Anda di halaman 1dari 7

Nur Khasanah,...

, Jurnal Abdimas Madani, Vol 2 No 2, Juli 2020 (hal 33-39) ISSN (P): 2656-9471
ISSN (E): 2716-2958

PENYULUHAN TENTANG GIZI IBU MENYUSUI


DI DUSUN SOROGENEN, KALASAN, DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

Health Education About Nutrition For Mothers In Sorogenen Village, Kalasan,


Depok Sleman Yogyakarta

Nur Khasanah1, Tutik Astuti2


Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta
Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia
Email: Nurkhasanah@respati.ac.id

Abstrak

ASI adalah makanan yang sempurna bagi bayi, khususnya pada 6 bulan pertama kehidupan bayi,
namun tidak semua ibu memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dengan alasan minimnya pengetahuan
ibu tentang manfaat ASI serta harus kembali bekerja, dan ibu merasa ASI tidak cukup. Kecukupan ASI
pada bayi harus terpenuhi baik secara kuantitas maupun kualitas, banyak ibu yang belum mengetahui gizi
selama menyusui sehingga tingginya cakupan ASI Eksklusif berbanding terbalik dengan tingginya angka
stunting pada balita. Prevalensi stunting pada anak di Kab. Sleman Yogyakarta tergolong tinggi yaitu
sebesar 19,9%(satu). Tujuan kegiatan untuk memberikan informasi mengenai gizi ibu menyusui sebagai
upaya untuk mendukung keberhasilan ASI Eksklusif dan mencegah stunting pada anak balita. Metode
kegiatan adalah ceramah gizi ibu menyusui dan demonstrasi memasak menggunakan alat bantu berupa
leaflet, microphone, serta seperangkat alat dan bahan memasak yang diberikan kepada 14 ibu menyusui
pada tanggal 15 Juli 2017 di Dusun Sorogenen I Kalasan, Depok Sleman Yogyakarta. Hasil: Berdasarkan
umur diperoleh sebagian besar peserta berumur 20 – 30 tahun sebanyak 85,71%, Pendidikan menengah
78,57%, status pekerjaan adalah bekerja 64,29%. Pengetahuan tentang gizi ibu menyusui sebelum
penyuluhan sebagian besar dalam kategori kurang 85,72%, setelah penyuluhan sebagian besar dalam
kategori baik 100%. Kesimpulan: Pengetahuan ibu menyusui tentang gizi selama menyusui meningkat
setelah dilakukan penyuluhan. Saran: diharapkan para ibu menyusui untuk memberikan ASI Eksklusif
kepada bayinya dengan lebih memerhatikan asupan Gizi yang dikonsumsi

Kata Kunci : Penyuluhan, Gizi Ibu Menyusui

Abstract

Breast milk is the perfect food for babies, especially in the first 6 months of a baby's life, but not all mothers
give exclusive breastfeeding to their babies for a variety of reasons including the lack of mother's knowledge
about the benefits of breast milk, mothers should comeback to work, and mothers feel the breast milk is not
enough. Adequacy of breast milk in infants must be met both in quantity and quality, but there are still many
people do not know about the nutrition of nursing mothers so that although exclusive breastfeeding coverage
is good enough, it is inversely proportional to the high rate of stunting in infants. Prevalence of stunting in
children in Sleman Yogyakarta is classified as high at 19.9%1. The Purpose of the activity is to provide
information about nutrition for nursing mothers as an effort to support the success of exclusive
breastfeeding and prevent stunting in children under five. Activity method is a counseling about
breastfeeding mothers nutrition by lecture method and tools in the form of Leaflets, Microphones, and a set
of cooking tools and materials given to 14 nursing mothers on July 15, 2017 in Sorogenen Sleman I
Kalasan, Depok Sleman Yogyakarta. Results: Based on age, the majority of participants aged 20-30 years
were 85.71%, secondary education 78.57%, employment status was 64.29%. Knowledge about nutrition of
breastfeeding mothers before counseling is mostly in the lacking category 85.72%, and after counseling is
mostly in the good category 100%. Conclusion: Knowledge of nursing mothers about nutrition during
breastfeeding increases after counseling

