Anda di halaman 1dari 13

MOHON KONSUL

KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK IBU DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


PADA BAYI USIA 6 – 12 BULAN DI PUSKESMAS SEMIN II
KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Diajukan oleh:
ASGALINA PRABAWANI

P07124118020

PRODI DIII KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


YOGYAKARTA
TAHUN 2020
MASALAH PENELITIAN

Di Indonesia, bayi yang telah mendapatkan ASI Berdasarkan persentase pemberian ASI
eksklusif sampai usia enam bulan adalah eksklusif di DIY ( Daerah Istimewa
sebesar 29,5% (Profil Kesehatan Indonesia, Yogyakrta ) tahun 2019 sudah melebihi rata
2017). Hal ini belum sesuai dengan target rata cakupan ASI Eksklusif nasional,
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan cakupan tertinggi terjadi di Kabupaten
tahun 2015-2019 yaitu persentase bayi usia Sleman dengan angka 82,3% dan paling
kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI rendah terjadi di Gunungkidul.dengan angka
eksklusif sebesar 50%. 72,1%

Cakupan Keberhasilan ASI


Ekslusif di Gunungkidul dengan
angka 72,1 %masih sangat
rendah dibandingkan
Kabupaten yang lain DI DIY

Bagaimana hubungan Karakteristik Ibu


dan pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
usia 6- 12 bulan di Puskesmas Semin II
Wonosari Gunungkidul ?

VARIABEL DEPENDEN
VARIABEL INDEPENDEN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA
KARAKTERISTIK IBU BAYI USIA 6 – 12 BULAN
VARIABEL INDEPENDEN
Karakteristik Ibu

