Anda di halaman 1dari 29

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS

MENSTRUASI PADA MAHASISWI KEBIDANAN


UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
SEMESTER GANJIL

OLEH :

LILIS SURYANI

NPM : 200107003

FALKULTAS KESEHATAN
PRODI SARJANA KEBIDANAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan suatu tahapan dalam siklus kehidupan manusia

Perubahan fisik dapat diamati dari tanda-tanda genital primer dan sekunder

Pada remaja putri terjadi perubahan, termasuk menstruasi Menstruasi

biasanya terjadi dalam siklus namun, sebagian remaja putri mengalami

masalah menstruasi, termasuk siklus menstruasi yang tidak teratur Angka

kejadian kelainan siklus menstruasi pada usia 10 sampai 29 tahun adalah

16,4% (Nurhayati dan Yuliwati 2023).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), masa remaja adalah

periode usia 10 hingga 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB) mendefinisikan remaja sebagai usia 15 hingga 24 tahun Menurut

pedoman dari US Health Resources and Services Administration, rentang usia

remaja adalah 11 hingga 21 tahun. Masa remaja dimulai dengan masa

pubertas Hal ini akan terwujud melalui munculnya ciri-ciri seksual sekunder,

dimana remaja mengalami perubahan fisik, emosional dan Bagi wanita, hal

ini ditandai dengan datangnya menstruasi.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

mendefinisikan masa remaja sebagai masa peralihan yang ditandai dengan

perubahan fisik, emosional, dan psikologis antara usia 12-19 tahun Pada masa
remaja terjadi perubahan yang cepat pada organ fisik (organ biologis) dan

perubahan tersebut tidak diimbangi dengan perubahan psikis (mental dan

emosional). Datangnya perubahan besar ini seringkali membingungkan para

remaja yang mengalaminya (Martini et al., 2021).

Salah satu permasalahan kesehatan yang paling sering terjadi pada

remaja putri adalah gangguan menstruasi. Gangguan siklus menstruasi

(pendarahan lebih lama dan menstruasi tidak teratur) disebabkan oleh banyak

faktor, termasuk stress. Stres diketahui menjadi penyebab (penyebab)

gangguan menstruasi Stres merangsang pelepasan hormon kortisol yang

dijadikan patokan menilai tingkat stres seseorang Hormon kortisol diatur oleh

hipotalamus dan kelenjar pituitari, ketika hipotalamus mulai berfungsi maka

kelenjar pituitari akan melepaskan FSH dan rangsangan ovarium akan

menghasilkan estrogen (Sari et al., 2023).

Menstruasi atau haid adalah pendarahan rahim yang bersifat siklis dan

berkala, disertai pengelupasan ( pengelupasan ) endometrium Pada wanita

dewasa, setiap bulannya, satu dari dua sel telur akan matang secara bergantian

dari salah satu indung telur kanan atau kiri, hingga sel telur tersebut hilang

(menopause) Ghani (2007). Pada proses pematangan sel telur, dinding rahim

akan menebal untuk bersiap membawa janin jika terjadi pembuahan pada

wanita dewasa, setiap bulannya, satu dari dua sel telur akan matang secara

bergantian dari salah satu indung telur kanan atau kiri, hingga sel telur

tersebut hilang (menopause. Pada proses pematangan sel telur, dinding rahim

akan menebal untuk bersiap membawa janin jika terjadi pembuahan Jika
tidak terjadi pembuahan, maka lapisan rahim yang menebal akan rusak dan

luruh, yang kemudian akan keluar sebagai darah menstruasi Proses

menstruasi dapat menimbulkan potensi gangguan pada kesehatan reproduksi

wanita terkait kesuburan, termasuk siklus menstruasi (Badriyah et al., 2022)

Siklus menstruasi setiap wanita tidak selalu normal, banyak wanita yang

mengalami gangguan menstruasi seperti oligomenore, polimenore, dan

amenore. Beberapa wanita mengeluhkan menstruasi yang sering tidak

teratur, nyeri, atau pendarahan tidak normal. Penelitian mengungkapkan

frekuensi tertinggi adalah nyeri haid 89,5%, ketidakteraturan haid 31,2% dan

haid berkepanjangan 5,3% (Nurhayati dan Yuliwati 2023).

