(1990),
17
18. melihat bahwa
perlindungan HAM
adalah salah satu
elemen dari the rule of
19. law, selain
hukum yang adil.
Sebagai warga
negara indonesia kita
20. diwajibkan untuk
mengetahui prinsip-
prinsip hukum yang
ada di negara
21. kita. Sebagai
makhluk tuhan kita

18
mempunya hak asasi
yang melekat dalam
22. diri kita sejak lahir
maka dari itu hormati
hak asasi yang dimiliki
oleh orang
23. lain juga.
24. Dalam UUD 1945,
Negara Indonesia
adalah negara hukum
bukan
25. negara kekuasaan.
Pasal 1 ayat (3)
Perubahan Ketiga
Undang-Undang Dasar
19
26. (UUD) 1945
menegaskan bahwa
Negara Indonesia
berdasarkan atas
negara
27. hukum (the rule of
law). Pakar ilmu sosial,
Franz-Magnis Suseno
(1990),
28. melihat bahwa
perlindungan HAM
adalah salah satu
elemen dari the rule of
29. law, selain
hukum yang adil.
20
Sebagai warga
negara indonesia kita
30. diwajibkan untuk
mengetahui prinsip-
prinsip hukum yang
ada di negara
31. kita. Sebagai
makhluk tuhan kita
mempunya hak asasi
yang melekat dalam
32. diri kita sejak lahir
maka dari itu hormati
hak asasi yang dimiliki
oleh orang
33. lain juga.
21
Dalam UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara hukum bukan negara
kekuasaan. Pasal 1 ayat (3) Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 menegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas negara hukum (the
rule of law). Pakar ilmu sosial, Franz-Magnis Suseno (1990), melihat bahwa
perlindungan HAM adalah salah satu elemen dari the rule of law, selain hukum
yang adil. Sebagai warga negara indonesia kita diwajibkan untuk mengetahui
prinsip-prinsip hukum yang ada di negara kita. Sebagai makhluk tuhan kita
mempunya hak asasi yang melekat dalam diri kita sejak lahir maka dari itu
hormati hak asasi yang dimiliki oleh orang lain juga.

3.2. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan sebagai mahasiswa kita harus bisa
menegakkan hukum yang ada di Indonesia dan menaati segala hukum yang ada di
Indonesia karena kita ketahui bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum.
Apabila dalam Negara Indonesia hukumnya ditegakkan dan ditaati oleh setiap
kalangan masyarakat baik rakyat yang ada dalam kalangan kecil sampai pejabat –
pejabatnya maka Negara Indonesia akan menjadi Negara yang kondusif dan
bahkan bisa menjadi Negara yang maju. Selain itu kita juga harus bisa melindungi
warga Negara Indonesia baik yang ada di dalam dan luar negeri.

22
FTAR PUSTAKA
Kaelan dan Achmad
Zubaidi. 2010. Pendidikan
Kewarganegaraan.
Yogyakarta:
Paradigma.
Kaelan.2007.Pendidikan
Kewaarganegaraan untuk
PerguruanTinggi.
Paradigma.Yogyakarta
Undang-Undang Dasar
1945
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan.


Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan.2007.Pendidikan Kewaarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.
Paradigma. Yogyakarta
Undang-Undang Dasar 1945
https://www.studocu.com/id/document/universitas-sultan-ageng-tirtayasa/
pendidikan-kewarganegaraan/ham-dan-rule-of-law-yang-diterapkan-di-
indonesia/25055958

Anda mungkin juga menyukai