Anda di halaman 1dari 3

HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS

( DOSEN TAMU ) Tatalaksana Hipoglikemia pada Neonatus


Definisi Hipoglikemia Pada Neonatus • Pencegahan  paling penting
• Kadar glukosa <40-45 mg/dl • Tatalaksana
• Sering gejala tidak jelas/asimptomatik  kasus Asimptomatik
• Diagnosis dini dan pengobatan yang  kasus Simptomatik
tepat dapat mencegah konsekuensi yang
serius  hipoglikemia refraktori

Penyebab dan Mekanisme Hipoglikemia  hipoglikemia persisten

1. Berkurangnya persediaan dan Pencegahan Hipoglikeima


menurunnya produksi glukosa 1. Menghindari faktor risiko yang dapat
Neonatus yang mempunyai risiko untuk dicegah (misalnya hipotermia).
keadaan ini: 2. Pemberian asupan enteral merupakan
tindakan preventif paling penting
 PJT atau KMK 3. Jika bayi tidak mungkin menyusui,
 Bayi prematur atau lebih bulan. mulailah pemberian minum dengan
 Neonatus yang mengalami menggunakan sonde dalam waktu 1-3
penundaan pemberian asupan jam setelah lahir.
 Neonatus yang menderita 4. Neonatus yang berisiko tinggi harus
asfiksia perinatal dipantau nilai glukosanya sampai
 Neonatus dengan hipotermia asupannya penuh dan tiga kali
dan atau stres dingin pengukuran normal sebelum pemberian
minum berada diatas 45 mg/dl
2. Peningkatan pemakaian glukosa
(hiperinsulinisme) Tatalaksana Hipoglikemia

Neonatus yang berisiko untuk keadaan • Asimptomatik


ini:  < 45 mg/dL : ASI/SF scr po/menyusu
 IDM –IBK (besar masa  < 25 mg/dL : bolus D10% 2
kehamilan) mL/kgBB
 Neonatus dengan polisitemia
 Neonatus yang menderita • Simptomatik
eritroblastosis fetalis  segera bolus D10% 2 mL/kgBB
(isoimunisasi RH-berat)
 Neonatus dengan sindroma  lanjutkan dgn GIR 6-8
Beckwith-Wiedemann mg/kgBB/menit
 Neonatus dengan
• Hipoglikemia refraktori atau
nesidioblastosis atau adenoma
persisten
pankreatik
 Malposisi kateter UA  segera RUJUK
Faktor Risiko Hipoglikemia pada Neonatus
1. Bayi dari ibu dengan diabetes (IDM)
2. Neonatus yang besar untuk masa
kehamilan (BMK)
3. Neonatus yang kecil untuk masa
kehamilan (KMK)
4. Bayi prematur dan lebih bulan
5. Neonatus sakit atau stres (sindrom
gawat napas, hipotermia).
6. Neonatus puasa Tanda Klinis
Hipoglikemia pada Neonatus
1. Kasus bisa menunjukkan gejala ataupun Infus Glukosa Pada Neonatus
tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu Kecepatan Infus Glukosa (GIR) dihitung
diterapkan dan selalu antisipasi menurut formula berikut :
hipoglikemia pada neonatus dengan
faktor risiko. GIR ( mg/kg/min ) = Kcptan cariran ( cc/iam) x
2. Sianosis Konsentrasi Dextose %
3. Kejang atau tremor atau jitteriness
4. Letargi dan sulit menyusui 6x berat ( kg )
5. Asupan yang buruk
Penderita atau pasien gawat darurat pasien
yang perlu pertolongan tepat, cermat, dan cepat
untuk mencegah kematian/kecacatan.
Tatalaksana Hipoglikemia Neonatus Ukuran keberhasilan dari pertolongan ini adalah
Perawatan Hipoglikemia waktu tanggap (respon time) dari penolong.
tindakan pertolongan harus dilakukan secara
Dilakukan evaluasi kadar gula darah secara sistematis dengan menempatkan prioritas pada
periodic atau serial.Ketika pemberian minum fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu :
telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan
glukosa sudah normal maka infus dapat • A (Air Way) 
diturunkan secara bertahap. membersihkan jalan nafas dan menjamin
nafas bebas hambatan
Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24-48
jam atau lebih untuk menghindari hipoglikemia • B (Breathing)
berulang. menjamin ventilasi lancar