Gangguan hormonal, gangguan sistemik, stres, tiroid dan hormon

prolaktin yang berlebihan mempengaruhi gangguan menstruasi. Salah satu

faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah stres. Stres merupakan

suatu reaksi yang disebabkan oleh perubahan tanggung jawab seseorang, baik

secara fisik maupun psikis. Menurut Banjar (2009), kemarahan, kecemasan

dan bentuk emosi lainnya merupakan reaksi stres. Madhu dan Shridhar

(2005) menyatakan bahwa stres adalah respon psikologis dan fisiologis

seseorang terhadap stresor berupa ketakutan, kemarahan, kecemasan, frustrasi

atau aktivitas sistem saraf otonom (Fidora dan Okrira 2019).

Menurut data (Riskesdas, 2017), 68% wanita usia 10-59 tahun di

Indonesia mengalami menstruasi teratur dan 13,7% tidak teratur sepanjang

tahun. Masalah haid tidak teratur pada usia 17-29 tahun dan 30-34 tahun
cukup tinggi yaitu 16,4%. Haid tidak teratur pada wanita usia 10-59 tahun

disebabkan oleh stres dan terlalu banyak berpikir sebesar 5,1% (Yuni dan Ari,

2020). Selain stres, aktivitas fisik seseorang juga bisa mempengaruhi siklus

menstruasi. Aktivitas fisik merupakan suatu gerakan yang dihasilkan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi atau pembakaran kalori.

Aktivitas fisik dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi

(Dwivanissha, 2020).

Stres diketahui sebagai penyebab (etiologi) gangguan menstruasi. Stres

memicu pelepasan hormon kortisol, dimana hormon kortisol inilah yang

dijadikan patokan untuk melihat tingkat stres seseorang. Hormon kortisol

diatur oleh hipotalamus dan kelenjar hipofisis di otak, ketika hipotalamus

mulai berfungsi, kelenjar hipofisis melepaskan FSH dan proses stimulasi

ovarium menghasilkan estrogen. Jika terjadi gangguan pada kerja hormon

FSH (Follicle Stimifying Hormone) dan LH (Luienizing Hormone), maka

akan mempengaruhi produksi estrogen dan progesteron sehingga

menyebabkan gangguan menstruasi. Dampaknya adalah sulit hamil

(infertilitas). Ketidakteraturan siklus menstruasi juga membuat wanita sulit

mengetahui masa subur dan masa tidak subur Tambun (2021).

Stres dapat mempengaruhi siklus menstruasi, karena pada saat stres,

hormon stres atau kortisol korteks adrenal, yang disintesis sebagai produk

glukokortiroid korteks, dapat mengganggu siklus menstruasi karena

mempengaruhi jumlah hormon. progesteron dalam tubuh. Terlalu banyak


hormon dalam darah dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi

(Anjarsari dan Sari 2020).

Tingkat stres yang berhubungan dengan siklus menstruasi disebabkan

karena stres tersebut berhubungan langsung dengan tingkat emosi, proses

berpikir dan keadaan internal seseorang. Stres ini mempengaruhi produksi

hormon kortisol sehingga mempengaruhi produksi hormon estrogen pada

wanita (Susiloningtyas dan Fitriana Rahayu 2022).

Pada masa produktif ini, mahasiswa cenderung sangat mobile sehingga

menuntut mereka untuk aktif dalam kehidupan, seperti membina hubungan

dengan orang lain, aktif secara fisik, dan mengikuti kegiatan universitas

(Ramadhany et al., 2021). Mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahan

khususnya mahasiswa keperawatan rentan mengalami stres. Beberapa

stressor atau penyebab stres pada mahasiswa keperawatan dapat disebabkan

oleh kehidupan akademis, keraguan akan masa depan, dan kesulitan dalam

beradaptasi dengan lingkungan baru di kampus dan menyelesaikan skripsi,

sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap mahasiswa mempunyai stres yang

berbeda-beda. tingkat (Sarfika, 2019). Stres mental jangka panjang dapat

menyebabkan stres mental, yaitu. jika rasa kendali atau kemampuan

seseorang dalam menghadapi tekanan mental kurang baik (Sari et al., 2023).

Siswa juga tidak terlepas dari stres dalam beraktivitas, Stres atau

penyebab stres pada siswa dapat disebabkan oleh kehidupan siswa, terutama

tuntutan dari luar dan tuntutan harapannya sendiri. Tuntutan eksternal dapat
timbul dari tugas kuliah, beban mata kuliah, tuntutan orang tua agar sukses di

perguruan tinggi, dan adaptasi sosial lingkungan kampus (Kurniawan, 2019).