Keywords: Health Education, Nursing Mothers Nutrition

33
Nur Khasanah,..., Jurnal Abdimas Madani, Vol 2 No 2, Juli 2020 (hal 33-39) ISSN (P): 2656-9471
ISSN (E): 2716-2958

PENDAHULUAN prevalensi stunting tertinggi di DIY yaitu


ASI adalah makanan yang sempurna bagi sebesar 19,9% (Kemenkes RI. 2012).
bayi, khususnya pada enam bulan pertama Stunting merupakan kondisi gagal
kehidupan bayi karena ASI merupakan tumbuh yang menyebabkan seorang anak
makanan bayi dengan komposisi gizi menjadi pendek dan atau sangat
terlengkap untuk menunjang pertumbuhan pendek,adapun faktor yang menyebabkan
dan perkembangan bayi (Sugiarti, Eni. 2011). kejadian stunting adalah kondisi kurang gizi
ASI mengandung zat imunologik yang dapat pada bayi dan balita berkepanjangan yang
membantu mencegah terjadinya infeksi diare, tidak segera ditangani termasuk gizi ibu saat
otitis media, INSPA, maupun serangan menyusui.
penyakit (Haryono, 2014). ASI yang dikonsumsi bayi tidak cukup
Manfaat ASI tidak hanya dapat dirasakan hanya secara kuantitas, tetapi juga kualitas
oleh bayi, tetapi juga bagi ibu diantaranya ASI. Kuantitas dan kualitas ASI ditentukan
dapat menumbuhkan rasa percaya diri, oleh asupan zat gizi ibu menyusui
mempercepat involusi uterus, mencegah diantaranya kebisaan dan frekuensi makan,
perdarahan, mencegah Anemia, dan pendapatan yang cukup suatu keluarga
karsinoma mamae (Nugroho, T. 2011). bukan merupakan jaminan bahwa
Meskipun ASI memiliki segudang manfaat, kebutuhan gizi tercukupi dengan baik.
akan tetapi tidak semua ibu menyusui Berdasarkan wawancara pada saat studi
bayinya secara eksklusif sehingga cakupan pendahuluan pada tanggal 10 Juli 2017
pemberian ASI di Indonesia, termasuk DI. kepada 10 ibu menyusui, delapan
Yogyakarta masih cukup rendah. diantaranya mengatakan belum mengetahui
Menurut SDKI 2017, cakupan sumber makanan pokok yang baik untuk ibu
pemberian ASI di Indonesia adalah 61,33% menyusui dan belum mengetahui jenis
(kemenkes, 2017), angka tersebut masih jauh makanan yang dapat merangsang produksi
dari target yang sudah diatur dalam ASI, sedangkan dua ibu lainnya mengatakan
Kepmenkes RI No. 450/Menkes/SK/IV/2004 belum mengetahui semua jenis makanan
yang menetapkan target pemberian ASI yang baik untuk ibu menyusui dan hanya
eksklusif 6 bulan sebesar 80% (Kemenkes RI, menggunakan daun katuk/daun kelor untuk
2016). Sedangkan bayi mendapat ASI saja memperbanyak ASI. Enam dari 10
usia 0 – 5 bulan mengalami penurunan dari Penyuluhan merupakan cara untuk
tahun 2016 sebesar 54,0% (Kemenkes RI, memberikan pengetahuan kepada ibu
2016). DI.Yogyakarta menjadi daerah menyusui tentang sumber makanan yang
provinsi dengan cakupan pemberian ASI baik untuk ibu menyusui, oleh sebab itu
Eksklusif terendah ketiga dari seluruh berdasarkan permasalahan yang ada tim
provinsi yang ada di Indonesia yaitu sebesar pengabdi tertarik untuk melakukan
24%, meskipun demikian ternyata ada 1 penyuluhan tentang Gizi Ibu Menyusui.
Kabupaten yang memiliki cakupan melebihi Enam dari 10 ibu juga mengaku tidak
target yaitu Kab. Sleman sebesar 82,62 mengolah makanan sendiri setiap hari,
(Dinkes Sleman, 2017). melainkan lebih sering jajan dan empat
Tingginya cakupan pemberian ASI di diantaranya mengaku memasak setiap hari.
Kabupaten sleman berbanding terbalik delapan dari 10 ibu mengatakan proses
dengan kondisi status gizi pada bayi dan memasak dilakukan seperti biasa tanpa
balita, dimana Kab. Sleman merupakan satu melihat aturan-aturan tertentu seperti cara
diantara dua kabupaten yang memiliki mencuci bahan makanan, waktu memasak

