Anda di halaman 1dari 9

Pembahasan

4.3.1 Kriteria Respoden

HASIL BELUM KAKAKU SAYANG, SAYA TETAU BIKIN

KATA KATA (HASIL SEMESTER DENGAN UMUR, HASILNYA

SAMA CUMAN YANG UMU 21 TAHUN DGN 22 TAHUN

DISEMESTER 8 KARNA YANG LAIN BELUM ULANG TAHUN

MAKANYA TABAGI 2).

DIBAWAH INI TEORI!!

Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika

Serikat, rentang usia 11-21, terbagi menjadi 3 tahap yaitu remaja awal (11-

14); remaja menengah (15-17); dan remaja akhir (18-21). Pada periode ini

organ-organ reproduksi telah mulai berfungsi. Salah satu cirinya adalah

menstruasi pada remaja perempuan. Masalah haid tidak teratur pada usia

17-29 tahun serta 30-34 tahun cukup banyak yaitu sebesar 16,4%. Alasan

yang dikemukakan perempuan 10-59 tahun yang mempunyai siklus

menstruasi tidak teratur dikarenakan stres dan banyak pikiran sebesar 5,1%

(Kemenkes).

HASIL BERDASARKAN TEMPAT TINGGAL. YANG

DIBAWAH TEORI!!

Indekos merupakan kebutuhan utama bagi mahasiswa yang sedang

menempuh pendidikan di daerah lain dari luar kampung halaman.


Mahasiswa dengan tingkat ekonomi menengah kebawah, umunya

menggunakan indekos sebagai tempat tinggal (Rosadi & andriawan, 2016).

Kondisi kehidupan lingkungan indekos, yang tak hanya terdiri dari satu

hingga dua kamar, tentunya akan banyak ditemui berbagai macam karakter

dan tipe-tipe anak kos (mahasiswa), berbagai latar belakang karakter dan

budaya mahasiswa tentu akan berimplikasi pada munculnya berbagai

dampak sosial berupa perilaku menyimpang, dan masalah sosial yang lebih

luas. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya ansietas pada mahasiswa.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa mengalami

ansietas/kegelisaan diantaranya, faktor biologis, psikologis, dan sosial

(Stuart, 2013). Ansietas dapat meningkatkan neurotransmitter seperti

norepinefrin, serotonin, dan gama aminobuyric acid (GABA) sehingga

peningkatannya akan mengakibatkan terjadinya tiga gangguan meliputi,

gejala gangguan tingkah laku, antara lain aktivitas psikomotorik bertambah

atau berkurang, sikap menolak, berbicara kasar, sukar tidur, gerakan yang

aneh-aneh. Gejala gangguan mental, antara lain kurang konsentrasi, pikiran

meloncat -loncat, kehilangan kemampuan persepsi, kehilangan ingatan,

phobia, ilusi dan halusinasi. Gangguan fisiologis, antara lain perubahan

denyut jantung, suhu tubuh, pernafasan, mual, muntah, diare, sakit kepala,

berat badan menurun ekstrim, kelelahan yang luar biasa dan kehilangan

nafsu makan (Hawari, 2011).


Berkurangnya berat badan dan nafsu makan mengakibatkan siklus

menstruasi tidak teratur. Menurut Dya dan Adiningsih (2019), Gangguan

siklus menstruasi juga terjadi pada seseorang dengan status gizi kurang.

Status gizi dapat memberikan gambaran simpanan lemak tubuh seseorang.

Lemak tubuh yang kurang atau berlebihakan berpengaruh terhadap produksi

hormon esterogen yang berdampak pada siklus menstruasi.

Dya, M. N., & Adiningsih, S. 2019. Hubungan antara Status Gizi

dengan Siklus Menstruasi pada Siswi MAN 1 Lamongan. IAGIKMI.

Universitas Airlangga.

4.3.2 Siklus Menstruasi

HASIL SIKLUS MENSTRUASI DIBAWAH TEORI DENGAN

PENELITIAN SEBELUMNYA. YANG INI MASIH SIKLUS

MENSTRUASI BELUM HUBUNGAN KAKA.

