Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Visi Pembangunan Kesehatan menurut Depkes tahun 2007 adalah Indonesia
sehat 2010 yang menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup
dalam lingkungan yang sehat. Berperilaku hidup sehat dan bersih, serta mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata sehingga
memiliki derajat Kesehatan yang setinggi-tingginya. (Depkes, 2007)

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera baik fisik, mental dan
sosial secara utuh, yang tidak hanya bebas dari penyakit/ kecacatan, dalam semua
hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Depkes
RI, 2001). Dalam konferensi kependudukan di Kairo pada tahun 1994, definisi
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat yang menyeluruh, meliputi aspek
fisik, mental dan sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit atau gangguan di
segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsi maupun sistim
reproduksi tersebut (WHO, 1998 dalam Saadah 1999).

Di dalam pendekatan siklus hidup kesehatan reproduksi dengan
memperhatikan hak reproduksi perorangan, wanita mempunyai kebutuhan khusus
dibandingkan laki-laki, karena wanita dikodratkan untuk haid, hamil, melahirkan,
menyusui dan mengalami menopause, sehingga memerlukan pemeliharaan
kesehatan yang lebih intensif selama hidupnya. Fungsi reproduksi manusia dimulai
sejak masa pubertas 10-24 tahun (WHO), pada laki-laki dimulai sejak mimpi basah,
dan pada perempuan dimulai sejak masa remaja pada saat mendapat haid/
menstruasi yang pertama kali yang disebut menarche (Depkes RI, 2001).
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.
Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan sosial.
Pada saat ini ada transisi demografi penduduk menurut umur. Sebelumnya


2

penduduk yang terbesar adalah anak-anak, sehingga dalam masa transisi ini
proporsi usia remaja semakin besar. Terdapat 36.600.000 (21% dari total
penduduk) remaja di Indonesia dan diperkirakan jumlahnya mencapai 43.650.000
pada awal abad ke-21. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada
umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) usia remaja dimulai sejak
usia 12-24 tahun. Remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa
peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami
perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan
keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relatif mandiri (Notoatmodjo,
2007).

Pada saat ini populasi remaja merupakan salah satu populasi yang paling
banyak di dunia. Perhatian terhadap masalah remaja Indonesia berhubungan dengan
fakta bahwa perempuan dan laki-laki muda merupakan bagian penduduk yang
berkembang, 1 dari 5 orang Indonesia tergolong dalam kelompok usia 15-24 tahun
(BPS, 2006). Data demografi menunjukkan bahwa remaja (10-19 tahun) merupakan
populasi terbanyak dari penduduk dunia, yaitu mencapai 1 milyar dan di Indonesia
mencapai 42 juta jiwa atau lebih dari 20% dari total jumlah penduduk (Walangitan,
2010).

Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga
menopause (sekitar usia 45-55 tahun). Normalnya menstruasi berlangsung 3-7 hari.
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi
secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Pada manusia, hal itu
biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause (Ahmad, 2007).

Gangguan ginekologi pada masa remaja yang sering terjadi adalah gangguan
yang berhubungan dengan siklus menstruasi, perdarahan uterus disfungsi, yang
termasuk di dalamnya adalah dismenore, pre menstrual syndrome, dan hirsutisme.
Gangguan yang paling sering terjadi adalah Dismenore (Edmonds, 2007).


3

Dismenore adalah salah satu dari keluhan utama ginekologis yang
menyebabkan pasien datang ke dokter (J amieson & Steege, 1996).