Persyaratan tersebut juga mencakup keahlian perkuliahan dan materi

perkuliahan yang semakin kompleks. Persyaratan harapan siswa dapat

didasarkan pada kemampuan siswa dalam mengamati pembelajaran

(Supriatik dan Dewiwati 2022)

Di Indonesia sendiri, melakukan penelitian dengan 94 partisipan di Kota

Akper Tegal (Handayani et al., 2017). Diketahui prevalensi stres pada

mahasiswa keperawatan dan kebidanan sebesar 57%, dimana 21,5%. terdapat

stres ringan, 15,8% stres sedang, dan 19,6% stres berat (Wulandari, 2021).

Jantung bisa menjadi reaksi stres, yakni. kegugupan Hal ini biasanya

terjadi pada saat dosen membacakan catatan atau pada saat ujian lisan. Siswa

juga bisa sakit kepala jika mempunyai pekerjaan rumah yang banyak. Pada

saat yang sama, melakukan terlalu banyak hal menyebabkan stres pada murid,

sehingga mengurangi aliran darah ke otak dan menyebabkan sakit kepala.

Selain itu, ada juga yang sering ke toilet untuk buang air kecil dan besar,

gangguan tidur, melemahnya imunitas sehingga rentan terserang penyakit.

Hasil observasi awal peneliti menunjukkan bahwa hampir seluruh mahasiswi

kebidanan mengalami gejala stres yaitu. gangguan fisik berupa gangguan

tidur, kehilangan nafsu makan dan sakit kepala, serta gangguan psikis berupa

gelisah, menangis dan gangguan jiwa. penyakit , tidak fokus dan terlalu cuek

dan cuek. Salah satu faktor yang sering dianggap dapat menurunkan motivasi

belajar siswa remaja adalah materi pelajaran itu sendiri dan dosen yang
menyampaikan materi pelajaran. Siswa merasa materi pembelajaran

seringkali membosankan, terlalu sulit, tidak berguna dalam kehidupan sehari-

hari, terlalu banyak materi dalam waktu yang terbatas (Supriatik

dan Dewiwati 2022)

Kesehatan reproduksi wanita sangatlah penting terutama dalam siklus

menstruasi, karena hal kecil seperti stres pada wanita atau remaja putri akan

mempengaruhi kesehatan reproduksi saat ini dan di masa yang akan datang.

Oleh karena itu kami meminta para tenaga kesehatan, khususnya bidan, untuk

melakukan pelatihan yang lebih luas tentang cara mengelola stres yang

mempengaruhi siklus menstruasi remaja. Pada saat yang sama, dengan

pelatihan manajemen stres yang lebih detail, remaja putri dapat menjaga

siklus menstruasi yang lebih baik untuk menjaga kesehatan reproduksi.

Berdasarkan pembahasan dan informasi diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “apakah ada hubungan tingkat stres dengan

siklus menstruasi pada mahasiswa Universitas Aisyah Pringsewu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan

permasalahannya “apakah ada hubungan tingkat stres dengan siklus

menstruasi pada mahasiswi kebidanan universitas aisyah pringsewu semester

ganjil?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mngetahui hubungan tingkat stress dengan siklus menstruasi

pada mahasiswi kebidanan Universitas Aisyah Pringsewu semester ganjil.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui defrekuensi mahasiswa yang mengalami siklus menstruasi

b. Untuk mengetahui tingkat stress

c. Untuk mengetahui hubungan tingkat stress

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penelitian

Hasil penelitian ini mengerahui dapat dijadikan sebagai informasi untuk

menambah wawasan dan informasi bagi peneliti tentang hubungan tingkat

stress dengan siklus menstruasi.

2. Bagi Responden

Sebagai referensi dan bahan acuan untuk melakukan penelitian

selanjutnya tentang hubungan tingkat stress dengan siklus menstruasi.

3. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitan diharapkan dapat memberikan suatu informasi tentang

hubungan hubungan tingkat stress dengan siklus menstruasi pada

mahasiswi kebidanan di Universitas Aisyah Pringsewu

4. Bagi Insitusi Pendidikan.

Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan kepustakaan atau referensi

khususnya bagi Mahasiswa Universitas Aisyah Pringsewu tentang

hubungan tingkat stress dengan siklus menstruasi.


5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi dan bahan acuan untuk melakukan penelitian

selanjutnya tentang hubungan hubungan tingkat stress dengan siklus

menstruasi metodologi penelitian yang berbeda.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, desain penelitian

analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Objek

penelitiannya adalah tingkat stress dan siklus menstruasi, dan subjek

penelitiannya adalah mahasiswi kebidanan semester ganjil di Universutas

Aisyah Pringsewu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Menstruasi

a. Pengertian

Menstruasi adalah proses keluarnya endometrium yang mengandung

banyak pembuluh darah dari rahim melalui vagina yang berlanjut hingga

menopause, saat seseorang berusia 40-50 tahun (Deviliawati 2020).

Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat

terlepasnya lapisanya lapisan endrometrium utrerus. Fungsi menstruasi

normal merupakan hasil intraksi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium

dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran

reproduksi normal, ovarium memainkan peran penting dalam proses ini

karena tampaknya tanggung jawab dalam peraturan perubahan-perubahan

siklik maupun lama siklus menstruasi. Lapisan Endometrium dipersiapkan

untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio

lapisan ini akan luruh. Pendarahan ini terjadi secara periodik, Jarak waktu

antara menstruasi dikenal dengan satu siklus menstruasi (Angrainy et al.,

2020).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi menstruasi

1) Faktor hormone
Hormon mempengaruhi siklus menstruasi. terutama hormon

estrogen dan progesteron, yang keduanya didaur ulang di ovarium

selama reproduksi. Hormon yang mempengaruhi timbulnya

menstruasi pada wanita yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH)

yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior berfungsi untuk

mengembangkan folikel. Fungsi estrogen yang dihasilkan ovarium

adalah untuk menebalkan dinding ovarium. hormon lutein (LH) yang

diproduksi oleh kelenjar hipofisis anterior dan progesteron yang

diproduksi oleh ovarium(Islamy dan Farida 2019).

2) Faktor enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endrometrium merusak sel

yang berperan dalam sintesis protein, yang menganggu metabolism

sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

3) Faktor prostaglandin

Peningkatan kadar prostaglandin berperan penting sebagai

penyebab terjadinya nyeri dismenorea. Terjadinya spasme

miometrium dipacu oleh zat dalam darah haid, yang mirip lemak

alamiah kemudian diketahuiebagai prostaglandin, kadar zat ini

meningkat pada keadaan nyeri haid yang ditemukan di dalam otot

uterus. Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan

serabut-serabut saraf terminal rangsang nyeri.(Gmbh 2016).

4) Factor vascular
Fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam

lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut

tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena, dan hubungan diantara

keduanya. Dengan regresi endometrium, timbul statis dalam vena-

vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri,

dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan

hematoma, baik dari arteri maupun vena (Yolandiani et al., 2020).

c. Fase-fase menstruasi

Siklus menstruasi diatur oleh 5 jenis hormon, di antaranya adalah

hormon estrogen, progesteron, FSH (folice stimulating hormone), GnRH

(gonadotropin relasing hormon), dan LH (luteinizing hormine). Menurut

(Fadella dan Jamaludin 2019) berdasarkan perubahan kondisi rahim dan

konsentrasi hormon, siklus mentruasi dibagi menjadi 4 fase di antaranya

adalah sebagai berikut:

1) Fase Menstruasi

Fase mesntruasi merupakan fase pertama dari siklus menstruasi.

Fase ini ditandai dengan peluruhan dinding rahim yang berisi banyak

pembuluh darah dan lendir dengan presentase 2/3 darah kotor dan 1/3

berupa lendir.

2) Fase folikular

Terjadi ketika hipotalamus di otak mengeluarkan hormon GnRH

yang berfungsi untuk mernagsang kelenjar hipofisis (pituitari) untuk

mengeluarkan hormon FSH. Setelah itu, hormon FSH akan


merangsang ovarium (indung telur)untuk membentuk folikel-folikel

yang berisi sel telur yang belum matang. Folikel tersebut akan

berkembang selama kurang lebih 16-20 hari. Folikel yang telah

matang akan mengeluarkan hormon estrogen yang kemudian

terjadilah penebalan pada dinding rahim.

3) Fase Ovulasi

Fase ovulasi terjadi ketika ovarium melepaskan sel telur yang telah

matang. Sel telur akan keluar dari ovarium pada saat kadar LH dalam

tubuh mencapai optimal. Sel telur yang telah keluar akan menuju

rahim untuk yang siap dibuahin oleh sel sperma. Apabila tidak

dibuahi, sel telur akan melebur dalam waktu 24 jam. Waktu ovulasi

biasanya berkisaran 13- 15 hari setelah masa menstruasi.

