Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DI


WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KERTAJATI
KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2017

Oleh : Ruri Yuni Astari1, Recxa Agtarika Intanpuri Nur Rahman2


1
STIKes YPIB Majalengka
2
STIKes YPIB Majalengka

Email : ruri_ya@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pemberian ASI secara Eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2
tahun dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti
merupakan salah satu intervensi efektif dapat menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
Cakupan ASI Eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati selama periode
2014–2016 mengalami penurunan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Kertajati. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui
yang bekerja dan memiliki bayi usia 7-11 bulan sebanyak 41 ibu menyusui. Sampel
diambil dengan teknik total sampling. Analisis yang digunakan univariat menggunakan
distribusi frekuensi dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan α = (0,05).
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengahnya ibu menyusui tidak memberikan
ASI Eksklusif saat ibu bekerja. Kurang dari setengahnya ibu menyusui bekerja lembur
dan menyatakan tidak ada fasilitas menyusui ditempat kerjanya. Kurang dari setengahnya
ibu menyusui tidak mendapat dukungan dari keluarga dalam pemberian ASI Eksklusif.
Ada hubungan antara jumlah jam kerja dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu
bekerja. Ada hubungan antara fasilitas menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif pada
ibu bekerja. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif
pada ibu bekerja. Saran ditujukan bagi petugas kesehatan agar meningkatkan wawasan
ibu menyusui melalui kegiatan–kegiatan penyuluhan dan konseling pada setiap
kunjungan nifas dan kegiatan posyandu tentang pentingnya ASI Eksklusif

Kata Kunci : Pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja, jumlah jam kerja,
ketersediaan fasilitas menyusui, dukungan keluarga