34
Nur Khasanah,..., Jurnal Abdimas Madani, Vol 2 No 2, Juli 2020 (hal 33-39) ISSN (P): 2656-9471
ISSN (E): 2716-2958

dan cara mengolah masakan. demonstrasi setelah penyuluhan dilakukan


Penyuluhan merupakan cara untuk post-test dengan menggunakan kuisioner
memberikan pengetahuan kepada ibu yang berisi item pertanyaan seputar
menyusui tentang sumber makanan yang karakteristik dan gizi ibu menyusui yang
baik untuk ibu menyusui sehingga kemudian dianalisis menggunakan
diharapkan prilakunya berubah, hal tersebut deskripstif analitik.
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
penyuluhan dapat merubah perilaku, HASIL DAN PEMBAHASAN
masyarakat sehingga mayarakat berminat Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada
dan mampu melakukan perubahan demi msyarakat yang dilaksanakan pada hari jumat,
tercapainya perbaikan kesejahteraan bayi tanggal 14 Juli 2017 pukul 09.00-11.30 WIB
dan balita (Subejo, 2010). Berdasarkan di Dusun Sorogenen I Kalasan Depok Sleman
uraian diatas maka tim pengabdi tertarik Yogyakarta dihadiri oleh 14 ibu menyusui.
untuk melakukan penyuluhan tentang gizi Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh
ibu menyusui di Dusun Sorogenen I kepala Dusun Sorogenen I dilanjutkan dengan
Kalasan Sleman Yogyakarta. Adapun tujuan sambutan ketua kader posyandu sorogenen I
pengabdian pada masyarakat ini yaitu untuk dan apersepsi tim pengabdi kepada seluruh
meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi peserta sembari pembagian kuisioner sebagai
seimbang pada masa menyusui dan langkah pengambilan data awal (pre test).
meningkatkan keterampilan ibu dalam Pengambilan data awal selesai,
mengolah makanan. dilanjutkan dengan penyampaian materi
tentang gizi ibu menyusui menggunakan alat
METODE bantu microphone, leaflet dan media bahan
Kegiatan ini merupakan pengabdian baku memasak, selanjutnya demonstrasi
kepada masyarakat yang dilakukan pada memasak. Kemudian proses diskusi dan
tanggal 15 juli 2017, dengan menggunakan Tanya jawab sekitar 30 menit, antusiasme
metode penyuluhan tentang gizi ibu ibu-ibu terlihat pada saat proses diskusi yang
menyusui, demonstrasi cara memasak memakan waktu cukup lama yang disebabkan
sumber makanan yang baik dan benar. pula oleh variansi karakteristik responden.
Berikut bahan makanan dan jenis olahan
makanan yang di praktikkan : Hasil Kegiatan
Tabel 2 Karakteristik Peserta Penyuluhan
Tabel 1. Bahan makan dan jenis olahan
No Bahan Olahan Makanan Variabel f %
makanan Umur
1. Daun kelor Sayur Bening 20-30 tahun 12 85,71
< 20 tahun dan > 30 tahun 2 14,29
2. Kacang
Almond Susu almond Pendidikan Tinggi
Menengah Rendah 3 21,43
3. Papaya Puding papaya
Pekerjaan Bekerja 11 78,57
4. Kurma Susu kurma
Tidak Bekerja 0 00,00

Sasaran kegiatan adalah ibu 9 64,29


menyusui di Padukuhan Sorogenen I yang 5 35,71
berjumlah 14 orang. Susunan kegiatan
Jumlah 14 100
penyuluhan yaitu dilakukan pre-test
kemudian dilakukan penyuluhan dan
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa

