Anda di halaman 1dari 58

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI merupakan nutrisi ideal untuk bayi yang mengandung zat gizi paling

sesuai dengan kebutuhan bayi dan mengandung seperangkat zat perlindungan

untuk memerangi penyakit. Dua tahun pertama kehidupan seorang anak

sangat penting, karena nutrisi yang optimal selama periode ini menurunkan

morbiditas dan mortalitas, mengurangi risiko penyakit kronis, dan mendorong

perkembangan yang lebih baik secara keseluruhan. Oleh karena itu,

pemberian ASI yang optimal yaitu saat anak berusia 0-23 bulan sangat

penting karena dapat menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak di

bawah usia 5 tahun setiap tahun (WHO, 2020).

Indikator kesejahteraan suatu negara salah satunya dilihat dari Angka

Kematian Bayi (AKB). Target pada tahun 2030 yaitu mengakhiri kematian

bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha

menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH

(Kelahiran Hidup) dan Angka Kematian Balita 25 per 1000 KH (SDGs,

tujuan-3). World Health Organization (WHO) dan United Nations of

Children’s Fund (UNICEF) dalam strategi global pemberian makanan pada

bayi dan anak menyatakan bahwa pencegahan kematian bayi adalah dengan

pemberian makanan yang tepat yaitu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

kehidupan dan pengenalan makanan pendamping ASI (MPASI) yang aman

dan bergizi pada usia 6 bulan bersamaan dengan pemberian ASI lanjutan

hingga usia 2 tahun atau lebih (WHO, 2020).

1
2

Data World Health Organization (WHO) tahun 2016 menunjukkan rata-

rata pemberian ASI eksklusif di dunia berkisar 38%. Di Indonesia, sebanyak

96% perempuan telah menyusui anak dalam kehidupan mereka, namun hanya

42% yang mendapatkan ASI eksklusif (PAS, 2018). Pada tahun 2020, WHO

kembali memaparkan data berupa angka pemberian ASI eksklusif secara

global, walaupun telah ada peningkatan, namun angka ini tidak meningkat

cukup signifikan, yaitu sekitar 44% bayi usia 0-6 bulan di seluruh dunia yang

mendapatkan ASI eksklusif selama periode 2015-2020 dari 50% target

pemberian ASI eksklusif menurut WHO. Masih rendahnya pemberian ASI

eksklusif akan berdampak pada kualitas dan daya hidup generasi penerus.

Secara global pada tahun 2019, 144 juta balita diperkirakan stunting, 47 juta

diperkirakan kurus dan 38,3 juta mengalami kelebihan berat badan atau

obesitas (WHO, 2020).

Angka pemberian ASI eksklusif dibeberapa daerah di Indonesia masih

tergolong rendah. Berdasarkan data yang dikumpulkan International Baby

Food Action Network (IBFAN) 2014, Indonesia menduduki peringkat ke tiga

terbawah dari 51 negara di dunia yang mengikuti penilaian status kebijakan

dan program pemberian makan bayi dan anak (Infant-Young Child Feeding).

berupa umur, pekerjaan, pendidikan sosial ekonomi dan tempat tinggal, faktor

Berdasarkan penelitian World Health Organisation (WHO), pernah

menyampaikan bahwa alasan terbanyak ibu menghentikan pemberian ASI

ekslusif karena merasa ASI nya tidak mencukupi kebutuhan bayi. Sekitar

35% ibu menghentikan pemberian ASI secara ekslusif pada beberapa minggu
3

postpartum karena merasa ASI kurang dan bayi merasa tidak puas

(Susanto.A, 2018).

Terdapat berbagai kendala yang dapat mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif salah satunya yaitu produksi ASI yang tidak lancar. Ibu menyusui

harus mendapatkan tambahan protein 20 gram setiap hari, karena dalam 100

cc ASI terdiri dari 1,2 gram protein. Selain membentuk protein dalam ASI,

kebutuhan protein juga dibutuhkan untuk sintesis hormone produksi ASI

(Prolaktin) dan hormon sekresi ASI (Oksitosin). Sumber protein ini dapat

diperoleh dari ikan, daging ayam, daging sapi, telur, telur, susu, dan juga

tahu, tempe, serta kacang-kacangan. Jika kebutuhan protein tidak terpenuhi

dari makanan maka protein diambil dari protein ibu yang berada di otot. Hal

ini mengakibatkan ibu menjadi kurus dan setelah menyusui akan merasa lapar

(Sulistyoningsih H, 2017).

Salah satu cara untuk memperlancar produksi ASI yaitu dengan

mengkonsumsi sari kacang hijau, karena di dalamnya terkandung berbagai

komposisi gizi, diantaranya protein, zat besi dan vitamin B1. Protein berguna

dalam membantu pembentukan sel-sel otot, mempercepat pemulihan dan

meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu kenyang lebih lama.

Kandungan zat besi berfungsi meningkatkan hemoglobin sehingga dapat

mencegah terjadinya anemia (Rukmana, 2014).

Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan komposisinya lengkap.

Berdasarkan jumlahnya, protein merupakan penyusun utama kedua setelah

karbohidrat. Kacang hijau mengandung 20-25 % protein. Protein tinggi

sangat diperlukan oleh ibu selama laktasi, terutama proteinnya mengandung


4

asam amino sehingga mampu merangsang sakresi ASI. Kacang hijau juga

mengandung senyawa aktif yaitu polifenol dan flavonoid yang berfungsi

meningkatkan hormone prolaktin. Ketika hormone prolaktin meningkat maka

sekresi susu akan maksimal sehingga kuantitas ASI akan meningkat dan

kandungan gizi yang terdapat dalam sari kacang hijau akan meningkatkan

kandungan gizi dalam ASI (Suskesty, 2017).

Hasil penelitian Widia (2019), tentang Efektivitas Konsumsi Sari Kacang

Hijau (Vigna Radiate) Terhadap Kelancaran Produksi Asi Ibu Nifas di

wilayah kerja Puskesmas Batulicin, menyatakan bahwa Ada efektivitas

konsumsi sari kacang hijau terhadap kelancaran produksi ASI pada Ibu nifas

dengan nilai p-value adalah 0,002 (p≤0,05).

Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ritonga, dkk (2019)

dengan judul Sari Kacang Hijau Sebagai Alternatif Meningkatkan Produksi

Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui di Klinik Pratama Tutun Sehati Desa

Limau Manis Deli Serdang, dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa

ada pengaruh pemberian sari kacang hijau terhadap produksi ASI pada Ibu

menyusui di Klinik Pratama Tutun Sehati Desa Limau Manis Deli Serdang

tahun 2019 dengan nilai p-value adalah 0,046 (p≤0,05).