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
1
LATAR BELAKANG
Pemberian ASI secara eksklusif makro dan mikro nutrien. Makronutrien
selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia adalah karbohidrat, protein dan lemak
2 tahun dengan pemberian Makanan sedangkan mikronutrien adalah vitamin &
Pendamping ASI (MP ASI) secara mineral. Air susu ibu hampir 90% nya
adekuat terbukti merupakan salah satu terdiri dari air. Volume dan komposisi
intervensi efektif dapat menurunkan nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu
Angka Kematian Bayi (AKB) (Bahiyatun, bergantung dari kebutuhan bayi.
2009). Menurut Survey Demografi Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 pada setiap ibu yang menyusui juga
Angka Kematian Bayi (AKB) di berbeda. Kolostrum yang diproduksi
Indonesia sebesar 32 per 1000 kelahiran antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat
hidup dimana target Sustainable gizi terutama protein. Manfaat ASI
Development Goals (SDG’s) tahun 2015 Eksklusif bagi bayi adalah komposisi
yaitu 24 per 1000 kelahiran hidup. sesuai kebutuhan, kalori dari ASI
Sedangkan untuk Angka Kematian memenuhi kebutuhan bayi sampai usia
Neonatal (AKN) pada tahun 2015 sebesar enam bulan, ASI mengandung zat
18 per 1000 kelahiran hidup dari target pelindung, perkembangan psikomotorik
SDG’s yaitu 9/100 KH (Depkes RI, lebih cepat dan menunjang perkembangan
2015). Berdasarkan data dari Dinas kognitif (Evline, 2010).
Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2015)
Berdasarkan data Dinas
AKB mencapai 40,87 per 1.000 kelahiran
Kesehatan Kabupaten Majalengka bahwa
hidup dan AKN sebesar 21 per 1000
cakupan ASI Eksklusif pada tahun 2014
kelahiran hidup. Pencapaian cakupan ASI
sebanyak 68,93% pada tahun 2015 adalah
Eksklusif di Indonesia pada bayi 0-6
70,13% dan pada tahun 2016 sebanyak
bulan tahun 2015 sebesar 48,6%
70,69% dari target yang harus dicapai
mengalami penurunan dibandingkan
adalah 80%. Data tersebut menunjukan
dengan tahun 2014 yaitu sebesar 61,1%.
bahwa cakupan ASI Eksklusif dari tahun
Sedangkan menurut Dinas Kesehatan
2014 sampai tahun 2016 mengalami
Majalengka pada tahun 2015 jumlah
kenaikan walaupun secara target belum
kematian bayi sebanyak 299 dari 21.988
tercapai. Dari 31 puskesmas di Kabupaten
kelahiran hidup (Dinkes Majalengka,
Majalengka, pada tahun 2016 hanya 7
2015). Penyebab utama kematian bayi dan
Puskesmas yang mencapai lebih dari 80%
balita adalah diare dan pneumonia dan
dengan cakupan terendah yaitu berada di
lebih dari 50% kematian balita didasari
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertajati
oleh kurang gizi (Sitaresmi, 2010).
yaitu sebesar 29,65% (Dinkes
Masalah gizi pada balita secara langsung
Majalengka, 2016). Cakupan ASI
disebabkan oleh faktor asupan makanan
Eksklusif di Puskesmas Kertajati pada
yang tidak sesuai kebutuhan serta infeksi,
tahun 2014 sebanyak 47,17%, tahun 2015
dan ASI merupakan makanan terbaik bagi
sebanyak 34,08% dan tahun 2016 sebesar
bayi di awal kehidupannya karena
29,65%. Data tersebut menunjukan bahwa
mengandung zat gizi lengkap dan zat
cakupan ASI Eksklusif di wilayah kerja
kekebalan yang mampu melindungi bayi
UPTD Puskesmas Kertajati selama
dari risiko penyakit infeksi (Depkes RI,
periode 2014 – 2016 mengalami
2015).
penurunan (Profil PKM Kertajati, 2016).
ASI eksklusif adalah pemberian
Secara geografis di wilayah kerja
ASI tanpa makanan dan minuman
UPTD Puskesmas Kertajati memiliki
tambahan lain pada bayi berumur nol
cakupan wilayah kerja yang terdiri dari 7
sampai enam bulan. Bahkan air putih
Desa yaitu Pakuberem, Kertajati,
tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif
Sukawarna, Palasah, Kertawinangun,
ini (Hendarawan, 2010). Menurut IDAI,
Bantarjati dan Babakan. Menurut data ada
(2013) ASI mengandung komponen
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
2
231 ibu menyusui dimana ibu yang emosional. Kemudian faktor ekternal
bekerja sebanyak 41 orang (17,74%) dan seperti lingkungan, perubahan sosial
yang tidak bekerja sebanyak 190 orang budaya, status pekerjaan (jam kerja),
(82,26%). Rata-rata ibu bekerja sebagai fasilitas menyusui, faktor kurangnya
buruh pabrik, petani dan pedagang. Hasil petugas kesehatan, meningkatnya promosi
studi pendahuluan dengan cara susu kaleng sebagai pengganti asi,
wawancara dengan 15 ibu menyusui yang pemberian informasi yang salah, faktor
bekerja, sebanyak 10 orang (66,7%) pengelolaan laktasi di ruang bersalin
menyatakan bahwa adanya kendala pada (praktik IMD) dan faktor peranan
jam kerja yang terlalu lama sehingga /dukungan ayah/suami. Dukungan atau
menyulitkan untuk menyusui dan support dari orang lain atau orang
sebanyak 5 orang (33,3%) tidak ada terdekat, sangatlah berperan dalam sukses
hambatan dalam memberikan ASI tidaknya menyusui ASI Eksklusif.
Eksklusif. Sedangkan berdasarkan Semakin besar dukungan yang didapatkan
fasilitas sebanyak 9 orang (50%) untuk terus menyusui maka akan semakin
menyatakan ditempat kerja tidak ada besar pula kemampuan untuk dapat
fasilitas untuk menyusui sehingga bertahan terus untuk menyusui
menghambat untuk menyusui dan (Proverawati, 2010).
sebanyak 10 orang (66,7%) menyatakan
Keberhasilan ASI Eksklusif salah
beberapa keluarga yang kurang
satunya dipengaruhi oleh fasilitas
mendukung pada ibu yang bekerja untuk
menyusui ditempat kerja seperti yang
menyusui bayinya secara eksklusif,
dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
sebanyak 5 orang (33,3%) keluarga
No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
mendukung dalam memberikan ASI
Susu Ibu Eksklusif pasal 30 ayat 1 dan 2,
Eksklusif. Banyak ibu bekerja mengeluh
dijelaskan bahwa tempat kerja dan tempat
ada beberapa hambatan dalam pemberian
sarana umum harus mendukung program
ASI Eksklusif diantaranya hambatan
ASI eksklusif yang sesuai dengan
terkait ketersedian fasilitas menyusui,
ketentuan di tempat kerja yang mengatur
jam kerja dan dukungan dari keluarga,
hubungan kerja antara pengusaha dan
padahal pemerintah dalam undang-undang
pekerja atau melalui perjanjian bersama
perburuhan telah memberikan hak kepada
antara serikat pekerja/serikat buruh
ibu menyusui untuk mendapatkan
dengan pengusaha. Pengaruh jam kerja
kesempatan dalam memberikan ASI
terhadap keberhasilan ASI Eksklusif
eksklusif (IDAI, 2011). Dampak tidak
seperti yang dijelaskan dalam PP No. 33
diberikannya ASI Eksklusif akan
Tahun 2012 pasal 34 bahwa pengurus
berpengaruh terhadap kualitas hidup
tempat kerja wajib memberikan
generasi penerus bangsa dan juga pada
kesempatan kepada ibu yang bekerja
perekonomian nasional serta berisiko
untuk memberikan ASI Eksklusif kepada
terhadap penyakit Infeksi Saluran
bayi atau memerah ASI selama waktu
Pernapasan Atas (ISPA), diare dan
kerja di tempat kerja (Kemenkes RI,
penyakit usus pada bayi prematur dan
2015). Lebih lanjut dijelaskan dalam
pada ibu berisiko terjadi kanker payudara.
jurnal gizi dan dietetik Indonesia yang
Keberhasilan pemberian ASI dikutip Anggraeni (2015) bahwa
Eksklusif salah satunya dipengaruhi oleh penelitian tentang keberhasilan ibu
faktor internal, yaitu faktor-faktor yang bekerja dalam memberikan ASI eksklusif
terdapat di dalam diri individu itu sendiri, masih terbatas, sehingga diperlukan
meliputi faktor pendidikan, pengetahuan, dukungan fasilitas menyusui terutama
sikap/perilaku, psikologis, fisik ibu dan kepada ibu menyusui yang bekerja.