35
Nur Khasanah,..., Jurnal Abdimas Madani, Vol 2 No 2, Juli 2020 (hal 33-39) ISSN (P): 2656-9471
ISSN (E): 2716-2958

karakteristik ibu menyusui di Padukuhan Tabel 5 Perilaku pe mberian ASI ibu menyusui
Sorogenen I untuk umur paling banyak dalam
Perilaku F %
kategori usia reproduksi sehat (20-35 tahun)
ASI Eksklusif 11 78,57
yaitu sebanyak 12 ibu (85,71%), untuk Tidak eksklusif 3 21,43
kategori pendidikan sebagian besar
berpendidikan menengah sebanyak 11 ibu Jumlah 14 100
(78,57%), sedangkan berdasarkan pekerjaan
sebagian besar bekerja sebanyak 9 ibu Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa perilaku
(64,29%). ibu dalam pemberian ASI sebagian besar
memberi ASI Eksklusif yaitu sebanyak 11 ibu
Tabel 3 Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu (78,57%), tetapi masih ada 3 ibu yang
Menyusui sebelum dilakukan berperilaku tidak memberikan ASI Eksklusif
Penyuluhan kepada bayinya yaitu sebanyak 3 ibu
(21,43%).
Tingkat Pengetahuan F %
Baik 0 0 PEMBAHASAN
Cukup Kurang 2 14,28
Karakteristik Umur
12 85,72
Karakteristik berdasarkan umur pada ibu
Jumlah 14 100
menyusui yang merupakan peserta
penyuluhan sebagian besar dalam rentang
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa tingkat
usia reproduksi sehat (20-30 tahun)
pengetahuan peserta sebelum dilakukan
sebanyak 12 ibu (85,71%) sehingga
penyuluhan sebagian besar dalam kategori
produksi ASI ibu juga masih baik (Utami,
kurang sebanyak 12 peserta (85,72%),
2012), sedangkan ibu menyusui yang
pengetahuan cukup sebanyak 2 peserta
berusia <20 tahun dan atau > 30 tahun
(14,28%) dan tidak ada yang memilikim
sebanyak 2 ibu (14,29%).
pengetahuan tinggi
Usia merupakan salah satu faktor yang
Tabel 4 Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Menyusui memengaruhi keberhasilan pemberian ASI
setelah dilakukan Penyuluhan Ekskulisif, sebagian besar ibu usia remaja
.
tidak memberikan ASI Eksklusif kepada
Tingkat Pengetahuan F %
bayinya, hal tersebut karena ketidaktahuan
Baik 14 100
Cukup Kurang 0 0,0 remaja terhadap manfaat dan pentingnya
0 0,0 ASI Eksklusif, tidak mengetahui gizi pada
Jumlah 14 100 ibu menyusui, serta memiliki persepsi yang
kurang tepat terhadap perubahan bentuk
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa payudara secara permanen pada ibu
tingkat pengetahuan peserta setelah menyusui (Kingston, D, Heaman, M dan
dilakukan penyuluhan semua dalam Chalmers, B. 2012). Selain itu produksi ASI
kategori Baik sebanyak 14 peserta (100%). ibu menyusui yang paling optimal adalah
Dari data diatas dapat diketahui bahwa ibu yang berada pada rentang usia 20-30
terdapat kenaikan tingkat pengetahuan ibu tahun, dibandingkan pada ibu usia >35
antara sebelum dan setelah dilakukan tahun (Utami, 2012)
penyuluhan, dimana setelah dilakukan Pembesaran payudara terjadi setiap
penyuluhan tidak ada yang berpengetahuan ovulasi dimulai dari hari pertama menstruasi
cukup maupun kurang. sampai usia 30 tahun, sehingga masa-masa
tersebut adalah masa yang sangat ideal bagi

36
Nur Khasanah,..., Jurnal Abdimas Madani, Vol 2 No 2, Juli 2020 (hal 33-39) ISSN (P): 2656-9471
ISSN (E): 2716-2958

ibu menyusui karena produksi ASI masih sebagainya) (Notoatmodjo, S. 2012).