Menurut data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2018, cakupan bayi

pada tingkat provinsi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia adalah

sebanyak 68,74% sementara cakupan untuk provinsi Sumatera Barat masih

berada dibawah dari akumulasi cakupan pemberian ASI eksklusif Indonesia

menurut provinsi yaitu 68,11% (Profil kesehatan Indonesia tahun 2018). Data

dari laporan Profil Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat pada tahun 2021
5

didapatkan jumlah ibu nifas sebanyak 7.700 orang, dengan jumlah bayi

sebanyak 10.263 orang. Dan di wilayah kerja Puskesmas Air Bangis jumlah

ibu nifas sebanyak 667 orang. Cakupan ASI ekslusif di Kabupaten Pasaman

Barat, khususnya wilayah kerja Puskesmas Air Bangis belum memenuhi

target Renstra tahun 2020 yaitu sebesar 48,3 %. Namun demikian masih ada

yang tidak terpenuhi pemberian ASI pada bayi dengan berbagai alasan salah

satunya karena ASI tidak lancar sehingga bayi tidak terpenuhi mendapat ASI.

(Profil Dinkes Kabupaten Pasaman Barat 2020-2021).

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan dengan mewawancarai

petugas pemegang program Ibu dan Anak mengenai cakupan pemberian ASI

pada bayi, petugas tersebut menjawab bahwa untuk cakupan pemberian ASI

Ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Air Bangis belum memenuhi target

Renstra, namun meskipun demikian masih ada juga ibu menyusui yang tidak

ASI ekslusif karena alasan bekerja, ASI sedikit, ASI tidak lancar, bayi tidak

mau menyusui, tidak ada dukungan dan motivasi dari suami, dan sebagainya.

Survey awal juga peneliti lakukan dengan mewawancarai 5 orang ibu

menyusui tentang kelancaran ASI dan makanan yang sering dikonsumsi ibu

selama menyusui, 3 diantara ibu menyusui tersebut mengatakan ASI nya

tidak lancar sehingga sering memberikan susu tambahan formula pada

bayinya, apalagi bayi yang laki-laki sangat kuat menyusu tapi produksi ASI

ibu kurang, dan ibu juga mengatakan bahwa ibu hanya makan-makanan

seperti biasa, makan nasi putih, lauk, sayur, sesekali dengan buah-buahan.

Sedangkan 2 orang ibu menyusui mengatakan ASI lancar meskipun beliau

bekerja, Ibu mengatakan sering mengkonsumsi makanan yang bergizi,


6

banyak makan sayur dan buah serta menambahkan dengan mengkonsumsi

bubur kacang hijau 2 kali sehari, sehingga ASI ibu banyak dan sering

dipompa.

Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan di atas, maka peneliti

tertarik untuk mengadakan penilitian “Pengaruh Pemberian Bubuk Kacang

Hijau Terhadap Peningkatan Volume ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah

Kerja Puskesmas Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka di rumuskan masalah penelitian

sebagai berikut, Apakah ada “Pengaruh Pemberian Bubuk Kacang Hijau

Terhadap Peningkatan Volume ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah

Kerja Puskesmas Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Bubuk Kacang Hijau

Terhadap Peningkatan Volume ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja

Puskesmas Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui Distribui Frekuensi Rerata Volume ASI Sebelum Pemberian

Bubuk Kacang Hijau Pada Ibu Menyusi di Wilayah Kerja Puskesmas

Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022.


7

b. Diketahui Distribusi Frekuensi Rerata Peningkatan Volume ASI

Sesudah diberikan Bubuk Kacang Hijau Pada Ibu Menyusi di Wilayah

Kerja Puskesmas Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022.

c. Diketahui Rerata Volume ASI Sebelum dan Sesudah Pemberian Bubuk

Kacang Hijau Pada Ibu Menyusi di Wilayah Kerja Puskesmas Air

Bangis Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

responden tentang manfaat sari kacang hijau pada ibu menyusui.

2. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dan menambah

pengetahuan peneliti tentang manfaat sari kacang hijau untuk dapat

meningkatkan produksi ASI.

3. Bagi Puskesmas

Penelitian ini sebagai masukan bagi instansi terkait dalam melakukan

penyuluhan atau konseling pada ibu menyusui dan sebagai pelengkap data

pelayanan kesehatan dalam mewujudkan keberhasilan program

pembangunan yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama

kesehatan ibu dan bayi.


8

4. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam

memperbanyak referensi tentang ibu menyusui, manfaat sari kacang hijau

untuk ibu menyusui dan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Pengaruh Pemberian

Bubuk Kacang Hijau Terhadap Peningkatan Volume ASI Pada Ibu Menyusui

di Wilayah Kerja Puskesmas Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat Tahun

2022.

Jenis penelitian ini yaitu Quasi Experiment dengan desain pre and post

test design. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret s/d April

Tahun 2022 yang bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Air Bangis.

Populasi penelitian ini adalah seluruh Ibu menyusui yang punya bayi usia 0-3

bulan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Air Bangis yang berjumlah 166

orang. Dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang, dengan teknik pengambilan

sampel secara Purposive Sampling. Pengumpulan dan pengolahan data secara

komputerisasi. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan

bivariat, sedangkan uji statistik dilakukan adalah uji statistik Pair Test.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9

A. Tinjauan Teoritis

1. Air Susu Ibu (ASI)

a. Pengertian ASI

ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, mudah

dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan, dapat

mencegah terjadinya penyakit infeksi karena mengandung zat

penangkal penyakit (misalnya, immunogblobulin), praktis dan mudah

memberikannya, serta mudah dan bersih (Sutanto, 2021).

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose,

dan garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara

ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama

dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi yaitu

kolostrum, ASI masa transisi, dan ASI matur (Sutanto, 2021).

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa,

dan garam-garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar

payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak

konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras, keadaan

nutrisi, dan diri ibu (Soetjiningsih, 2012).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur

kebutuhan bayi baik fisik, psikologsosial maupun spriktual. ASI

mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti

9
alergi, serta anti inflamasi (Indriyani, 2016).
10

b. Fisiologis Laktasi

Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian

mempunyai kemampuan yang lebh besar dibanding yang lain. Pada

masa hamil payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini

disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel

doktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses

proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan plasenta yaitu

laktogen, prolaktin koriogonadotropin, estrogen dan progesteron.

Selain itu, perubhan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya

peredaran darah pada payudara (Walyani, 2021).

Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung

puting keluar cairan disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan

tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon

prolaktin dari hopofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun

cairan yang dihasilkan tidak berlebih sebab meskipun kadar prolaktin

cukup tinggo, pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormon

estrogen. Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun

dengan lepasnya plasenta (Marmi, 2015).

Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatkan

kadar prolaktin dan produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin

yang bersinambungan disebabkan oleh proses menyusui. Pelepasan

ASI dibawah kendali neuroendokrin. Rangsangan sentuhan pada

payudara (ketika bayi menghisap) akan merangsang produksi

oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepotel. Proses ini


11

disebut refleks let down atau pelepasan ASI ini tidak dipengaruhi oleh

keadaan emosi ibu. Namun, pelepasa ASI dapat dihambat oleh

keadaan emosi ibu, misalnya ketika ia merasa sakit, lelah, malu

merasa tidak pasti, atau merasakan nyeri.

Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae

melalui duktus ke sinus laktiferus. Isapan merangsang produksi

oksitosin oleh kelenjar hopofisis posterior. Oksitosin memasuki darah

dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel mioepitel) yang

mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel-

sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui duktus

laktiferus menuju ke sinus laktiferus dimana ia akan disimpan. Pad

saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tetekan keluar, kemulut bayi.

Pada saat bayi menghisap puting, ASI di dalam sinus tertekan keluar,

ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus dinamakan let down atau

pelepasan (Walyani, 2021).

Pada akhirnya let down dapat dipicu tanpa rangsangan hisapan.

Pelepasan dapat terjadi ketika ibu mendengar bayi menangis atau

sekedar memikirkan tentang bayinya. Pelepasan penting sekali bagi

pemberian ASI yang baik. Tanpa pelepasan, bayi mungkin menghisap

terus-menerus. Akan tetapi bayi hanya memperoleh sebagian dari ASI

yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila pelepasan gagal

terjadi berulang kali payudara berulang kali tidak dikosongkan pada

waktu pemberian ASI, refleks ini akan berhenti berfungsi, dan laktasi

akan berhenti.
12

c. Refleks dalam Mekanisme Isapan Bayi

Menurut Astutik (2014), bayi yang sehat mempunyai tiga refleks

intrinstik yang dibutuhkan agar menyusu dengan baik dan ASI bisa

terhisap dengan maksimal. Refleks tersebut adalah sebagai berikut:

1) Refleks menangkap (Rooting Refleks)

Refleks ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan

bayi akan menoleh kearah sentuhan. Payudara ibu yang menempel

pada pipi atau daerahsekeliling mulut merupakan suatu

rangsangan yang bisa menimbulkan refleks untuk mencari pada

bayi. Ini menyebabkan kepada bayi berputar menuju puting susu

yang menempel tadi diikuti membuka mulut. Kemudian puting

susu ditarik masuk kedalam mulut dan berusaha menangkap

puting susu.

2) Refleks menghisap (Sucking Refleks)

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh

oleh puting. Puting susu yang sudah masuk kedalam mulut dengan

bantuan lidah akan ditarik lebih jauh menekan kalang payudara di

langit. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara berirama,

maka gusi akan menjepit ke puting susu. Selanjutnya bagian

belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang

mengakibatkan air susu keluar dari puting.

3) Refleks Menelan (Swalowing Refleks)


13

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia

akan menelannya. Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan

disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-

otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan ditambah dan

diteruskan dengan mekanisme menelan masuk kelambung.

d. ASI menurut stadium Laktasi

Menurut Marmi (2015), ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:

1) Kolostrum

Kolostrum adalah air susu pertama kali keluar. Kolotrum ini

di sekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari

keempat pasca persalinan. Kolostrum merupakan cairan dengan

viskositas kental, lengket dan bewarna kekuningan. Kolostrum

mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A, nitrogen,

sel darah putih dan antibodi yang tinggi dari pada ASI matur.

Selain itu, kolostrum adalah immunoglobulin (1g G, 1g A, dan 1g

M) yang digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan

menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.

Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita,

tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendeteksi

kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume antara 150-

300 ml/24 jam. Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk

membersihkan zat yang tidak dipakai dari usus bayi yang baru

lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi

makanan yang akan datang.


14

2) ASI Transisi atau Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum

sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke

10. Selama 2 minggu volume air susu bertambah banyak dan

berubah warna serta komposisina. Kadar immunoglobulin dan

protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

3) ASI matur

ASI matur adalah disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya.

ASI matur tampak bewarna putih. Kandungan ASI matur relatif

konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang

mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut

foremilk. Foremilk lebih encer. Foremik mempunyai kandungan

rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air.

Selanjutnya air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya

akan lemak dan nutrisi. Hinmilk akan membuat bayi lebih cepat

kenyang. Dengan demikian bayi akan membutuhkan keduanya,

baik foremik dan hindmilk.

e. Komposisi Gizi dalam ASI

ASI mengandung makronutrein dan mikronuterein. Komponen

yang termasuk makronutrein adalah karbohidrat, protein, dan lemak,

sedangkan mikronutrein mencakup vitamin dan mineral dan hampir

90% tersusun dari air. Selain itu volume dan komposisi nutrien ASI

berbeda untuk setiap ibu tergantung dari kebutuhan bayi. Contohnya,


15

pada 1-5 hari pertama melahirkan, tubuh menghasilkan kolostrum

yang sangat kaya protein (Astutik, 2014).

Perubahan kolostrum menjadi air susu yang matur berlangsung

bertahap selama 14 hari pertama kehidupan bayi. Keadaan tersebut

bervariasi karena berkaitan dengan berbagai faktor, pengaktifan

jaringan glandula mammae, keefektifan bayi belajar menghisap.

Bahkan ASI yang telah matur juga memiliki variasi komposisi dan

nilai kalori dari air susu begantung pada masing-masing individu.

Dalam pemberiam ASI tidak dibatasi jumlah takaran (Nurjanah, dkk

2013).

Kandungan utama ASI adalah air, sedangkan susu formula

konsistensinya lebih kental. Kandungan lain juga sangat penting pada

ASI adalah sebagai berikut:

1) Karbohidrat

Karbohidrat yang menjadi penyusun utama ASI adalah

laktosa dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk

otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2 kali lipat

dibandingkan laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu

formula. Namun demikian pula angka kejadian diare yang

disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi

laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini

disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibanding

laktosa susu sapi atau susu formula.


16

Kadar kabohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,

tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-

14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati masa ini maka

kadar lkarbohidrat ASI relatif stabil (Astuti, 2014).

2) Protein

Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya

berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein

dalam ASI lebih banyak terdiri dari Protein whey yang lebih

mudah diserap oleh bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak

mengandung protein Casein yang lebih sulit dicerna oleh usus

bayi. Jumlah protein casein yang terdapat dalam ASI hanya 30%

dibanding susu sapi yang mengandung protein whey yang banyak

terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta

laktoglobulin ini merupakan jenis protein yang potensial

menyebabkan alergi.

Kualitas protein ASI juga lebih baik dibanding susu sapi

yang terlihat dari profil asam amino (unit yang membentuk

protein). ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap

dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino

taurin. Asam amino ini hanya ditemukan daam jumlah sedikit di

dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada

perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam

jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang

(Sutanto, 2021).
17

Taurin ini sangat dibutuhkan oleh bayi prematur, karena

kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein ini sangat

rendah. ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis

senyawa organik yang tersusun dari jenis yaitu basa nitrogen,

karbohidrat, dan fosfat) dibanding dengan susu sapi yang

mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Disamping itu

kualitas nukeotida ASI juga lebih baik dibanding ssusu sapi.

Nekleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan

pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan

bakteri baik dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan

daya tahan tubuh (Astutik, 2014).

3) Lemak

Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu

sapi dan susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan

untuk mengandung pertumbuhan otak yang cepat selama masa

bayi. Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang

ditemukan dala ASI dan susu sapi atau susu formula. Lemak

omega 3 dan omega 6 yang berperan pada perkembangan otak

bayi banyak ditemukan dalam ASI.

Disamping dan retina mata. Susu sapi tidak mengandung

kedua komponen ini, oleh karena itu hampir terdapat semua susu

formula ditambahkan DHA dan ARA ini. Tetapi perlu diingat

bahwa sumber DHA dan ARA yang ditambahkan ke dalam susu

formula tentu tidak sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah


18

lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit dibanding ASI

matang, tetapi mempunyai presentasi asam lemak rantai panjang

yang tinggi. ASI mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh

yang seimbang dibandingkan susu sapi yang lebih banyak

mengandung asam lemak jenuh. Seperti kita ketahui konsumsi

asam lemah jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik

untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah (Astuti, 2014).

4) Karnitin

Karnitin ini mempunyai peran membantu proses

pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan

energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme

tubuh. ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada

3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam kolostrum kadar

karnitin ini lebih tinggi lagi. Konsentrasi karnitin bayi yang

mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat

susu formula (Astuti, 2014).

5) Vitamin

Vitamin yang akan ada dalam ASI jenisnya beragam, tetapi

terdapat dalam jumlah yang relatif sedikit. Vitamin K yang

berfugsi sebagai faktor pembekuan jumlah sekitar serempat jika

dibandingkan dengan kadar dalam susu formula. Dengan

demikian, untuk mencegah terjadinya perbedarahan maka perlu

diberikan vitamin K pada bayi baru lahir dalam bentuk suntikan.


19

Demikian pula dengan vitamin D yang berasal dari cahaya

matahari, ini yang menjadi alasan penting bayi berjemur di pagi

hari. Vitamin lainnya juga yang terdapat didalam ASI adalah

vitamin A dan vitamin E, vitamin A yang terdapat dalam ASI

jumlahnya cukup tinggi. ASI juga memproduksi beta-koreten

sebagai bahan baku pembentukan vitamin A. Selain untuk

kesehatan mata juga vitamin A penting untuk memacu

pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Karena

fungsinya dalam ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan

vitamin E dapat menyebabkan terjadinya kekurangan darah

(anmenia hemolitik).

Selain yang disebutkan sebelumnya, ada juga larut air yang

terkandung dalam ASI, diantaranya adalah vitamin B1, B2, B6,

B9 (asam folat), dan vitamin C. Hampir semua vitamin yang larut

dalam air terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu

berpengaruh terhadap kadar vitamin dalam ASI (Astuti, 2014).

6) Mineral

Tinggi dan rendahnya mineral dalam ASI tidak dipengaruhi

oleh status gizi ataupun oleh makanan yang dikonsumsi ibu,

mineral yang terkandung didalam ASI adalah kalsium, fosfor,

magnesium, vitamin D, dan lemak. Komposisi fostor, magnesium,

vitamin D ini mengakibatkan kalsium dalam ASI bisa diserap

dnegan baik oleh bayi.


20

Kandungan zat besi baik didalam ASI maupun susu formula

keduanya rendah serta bervariasi. Namun bayi yang mendapat

ASI mempunyai risiko yang lebih kecil untuk mengalami

kekurangan zat besi dibandingkan dengan bayi yang mendapat

susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari

ASI lebih mudah diserap yaitu sebanyak 20-25% dibandingkan

susu formula hanya 4-7%. Mineral lainnya yang juga

mengandung di dalama ASI zinc yang berguna untuk pembantu

proses metaboisme, dan selenium yang sangat dibutuhkan untuk

pertumbuhan (Astuti, 2014).

7) Air

Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna

untuk melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI

merupakan sumber air yang secara metabolik adalah aman. Air

yang relatif tinggi dalam ASI ini akan mmeredakan rangsangan

haus dari bayi (Nurjanah, dkk, 2013).

8) Kalori

Kalori dari ASI relatif hanya 77 kalori/100ml ASI. 90%

berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari

protein (Nurjanah, dkk, 2013).

9) Unsur-unsur lain dalam ASI

Latokrom, kreatin, urea, xanthin, amonia dan asam sitrat.

Substansi tertentu di dalam plasma darah ibu, dapat juga berada

dalam ASI, misalnya minyak volatil dari makanan tertentu


21

(bawang merah), juga obat-obatan tetentu seperti sulfonmil,

morfin dan alkohol, juga elemen-elemen anorganik misalnya As,

Bi, I, Hg, dan Pb (Nurjanah, dkk, 2013).

10) Zat protektif

Menurut Yanti (2014), dengan adanya zat protektif yang terdapat

pada ASI, maka bayi jarang mengalami sakit. Zat-zat protektif

tersebut antara lain:

a) Laktobasilus bifidus (mengubah laktosa menjadi asam laktat

dan asam asetat, yang membantu memberikan keasaman pada

penvernaan sehingga menghambat perumbuhan

mikroorganisme).

b) Laktoferin (mengikat enzim zat besi sehingga membantu

menghambat pertumbuhan kuman)

c) Lisozim, merupakan enzim yang memecah dinding bakteri dan

anti inflamatori bekerjasama dengan peroksida dan askorbat

untuk menyerang Ecoli dan Salmonela.

d) Komplemen C3 dan C4

e) Faktor anti streptokokus, melindungi bayi dari kuman

streptokokus

f) Antibodi

g) Imunitas seluler, ASI mengandung sel-sel yang berfungsi

membunuh dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk

C3 dan C4, lisozim dan laktoferinn.

h) Tidak menimbulkan alergi (Walyani, 2021).


22

Tabel 2.1
Komposisi ASI

ASI Matur
Kandungan Kolustrum Transisi
Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immuniglobulin:
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
Sumber : Walyani, dkk. (2021)

Tabel 2.2
Perbedaan Komposisi ASI dan Susu Sapi

Komposisi ASI Matur Susu Sapi


Protein (g%) 1,2 3,3
Lemak (g%) 3,7 4,3
Laktosa (g%) 7,0 1,8
Kalori (Kal/100 ml) 65,0 65,0
Natrium (mMol) 15,0 58,0
Kalium (mMol) 57,0 145,0
Kalsium (mMol) 35,0 130,0
Fosfor 15,0 120,0
Sumber : Nurjanah, dkk (2013)

f. Volume ASI

Seorang bayi memerlukan sebanyak 600ml susu perhari. Dalam

keadaan produksi ASI telah normal, volumme susu yang terbanyak

dapat diperoleh adalah lima menit pertama. Penyedotan atau

penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung sampai 15-25 menit.