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
3
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah analitik orang. Pengambilan besar sampel
kuantitatif dengan menggunakan menggunakan total sampling.
pendekatan cross sectional. Populasi Pengumpulan dakta dilakukan melalui
pada penelitian ini adalah seluruh ibu wawancara dengan menggunakan
menyusui yang bekerja dan memiliki bayi kuesioner secara langsung terhadap ibu
usia 7-11 bulan di wilayah kerja UPTD menyusui. Instrument penelitian diadopsi
Puskesmas Kertajati Kabupaten dari penelitian Anggraeni (2012)
Majalengka tahun 2016 sebanyak 41 Universitas Sumatera Utara.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja

ASI Eksklusif F %
Tidak 25 61.0
Ya 16 39.0
Total 41 100.0

Berdasarkan tabel 1. kekebalan tubuh menjadi lemah terhadap


Menunjukkan bahwa lebih dari penyakit.
setengahnya ibu menyusui yang tidak
Upaya petugas kesehatan untuk
memberikan ASI Eksklusif sebanyak 25
meningkatkan pemberian ASI Eksklusif
orang (61,0%) dan kurang dari
dilakukan melalui kegiatan penyuluhan
setengahnya ibu menyusui yang
yang dilakukan oleh bidan desa dengan
memberikan ASI Eksklusif sebanyak 16
melibatkan kader dan tokoh masyarakat,
orang (39,0%). Artinya lebih dari
meningkatkan peran posyandu dengan
setengahnya ibu menyusui tidak
memberikan konseling khususnya pada
memberikan ASI Eksklusif Pada Ibu
ibu menyusui dan memperbanyak media
Bekerja.
informasi tentang pemberian ASI
Masih adanya ibu bekerja yang Eksklusif seperti papan info, lefleat,
tidak memberikan ASI Eksklusif dapat pamphlet, brosur dan media cetak. Ibu
disebabkan karena kesibukannya bekerja menyusui agar lebih aktif lagi dalam
yang menyita waktu, kurangnya fasilitas mencari informasi tentang ASI Eksklusif
menyusui ditempat kerja dan rendahnya melalui kegiatan konseling atau
dukungan keluarga. Pada ibu yang tidak penyuluhan, atau bertanya kepada
memberikan ASI Eksklusif akan keluarga dan teman mengenai pemberian
berdampak pada pertumbuhan dan ASI Eksklusif.
perkembangan balita, selain itu sistem