Menurut World Health Organization (WHO) 2014) rata-rata lebih dari

75% perempuan mengalami gangguan menstruasi. Di swedia sekitar 72%,

di Amerika serikat menunjukan bahwa yang mengalami gangguan

menstruasi paling banyak terjadi yaitu sebanyak 94,9%, terjadi pada remaja

umur 12 sampai 17 tahun (Omdivar 2012). Di korea laporan

ketidakteraturan siklus menstruasi pada remaja sebesar 19,4% (Lim et al.,

2018).
Penelitian yang dilakukan di Turki oleh Cakir, (2015) juga menunjukan

bahwa gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar (89,5%), diikuti

ketidakteraturan siklus menstruasi (31,2%) dan panjangnya durasi

menstruasi (5,3%). Menurut Bieniasz et al dalam penelitiannya mengenai

gangguan menstruasi lainnya, mendapatkan prevalensi polimenorea sebesar

10,5%, oligomenorea sebesar 50%, amenorea primer sebesar 5,3%, dan

amenorea sekunder sebesar 18,4%. Di Indonesia berdasarkan data Riskesdas

tahun 2010 memperlihatkan persentase kejadian ketidakteraturan siklus

menstruasi pada usia 10-29 tahun sebesar 15,2% (Riskesdas, 2010).

Sedangkan data Riskesdas 2013 memperlihatkan persentase kejadian

ketidakteraturan siklus menstruasi pada usia 10 - 29 tahun sebesar 16,4%

(Riskesdas, 2013). Dari data ketidakteraturan siklus menstruasi dari tahun

2010 ke tahun 2013 terjadi kenaikan sebesar 1,2% dalam tiga tahun.

4.3.3 Tingkat Stres

HASIL TINGKAT STRES. DIBAWAH TEORI DENGAN

PENELITIAN SEBELUMNYA. YANG INI MASIH TINGKAT

STRES BELUM HUBUNGAN KAKA.

Menurut Govarest dan Gregoire, stres yang paling umum dialami oleh

mahasiswa ialah stres akademik, yaitu suatu kondisi atau keadaan individu

yang mengalami tekanan sebagai hasil persepsi dan penilaian mahasiswa

yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Hicks dan


Heastie juga menyatakan bahwa mahasiswa sangat rentan mengalami stres

akademik diakibatkan oleh tuntutan dari rutinitas belajar dalam dunia

perkuliahan, tuntutan untuk berpikir lebih tinggi dan kritis, kehidupan yang

mandiri, serta berperan serta dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Sriati

A. Tinjauan tentang stres. 2008. [cited 2016 Sept 6]. Available from: URL:

http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/TIN

JAUAN%20TENTANG%20STRES. pdf.

Para pakar menyatakan bahwa 70-75% dari seluruh penyakit

memiliki hubungan dengan stres. Schor menyatakan bahwa 30% orang

dewasa mengalami stres tingkat tinggi sedangkan menurut Susanti, 75%

dari wanita di Amerika setidaknya mengalami menstruasi ireguler akibat

stres. . Sriati A. Tinjauan tentang stres. 2008. [cited 2016 Sept 6]. Available

from: URL:

http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/TIN

JAUAN%20TENTANG%20STRES. pdf.

Telah dilakukan juga penelitian oleh Toduho et al.13 pada tahun

2014 mengenai hubungan antara stres psikologis dengan siklus menstruasi

pada siswi kelas 1 di SMA Negeri 3 Kepulauan Tidore, Maluku Utara. Hasil

yang didapatkan dari 68 responden membuktikan bahwa 100% mengalami

stres psikologis. Didapatkan 15 responden mengalami stres ringan (22,1%),

49 responden mengalami stres sedang (72,1%), dan 4 responden mengalami


stres berat (5,9%) dan dari 68 sampel didapatkan 42 responden (61,8%)

memiliki siklus menstruasi yang tidak normal. . Toduho S, Kundre R,

Malara R. Hubungan stres psikologis dengan siklus menstruasi pada siswi

kelas 1 di SMA Negeri 3 Kepulauan Tidore. Jurnal Keperawatan.

2014;2(2):1-7.

4,3,4 Aktivitas Fisik

HASIL AKTIVITAS FISIK DIBAWAH TEORI DENGAN

PENELITIAN SEBELUMNYA. YANG INI MASIH AKTIVITAS

FISIK BELUM HUBUNGAN KAKA.