4) Fase Luteal

Fase ini terjadi ketika folikel yang telah mengeluarkan sel telur

matang berubah menjadi jaringan korpus luteum. Korpus luteum akan

mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi untuk

menjaga dinding rahim tetap dalam keadaan tebal. Sehingga, uterus

tetap kuat untuk menampung sel telur jika dibuahi. Jika terjadi

pembuahan, tubuh akan memproduksi hormon HCG (Hormon

Chorionic Gonadotropin) yang bertugas untuk mencegah terjadinya

peluruhan korpus luteum pada dinding rahim. Namun, apabila tidak

terjadi pembuahan, korpus luteum akan meluruh. Akibatnya, kadar

estrogen dan progesteron dalam tubuh mengalami penurunan.


Penurunan kedua kadar tersebut akan menyebabkan dinding uterus

mengalami peluruhan dan terjadilah menstruasi. Fase luteal biasanya

terjadi dalam kurun waktu 11- 17 hari dengan rata-rata 14 hari

lamanya. Maka masa menstruasi normal berkisar dalam kurun waktu

3-7 hari. Akan tetapi, siklus menstruasi antara satu dengan lainnya

berbeda. Siklus menstruasi dapat datang lebuh cepat atau lebih lambat.

Hal ini dipengaruhi oleh faktor umur, gaya hidup (lifestyle), hormon

dan pola makan.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus menstruasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan siklus

menstruasi pada mahasiswa menurut (Anggraeni et al., 2022).

1) Stress

Salah satu penyebab gangguan menstruasi pada wanita adalah

faktor stres, yang merupakan fenomena universal yang setiap orang

bisa mengalaminya yang berdampak pada fisik, sosial, emosi,

intelektual, dan spiritual Stres adalah tekanan yang terjadi akibat

ketidaksesuaian antara situasi yang diinginkan dengan harapan, di

mana terdapat kesenjangan antara tuntutan lingkungan dengan

kemampuan individu untuk memenuhinya yang dinilai potensial

membahayakan, mengancam, mengganggu, dan tidak terkendali atau

dengan bahasa lain stres adalah melebihi kemampuan individu untuk

melakukan koping. Stress dapat disebabkan oleh beberapa hal.


Lingkungan, kondisi fisik dan sosial merupakan penyebab dari kondisi

stres yang biasa disebut stressor. Ada 3 kategori stressor, Stres

diketahui sebagai faktor-faktor penyebab (etiologi) terjadinya

gangguan siklus menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah

perubahan siklus menstruasi selama reproduksi. Dalam pengaruhnya

terhadap siklus menstruasi stres melibatkan sistem hormonal sebagian

sistem yang berperan besar pada reproduksi wanita.

2) Status gizi

Mempengaruhi ketidakteraturan menstruasi dalam kaitannya

dengan kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Sebaliknya, pada remaja

yang kekurangan gizi, kadar GnRH yang disekresikan oleh LH dan

FSH turun, sehingga kadar estrogen turun, yang dapat memengaruhi

siklus menstruasi dan ovulasi. Saat anak muda diberi makan

berlebihan, kadar hormon estrogen meningkat sehingga sekresi GnRH

(gonadotropin-releasing hormone) terganggu dan menghambat sekresi

FSH (follicle-stimulating hormone). Ini menyebabkan pemanjangan

siklus menstruasi (oligomenore).

3) Durasi tidur

Ketidakteraturan siklus menstruasi, karena durasi tidur yang buruk

dapat menekan sintesis hormon melatonin yang mempengaruhi

produksi dan sintesis hormon estrogen. Hal ini dapat menyebabkan

gangguan menstruasi. Waktu tidur yang baik untuk anak muda adalah

7-9 jam sehari pada malam hari.


4) Aktivitas fisik

Mempengaruhi ketidakteraturan siklus menstruasi, dan aktivitas

fisik yang kuat dan intensitas rendah. Aktivitas fisik intensitas tinggi

memengaruhi hormon FSH dan LH. Ini menyebabkan gangguan

menstruasi. Di sisi lain, aktivitas fisik intensitas rendah dapat

memengaruhi simpanan energi oksidatif. Energi oksidatif ini

dibutuhkan dalam proses reproduksi. dapat menyebabkan gangguan

menstruasi.

e. Macam-macam gangguan menstruasi

Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat

digolongkan dalam:

1) Kelainan siklus menstruasi

a) Amenorrhea

Amenorrhea adalah tidak adanya haid selama tiga bulan atau

lebih. (Muhammad Arifin Ilham et al., 2022). Amenorrhea adalah

tidak adanya menstruasi. Keadaan tersebut normal terjadi pada

masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah

menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara

komplek hipotalamus-hipofiksi-aksis indung telur serta organ

reproduksi yang sehat menstruasi.