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
4
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jumlah Jam Kerja

Jumlah Jam Kerja f %


Jam Kerja Lembur 26 63.4
Jam Kerja Normal 15 36.6
Total 41 100.0

Berdasarkan tabel 2. setempat. Masih adanya ibu dengan


menunjukkan bahwa lebih dari jumlah jam kerja dasar akan berdampak,
setengahnya ibu menyusui yang bekerja kurangnya pemahaman dan penerimaan
lembur sebanyak 26 orang (63,4%) dan informasi kurang tentang ASI Eksklusif
kurang dari setengahnya ibu menyusui sehingga ibu tidak memberikan ASI
yang bekerja normal sebanyak 15 orang secara Eksklusif.
(36,6%). Artinya lebih dari setengahnya
Upaya petugas kesehatan dalam
ibu menyusui bekerja lembur. Banyaknya
meningkatkan pemberian ASI Eksklusif
ibu yang bekerja lembur dapat disebabkan
hendaknya memberikan edukasi pada ibu
oleh tuntutan pekerjaan, keadaan sosial
yang bekerja agar dapat mengatur waktu
ekonomi, faktor keluarga terutama
untuk menyusui atau dapat memerah ASI
pandangan orang tua terhadap pentingnya
untuk disimpan agar bayi tetap menyusui
jam kerja dan lingkungan atau budaya
secara ekslusif.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Fasilitas Menyusui

Fasilitas Menyusui f %
Tidak 24 58.5
Ya 17 41.5
Total 41 100.0

Berdasarkan tabel 3. sesuai dengan ketentuan di tempat kerja


menunjukkan bahwa lebih dari yang mengatur hubungan kerja antara
setengahnya ibu menyusui menyatakan pengusaha dan pekerja atau melalui
tidak ada fasilitas menyusui sebanyak 24 perjanjian bersama antara serikat
orang (58.5%) dan kurang dari pekerja/serikat buruh dengan pengusaha.
setengahnya ibu menyusui yang Hak untuk ibu bekerja menyusui kembali
menyatakan ada fasilitas menyusui ditegaskan dalam UU Kesehatan RI
sebanyak 17 orang (41.5%). Keberhasilan nomor 36 pasal 128 tahun 2009 yang
ASI Eksklusif salah satunya dipengaruhi menyatakan bahwa setiap bayi berhak
oleh fasilitas menyusui ditempat kerja mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
seperti yang dijelaskan dalam Peraturan dilahirkan selama 6 bulan (kecuali atas
Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang alasan medis) dan diwajibkannya untuk
pemberian air susu ibu eksklusif pasal 30 seluruh lapisan masyarakat, termasuk
ayat 1 dan 2 dijelaskan bahwa tempat pihak keluarga, pemerintah pusat dan
kerja dan tempat sarana umum harus daerah, serta publik guna mendukung ibu
mendukung program ASI eksklusif yang menyusui secara penuh dengan

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
5
penyediaan waktu dan fasilitas ruang sarana umum (Depkes RI, 2015).
menyusui khusus di tempat kerja dan

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga f %
Tidak Mendukung 15 36.6
Mendukung 26 63.4
Total 41 100.0