Berdasarkan kenyataan, perhitungan sederhana mengenai beberapa

jmlah air susu ibu yang dipperlukan adalah bayi normal memerlukan

160-165ml/kg BB/hari ASI. Dengan demikian, bayi dengan berat 4kg


23

memerlukan 600ml ASI perhari dan 825 ml perhari untuk bayi

dengan berat 5kg (Proverawati, 2010).

Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi untuk

setiap waktu menyusui dengan jumlah berkisar antara 450-1200 ml

dengan rata-rata antara 750-850 ml per hari. Banyaknya ASI yang

berasal dari ibu yang mempunyai status gizi buruk dapat menurunkan

sampai jumlah hanya 100-200 ml per hari (Astuti, 2014).

g. Manfaat pemberian ASI

Bayi dengan ASI banyak memperoleh manfaat bagi tubuhnya. Selain

bayi, ASI juga sangat bermanfaat bagi ibu, keluarga dan negara.

Berikut manfaat pemberian ASI (Walyani, 2021), antara lain:

1) Bagi bayi

a) Dapat membantu memulai kehidupan dengan baik

Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat

badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode

perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu-ibu

yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi, umumnya

berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak

sebanyak ibu-ibu yang tidak diberikan penyuluhan. Alasannya

ialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera

mmenghentikkan ASI nya setelah melahirkan. Frekuensi

menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan

bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak

sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.


24

b) Mengandung antibodi

Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah

apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk

antibodi dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan

limfosit. Antibodi di payudara disebut mammae associated

immunicompetent lymphoid tissue (MALT). Kekebalan

terhadap penyakit saluran pernafasan yang ditransfer disebut

bronchus associated immuocompetent lymphoid tissue

(BALT) dan untuk penyakit saluran penernaan ditransfer

melalui gut associated immunocompetent lymphoid tissue

(GALT).

Dalam tinja bayi yang mendapat ASI terhadap antibodi

terhadap bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggal

sehingga jumlah bakteri E.coli dalam tinja bayi tersebut juga

rendah. Didalam ASI kecuali antibodi terhadap enteritoksin

E.coli juga pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap

salmonella typhi, shigela dan antibodi terhadap virus seperti

roto virus, polio dan campak (Walyani, 2021).

c) ASI mengandung komposisi yang tepat

Yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi

yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kualitas

semua zat gizi diperlukan utuk kehidupan 6 bulan pertama.


25

d) Mengurangi kejadian karies dentis

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu

formula lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena

biasanya menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu

akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan susu

formula dan menyebabkan asam yang membentuk akan

merusak gigi.

e) Memberi rasa nyaan dan aman pada bayi dan adanya ikatan

antara ibu dan bayi.

Hubungan fisik ibu dan bayi baik untuk perkembangan

bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mengakibatkan

perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik.

f) Terhindar dari alergi

Pada bayi baru lahir sistem lgE belum sempurna.

Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi sistem hal

dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek

ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6

bulan akan mengurango kemungkinan alergi.

g) ASI meningkatkan kecerdasan bayi

Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang

mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel sehingga

jaringan otak bayi yang mmendapat ASI ekslusif akan tumbuh

optimal dan terbatas dari rangsangan kejang sehingga


26

menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan

sel-sel saraf otak.

h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang

pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada

payudara. Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab mal

oklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke

depan akibat menyusu dengan botol dan dot.

2) Bagi Ibu

Menurut Sutanto (2021), manfaat ASI bagi ibu yaitu:

a) Aspek kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung

syaraf sensorik sehingga post anterior hopofise mengeluarkan

prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekkan

produksi estrogen akibat nya tidak ada ovulasi, menjarangkan

kehamilan, pemberian ASI memberikan 98% metode

kontrasepsi yang efesien selama 6 bulan pertama sesudah

kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (ekslusif) dan belum

terjadi mentruasi kembali.

b) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang

terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin

membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya

perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan

berkurangnta perdarahan pasca persalinan mengurangi


27

prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karna sinoma

mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding

yang tidak menyusui. Mencegah kanker hanya dapat diperoleh

ibu yang memberi ASI secara eksklusif memiliki resiko

terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil

dibanding yang tidak menyusui secara eksklusif.

c) Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan

lebih cepat kembali ke berat badan semula sehingga seperti

sebelum hamil. Pada saat hamil. Badan bertambah berat,

selain karena ada janin, juga karena timbunan lemak pada

tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan

sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan

menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi

sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan

tenaga akan terpakai. Logikanya, jika tumbuhan lemak

menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan

seperti sebelum hamil.

d) Aspek psokologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk

bayi, tetapi juga ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,

rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

3) Bagi keluarga

a) Aspek ekonomi
28

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya

digunakan untuk membeli susu forula dapat digunakan untuk

keperluan lain. Kecuali itu, penghematan juga disebabkan

karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga

mengurangi biaya berobat.

b) Aspek psikologi

Kebahagian keluarga bertambah, karena kelahiran lebih

jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu lebih baik dan dapat

mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

c) Aspek kemudahan

Menyusui sangat pratis, karena dapat diberikan dimana

saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air

masak, botol dan dot yang harus dibersihkan srta minta

pertolongan orang lain.

4) Bagi negara

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi

Adanya faktor protektif dan nutrisi yang sesuai dalam

ASI menjamin status gizi yang baik serta kesakitan dan

kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis

menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari

penyakit infeksi, misalnya diare, titis media, dan infeksi

saluran pernafasan akut bagian bawah. Kejadian diare paling

tinggi terdapat pada anak di bwah 2 tahun dengan penyebab

rotavirus. Anak yang tetap diberikan ASI memounyai volume


29

tinja lebih sedikit, frekuensi diare lebih sedikit, serta lebih

cepat sembuh dibanding anak yang tidak mendapat ASI.

b) Menghemat devisa Negara

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika

semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa

sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk

membeli susu formula.

c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat

gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi,

mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial

serta serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan

anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat

dirumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu

formula.

d) Peningkatan kualitas generasi penerus

Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kebang secara

optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan

terjamin.

h. Kelancaran ASI

Pengeluaran ASI dikatakan lancar bila produuksi ASI berlebih

yang ditandai dengan ASI akan menetes dan memancar deras saat

diisap bayi (Purwanti, 2004). Ada dua cara mengukur produksi ASI

yaitu penimbangan berat badan sebelum dan setelah menyusui dan


30

pengosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan cara

termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI (Nurjanah,

2013). Kelancaran ASI dapat diukur dilihat melalui indikator ibu dan

bayi. Petunjuk yang digunakan untuk mengetahui banyaknya produksi

ASI dengan beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan jumlah

ASI lancar atau tidak menurut Soetijiningsih (2012) adalah sebagai

berikut :

1) ASI yang banyak dapat merembas ke luar melalui puting

2) Sebelum disusukan payudara terasa tegang

3) Berat badan naik dengan memuaskan sesuai umur.

