Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHUULUAN

1.1. Latar Belakang

Dilihat dari siklus kehidupan, masa remaja merupakan masa yang

paling sulit untuk dilalui oleh individu. Masa ini bisa dikatakan sebagai masa

yang paling kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap berikutnya.

Perubahan yang mencolok terjadi ketika anak perempuan dan laki-laki

memasuki usia remaja. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fisik

maupun perubahan psikologis, yang merupakan sebuah ciri dari anakanak

menuju pada kedewasaan. Remaja adalah individu baik perempuan maupun

laki-laki yang berada pada masa/ usia antara anak-anak dan dewasa. Masa

remaja merupakan masa penghubung antara masa anak-anak dengan dewasa.

(Lukman, 2014).

Setiap remaja akan mengalami pubertas. Pubertas merupakan masa

awal pematangan seksual, yakni suatu periode dimana seorang anak

mengalami perubahan fisik, hormonal, dan seksual serta mampu mengadakan

proses reproduksi. Pada awal masa pubertas, kadar hormon LH (luteinizing

hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone) akan meningkat, sehingga

merangsang pembentukan hormon seksual. Pada remaja putri, peningkatan

kadar hormon tersebut menyebabkan pematangan payudara, ovarium, rahim,

dan vagina serta dimulainya siklus menstruasi. Di samping itu juga

timbulnya ciri-ciri seksual sekunder, misalnya tumbuhnya rambut kemaluan

dan rambut ketiak. Pubertas pada remaja putri umumnya terjadi pada usia 9-

16 tahun (Nita, 2013).

1
2

Menstruasi adalah tanda bahwa siklus masa subur telah dimulai.Pada

masa ini tingkat kesuburan seorang wanita mencapai puncaknya dan secara

seksualitas sudah siap untuk memiliki keturunan. Menstruasi terjadi saat

lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk yang dikenal

dengan istilah darah menstruasi. Menstruasi pada masa ini paling teratur dan

siklus pada alat reproduksi yang dipengaruhi hormon cukup baik untuk

kehamilan.Dalam keadaan normal, masa reproduksi dimulai ketika sudah

terjadi pengeluaran sel telur yang matang (ovulasi) pada siklus menstruasi

(Proverawati dan misaroh, 2009). Menstruasi atau haid atau datang bulan

adalah perubahan fisiologis dalam wanita yang terjadi secara berkala dan

dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal

reproduksi, biasanya terjadi setiap bulan antara remaja sampai menopause.

(Joseph dan Nugroho, 2010)

Namun ada kalanya terdapat kelainan atau gangguan yang ada

hubungan dengan menstruasi diantaranya premenstrual tension (ketegangan

sebelum haid), mastodinia, mittelschmerz (rasa nyeri saat ovulasi) dan

dismenore (rasa nyeri saat menstruasi) (Manuaba, 2002)

Dismenorea dalam bahasa Indonesia adalah nyeri haid, sifat dan

derajat rasa nyeri ini bervariasi. Mulai dari yang ringan sampai yang berat.

Keadaan yang hebat dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga

memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara

hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Hampir semua

wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat menstruasi.

mengatasi dismenore dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan non


3

farmakologi. Terapi farmakologi antara lain, pemberian obat analgetik, terapi

hormonal, obat nonsteroid prostaglandin, dan dilatasi kanalis servikalis

(Prawirohardjo, 2008). Terapi non farmakologi antara lain, kompres hangat,

olahraga, terapi mozart, dan relaksasi. Latihan olahraga mampu

meningkatkan produksi endorphin (pembunuh rasa sakit alami tubuh), dapat

meningkatkan kadar serotonin.

Berdasarkan data WHO dari berbagai negara, angka kejadian

dismenore di dunia cukup tinggi. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di

setiap negara mengalami dismenore. DiAmerika angka prosentasenya sekitar

60% dan 10-15% dan di Swedia sekitar 72%. Diperkirakan sekitar 50% dari

seluruh wanita di dunia menderita akibat dismenore dalam sebuah siklus

menstruasi. Angka kejadian dismenore primer di Indonesia adalah sekitar

54,89%, sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder.

Dismenore juga menyebabkan 14% remaja sering tidak masuk sekolah

Penelitian di Jawa Timur tahun 2011 menemukan bahwa 83,5% Remaja

mengalami dismenore. Pada penelitian yang sama di Sidoarjo tahun 2011

didapatkan angka kejadian dismenore pada siswi SMP Negeri 3 sidoarjo

adalah 58,2% dan SMP negeri 28 Surabaya adalah 66,3%.

Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan di di Rw 03, Desa

Kletek, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo pada 3 - 5 Maret 2018.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala RT didapatkan data jumlah

remaja di daerah RT 21 sebanyak 64 orang. Setelah dilakukan wawancara

langsung dengan 15 orang Remaja, diperoleh informasi 10 orang Remaja

mengatakan mengalami dismenore (nyeri haid) pada saat menstruasi, mereka


4

cenderung mengonsumsi obat-obatan nyeri haid dan mengurangi aktifitas

rutin dan lebih suka tidur. Dan 2 lainnya juga mengatakan mengalami nyeri

yang sangat hebat pada saat haid sehingga tidak bisa masuk sekolah,

sedangkan 3 diantaranya mengatakan nyeri pada saat haid dan bisa

mengatasinya dengan cara mengkonsumsi air putih yang banyak dan

menyibukan diri,agar lupa dengan rasa nyeri yang ia alami.

Dismenorea dapat menyebabkan seseorang menjadi lemas tidak

bertenaga, sehingga berdampak negatif pada kegiatannya sehari-hari dan

secara psikologi akan sangat mengganggu, bahkan menjadi salah satu alasan

tersering wanita tidak melakukan aktifitas (sekolah, kerja, dan lain-lain).

Dismenorea cenderung terjadi lebih sering dan lebih hebat, pada gadis

remaja yang mengalami kegelisahan, ketegangan dan kecemasan Rasa nyeri

dismenorea memberikan dampak negatif pada kualitas hidup penderita serta

status ekonomi diri sendiri penderita dan keluarganya, terganggu aktivitas

sehari-hari, ketinggalan mata pelajaran atau kuliah, endometrosis, gangguan

psikologis. Sebagai Remaja tindakan yang dilakukan pada saat mengalami

gangguan dismenore lebih banyak mengambil posisi tubuh dalam keadaan

jongkok sambil meremas-remas bagian perut dengan maksud menahan rasa

nyeri.

Cara penanganan dismenorea perlu dijelaskan kepada remaja putri

yang mengalami dismenorea dan hendaknya diadakan penjelasan mengenai

cara hidup sehat, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan. Kemungkinan salah

informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu
5

dibicarakan. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan

kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaannya.

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan

pengetahuannya. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu dapat menyebabkan

perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan yang kurang

dikarenakan beberapa hal, yaitu penyampaian informasi yang kurang tepat

atau kurang lengkap, sumber informasi yang salah, dan penyampaian

informasi yang berlebihan sehingga menimbulkan sikap diskriminan dikalangan

remaja tentang menstruasi (Sarwono, 2006).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “what“, misalnya apa air, apa manusia, apa

alam dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2012).Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior).

Kesiapan sebagai pola perilaku tendensi atau kesiapan antisipasif, dan

presdiposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara

sederhana,kesiapan adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah

terkondisikan (Azwar,2007).

Oleh karena itu, penulis menilai bahwa sebagai akibat minimnya

pengetahuan Remaja mengenai menstruasi dan dismenore, Remaja tidak


6

memiliki banyak pilihan dalam mengatasi masalah tersebut, terkecuali hanya

mengkonsumsi obat - obatan, mengambil posisi tubuh dalam kondisi jongkok

sambil meremas-remas bagian perut,dan istirahat yang cukup.

Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk mrngambil Penelitian

tentang Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Menstruasi Dengan Kesiapaan Menghadapi Disminore.

Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan

Aantara Tingkat Pengetahuan Dengan Kesiapan Menghadapi Disminorea, Di

Rw 03 RT 21 Desa Kletek.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan menstruasi dengan

kesiapan menghadapi Disminore pada Remaja Putri di Rw 03 RT 21 Desa

Kletek

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan menstruasi dengan

kesiapan menghadapi Disminore pada Remaja Putri Di RT 21 .

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan Remaja Putri di RT 21 tentang

menstruasi

2. Mengidentifikasi tingkat kesiapan dalam mengahadapi Disminore Pada

Remaja Putri di RT 21 Desa Kletek

3. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan


7

kesiapan menghadapi disminore di RT 21 Desa Kletek

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktisi

Bagi tenaga kesehatan menambah wawasan tentang Hubungan dalam

meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang menstruasi dengan

perilaku menghadapi disminore.

1.4.2. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan bahan refrensi dalam penelitian tentang Meningkatkan

Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menstruasi dengan Perilaku

Menghadapi Disminore.

Anda mungkin juga menyukai