Berdasarkan tabel 4. pemberian ASI Ekslusif dapat disebabkan


menunjukkan bahwa kurang dari karena suami tidak memiliki fasilitas
setengahnya ibu menyusui tidak mendapat menyusui yang cukup tentang ASI
dukungan dari keluarga sebanyak 15 Eksklusif, faktor kesibukan suami dalam
orang (36,6%) dan lebih dari setengahnya bekerja dan sikap keluarga yang kurang
ibu menyusui yang mendapat dukungan mendukung program pemberian ASI
keluarga sebanyak 26 orang (63,4%). Ekslusif. Hal ini akan berdampak pada
Masih adanya ibu yang kurang mendapat motivasi ibu untuk memberikan ASI
dukungan keluarga akan berdampak pada Ekslusif sehingga ibu tidak memberikan
rendahnya pemberian ASI Eksklusif. ASI Ekslusif pada bayinya.
Kurangnya dukungan keluarga dalam

Tabel 5. Hubungan antara Jumlah Jam Kerja dengan


Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja

Pemberian ASI Eksklusif


Total
Jumlah Jam Kerja Tidak Ya p value
F % F % f %
Jam Kerja Lembur 21 80.8 5 19.2 26 100
Jam Kerja Normal 4 26.7 11 73.3 15 100 0,002
Jumlah 25 61.0 16 39.0 41 100

Berdasarkan tabel 5. menunjukan hasil yang bermakna yang


menunjukkan bahwa ibu yang lembur dan terlihat dari hasil uji chi square nilai p
tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar (0,002) < 0,05, H0 ditolak yang berarti ada
21 orang (80,8%), sedangkan pada ibu hubungan antara jumlah jam kerja dengan
yang bekerja normal dan tidak pemberian ASI Eksklusif pada ibu. Hal ini
memberikan ASI Eksklusif sebesar 4 dikarenakan pada ibu yang jam kerja
orang (26,7%). Artinya bahwa proporsi normal, lebih memanfaatkan waktu
ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif luangnya dan waktu istirahatnya sehingga
lebih tinggi pada ibu yang bekerja lembur mempengaruhi ibu untuk memberikan
dibandingkan dengan ibu yang bekerja ASI Eksklusif.
normal. Perbedaan proporsi ini

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
6
Pada umumnya ibu menyusui sepatutnya bagi buruh/pekerja perempuan
yang bekerja didominasi oleh pekerja untuk menyusui anaknya jika hal itu harus
wiraswasta seperti pedagang dan pekerja dilakukan selama waktu kerja” adalah
pabrik atau swalayan, selain itu ada yang periode waktu yang disediakan oleh
bekerja sebagai buruh tani dan PNS. Ibu perusahaan pada para buruh/pekerja
yang bekerja sebagai pedagang masih wanita untuk menyusui anaknya, dengan
memungkinkan untuk memberikan ASI mempertimbangkan ketersediaan
Ekslusif karena tidak terikat dengan tempat/ruangan yang dapat digunakan
jumlah jam kerja. untuk maksud semacam itu menurut
kondisi dan kemampuan finansial
Undang-Undang No. 13 Tahun
perusahaan, yang akan diatur dalam
2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 82,
peraturan perusahaan atau kesepakatan
Ayat 1: Pekerja/buruh perempuan berhak
kerja bersama (Dinsosnaker RI, 2007).
memperoleh istirahat selama 1,5 (satu
setengah) bulan sebelum saatnya Untuk itu petugas kesehatan
melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) dalam meningkatkan pemberian ASI
bulan sesudah melahirkan menurut Eksklusif pada ibu menyusui agar lebih
perhitungan dokter kandungan atau bidan. difokuskan kepada ibu yang bekerja
Selanjutnya pada pasal 83 Undang- lembur supaya mengatur pola menyusui
Undang No.13 Tahun 2003 dijelaskan dan memaksimalkan peran keluarga untuk
bahwa pekerja/buruh perempuan yang membantu dalam mengasuh bayi yang
anaknya masih menyusui harus diberi akan diberikan ASI ekslusif. Khusus ibu
kesempatan sepatutnya untuk menyusui yang bekerja agar dapat mengatur jam
anaknya jika hal itu harus dilakukan kerja untuk tidak lembur selama ibu masih
selama waktu kerja. Penjelasan: apa yang menyusui.
dimaksud dengan “memberi kesempatan

