Anda di halaman 1dari 5

MOHON KONSUL

KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK REMAJA PUTRI SAAT MENSTRUASI DAN PERAWATAN


DYSMINOREA PRIMER PADA MASA PANDEMI DI SMPN 2 BAMBANGLIPURO

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Kebidanan

NAMA : MONITA DHEA ASTUTI


NIM : P0724118038

PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN 2020
Masalah yang diteliti :
Perubahan fisik yang paling mendasar pada masa puber bagi seorang remaja
perempuan salah satunya adalah menstruasi, dimana terjadi peluruhan dinding rahim
dan juga sel telur karena tidak terjadinya pembuahan oleh sel sperma. Seorang remaja
perempuan perlu mengetahui siklus menstruasi mereka karena perubahan pada siklus
menstruasi bisa menjadi pertanda awal dari penyakit pada organ reproduksi wanita.

Masalah atau gangguan menstruasi yang perlu diketahui dan sering menjadi
keluhan salah satunya adalah dysmenorrhea (rasa sakit saat menstruasi). Dismenore
biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche atau pertama kali menstruasi.
Dismenore ada yang ringan dan ada yang samar – samar, ada pula yang berat bahkan
beberapa wanita telah pingsan dan ada yang harus ke dokter karena nyeri yang
dialaminya mengganggu aktivitasnya. Ternyata hampir 30 % wanita yang
mengeluhkan dismenore adalah anak gadis dari ibu yang dulunya dismenore, serta
sebanyak 7% saudara wanita yang mengalami dismenore juga mengeluhkan hal yang
sama, meskipun ibu mereka dulunya tidak mengeluhkan dismenore.

Angka kejadian nyeri haid atau dismenore di dunia sangat besar. Rata-rata
lebih dari 50% perempuan dari setiap negara mengalami nyeri haid. Prevalensi
kejadian dismenore di Amerika sekitar 60%, sedangkan di Swedia sekitar 70%
(Mulastin, 2013). Prevalensi dismenore di Indonesia tidak memiliki angka yang pasti.
Namun begitu, diperkirakan prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 55% dari
jumlah perempuan usia produktif yang ada (Mulastin, 2013).Menurut Kurniawati et.al
(2011) melaporkan bahwa 52% pelajar di Yogyakarta tidak dapat melakukan
aktivitasnya dengan maksimal selama menstruasi. Terdapat beberapa faktor penyebab
terjadinya dismenore. Faktor hormonal yang menyebabkan dismenore terjadi karena
peningkatan kadar prostaglandin dalam tubuh saat menstruasi sehingga
mengakibatkan adanya kontraksi pada miometrium. Menurut penelitian Sophia (2013)
menemukan prevalensi kejadian dismenore pada remaja putri sebesar 81,3%, Begitu
pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Sirait dkk (2014), dari 85,9% siswi SMA
yang mengalami dismenore, 79,1% diantaranya merupakan dismenoreringan.
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya dismenore. Faktor hormonal yang
menyebabkan dismenore terjadi karena peningkatan kadar prostaglandin dalam tubuh
saat menstruasi sehingga mengakibatkan adanya kontraksi pada miometrium.
Penelitian oleh Abdul(2016) terdapat 36,4% remaja putri memiliki tingkat aktivitas
sedang. Terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadiandismenore.