b) Polimenorea

Polimenorea adalah siklus menstruasi dengan jumlah rentang

hari kurang dari 21 hari dan atau volume darah sama atau lebih
banyak dari volume darahan menstruasi biasanya. Gangguan ini

mengindikasikan gangguan pada proses ovulasi, yaitu fase luteal

yang pendek. Polimenorea menyebabkan unovulasi pada wanita

karena sel telur tidak dapat matang sehingga pembuahan sulit

terjadi (Islamy dan Farida 2019).

c) Oligomenorrhea

Oligomenorea adalah siklus menstruasi dengan durasi lebih dari

35 hari. Volume perdarahan umumnya lebih sedikit dari volume

perdarahan menstruasi biasanya. Gangguan jenis ini berakibat

ketidaksuburan dalam jangka panjang karena sel telur jarang

diproduksi sehingga tidak terjadi pembuahan. Oligomenorea tidak

berbahaya pada wanita, namun dapat berpotensi sulit hamil karena

tidak terjadi ovulasi.

d) Kelainan jumlah darah dan durasi perdarahan haid.

Gangguan perdarahan dibagi menjadi tiga kategori yaitu

perdarahan berlebihan, perdarahan berkepanjangan dan perdarahan

berulang. Terminologi volume darah meliputi pola perdarahan

aktual, fungsi ovarium, dan kondisi patologis. Perdarahan uterus

abnormal (PUA) merupakan suatu kondisi yang menyebabkan

gangguan perdarahan menstruasi.

2. Stress

a. Pengertian
Stres adalah respon/reaksi tubuh terhadap ketegangan psikisosial

(tekanan mental/beban hidup). Saat ini, pergantian stres digunakan untuk

menggambarkan berbagai rangsangan luar biasa yang tidak

direkomendasikan dalam bentuk respons fisiologis, perilaku, dan

subyektif terhadap stresor dalam konteks yang menghubungkan individu

dan pertemuan dengan rangsangan stres, semuanya sebagai suatu sistem.

Stres mempengaruhi neuroendokrinologi siklus menstruasi sebagai

sistem yang berperan penting dalam reproduksi wanita (Angrainy et al.,

2020).

Stres merupakan faktor mempengaruhi siklus yang menstruasi, pada

keadaan stres yang disebabkan oleh stresor terjadi pengaktifan

mengakibatkan HPA aksis, hipotalamus mengekresikan (Corticotropic

Releasing Hormone) CRH CRH ini mempunyai pengaruh negatif yaitu

menghambat sekresi GnRH produksinya hipotalamus di

ketidakseimbangan dari nucleus CRH tempat arkuata, memiliki pengaruh

terhadap penekanan fungsi reproduksi wanita sewaktu stres. Sekresi CRH

akan merangsang pelepasan (Adenocorticotropin Hormon) ACTH oleh

hipofisis anterior yang selanjutnya ACT akan merangsang kelenjar

adrenal untuk menyekresikan kortisol. Kortisol berperan dalam

menghambat sekresi LH oleh pusat aktivitas otak dengan cara

menghambat respon hipofisis anterior terhadap GnRH (Deviliawati

2020).

b. Sumber stress.
Stres didefinisikan sebagai ketidakmampuan menghadapi ancaman

mental, fisik, emosional dan spiritual seseorang yang secara bersamaan

dapat mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Stres dapat dilihat dalam

dua cara: stres yang baik dan stres yang buruk (kecemasan). Ini disebut

stres yang baik stres positif sedangkan stres buruk disebut negatif. Stres

buruk terbagi menjadi dua bagian, yaitu stres akut dan stres kronis, stress

adalah reaksi/reaksi tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan

mental/beban hidup) (Anggraeni et al., 2022).

1) Stres fisik

Stresor fisik termasuk suhu (panas dan dingin), kebisingan,

populasi udara, keracunan, obat-obatan (bahan kimia).

2) Ketegangan sosial

3) Faktor stres psikologis

Frustrasi dan ketidakamanan tidak mencapai keinginan atau

tujuan karena ada hambatan. Seseorang sering ragu dan merasa

tidak pasti tentang masa depan atau pekerjaan. Serta kebingungan

dan depresi, rasa bersalah, kecemasan dan perasaan rendah diri.

c. Gejala stress

Secara umum stres dibagi menjadi dua gejala yaitu :

1) Gejala fisik

Beberapa bentuk gangguan fisik yang sering muncul pada

stres adalah nyen dada, diare selama beberapa hari, sakit kepala,

mual, jantung berdebar, lelah, sukar tidur dan lain-lain.