Tabel 6. Hubungan antara Fasilitas Menyusui dengan


Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja

Pemberian ASI Eksklusif


Total
Fasilitas Menyusui Tidak Ya p value
F % F % f %
Tidak 21 87.5 3 12.5 24 100
Ya 4 23.5 13 76.5 17 100 0,000
Jumlah 25 61.0 16 39.0 41 100

Berdasarkan tabel 6. ibu yang memiliki fasilitas menyusui.


menunjukkan bahwa ibu yang tidak Perbedaan proprorsi ini menunjukan hasil
memiliki fasilitas menyusui dan tidak yang bermakna yang terlihat dari hasil uji
memberikan ASI Eksklusif sebesar 21 chi square nilai p (0,000) < 0,05, H0
orang (87,5%), sedangkan ibu yang ditolak yang berarti ada hubungan antara
memiliki fasilitas menyusui dan tidak fasilitas menyusui dengan pemberian ASI
memberikan ASI Eksklusif sebesar 4 Eksklusif pada ibu bekerja. Hal ini dapat
orang (23,5%). Artinya bahwa proporsi dimengeti karena pada ibu yang bekerja
ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan ada fasilitas untuk menyusui dapat
lebih tinggi pada ibu yang tidak memiliki menyusui anaknya pada jam istirahat,
fasilitas menyusui dibandingkan dengan
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
7
sehingga dapat mendukung dalam diwajibkannya untuk seluruh lapisan
pemberian ASI Ekslusif. masyarakat, termasuk pihak keluarga,
pemerintah pusat dan daerah,
Pada ibu yang bekerja di sektor
serta publik guna mendukung ibu
swasta banyak yang menyatakan tidak
menyusui secara penuh dengan
tersedianya fasilitas untuk menyusui
penyediaan waktu dan fasilitas ruang
dikarenakan keterbatasan gedung dan
menyusui khusus di tempat kerja dan
pertimbangan manajemen untuk membuat
sarana umum (Depkes RI, 2015).
ruangan menyusui, namun beberapa ibu
yang bekerja sebagai pedagang atau buruh Upaya pemerintah dan petugas
tani mereka memiliki fasilitas untuk kesehatan agar menyediakan sebuah
menyusui. Pekerja/buruh perempuan yang ruangan khusus menyusui, ruang pribadi
anaknya masih menyusui harus diberi dengan tempat duduk dan permukaan
kesempatan sepatutnya untuk menyusui datar, selain lantai juga untuk
anaknya jika hal itu harus dilakukan menempatkan pompa payudara dan
selama waktu kerja. Hak untuk ibu perlengkapan lainnya. Meskipun tidak ada
bekerja menyusui kembali ditegaskan ukuran atau ketetapan persyaratan,
dalam UU Kesehatan RI nomor 36 pasal ruangan menyusui khusus harus
128 tahun 2009 yang menyatakan bahwa menyediakan akses aliran listrik untuk
setiap bayi berhak mendapatkan air susu penggunaan pompa ASI elektrik, serta
ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 pencahayaan yang baik, suhu yang
bulan (kecuali atas alasan medis) dan nyaman, dan ventilasi yang tepat.

Tabel 7. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan


Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja

Pemberian ASI Eksklusif


Total p
Dukungan keluarga Tidak Ya
value
f % F % f %
Tidak Mendukung 14 93.3 1 6.7 15 100
Mendukung 11 42.3 15 57.7 26 100 0,004
Jumlah 25 61. 16 39.0 41 100