Tabel 2.3
Kenaikan Berat Badan BerdasarkanUsia

Usia Bayi Kenaikan Berat Badan Rata-rata


1-3 bulan 700 g/bulan
5 bulan Dua kali berat badan waktu lahir
4-6 bulan 600 g/bulan
7-9 bulan 400 g/bulan
10-12 bulan 300 g/bulan
1 tahun Tiga kali berat badan waktu lahir
Sumber : Astutik (2014)

4) Jika cukup ASI, setelah menyusu bayi akan tertidur/ tenang

selama 3-4 jam

5) Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari

Produksi ASI cukup dan ASI lancar keluarnya jika bayi cukup

ASI.
31

Menurut Walyadni, dkk (2021) Tanda bahwa bayi mendapatkan ASI

adalah sebagai berikut :

1) Dengan pemeriksaan kebutuhan ASI

Pemeriksaan ini dengan cara menimbang BB bayi sebelum

mendapatkan ASI dan sesudah minum ASI dengan pakaian yang

sama dengan selisih berat penimbangan dapat diketahui

sebanyaknya ASI yang masuk dengan selisih berat penimbangan

dapat diketahui banykanya ASI yang masuk dengan konvera

kasar 1 gr BB= 1 ml ASI.

2) Secara subyektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan ibu

yaitu bayi merasa puas, tidur pulas setelah mendapat ASI dan ibu

merasa ada perubahan tegangan pada payudara pada saat

menyusui bayinya ibu merasa ASI mengalir deras.

3) Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apabila dirangsang

(disentuh pipinya, bayi tidak mencari arah sentuhan.)

4) Bayi tumbuh dengan baik

Pada bayi minggu 1 karena ASI mengandung air, maka salah satu

tanda adalah bayi tidak dehidrasi antara lain:

1) Kulit lembab kenyal

2) Turgor kulit negatif

3) Jumlah urin sesuai jumlah ASI/PASI yang diberikan/24 jam

(kebutuhan ASI bayi mulai 60 ml/kg BB/Hari) dan BAK 6-8 kali

sehari.
32

4) Bayi menyusu sering tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari.

5) Penurunan BB selama 2 minggu sesudah lahir tidak melebihi 10%

BB waktu lahir dan sesudah 2 minggu BB waktu lahir tercapai lagi

6) Usia 5-6 bulan BB mencapai 2 kali BB waktu lahir 1 tahun 3x

waktu lahir dan waktu 4 tahun lahirnya. Naik 2 kg/tahun atau

sesuai dengan kurve KMS.

7) BB usia 3 bulan + 20% BB lahir= 1 tahun + 50% BB lahir.

i. Alasan Ibu Tidak Memberikan ASI

Berikut alasan yang menyebabkan seorang ibu tidak memberikan ASI

eksklusif menurut Astutik (2014):

1) Pekerjaan

Di sebagian negara berkembang, rata-rata wanita bekerja 12-18

jam perhari. Wanita masih pula dibebani dengan berbagai peran

dalam keluarga. Kaum ibu yang terpaksa bekerja untuk mencari

nafkah dituntut untuk mampu membagi waktu antara bekerja dan

waktu keluarga.

2) Budaya sekitar

Ibu biasanya meniru teman, tetangga, atau orang tekemuka yang

memberikan susu botol dan merasa ketinggalan zaman jika

menyusui bayinya.

3) Produksi ASI tidak mencukupi

Alasan ini merupakan alasan utama para ibu untuk tidak

memberikan ASI eksklusif. Walaupun banyak ibu-ibu yang

merasa ASI-nya kurang, hanya 2-5% yang secara biologis


33

memang kurang produksi ASI-nya. Selebihnya 95-98% ibu dapat

menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya.

4) Pengetahuan

Ibu sering kurang mengetahui dan memahami tata laksana laktasi

yang benar (Astutik, 2014). Misalnya petingnya memberikan ASI,

bagaimana ASI keluar, bagaimana posisi dan perlengkataan yang

baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat

keluar dengan optimal.

5) Takut ditinggal suami

Ini semua karena mitos yang salah yaitu menyusui akan

mengubah bentuk payudara menjadi jelek. Sebenarnya yang

mengubah bentuk payudara adalah kehamilan bukan menyusui.

6) Takut badan tetap gemuk

Pendapat bahwa ibu menyusui sukar menurunkan berat badan

adalah tidak benar. Timbulnya lemak yang terjadi sewaktu hamil

akan dipergunakan untuk proses menyusui, walaupun wanita yang

tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan

lemak (Astutik 2014: 92).

7) Gencarnya promosi susu formula

Walaupun sekaranf promosi susu formula sudah dilarang pada

kenyataannya di fasilitas kesehatan justru masih ada yang

memberikan susu formula kepada ibu postpartum dengan alasan

kolostrum belum keluar.


34

j. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI menurut

Mardiyaningsih (2010) terdiri dari langsung dan tidak langsung, yaitu

sebagai berikut :

1) Faktor langsung

a) Perilaku menyusui

(1) Waktu inisiasi

Inisiasi menyusui dini atau pemulaan menyusu dini adalah

bayi yang mulai menyusu sendiri segera setalah lahir. Hal

ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat

melakukan kontak kulit langsung denga ibunya dengan

tujuan dapat memberikan kehangatan. Pemberian ASI

sedini mungkin lebih baik untuk mempertahankan

produksi ASI (Nanny, 2013).

(2) Teknik menyusui

Teknik menyusui yang benar adalah dengan cara

mmberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan sehingga

proses menyusui optimal karena posisi bayi ketika

menyusui dapat memberikan rangsangan pengeluaran ASI

dan bayi dapat menghisap puting dengan benar (Indriyani,

2016).

b) Faktor psikologi ibu

Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan

menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu


35

memproduksi Asi umumnta memang produksi ASI-nya

berkurang (Astutik, 2014). Untuk memproduksi ASI yang

baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang.

Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tenang akan

menurunkan volume ASI (Sundawati, 2017).

c) Faktor psikologi

Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini

merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal

pegadaan dan mempertahankan sekresi air susu

(Kristiyanasaro, 201). Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari

proses menyusui akan membantu produksi Asi (Nanny, 2011).

d) Faktor fisik ibu

Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah ibu yang menggunakan

pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang menggunakan

hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol,

perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat

mengurangi Produksi ASI (Astutik, 2014).

e) Makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan

ibu, secara apabila makanan ibu secara teratur dan cukup

mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi

produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat

bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk

membentuk produksi yang baik, makanan ibu harus memenuhi


36

jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta mineral yang

cukup. Selain itu, ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang

lebih 8-12 gelas/hari (Kristiyanasari, 2011).

2) Faktor Tidak Langsung

a) Pembatasan waktu ibu

(1) Jadwal waktu menyusui

Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu

dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginannya.