2) Gejala psikis

Bentuk gangguan psikis yang sering terlihat adalah cepat

marah,ingatan melemah, sulit kensentrasi, tidak mampu

menyelasaikan tugas,perilaku impulsive, reaksi berlebihan

terhadap hal sepele serta emosi yang tidak terkendali

(Priyoto, 2014).

d. Tahapan Stres

Gejala stres pada seseorang sering kali tidak disadari karena

perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan

bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi

kehidupannya sehari-hari (Priyoto, 2014).

Tahapan stress menurut Yosep (2011) sebagai berikut:

1) Stress tingkat I

Tahapan ini merupakan tingkat stress yang ringan, dan biasanya

disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

a) Semangat besar

b) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya

c) Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan

pekerjaan lebih dari biasanya.

2) Stress tingkat II

a) Merasa letih sewaktu bangun pagi

b) Merasa lelah sesudah makan siang


c) Merasa lelah menjelang sore

d) terkadang gangguan dalam system pencernaan, kadang-kadang

pula jantung berdebar-debari)

e) perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk).

f) perasaan tidak bisa mati

3) Stress tingkat III

a) Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke

belakang).

b) Otot-otot terasa lebih tegang

c) Perasaan tegang yang semakin meningkat

d) Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar

tidur

kembali, atau bangun terlalu pagi) e) Badan terasa oyong, rasa-rasa

niau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan).

4) Stress tingkat IV

a) Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit

b) Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit

c) Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan

social, dan kegiatan-kegiatan rutin lainya terasa berat.

d) Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali

terbangun dini hari.

e) Perasaan negativistik

f) Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam


g) perasaan takut yang tidak dapat di jelaskan, tidak mengerti

mengapa.

5) Stress tingkat V

a) Keletihan yang mendalam

b) Untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana saja terasa kurang mampu

c) Gangguan sistem percernaan lebih sering, sukar buang air besar

atau sebaliknya feses cair dan sering ke belakang.

d) Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panic

6) Stess tingkat VI

Gejala-gejala pada tahapan ini cukup mengerikan :

a) Debar jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan zat

adrenalin yang dikeluarkan, karena stress tersebut cukup tinggi

dalam peredaran darah

b) Nafas sesak, megap-megap

c) Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran

d) Tenaga untuk hal-hal ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan

atau collaps.

e. Dampak Stress

Dampak stress dibedakan dalam tiga kategori, yaitu

1) Dampak prilaku

Sering terjadi prilaku yang tidak dapat diterima masyarakat ,

ketidak mampuan mengigat informasi, mengambil keputusan.

2) Dampak psikologik
Keletihan emosi, jenuh, menurunya pribadi yang bersangkutan

seperti menurunya rasa kompeten dan rasa sukes.

3) Dampak fisiologi

Secara umum orang yang mengalami stress mengalami

sejumlah gangguan fisik seperti mudah masuk angina, pusing, kejang

otot, tertahannya menstruasi, kehilangan gairah seks, mengalami

kegemukan atau kurus yang tidak dapat dijelaskan serta dapat

menderita penyakityang lebih serius seperti kardiovaskuler dan

hipertensi.(Anjarsari dan Sari 2020).

f. Pengukuran stress

Dalam penelitian ini kuesioner DASS 42 digunakan untuk

mengukur stres yang didasarkan pada reaksi fisik, mental dan kimia

tubuh terhadap situasi yang menakutkan, membingungkan, berbahaya

dan mengkhawatirkan bagi responden. DASS, yang merupakan singkatan

dari Depression Anxiety Stress Scale, merupakan salah satu instrumen

yang digunakan untuk mengukur stres. Pengukuran DASS terdiri dari 14

kalimat.

Ada empat pilihan jawaban untuk setiap pernyataan, yaitu:

0: Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

1: Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.

2: Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau

lumayan sering.

3: Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.


Rentang skor stress antara 0-42

1. Stress jika skor ≥12

2. Tidak stress jika skor 0-14.

g. Hubungan antara stres dan gangguan menstruasi

Ketidaknormalan siklus menstruasi merupakan penyebab utama

infertilitas. Gangguan ovulasi menyebabkan 10-25% infertilitas wanita.