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan terlihat dari hasil uji chi square nilai p
bahwa ibu menyusui yang tidak mendapat (0,004) < 0,05, H0 ditolak yang berarti ada
dukungan keluarga dan tidak memberikan hubungan antara dukungan keluarga
ASI Eksklusif sebesar 14 orang (93.3%), dengan pemberian ASI Eksklusif. Hal ini
sedangkan ibu menyusui yang mendapat dapat dimengerti karena pada ibu yang
dukungan keluarga dan memberikan ASI mendapat dukungan dari keluarga akan
Eksklusif sebesar 11 orang (42,3%). lebih termotivasi untuk menyusui bayinya
Artinya bahwa proporsi ibu menyusui secara Eksklusif.
yang tidak memberikan ASI Eksklusif Keberhasilan memberikan ASI
lebih tinggi pada ibu yang tidak mendapat Eksklusif selain bergantung pada ibu juga
dukungan keluarga dibandingkan dengan sangat bergantung pada dukungan
ibu menyusui yang mendapat dukungan keluarga. Dukungan keluarga sangat
keluarga. Perbedaan proprorsi ini penting dalam suksesnya menyusui,
menunjukan hasil yang bermakna yang terutama untuk ASI Eksklusif. Dukungan

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
8
emosional suami sangat berarti dalam sepuluh orang diantaranya tidak dapat
menghadapi tekanan luar yang meragukan menyusui bayinya karena alasan
perlunya ASI. Suami yang menjadi fisiologis. Jadi, sebagian besar ibu dapat
benteng pertama saat ibu mendapat menyusui dengan baik. Hanya saja
godaan yang datang dari keluarga ketaatan mereka untuk menyusui
terdekat, orangtua atau mertua. Suami Eksklusif 4-6 bulan dan dilanjutkan
juga harus berperan dalam pemeriksaan hingga dua tahun yang mungkin tidak
kehamilan, menyediakan makanan bergizi dapat dipenuhi secara menyeluruh. Itulah
untuk ibu dan membantu meringankan sebabnya dorongan suami dan kerabat lain
pekerjaan istri. Kondisi ibu yang sehat diperlukan untuk meningkatkan
dan suasana yang menyenangkan akan kepercayaan diri ibu akan kemampuan
meningkatkan kestabilan fisik ibu menyusui secara sempurna (Khomsan,
sehingga produksi ASI lebih baik. Lebih 2006). Dukungan keluarga perlu
lanjut suami juga ingin berdekatan dengan ditingkatkan lagi oleh karena itu petugas
bayinya dan berpartisipasi dalam kesehatan agar memberikan konseling
perawatan bayinya, walau waktu yang khususnya kepada suami dan ibu
dimilikinya terbatas.(Roesli, 2005). menyusui tentang pentingnya ASI
Suami yang berperan mendukung Eksklusif. Peran suami perlu ditingkatkan
ibu agar menyusui sering disebut dengan melibatkan dalam kegiatan
breastfeeding father. Pada dasarnya seribu penyuluhan dan konseling.
ibu menyusui mungkin tidak lebih dari

SIMPULAN
1. Lebih dari setengah responden ibu dari keluarga dalam pemberian ASI
menyusui tidak memberikan ASI Eksklusif
Eksklusif pada ibu bekerja
5. Ada hubungan antara jumlah jam
2. Kurang dari setengahnya ibu kerja dengan pemberian ASI
menyusui bekerja lembur Eksklusif pada ibu bekerja
3. Kurang dari setengahnya ibu 6. Ada hubungan antara fasilitas
menyusui menyatakan tidak ada menyusui dengan pemberian ASI
fasilitas menyusui ditempat kerjanya Eksklusif pada ibu bekerja
4. Kurang dari setengahnya ibu 7. Ada hubungan antara dukungan
menyusui tidak mendapat dukungan keluarga dengan pemberian ASI
Eksklusif pada ibu bekerja

SARAN
1. Melakukan pendidikan kesehatan kerjasama dengan pemerintah dan
berupa penyuluhan kepada ibu beserta pihak swasta agar ditempat kerja
keluarga tentang pentingnya ASI disediakan fasilitas untuk menyusui
Ekslusif serta memperbanyak sarana dan memperbanyak akses informasi
informasi yang mudah diakses oleh yang mudah dijangkau oleh ibu
ibu dan keluarga, seperti penyediaan menyusui. Bekerja sama dengan kader
papan informasi, penyebaran leaflet dan tokoh masyarakat untuk
sampai ke desa-desa, iklan di media meningkatkan kegiatan posyandu
masa, program acara di radio. sebagai sarana promosi pemberian
ASI Eksklusif khususnya pada ibu
2. Meningkatkan fasilitas menyusui ibu
yang bekerja.
tentang ASI Eksklusif dengan