1. Umur
Reproduktif : Usia 20-35 tahun
Tidak Reproduktif : Usia <20 dan > 35 tahun
2. Pendidikan
Tinggi : Perguruan Tinggi ( Diploma, sarjana )
Rendah : SD, SMP, tidak sekolah
3. Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
4. Paritas
Primpara : 1 orang anak
Multipara : > 1 orang anak
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASI adalah gold-standard bagi nutrisi dan pertumbuhan bayi.
(AAP, 2005;WHO, 2006). ASI adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi bayi umur 0-6 bulan. Selain itu, pemberian ASI
secara eksklusif menghindarkan bayi dari kematian yang disebabkan oleh
penyakit anak, mempercepat penyembuhan selama sakit, dan membantu
dalam proses kelahiran (Baker, 2009).
Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi,
UNICEF dan WHO merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui air
susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI
dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun (WHO, 2018). Agar ibu dapat
mempertahankan ASI eksklusif selama 6 bulan, WHO merekomendasikan
agar melakukan inisiasi menyusui dalam satu jam pertama kehidupan, bayi
hanya menerima ASI tanpa tambahan makanan atau minuman, termasuk
air, menyusui sesuai permintaan atau sesering yang diinginkan bayi, dan
tidak menggunakan botol atau dot (WHO, 2018).
Berdasarkan data WHO dan UNICEF, dan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia melalui SK Menkes No.450/Men.Kes/SK/IV/2004
tanggal 7 April 2004 telah menetapkan rekomendasi pemberian ASI
Eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut, dijelaskan bahwa
untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang
optimal, bayi harus di beri ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.
Selanjutnya, demi tercukupnya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan
makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih.
Sustainable Development Goals (SDGs) adalah kelanjutan dari
global goals Melenium Development Goals (MDGs) yang berakhir tahun
2015. Menurut Kemenkes RI dalam program SDGs bahwa target system
kesehatan nasional yaitu pada goals ke3 menerangkan bahwa pada
2030,mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000
kelahiran hidup, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah,
dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal
setidaknya hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian
Balita 25 per 1.000 kelahiran hidup, mengurangi sepertiga kematian
prematur akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan dan
perawatan, serta mendorong kesehatan dan kesejahteraan mental. Pada
2030 menjamin akses semesta kepada pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi, termasuk keluarga berencana (KB), informasi dan edukasi,
serta integrasi kesehatan reproduksi kedalam strategi dan program nasional
(Permenkes RI, 2015). Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan
pemberian ASI eksklusif dilaksanakan dengan baik (United Nations).
Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif tidak mendapatkan
nutrisi optimal, lebih mudah sakit, IQ yang lebih rendah dibandingkan
bayi yang diberi ASI eksklusif, selain itu diperlukan biaya untuk
pembelian susu formula, serta ibu tidak mendapatkan manfaat KB alami
dari proses menyusui (Kristiyanisari, 2009). Pemberian ASI dapat
menurunkan angka kematian anak secara global sebesar 10% setiap tahun.
Promosi ASI eksklusif adalah upaya intervensi yang efektif untuk
mengurangi kematian (Gultie and Sebsible, 2016).
Pemerintah Indonesia memberikan perhatian lebih terhadap
pemberian ASI eksklusif yang tertuang dalam pasal 128 Undang-Undang
No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 33 tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu eksklusif.
Pemerintah mempunyai tujuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi
untuk mendapatkan ASI eksklusif, memberikan perlindungan kepada ibu
dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, dan meningkatkan
perandan dukungan keluarga, masyarakat setempat, pemerintah daerah,
dan pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif kepada bayi hingga
berusia enam bulan (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI,
2012).
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan mendapatkan
perlindungan kesehatan dengan adanya zat antibodi yang terdapat pada
ASI, kesehatan saluran cerna, kecerdasan, dan rasa aman dan nyaman yang
dirasakan oleh bayi (IDAI, 2010). Ibu juga akan merasakan manfaat
menyusui diantaranya menjaga kesehatan ibu, menjadi metode kontrasepsi
KB (Keluarga Berencana), mengurangi stres dan gelisah, dan berat badan
ibu akan lebih cepat kembali normal. Keluarga juga akan mendapatkan
keuntungan dari pemberian ASI eksklusif yaitu dalam aspek ekonomi,
kemudahan, dan psikologi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), pemberian adalah proses, cara, perbuatan memberi. Perbuatan
memiliki arti kata sesuatu yang dilakukan seseorang. Pemberian ASI
eksklusif dapat diartikan sesuatu yang dilakukan oleh ibu untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Pemberian ASI eksklusif dari
ibu kepada bayinya menunjukkan suatu bentuk perilaku. Perilaku memiliki
arti kata tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsang atau lingkungan
(Departemen Pendidikan Nasional, 2005).
Berdasarkan data Word Health Organization (WHO) pada tahun
2016 tentang cakupan ASI eksklusif di dunia hanya sebesar 36%. Capaian
tersebut masih dibawah target cakupan ASI eksklusif yang ditetapkan oleh
WHO yaitu sebesar 50%. Menurut data Riskesdas yang diambil dari tahun
2014 -2018 cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2014 sebesar
37,3%,2015 sebesar 55,7%, tahun 2016 sebesar 54%, tahun 2017 sebesar
61,33%,dan pada tahun 2018 mengalami penurunan yang signifikan yaitu
sebesar 37,3%. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh
Kemenkes RI yaitu 80% maka, capaian ASI eksklusif di tingkat Indonesia
masih belum memenuhi target.
Di Indonesia, bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai
usia enam bulan adalah sebesar 29,5% (Profil Kesehatan Indonesia, 2017).
Hal ini belum sesuai dengan target Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2015-2019 yaitu persentase bayi usia kurang dari 6 bulan
yang mendapat ASI eksklusif sebesar 50%.
Menurut provinsi, cakupan ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6
bulan paling rendah berada di Sumatera Utara sebesar 12,4%, Gorontalo
sebesar 12,5% dan paling tinggi di DI Yogyakarta sebesar 55,4%.
Sementara kondisi Sumatera Barat didapatkan pemberian ASI Eksklusif
sampai usia 6 bulan sebesar 37,6% (Data dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia, 2017).
Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi tumbuh
kembang anak yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan kualitas sumber daya manusia secara umum (Rahman,
2017).
Berdasarkan persentase pemberian ASI eksklusif di DIY ( Daerah
Istimewa Yogyakrta ) tahun 2019 sudah melebihi rata rata cakupan ASI
Eksklusif nasional, cakupan tertinggi terjadi di Kabupaten Sleman dengan
angka 82,3% dan paling rendah terjadi di Gunungkidul.dengan angka
72,1% .Upaya promosi melalui berbagai media tentang pentingnya ASI
eksklusif masih terus dilakukan meskipun capaian program semakin
meningkat ( Dinkes DIY, 2019 ).
Kajian terhadap penelitian-penelitian tentang ASI esklusif yang
telah dilakukan menyebutkan bahwa pemberian ASI eksklusif dipengaruhi
beberapa faktor seperti pekerjaan ibu, peran petugas kesehatan, dan
promosi susu formula (Oktora, 2013). Wanita diatas 30 tahun termasuk
berisiko tinggi dan erat kaitannya dengan anemia gizi yang dapat
mempengaruhi produksi ASI yang dihasilkan (Utami, 2012). Ibu yang
mempunyai satu anak sebanyak 36 responden (42,9%), dan yang memiliki
>1 anak 48 responden (57,1%), dari hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara paritas ibu dengan pemberian ASI
eksklusif (Mabud dkk., 2014). Terdapat hubungan antara pendidikan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif (Astuti, 2013). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif (Dahlan dkk., 2013).
Karakteristik seseorang merupakan sifat yang membedakan
seseorang dengan orang yang lainnya. Perilaku dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti, pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah
anak, dan jumlah anggota keluarga yang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang (Notoatmodjo, 2012).
Berbagai macam alasan pun muncul pada kegagalan pemberian
ASI Eksklusif seperti budaya memberikan makanan pralaktal (makanan
yang diberikan sebelum ASI keluar), ibu yang sakit, dan ibu bekerja
(Rahmadhani, 2013). Menurut Amiruddin (2006) beberapa faktor yang
mempengaruhi ASI Eksklusif antara lain adalah: faktor sosial budaya,
pendidikan formal ibu, status pekerjaan ibu, faktor psikologis (takut
kehilangan daya tarik sebagai wanita, adanya tekanan batin), faktor fisik
ibu (ibu yang sakit misalnya mastitis, produksi ASI kurang, kesulitan bayi
dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang dan
sebagainya), faktor keterbatasan petugas kesehatan, pengaruh iklan atau
promosi pengganti ASI, serta faktor pengetahuan ibu. Penelitian Rohani
(2007) menunjukan bahwa tingkat pengetahuan ibu sangat berpengaruh
terhadap pemberian ASI Eksklusif, hal ini ditunjukan akan terjadi
peningkatan pemberian ASI Eksklusif jika disertai dengan peningkatan
pengetahuan tentang ASI Eksklusif (Sugiarti, 2011).
Menurut Salfina (2003) mengatakan bahwa 75,6% ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan
berstatus sebagai pekerja lepas atau buruh (Firmansyah, 2012).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
merasa perlu melakukan penelitian mengenai karakterisitik ibu menyusui
dan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 6-12 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Semin II Wonosari, Gunungkidul.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ Bagaimana hubungan Karakteristik Ibu menyusui
dan pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas
Semin II Wonosari Gunungkidul ”.
C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan karakteristik ibu menyusui dan pemberian
ASI Eksklusif.

2. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan,
dan paritas) yang mempunyai bayi 6- 12 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Semin II Tahun 2020.
2) Diketahuinya pemberian ASI ekslusif oleh ibu yang
mempunyai bayi 6- 12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Semin
II Tahun 2020.
3) Diketahuinya hubungan karakteristik ibu (umur, pendidikan,
pekerjaan, dan paritas) dengan pemberian ASI eksklusif pada
ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan di wilayah kerja kerja
Puskesmas Semin II Tahun 2020.
4) Diketahuinya bagaimana hubungan karakteristik ibu (umur,
pendidikan, pekerjaan, dan paritas) dan pemberian ASI
eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan di wilayah
kerja kerja Puskesmas Semin II Tahun 2020.
5) Diketahuinya variabel yang paling berpengaruh dengan
pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi 6-12
bulan di wilayah kerja kerja Puskesmas Semin II Tahun 2020.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini mengenai Hubungan Karakteristik Ibu
Menyusui dan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesamas Semin II
Wonosari Gunungkidul.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan
dalam bidang kebidanan dan dapat menjadi referensi promosi
kesehatan khususnya tentang ASI eksklusif.
2. Manfaat Praktis
a. Bupati Daerah Istimewa Yogyakarta
Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan
yang mendukung suksesnya pemberian ASI eksklusif
termasuk kemudahan akses untuk mendapatkan pengetahuan
ASI eksklusif.
b. Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta
Dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut dan
sebagai bahan masukan untuk pertimbangan pembuatan
kebijakan dalam hal kesehatan bagi ibu-ibu menyusui agar
mendapat informasi lengkap tentang ASI eksklusif.
c. Tenaga Kesehatan (Bidan, petugas gizi, dan Tim Promosi
Kesehatan) Puskesmas Mantrijeron
Dapat menjadi acuan atau salah satu sumber untuk
menentukan tema atau materi penyuluhan sehingga mampu
meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga tentang ASI
eksklusif.
d. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Dapat menjadi acuan dalam mengembangkan penelitian
sejenis.
e. Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai salah satu informasi awal dalam
melakukan penelitian tentang pemberian ASI eksklusif kepada
bayi.
F. Keaslian Penelitian