Gangguan makan yang parah, penurunan berat badan, dan aktivitas fisik

yang berat berhubungan dengan penurunan ovulasi. Obesitas juga

dikaitkan dengan episode anovulasi karena peningkatan tonik kadar

estrogen, sedangkan stres berat menyebabkan anovulasi dan menstruasi

(Purwoastuti dan Walyani, 2015). Dalam kondisi stres, amigdala sistem

limbik diaktifkan. Sistem ini merangsang hipotalamus untuk melepaskan

hormon yang disebut hormon kortikotropik (CRH). Hormon tersebut

secara langsung menghambat sekresi GnRH di nukleus arkuata

hipotalamus, dan proses ini terjadi dengan meningkatkan sekresi opioid

endogen. Peningkatan kadar CRH merangsang pelepasan hormon

endorfin dan kortikotropin ke dalam darah. Hormon-hormon tersebut

secara langsung menyebabkan penurunan kadar GnRH, dan stres dapat

menyebabkan siklus menstruasi (Handayani 2021)

Stres merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siklus

menstruasi, aksis HPA teraktivasi dalam keadaan stres yang disebabkan


oleh stressor. menyebabkan hipotalamus mengeluarkan CRH

(corticotropic releasing hormone). CRH ini memiliki efek negatif yang

menekan sekresi GnRH hipotalamus dari tempat produksinya di mukosa

lengkung, ketidakseimbangan CRH mempengaruhi fungsi reproduksi

wanita selama stres. Sekresi CRH ini merangsang pelepasan ACTH

(adenocorticotrophic hormone) di kelenjar hipofisis anterior, yang pada

gilirannya merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan kortisol.

Kortisol berperan dalam menekan sekresi LH dari pusat aksi otak dengan

cara menghambat respon hipofisis anterior terhadap GnRH.

3. Kehatan Reproduksi Remaja

a. Pengertian

Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak

dan masa dewasa dan relatif terbelakang dalam hal kematangan mental

dan sosial, sehingga mereka menghadapi tekanan emosional dan sosial

yang saling bertentangan. Banyaknya peristiwa kehidupan yang tidak

hanya menentukan kehidupan dewasa, tetapi juga kualitas hidup generasi

penerus, menjadikan masa ini sebagai masa kritis(Admin dan Sri Emilda

2021)

Kesehatan reproduksi adalah totalitas sejahtera fisik, mental, dan

sosial dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem dan fungsi serta

proses reproduksi, bukan hanya keadaan bebas dari penyakit dan

kecacatan (Rahayu, 2017).


Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak

dengan dewasa. Remaja pada tahap ini belum mencapai kematangan

mental dan sosial sehingga remaja harus menghadapi banyak tekanan

emosi dan sosial yang saling bertentangan (3) . Remaja akan mengalami

perubahan fisik yang cepat ketika remaja memasuki masa puber. Slah

satu dari perubahan fisik tersebut adalah kemampuan untuk melakukan

proses reproduksi. Tetapi banyak fenomena memperlihatkan sebagian

remaja belum mengetahui dan memahami tentang kesehatan reproduksi,

misalnya tentang menstruasi dan terjadinya kehamilan (Ernawati 2018).

b. Remaja dibagi menjadi tiga tahap

yaitu masa remaja awal (usia 10-13 tahun), masa remaja tengah

yaitu (usia 14-16 tahun) dan remaja akhir (usia 17-19 tahun) (Rohan &

Sayito, 2013). Masaremaja menurut Santrock (2003), yaitu usia 10-13

tahun dan berakhir saat menginjak usia 18-22 tahun.

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3 tahap

perkembangan remaja.

1) Remaja Awal 10-13 tahun ( early adolescence )

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran–heran akan

perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongandorongan

yang menyertai perubahan- perubahan itu. Mereka mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah

terangsang secara erotis. Dengan di pegang bahunya saja oleh lawan

jenis , ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebi–lebihan ini


ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego“

menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti

orang dewasa. Remaja awal bisa juga diartikan dengan remaja dini

atau remaja seawal mungkin. Sehingga setelah anak-anak memasuki

perkembangan menuju remaja.

2) Remaja madya ( middle adolescence )

Pada tahap ini emaja sangat membutuhkan kawan kawan. Ia

senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan

“narcistic” yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman

temantang punya sifat–sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia

berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu hars memilih

mana: peka atau tidak peduli, ramai–ramai atau sendiri, optimis atau

pedimid, idealis atau matrealistis dan sebagainya.

3) Remaja Akhir Taha

ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan di

tandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi fungsi intelek

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang

lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.


d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri

dengan orang lain.

e) Tumbuh “ dinding “ yang memisahkan diri pribadinya (private

self ) dan masyarakat umum ( the public ).

Anda mungkin juga menyukai