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
9
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni. 2015. Buku Pintar ASI Dinkes Majalengka, 2015. Profil


Eksklusif, Pengenalan, Praktik Kesehatan Kabupaten
dan Kemanfaatan- Majalengka. Majalengka :
Kemanfaatannya, Penerbit Diva Dinkes
Press, Yogyakarta
Evline. 2010. Air Susu Ibu dan Hak Bayi.
Anggorowati. 2013. Hubungan antara IN Pratiwi, N. A. G. I. &
Dukungan Keluarga dengan Purnawati, J. (Eds.) Bedah ASI.
Pemberian ASI Eksklusif pada Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Bayi di Desa Bebengan Indonesia.
Kecamatan Boja Kabupaten
Kendal. Friedman. 2010. Buku ajar keperawatan
www.jurnal.kesehatan.com keluarga : Riset, Teori dan.
Praktek. Jakarta : EGC
Ambarwati, 2012. Asuhan Kebidanan
Nifas. Yogyakarta. Cendekia. Halimah 2011. Buku Pintar menjalani 9
Press. Bulan Kehamilan. Yogyakarta :
CV. Tora Book
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
Pendekatan Praktek. Edisi Revisi Hidayat. 2007. Pengantar Konsep Dasar
V. Jakarta: Rineka Cipta. Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Medika
Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Kebidanan
Asuhan Nifas Normal. Jakarta: Hendarawan. 2010. Makanan Sehat
EGC Untuk Bayi. Jakarta : Puspa
Swara
Depkes RI, 2009. Pedoman Pekan
Kesehatan Nasional. Pusat IDAI, 2011. Pedoman Pelayanan Medis,
Promosi Kesehatan Depkes. Jakarta, IDAI.
RI.Jakarta.
Kemenkes RI, 2015. Undang-Undang
Departemen Kesehatan RI, 2015. Profil dan Peraturan Tentang
Kesehatan Indoensia 2015. Menyusui. Jakarta : Kemenkes
Jakarta : Depkes RI RI.

Depkes RI, 2012. Pekan ASI Sedunia. Kaplan dan Sadock, 2012. Buku Ajar
http://gizi.net/download/pekanasi Psikiatri Klinis: Kaplan dan
-2010.pdf. Sandock (Edisi 2). Jakarta : EGC

Depkes RI, 2015. Profil Kesehatan Kristiyanasari. 2011. Gizi Ibu Hamil.
Indonesia 2015. Jakarta : Depkes Yogyakarta: Nuha Medika
RI
Murwani, 2007. Asuhan Keperawatan
Dinsosnaker RI, 2007. Keputusan Keluarga Konsep dan Aplikasi.
Gubernur tentang Kasus. Jogjakarta : Mitra
Ketenagakerjaan. Jakarta Cendikia Press

Dinkes Jabar, 2015. Profil Kesehatan Nelson, 2011. Ilmu Kesehatan Anak
Jawa Barat. Bandung : Dinkes Edisi XV. Jakarta : EGC
Jabar.
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
10
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan Roesli, 2007. Bayi Sehat Berkat Asi
metodologi penelitian Eksklusif. Jakarta: Elex Media
keperawatan. Jakarta ; Salemba Komputindo.
Medika.
Siregar. 2012. Pemberian ASI Eksklusif
Notoatmodjo. 2010. Metodologi dan Faktor–faktor yang
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Mempengaruhinya. Sumatra
Rineka Cipta Utara: Universitas Sumatra Utara

Purwanti, 2010. Konsep Penerapan ASI Suririnah. 2009. Buku Pintar Kehamilan
Eksklusif. Bandung : Cendekia dan Persalinan. Jakarta : PT.
Gramedia
Proverawati, 2010. Imunisasi dan
Vaksinasi. Jakarta: Nuha Offset.

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume IV Nomor 7 Februari 2018
11

Anda mungkin juga menyukai