No Judul Metode Hasil Penelitian Jurnal/


Artikel & Penelitian Volume
Penulis /Tahun
Terbit
1 Knowledge Penelitian cross- Faktor penentu perilaku Internati
, attitudes sectional. Di sebuah pemberian ASI eksklusif pada onal
and fasilitas kesehatan dari ibu menyusui di Desa Tuna Breastfe
determinant januari-juli 2015. (northern region of Ghana) eding
s Kriteria eksklusi adalah tahun 2015 adalah tingkat Journal/
ofexclusive ibu dan bayi 0-6 bulan pendidikan ibu (OR 3,5), umur 12/2016
breastfeedi yang terpapar HIV, bayi < 3 bulan (OR 12,0), dan |}
ng practice terinfeksi atau status pengetahuan tentang ASI
among HIV yang tidak eksklusif (OR 5,9) Tingkat
Ghanaian diketahui, dan bayi pengetahuan ibu menyusui
rural dengan penyakit akut yang tidak memberikan ASI
lactating dan kronik yang tidak secara eksklusif
mothers memungkinkan utuk mayoritas (81%) masih
(Victore berpartisipasi. Instrumen tergolong kurang hanya 19% di
Mogre) yang digunakan adalah antara ibu-ibu yang tidak
kuesioner (pertanyaan menyusui secara eksklusif
tertutup dan terbuka). tersebut dengan pengetahuan
Analisa data using SPSS yang tinggi.
20. Semua data
dianalisismenggunakan
statistic deskriptif, cross
tabulation dan chi-
square. Analisa
multivariat
menggunakan logistic
regression.
2 Hubungan Penelitian ini Walau pengetahuan dan sikap Indonesi
Peran menggunakan jenis ibu an
Keluarga penelitian kuantitatif tentang ASI eksklusif tidak Journal
dan dengan pendekatan berhubungan Of
Pengetahua cross-sectional yaitu data secara nyata akan tetapi Human
n Ibu yang terkait menjadi faktor Nutritio
Terhadap variabel independen dan yang mendasari terbentuknya n/05/20
Pemberian variabel dependen praktik 18
ASI di dikumpulkan sekaligus pemberian ASI eksklusif.
Desa Tanah pada waktu Dibantu dan
Merah yang sama. Data yang dikuatkan oleh peran suami dan
Kabupaten digunakan dalam keluarga
Tangerang penelitian ini terdiri dari akan meningkatkan praktik
( 2018 ) data primer yang pemberian
diperoleh melalui ASI eksklusif bagi ibu di
kuesioner terstruktur daerah pedesaan.
Kuesioner dimodifikasi
dari Oktaria [13].
Kuesioner digunakan
dengan teknik
wawancara tatap muka
dan kunjungan
rumah. Peneliti sendiri
yang melakukan
wawancara dan
kunjungan rumah.
Penelitian dilaksanakan
pada bulan
AgustusSeptember 2017.
3 Factors A longitudinal study 80% dari 1445 sampel di Iran, Health
influencing selama kehamilan yang memiliki niat Promoti
exclusive diikuti sampai 6 bulan untuk menyusui setelah on
breastfeedi kelahiran bayi. Teknik melahirkan, namun hanya 34% Prespect
ng pengambilan sampel yang mampu ives/7/2
among yang digunakan adalah merealisasikannya hingga 6 017
Iranian convenient sampling. bulan. variabel karakteristik ibu
mothers: A Ibu hamil yang sakit seperti usia, pendapatan
longitudina dan dengan penyakit keluarga, tingkat pendidikan,
l sistemik, dan payudara status pekerjaan dan paritas
population- yang tidak normal berkorelasi dengan Exlusive
based study dikeluarkan dari Breastfeeding
( Mohsen penelitian. Data (EBF) p < 0,05. Variabel
Saffari ) dianalisis menggunakan kognitif seperti
SAS 9,2 (SAS Institute, pengetahuan tentang manfaat
Cary, NC). Analisa menyusui,
data yang digunakan sikap, identitas diri, dan norma-
adalah Analisis bivariat : norma
pearson and moral merupakan faktor yang
spearmen correlation signifikan
test,multivariat : multiple terhadap perilaku pemberian
regression and logistic ASI eksklusif
regression. Instrumen : p < 0,05
kuesioner.

4 Karakteristi Jenis penelitian ini Karakteristik ibu Wuland


k ibu adalah Deskriptif menyusui yang tidak ari
menyusui kuantitatif, rancangan memberikan ASI eksklusif dan
yang tidak cross sectional, yaitu usia ibu <20 tahun, Iriana
memberika Pengambilan sampel paritas primipara, pendidikan (2013)
n ASI Menggunakan accidental dasar, dan pada ibu pekerja.
eksklusif sampling.
yaitu usia
ibu <20
tahun,
paritas
primipara,
pendidikan
dasar, dan
pada
pekerja.

Anda mungkin juga menyukai