Dismenore
merupakan nyeri pada saat haid yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu
penyakit (Ali, 2003). Dismenore atau nyeri yang dirasakan pada saat haid
merupakan gangguan ginekologi yang sekarang ini sering terjadi di kalangan
wanita yang menginjak masa remaja. Sekitar 30-75% wanita mengalami dismenore.
Secara umum didapatkan terjadi lebih dari 50% wanita. Sekitar 10% wanita yang
mengalami dismenore sering mengakibatkan tidak masuknya wanita tersebut
selama 1-3 hari dari sekolah maupun pekerjaan mereka (Sylvia & Lorraine, 2006).
Dismenore ini terjadi pada 30-75% wanita dan cenderung memerlukan pengobatan
(J unizar, dkk, 2005).
Menurut data analisis dari The National Health Examination Survey terdapat
20-90% prevalensi wanita yang mengeluh terjadinya dismenore, 15% diantaranya
sudah sampai mengakibatkan dismenore berat dan terjadi pada wanita usia 12-17
tahun. Menurut Klein dan Litt didapatkan 59,7% dari 2699 wanita dilaporkan
mengalami dismenore yang 14% diantaranya menyebabkan gangguan aktivitas
seperti tidak masuk sekolah karena nyeri tersebut. Hasil survei sekolah khusus
wanita yang berusia rata-rata 15,51,1 tahun, kejadian dismenore ringan ada 32%,
dismenore sedang 15%, dan dismenore berat 6% (Ali, 2003). Kejadian dismenore
tersebut memberikan dampak yang buruk pada kehidupan pribadi mereka karena
mengakibatkan keterbatasan untuk bersosialisasi serta performa akademik juga
terganggu (Klein1998 dan Banikarim et al 2000).
Di Amerika Serikat, dismenore dialami oleh 30-50% wanita usia reproduksi.
Sekitar 10-15% diantaranya terpaksa kehilangan kesempatan kerja, sekolah dan
kehidupan keluarga. Di Swedia ditemukan angka kejadian dismenore pada wanita
berumur 19 tahun sebanyak 72,42% (Baziad, 2003).

Di Malaysia studi dari
mahasiswa di beberapa universitas menunjukan bahwa prevalensi dismenore
terdapat 58% dan 40% di antaranya terjadi setahun pertama setelah haid pertama
kali atau menarche. Dari keseluruhan kejadian dismenore sering terjadi pada masa
remaja akhir yaitu berkisar antara usia 17-20 tahun dimana merupakan usia sekolah


4

ataupun mahasiswa (Liliwati, Verna & Khairani, 2007).

Angka kejadian pasti
dismenore di Indonesia belum ada secara pasti. Sebenarnya angka kejadiannya
cukup tinggi, namun yang datang berobat ke dokter sangatlah sedikit, yaitu 1-2%
saja (Ali, 2003 & Gunawan, 2002).

Berdasarkan uraian tersebut penulis ingin mengkaji tentang beberapa faktor
yang berhubungan dengan kejadian dismenore pada mahasiswa FK UPN Veteran
J akarta, sehingga dengan pengkajian yang akan dibahas ini para mahasiswa
khususnya mahasiswa tingkat akhir yang masuk kedalam usia remaja menurut
WHO (12-24 tahun) dapat lebih sadar ketika mengalami dismenore dan mengetahui
bagaimana cara mengatasi dismenore tersebut sehingga tidak mengganggu
aktivitasnya.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan terjadinya dismenore pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran UPN Veteran J akarta
I.3. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan masalah tersebut penelitian ini bertujuan:
1. Tujuan umum
Mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
terjadinya dismenore pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN
Veteran J akarta
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui gambaran kebiasaan olahraga, tingkat kecemasan, dan
Indeks Massa Tubuh mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN Veteran
J akarta


5

b. Mengetahui hubungan antara kebiasaan olahraga, tinkgat kecemasan,
dan Indeks Massa Tubuh dengan kejadian dismenore pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran UPN Veteran J akarta

I.4. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu:
A. Teoritis :
Membuktikan teori tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan kejadian dismenore serta bagaimana cara mengatasi dismenore tersebut
B. Praktis :
1. Bagi mahasiswa FK UPN Veteran J akarta
Sebagai bahan informasi mengenai gambaran tentang dismenore yang
dapat terjadi saat menstruasi dan mengetahui cara untuk mengatasi
dismenore tersebut
2. Bagi institusi kesehatan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menentukan tindakan
preventif dengan memberikan penyuluhan kepada para remaja yang baru
atau telah haid tentang terjadinya dismenore, serta memberikan gambaran
dan informasi tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang faktor apa
saja yang berhubungan dengan kejadian dismenore
3. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan masukan dan informasi tambahan tentang faktor yang
berhubungan dengan terjadinya Dismenore
4. Bagi peneliti
Aplikasi teori yang didapat selama kuliah di Fakultas Kedokteran UPN
Veteran J akarta dan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian

Anda mungkin juga menyukai