optimal sejalan dengan ovulasi yang terjadi Responden merupakan ibu menyusui dimana
pada ibu menyusui (Utami, 2012) . sebagian besar ibu belum mengetahui gizi ibu
a. Karakteristik Pendidikan menyusui, ibu primipara belum mempunyai
Berdasarkan karakteristik pendidikan pengalaman dalam menyusui. Setelah
sebagian besar responden berpendidikan dilakukan penyuluhan gizi ibu menyusui
menengah sebanyak 13 ibu (86,66%), ibu pengetahuan ibu menyusui menjadi
yang berpendidikan tinggi sebanyak 2 ibu meningkat.
(13,33%) dan tidak ada yang berpendidikan Berdasarkan hasil analisis diketahui
rendah. pengetahuan ibu sebelum dilakukan
Tugas dari pendidikan adalah penyuluhan sebagian besar dalam kategori
memberikan atau meningkatkan pengetahuan. kurang 85,72%, pengetahuan cukup 14,28%
Makin tinggi pendidikan seseorang, makin dan baik 0%. Sedangkan Karakteristik
mudah menerima informasi sehingga Pekerjaan sebagian besar responden bekerja
semakin menerima informasi makin banyak sebanyak 11 responden (73,33%), sedangkan
pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, 4 responden (26,66%) tidak bekerja. Ibu yang
pendidikan yang kurang akan menghambat tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu
perkembangan seseorang terhadap nilai-nilai untuk menyusui anaknya sebaliknya ibu yang
yang baru diperkenalkan (Notoatmodjo, S. bekerja sering memberikan MPASI dini
2012). karena memiliki persepsi yang salah terkait
Ibu yang berpendidikan tinggi akan lebih ASI yang tidak cukup dengan alasan harus
mudah menerima suatu ide baru kembali bekerja setelah cuti melahirkan
dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan selesai. Padahal istilah harus kembali bekerja
rendah sehingga promosi dan informasi bukan alasan untuk tidak memberikan ASI
mengenai ASI Eksklusif dengan mudah dapat secara Eksklusif. Bagi ibu-ibu yang bekerja,
diterima dan dilaksanakan. Pada ibu yang ASI bisa diperah setiap 3 sampai 4 jam sekali
berpendidikan menengah pada umumnya untuk disimpan dalam lemari pendingin
terbuka menerima informasi dan lebih tertarik (Murtagh, L & Mouton, Anthony D. 2011).
mencari-cari informasi sendiri terkait Beberapa alasan mengapa wanita atau
masalah kesehatan yang dialami termasuk seorang ibu bekerja, antara lain yaitu untuk
masalah gizi ibu menyusui melalui browsing menambah penghasilan karena untuk
internet sehingga tepatnya informasi yang meningkatkan kondisi ekonimi rumah tangga
diterima ibu karena informasi bukan berasal yang rendah, minghindari rasa bosan dalam
dari pakarnya langsung. mengisi waktu luang, memiliki minat atau
b. Pengetahuan sebelum dan keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan
setelah dilakukan Penyuluhan dan mengembangkan diri (Nilakusmawati et
Pengetahuan responden setelah dilakukan al. 2012).
penyuluhan keseluruhan menjadi baik Ibu yang bekerja diluar rumah
sebanyak 100%. Hal ini menunjukkan terjadi cenderung tidak memberikan ASI eksklusif.
peningkatan pengetahuan yang signifikan Berbagai hambatan menyusui yang muncul
antara sebelum dan setelah dilakukan pada ibu bekerja seperti pendeknya waktu
penyuluhan. Pengetahuan adalah hasil cuti setelah melahirkan, tidak adanya ruang
penginderaan manusia, atau hasil tahu ditempat kerja yang mendukung laktasi dan
sesorang terhadap objek melalui indera yang pendeknya waktu istirahat mengharuskan ibu
dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan untuk berupaya keras dalam pemberian ASI,