Beberapa hal yang dilakukan beberapa wanita untuk mengatasi sakit saat
menstruasi adalah kompres dengan botol hangat, mandi air hangat minum minuman
hangat yang mengandung kalsium tinggi, menggosok-gosokan perut/pinggang yang
sakit, sambil posisi menungging sehingga rahim tergantung kebawah dan tarik nafas
dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi (Misaroh, 2009 dalam Purba, Rompas, &
Karundeng, 2014). Tetapi ada juga beberapa orang yang mengatasinya dengan tidur,
bahkan ada yang hanya dibiarkan saja.
VARIABEL:
Variabel dependen: Pengetahuan kesehatan reproduksi dan, Gaya Hidup
Variabel independen: perawatan dysminore primer
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa transisi atau disebut juga masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Dimasa ini banyak
terjadi perubahan pada diri remaja, baik dari aspek fisik, psikologis, sosial,
intelektal maupun termasuk didalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi
(organ seksual) untuk mencapai kematangan yang ditunjukan dengan
kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada
pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda seks primer maupun seks
sekunder.
Pengetahuan dini akan fungsi reproduksi sangat penting bagi remaja,
karena dasar pengetahuan fungsi reproduksi akan menentukan kehidupan
remaja saat dewasa nantinya. Menurut World Health Orgnization (WHO),
remaja adalah seorang individu dengan rentang usia 10-19 tahun. Di dunia
terdapat sekitar 1,2 milyar remaja atau sekitar 18% dari total jumlah penduduk.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 25 tahun 2014, remaja adalah
seorang individu dengan rentang usia 10-18 tahun, sedangkan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia untuk remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah.Menstruasi akan berhenti dengan
sendirinya pada saat wanita sudah berusia 40-50 tahun, yang dikenal dengan
istilah menopause.
Setiap wanita dalam menghadapi proses menstruasi memiliki
pengalaman yang berbeda-beda, ada yang tanpa keluhan, ada pula yang
mengalami keluhan yang membuat wanita tersebut menjadi tidak nyaman,
salah satunya adalah keluhan nyeri menstruasi atau dismenore.Uterus atau
rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan relaksasi. Pada umumnya,
kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering
menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa nyeri
yang disebut dismenore (Sukarni, I.K., & P, 2013). Dismenore biasanya baru
timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche atau pertama kali menstruasi.
Dismenore ada yang ringan dan ada yang samar – samar, ada pula yang berat
bahkan beberapa wanita telah pingsan dan ada yang harus ke dokter karena
nyeri yang dialaminya mengganggu aktivitasnya. Ternyata hampir 30 % wanita
yang mengeluhkan dismenore adalah anak gadis dari ibu yang dulunya
dismenore, serta sebanyak 7% saudara wanita yang mengalami dismenore
juga mengeluhkan hal yang sama, meskipun ibu mereka dulunya tidak
mengeluhkan dismenore.
Prevalensi dismenore di Indonesia tidak memiliki angka yang pasti.
Namun begitu, diperkirakan prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 55%
dari jumlah perempuan usia produktif yang ada (Mulastin, 2013).Menurut
Kurniawati et.al (2011) melaporkan bahwa 52% pelajar di Yogyakarta tidak
dapat melakukan aktivitasnya dengan maksimal selama menstruasi. Terdapat
beberapa faktor penyebab terjadinya dismenore. Faktor hormonal yang
menyebabkan dismenore terjadi karena peningkatan kadar prostaglandin dalam
tubuh saat menstruasi sehingga mengakibatkan adanya kontraksi pada
miometrium. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan dismenore adalah usia
menarche yang terlalu dini atau terlambat, siklus menstruasi, lama menstruasi,
Indeks Massa Tubuh (IMT), aktivitas fisik, stres dan daerah tempattinggal.
Beberapa hal yang dilakukan beberapa wanita untuk mengatasi sakit
saat menstruasi adalah kompres dengan botol hangat, mandi air hangat minum
minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi, menggosok-gosokan
perut/pinggang yang sakit, sambil posisi menungging sehingga rahim
tergantung kebawah dan tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk
relaksasi (Misaroh, 2009 dalam Purba, Rompas, & Karundeng, 2014). Tetapi
ada juga beberapa orang yang mengatasinya dengan tidur, bahkan ada yang
hanya dibiarkan saja.
berdasarkan hasil studi pendahuluan membuat peneliti tertarik untuk
mengetahui deskripsi karakteristik remaja putri pada siklus menstruasi dan
perawatan desminore di SMPN 2 Bambanglipuro Bantul.

Anda mungkin juga menyukai