Termoregulasi untuk mencegah hipotermia • C


(Circulationmelakukan pemantauan
peredaran darah

KONSEP DASAR Cara mencegah kegawatdaruratan


KEGAWATDARURATAN MATERNAL
DAN NEONATAL ( MUNICA RITA H ) • Melakukan perencanaan
yang baik
Definisi kegawatdaruratan maternal neonatal • Mengikuti panduan
yang baik
Kegawatdaruratan
• Melakukan pemantauan
1. kejadian yang tidak diduga atau terjadi yang terus menerus terhadap ibu/klien.
secara tiba-tiba, seringkali merupakan
Cara merespon kegawatdaruratan
kejadian yang berbahaya (Dorlan, 2011)
2. situasi serius dan kadang kala berbahaya 1. Anggota tim seharusnya mengetahui peran
yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak mereka dan bagaimana tim seharusnya
terduga dan membutuhkan tindakan segera berfungsi untuk berespon terhadap
guna menyelamatkan jiwa/nyawa kegawatdaruratan secara paling efektif.
(Campbell, 2000) 2. Anggota tim seharusnya mengetahui situasi
klinik dan diagnose medis, juga tindakan
Kegawatdaruratan obstetri
yang harus dilakukannya.
Kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang 3. Anggota tim harus memahami obat-obatan
terjadi dalam kehamilan atau selama dan dan penggunaannya, juga cara pemberian dan
sesudah persalinan dan kelahiran. (Chamberlain, efek samping obat tersebut.
Geoffrey, & Phillip Steer, 1999). 4. Anggota tim seharusnya mengetahui
peralatan emergensi dan dapat menjalankan
Kasus gawat darurat obstetri atau memfungsikannya dengan baik.
kasus obstetri yang apabila tidak segera Penatalaksanaan awal terhadap kasus
ditangani akan berakibat kematian ibu dan kegawatdaruratan kebidanan
janinnya ->menjadi penyebab utama kematian
ibu janin dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2002). 1.Bidan seharusnya tetap tenang, jangan panik,
jangan membiarkan ibu sendirian tanpa
Kegawatdaruratan Maternal penjaga/penunggu.
Situasi yang membutuhkan evaluasi dan 2.Bila tidak ada petugas lain, berteriaklah untuk
manajemen yang tepat pada kondisi patologis meminta bantuan.
yang terjadi setiap saat selama proses 3.Jika ibu tidak sadar, lakukan pengkajian jalan
kehamilan, persalinan dan masa nifas yang nafas, pernafasan dan sirkulasi dengan cepat.
mengancam jiwa ibu yang bisa saja timbul 4.Jika dicurigai adanya syok, mulai segera
sewaktu-waktu tindakan membaringan ibu miring ke kiri
dengan bagian kaki ditinggikan, longgarkan
Kegawatdaruratan neonatal pakaian yang ketat seperti BH/Bra.
5.Ajak bicara ibu/klien dan bantu ibu/klien untuk
situasi yang membutuhkan evaluasi dan tetap tenang.
manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang 6.Lakukan pemeriksaan dengan cepat meliputi
sakit kritis (≤ usia 28 hari), serta membutuhkan tanda tanda vital, warna kulit dan perdarahan
pengetahuan yang dalam mengenali perubahan yang keluar.
psikologis dan kondisi patologis yang
mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu- Pengkajian awal kasus kegawatdaruratan
waktu (Sharieff, Brousseau, 2006) kebidanan secara cepat
1. Jalan nafas dan pernafasan • Mengganti cairan
tubuh yang hilang
Perhatikan adanya cyanosis, gawat nafas, • Mengatasi nyeri dan
lakukan pemeriksaan pada kulit: adakah pucat, kegelisahan
suara paru: adakah weezhing, sirkulasi tanda 6. Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan
tanda syok, kaji kulit (dingin), nadi (cepat >110 prasarana di kamar bersalin, yaitu:
kali/menit dan lemah), tekanan daarah (rendah, • Menyiapkan radiant warmer/lampu pemanas
sistolik < 90 mmHg) untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
2.Perdarahan pervaginam • Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan
bayi
Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan : • Menyiapkan alat pelindung
diri
Apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan,
• Menyiapkan obat obatan
riwayat persalinan sebelumnya dan sekarang,
emergensi
bagaimana proses kelahiran placenta, kaji
7. Memiliki ketrampilan klinik, yaitu:
kondisi vulva (jumlah darah yang keluar,
1. Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan
placenta tertahan), uterus (adakah atonia uteri),
bayi dengan peralatan yang
dan kondisi kandung kemih (apakah penuh).
berkesinambungan.
3. Klien tidak sadar/kejang 2. Memahami dan mampu melakukan metode
efektif dalam pelayanan ibu dan bayi baru
Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang lahir
hamil, usia kehamilan, periksa: tekanan darah
(tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih
dari 38oC)
4. Demam yang berbahaya
Kaji apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri
saat berkemih. Periksa temperatur (lebih dari
390C), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru
(pernafasan dangkal), abdomen (tegang), vulva
(keluar cairan purulen), payudara bengkak.
5.Nyeri abdomen
Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia
kehamilan. Periksa tekanan darah (rendah,
systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110
kali/ menit) temperatur (lebih dari 38oC), uterus
(status kehamilan).
6.Perhatikan tanda-tanda berikut :
Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat,
lemah, pusing, sakit kepala, pandangan kabur,
pecah ketuban, demam dan gawat nafas.
Peran bidan pada kegawatdaruratan
kebidanan
Kunci:
1. Kemampuan bidan untuk melakukan
pengawasan
2. Kemampuan bidan dalam pertolongan pada ibu,
pengawasan bayi baru lahir (neonatus) dan
pada persalinan, ibu post partum
3. Kemampuan bidan mengidentifikasi
penyimpangan dari kehamilan dan persalinan
normal dan melakukan penanganan yang tepat
termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang
tepat.
4. Melakukan pengenalan segera kondisi gawat
darurat
5. Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi
cairan, dan medikamentosa dengan :
• Menjamin
kelancaran jalan nafas, memperbaiki
fungsi system respirasi dan sirkulasi
• Menghentikan
perdarahan

Anda mungkin juga menyukai