37
Nur Khasanah,..., Jurnal Abdimas Madani, Vol 2 No 2, Juli 2020 (hal 33-39) ISSN (P): 2656-9471
ISSN (E): 2716-2958

sehingga beberapa ibu memutuskan untuk DAFTAR PUSTAKA


memberikan susu formula saat bekerja Kemenkes RI. (2012). Buku saku
(Kemenkes RI, 2017). pemaaantauan status gizi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Replubik
Indonesia
KESIMPULAN DAN SARAN
Sugiarti, Eni. (2011). Faktor-Faktor yang
Kesimpulan
Berhubungan dengan Pemberian ASI
Berdasarkan pengabdian kepada
Eksklusif di Kecamatan Karangmalang
masyarakat dengan judul penyuluhan tentang
Kabupaten Sragen. Skripsi. Fakultas
gizi ibu menyusui sebagai upaya untuk
Ilmu Kesehatan UMS. Surakarta.
mendukung keberhasilan pemberian ASI
DepKes RI. (2005). Petunjuk Pelaksanaan
Eksklusif dan pencegahan stunting pada bayi
Peningkatan ASI eksklusif. Jakarta :
diperoleh kesimpulan Penyuluhan yang
Departemen Kesehatan Republik
dilakukan dengan menggunakan metode
Indonesia
ceramah dan juga demonstrasi secara efektif
Nugroho, T. (2011). Asi dan Tumor
dapat meningkatkan pengetahuan peserta
Payudara. Yogyakarta :
tentang gizi ibu menyusui
Medika Nuha
Saran Kementrian Kesehatan RI. (2017).
Berdasarkan hasil pengabdian kepada Profil Kesehatan Indonesia 2016.
masyarakat yang diperoleh, maka pengabdi Jakarta
menyarankan beberapa hal yaitu: Bagi Kementrian Kesehatan RI. (2016).
Puskesmas diharapkan bagi tenaga kesehatan Pokok-pokok peraturan pemerintah Air Susu
yang berada di faskes pertama yaitu Ibu Eksklusif. Jakarta
puskesmas dapat meningkatkan frekuensi Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
pertemuan dengan para kader posyandu setiap (2017). Profil Kesehatan Kabupaten
padukuhan untuk pemberikan pelatihan dan Sleman. Yogyakarta : Dinkes
informasi terkait ASI eksklusif sehingga Kingston, D, Heaman, M dan Chalmers, B.
informasi tersebut dapat disebarluaskan (2012). Comparison of adolescent
kepada masyarakat. Bagi Tenaga Kesehatan young adult, and adult women’s
diharapkan bagi semua tenaga kesehatan maternity experiences and practices.
untuk mengajarkan kepada para ibu menyusui Pediatrics, 129(5).
sejak kunjungan ANC tentang pemilihan Pudjiadi, S. (2000). Ilmu Gizi Klinis pada
sumber makanan yang baik untuk gizi selama Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
menyusui dan melakukan demonstrasi cara Novita, D. (2008). Hubungan karakteristik
memasak dan mengolah maknan secara benar ibu, faktor pelayanan kesehatan,
sehingga proses memasak tidak merusak immediate breastfeeding dan
kandungan gizi yang ada pada suatu bahan pemberian kolostrum dengan
makanan. Bagi Institusi Pendidikan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
diharapkan institusi pendidikan pada Kerja Puskesmas Pancoran Mas
umumnya, kesehatan pada khususnya untuk Depok. Tahun
mengikutsertakan mahasiswa dalam memberi 2008.http://garuda.kemdiknas.go.id/jur
informasi terkait gizi ibu menyusui kepada nal/
masyarakat melalui kegiatan-kegiatan detil/id/0:390708/q/Novita,%20D.%
pengabdian masyarakat yang dilakuka oleh 202008.%20
dosen terkait secara rutin. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi

38
Nur Khasanah,..., Jurnal Abdimas Madani, Vol 2 No 2, Juli 2020 (hal 33-39) ISSN (P): 2656-9471
ISSN (E): 2716-2958

Kesehatan dan Ilmu Perilaku . Associated With Breastfeeding At Six


Jakarta: Rineka Cipta Months Postpartum In a Group Of
Murtagh, L & Mouton, Anthony D. (2011). Australian Women. International
Working Mother, Breast Feeding, and Breastfeeding Journal: 1-12.
the law. American Journal of public Utami roesli. (2012). Inisiasi menyusui
health, vol 101, no 2 dini dan ASI Eksklusif. Jawa Barat :
Nilakusmawati et al. ( 2012). Studi Faktor- Pustaka bunda
Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Kemenkes RI. (2014). Buku saku
Bekerja Di Kota Denpasar. Jurnal pemantauan status gizi. Jakarta ;
Kependudukan Dan Pengembangan kementerian Kesehatan Republik
Sumber Daya Manusia 8(1), 26-31 Indonesia
Forster DA et al. (20060. Factors

39

Anda mungkin juga menyukai