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mengalami

gangguan siklus menstruasi mempunyai kecenderungan melakukan aktivitas

fisik dengan intensitas berat. Aktivitas fisik dengan intensitas berat yang

dilakukan mahasiswi semester tujuh dapat disebabkan oleh padatnya jadwal

kuliah dan banyaknya buku yang dibawa setiap harinya, selain itu

mahasiswi juga harus beraktivitas di luar kampus untuk mengurus

permasalahan terkait proses penyusunan skripsi, dan juga tetap melakukan

olahraga dalam kesehariannya. Aktivitas yang berat juga dapat disebabkan

oleh kegiatan extrakurikuler dan organisasi yang diikuti oleh mahasiswi,

yang membuat kegiatan mahasiswi semakin padat.

Menurut Daryanti, (2018) seseorang yang melakukan aktivitas fisik

berat berisiko mengalami kelelahan dan berdampak kurang baik bagi


kesehatan. Parti & Wulandari, (2018) juga menyebutkan bahwa aktivitas

fisik yang dilakukan secara berlebihan, maka akan berdampak buruk pada

kesehatan, diantaranya dapat menyebabkan masalah menstruasi. Masalah

menstruasi yang dialami bisa jadi masalah terkait siklus menstruasi, yang

membuat siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Hasil penelitian ini

didukung oleh Djawa, Hariyanto and Ardiyani, (2017) yang menemukan

adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan gangguan siklus menstruasi.

Hasil penelitian tersebut juga mengatakan terdapat perbedaan yang

bermakna antar kelompok aktivitas fisik intensitas rendah, kelompok

aktivitas fisik intensitas sedang dan kelompok aktivitas fisik intensitas tinggi

dimana pada ketiganya terdapat perbedaan yang berarti pada jumlah siswi

yang memiliki siklus menstruasi tidak teratur. Djawa, Hariyanto and

Ardiyani, (2017) menyebutkan bahwa intensitas aktivitas fisik merupakan

salah satu faktor penyebab ketidakteraturan siklus menstruasi

4.3.5 Status Gizi

HASIL STATUS GIZI. DIBAWAH TEORI DENGAN

PENELITIAN SEBELUMNYA. YANG INI MASIH STATUS GIZI

BELUM HUBUNGAN KAKA.

Keadaan status gizi remaja pada umumnya dipengaruhi oleh pola

konsumsi makan, kebanyakan dari mereka konsumsi zat gizinya rendah, hal

ini disebabkan oleh keterbatasan makanan atau membatasi sendiri


makanannya karena faktor ingin langsing (Karyadi 1995, dalam Waluya

2007). Hampir 50% remaja terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan.

Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini

kalau sarapan memang penting. Namun mereka yang sarapan secara teratur

hanya 60% (Daniel, 1997 dalam Arisman, 2004). Disisi lain kesenangan

untuk mengkonsumsi makanan-makanan siap saji (junk food) sudah

menjadi trend di kalangan remaja perkotaan. Yang menjadi masalah pada

restoran siap saji adalah jumlah menu yang terbatas dan makanannya relatif

mengandung kadar lemak dan garam yang tinggi. Remaja yang sering

mengkonsumsi makanan siap saji (junk food) akan sering mengalami

kelebihan berat badan (Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta 1, 2010).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan

Maret 2012 dengan menyebarkan kuesioner dan mengukur tinggi badan

serta berat badan pada remaja putri kelas X di SMA PGRI 4 Denpasar yang

berjumlah 15 orang, penulis menemukan bahwa sebanyak 9 orang (60%)

remaja putri yang mengalami menstruasi tidak teratur dan sebanyak 6 orang

(40%) mengalami menstruasi yang teratur. Sebanyak 10 orang (66,7%) yang

tergolong katagori status gizi kurang dengan nilai IMT ≤ 18,5. Sebanyak 4

orang (26,6%) yang tergolong katagori status gizi baik dengan nilai IMT

(>18,5-25), dan sebanyak 1 orang (6,7%) yang tergolong katagori status gizi

lebih dengan nilai IMT >25. Remaja putri dengan status gizi kurang yang
mengalami menstruasi teratur adalah sebanyak 3 orang (30%) dan yang

mengalami menstruasi tidak teratur sebanyak 7 orang (70%). Remaja putri

dengan status gizi baik yang mengalami menstruasi teratur adalah sebanyak

3 orang (75%) dan yang mengalami menstruasi tidak teratur sebanyak 1

orang (25%). Remaja putri dengan status gizi lebih yang mengalami

menstruasi tidak teratur adalah sebanyak 1 orang (100%) dan tidak ada yang

mengalami menstruasi teratur.

Anda mungkin juga menyukai