Menyusui yang dijadwalkan akan berakibatkan kurang

baik karena isapan bayi sangat berpengaruh pada

rangsangan produksi berikutnya (Nanny, 2011). Makin

jarang bayi disusui maka biasanya produksi ASI akan

berkurang (Astutik, 2014).

(2) Usia dan paritas

Umur dan paritas tidak behubungan dengan produksi ASI.

Pada ibu menyusui yang berusia remaja dengan gizi baik,

intake ASI mecukupi. Sementara itu, pada ibu yang

melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari

empat post partum jauh lebih tinggi dibandingkan pada ibu

yang baru melahirkan pertama kali (Proverawati, 2010).

(3) Umur kehamilan saat melahirkan

umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi

ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur sangat

lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif sehingga


37

produksi ASI lebih rendah dari pada bayi cukup bulan

(Nurjanah, dkk, 2013). Lemahnya kemampuan menghisap

pada bayi prematur ini dapat disebabkan oleh karena berat

badan nya yang rendah dan belum sempuurnanya fungsi

organ tubuh bayi tersebut (Proverawati, 2010).

(4) Faktor kenyamanan

Faktor ketidak nyamanan yang ibu rasakan sering

menyebabkan ibu berhenti untuk menyusui kecemasan dan

kelelahan ibu akan memproduksi refleks let down dan

menurunkan produksi ASI (Soetjiningsih, 2012).

b) Faktor bayi

Seseorang ibu mempunyai bayi kembar, baik kembar dua

maupun tiga sekalipun dapat menyusui kedua bahkan ketiga

bayinya. Namun, ada beberapa faktor kendala yang bersumber

pada bayi sehingga ibu tidak menyusukan bayinya, misalnya

bayi sakit dan bayi sering menangis, binggung putong, bayi

dengan kondisi tertetentu seperti BBLR, ikterus, bibir

sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek

(lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan

(sundawati, 2017).

c) Faktor lain

Faktor lain ini terdiri dari:

(1) Perawatan payudara


38

Perawatan payudara adalah perawatan setelah ibu

melahirkan dan menyusui yang merupakan suatu cara yang

dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar

dengan lancar (Walyani, 2021). Perawatan payudara

bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hopofise

untuk mengeluarkan hormon pralaktin dan oksitosin

(Marni, 2015).

(2) Teknik marmet

Teknik marmet adalah dengan cara memerah ASI secara

manual dan mengutamakan let down refleks (LDR).

Teknik ini merupakan kombinasi antara cara memerah ASI

dan memijat payudara sehingga refleks keluarnya ASI

dapat optimal (Mardiyaningsih, 2010).

k. Kontraindikasi menyusui

Beberapa hal yang membuat menyusui tidak diperkenan menurut

Proverawati (2010) adalah sebagai berikut:

1) Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol dalam

jumlah berlebihan

2) Bayi dengan galaktosemia

3) Ibu dengan penyakit HIV/AIDS

4) Ibu dengan penyakit Tuberkolosis (TBC) yang tidak diobati

5) Herpes yang aktif pada payudara

6) Menyusui dikontraindikasikan pada penggunaan steroid dosis

tinggi, obat-obatan sitotoksid, dan agen imunosupresif.


39

7) Ibu yang didiagnosa penyakit Lyme, yaitu suatu infeksi yang

ditularkan melalui kutu dan telah diindentifikasi dalam ASI.

l. Cara memperbanyak ASI

Menurut Walyani (2021), Berikut adalah cara memperbanyak ASI

yaitu:

1) Makan-makanan yang bergizi

2) Minum susu madu

3) Minumlah air putih minimal 8 gelas sehari

4) Sayur hijau dapat membantu menghasilkan ASI (misalnya sayur

daun katuk dan bayam, sayur jantung pisang dan pepaya)

5) Kacang-kacangan juga bagus untuk produksi ASI (misalnya

kacang Hijau atau kacanf rebus/goreng)

6) Banyak makan buah-buaha yang mengandung air

7) Jangan stres, sedih, marah, atau perasaan negatif lainnya

8) Tambahan vitamin, bila diperlukan

2. Pemberian Sari Kacang Hijau Terhadap Kelancaran Produksi ASI

a. Pengertian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kiky

Widyastuti, Triloka Wulandari dan Siti Roudhotul Jannah dimulai

dengan Pemilihan kacang hijau (Phaseolus Radiatus) sebagai

galactogogue. Didasarkan pada kandungan nutrisinya; karbohidrat

yang merupakan komponen terbesar dari kacang hijau yaitu sebesar

62-63% . Kandungan lemak pada kacang hijau adalah 0,7-1 gr/kg


40

kacang hijau segar yang terdiri atas 73% lemak tak jenuh dan 27%

lemak jenuh, sehingga dapat memperlancar ASI pada ibu menyusui,

karna kandungan pada kacang hijau adalah kandungan yang sama

yang terdapat pada ASI sehingga aman dikonsumsi, dan membuat ASI

menjadi lebih banyak keluar bila mengonsumsi kacang hijau.

Berdasarkan jumlahnya, protein merupakan penyusun utama

kedua setelah karbohidrat. Kacang hijau mengandung 20-25% protein.

Protein pada kacang hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%.

Daya cerna yang tidak terlalu tinggi tersebut disebabkan oleh adanya

zat antigizi, seperti antitrypsin dan tanin (polifenol) pada kacang hijau.

Pemenuhan nutrisi yang adekuat selama proses laktasi dapat

mempengaruhi pengeluaran hormon prolaktin setelah makan (Tim

Agro Mandiri, 2016)..

Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang

dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-

polongan (fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan

sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi.

Kacang hijau di indonesia menempati urutan ketiga terpenting sebagai

tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah. Tanaman

kacang hijau berbatang tegaj dengan ketinggian sangat bervariasi

antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping

pada bagian utama berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan

cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu (Tim Agro Mandiri,

2016).
41

Daunnya irifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya

berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari

daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hijau tua. Bunga kacang

hijau bewarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang

serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Polong hijau berbetuk

silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek.

Sewaktu muda polong bewarna hijau dan setelah tua bewarna hitam

atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji (Tim Agro Mandiri, 2016).

Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain.

Biji kacang hijau terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (10%),

kotiledon (88%) dan lembaga (2%). Pada bagian kulit biji kacang

hijau mengandung mineral antara lain fosfor (P), kalsium (Ca), dan

besi (Fe). Kotiledon banyak mengandung pati dan serat, sedangkan

lembaga merupakan sumber protein dan lemak. Dalam perdagangan di

indonesia hanya dikenal dua macam mutu, yaitu kacang hijau biji

besar dan biji kecil. Kacang hijau biji besar digunakan untuk bubur

dan tepung, sedangkan yang berbiji kecil digunakan untuk pembuatan

taoge. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap,

beberapa ada yang bewarna kuning, cokelat dan hitam. Tanaman

kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan.

(Pornomo 2012).

Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi

sebesar 22% dan merupakan sumber mineral penting, antara lain

kalsium dan fosfor. Sedangkan kandungan lemak nya merupakan


42

asam lemak yang tak jenus. Kandungan kalsium dan fosfor pada

kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang. Kacang hijau juga

mengandung rendah lemak yang sangat baik bagi mereka yang ingin

mengindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang rendah dalam

kacang hijau menyebabkan bahan makanan atau minuman yang

terbuat dari kacang hijau tidak mudah bebau. Lemak kacang hijau

tersusun atas 72% asam lemak tak jenus dan 27% asam lemak jenuh.

Umumnya kacang-kacangan memang mengandung lemak tak jenuh

tinggi. Asupan lemak tak jenus tinggi penting untuk menjaga

kesehatan jantung. Dan bagi ibu menyusui sangat dianjurkan untuk

mengonsumsi kacang hijau untuk kelancaran ASI. Kacang hijau

mengandung vitamin B1 yang berguna untuk pertumbuhan (Wahkida,

2017).

b. Kandungan Gizi Kacang Hijau

Tabel 2.4
Kandungan Gizi Kacang Hijau dan Gandum per 100 gr bahan

Gandum
Kandungan Gizi Kacang Hijau
Kalori (kal) 323 327
Protein (g) 22 12,61
Lemak (g) 1,5 1,54
Karbohidrat (g) 56,8 71,18
Kalsium (mg) 223 29
Zat Besi (mg) 7,5 3,19
Fosfor (mg) 319 228
Vitamin A (SI) 157 0
Vitamin B1 (mg) 0,46 0,38
Vitamin C (mg) 10 0
Air (g) 15,5 13,1
Sumber: Wahkida, 2017
43

c. Cara Pengolahan Sari Kacang Hijau

1) Bahan

a. 100 gr kacang hijau

b. 100 gelas air bersih

c. Gula aren/gula merah sesuai selera

2) Cara membuat sari kacang hijau :

a) Cuci bersih kacang hijau, pastikan bahwa kotoran yang

menempel telah hilang seluruhnya

b) Siapkan panci, masukkan air bersih dan tunggu sampai air

mendidih.

c) Masukkan gula merah agar menambah rasa

d) Masukkan kacang hijau ke dalamnya, rebus dengan air sedang

e) Sesekali air rebusan kacang hijau diaduk perlahan-lahan, lalu

tunggu hingga air rebusan berubah warna menjadi coklat

kemerahan

f) Kemudian angkat panci lalu saring.

d. Kandungan yang terdapat dalam Kacang Hijau

Kacang hijau memiliki kandungan nutrisi yang luar biasa.

Bahkan dikenal sebagai makanan para tentara agar kebutuhan

nutrisnya terpenuhi, fisiknya kuat dan otaknya cerdas. Berikut ini

merupakan penjelasan mengenai kandungan nutrisi dan manfaat

kacang hijau untuk kesehatan. Sebgai salah satu sumber makanan

yang baik untuk kesehatan. Sebagai salah satu sumber makanan


44

yang baik untuk kesehatan kacang hijau mengandung berbagai

nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh.

1) Kaya Vitamin

Kacang hijau mengandung asam folat sebesar 159 ug/100 gr

dan vitamin B1 sebesar 0,2 mg/100 gr. Tidak hanya itu, kacang

hijau juga dilengkapi dengan riboflavin, B6, asam pantothenat,

serta niasin yang berguna membantu fungsi metabolisme dan

organ tubuh.

2) Sumber Mineral

Kacang hijau kaya akan mineral. Dalam 100 gram kacang

hijau terdapat potassium (266 mg) fosfor (99 mg) mangan (48

mg), kalsium (27 mg), magnesium (0,3 mg) zat besi (1,4 mg),

zinc (0,8), selenium (2,5 ug).

3) Kaya Protein

Kacang hijau bisa menjadi sumber protein alternatif bagi para

vegetarian. Kandungan protein dalam setiap 100 gr kacang

hijau sebesar 7 gr protein.

4) Protein

Protein berguna dalam membantu pembentukan sel-sel otot,

mempercepat pemulihan, meningkatkan daya taha tubuh dan

membantu anda kenyang lebih lama (Wahkida, 2017).


45

5) Kaya Serat

Kandungan serat dalam 100 gr kacang hijau sebesar 7,6 gr

serat. Jumlah ini dapat memenuhi kebutuhan serat harian

sebesar 30 persen. Serat bermanfaat dalam menjaga fungsi

saluran cerna, mencegah sembelit dan membantu menurunkan

kolestrol.

6) Kaya Omega-3

Kacang hijau juga diperkaya dengan omega-3 sebesar 0,9

mg/100 gr dan omega-6 sebesar 119 mg/100 gr. Seperti kita

ketahui bahwa asam lemak esensial ini berguna untuk

menurunkan kolestrol dan menjaga kesehatan jantung.

e. Manfaat Kacang Hijau Bagi Kesehatan

Kandungan nutrisi lengkap yang terkandung dalam kacang hijau,

menjadikan makanan ini sebagai sumber makanan dengan

segudang manfaat kesehatan, antara lain:

1) Membantu penyerapan Nutrisi

Penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan vitamin B1

menyebabkan matabolisme malambat sehingga proses

penyerapan nutrisi dari maknan tidak berjarak maksimal.

Kandungan vitamin B1 dan enzim-enzim aktif pada kacang

hijau dapat memperbaiki kondisi ini dengan meningkatkan

penyerapan nutrisi dan metabolisme tubuh.

2) Mencegah penyakit jantung


46

Kacang hijau mengandung serat tinggi yang berfungsi

membersihkan saluran pencernaann, meningkatkan gerak

peristaltik usus sehingga mengurangi waktu kotoran kolestrol

jahat dalam tubuh, sehingga efektif untuk mencegah penyakit

kardiovaskular seperti jantung dan stroke.

3) Mencegah anemia

Diperkaya dengan zinc dan zat besi menjadikan kacang hijau

sebagai makanan pilihan untuk mengatasi anemia, membantu

keseimbangan hormon dan sistem kelenjar, serta menjaga

metabolisme tubuh.

4) Mambantu pertumbuhan

Kacang hijau mengandung protein lengkap yang membantu

pertumbuhan dan pembentukan sel-sel tubuh, yaitu sel-sel

organ, otot dan otak.


47

B. Kerangka Teori

Kerangka terori dalam penelitian ini, dapat diuraikan sebagai berikut:

Faktor Farmakologi:

1. Penggunaan alat Kontrasepsi


yang mengandung estrogen
2. Pengaruh Pil Laktasi

Faktor Non Farmakologis:

1. Makanan berprotein tinggi Volume ASI


2. Sayuran hijau
3. Buah-buahan yang
mengandung air
4. Pemberian kacang-kacangan
seperti : Sari Kacang Hijau
5. Ketenangan jiwa dan fikiran
6. Perawatan payudara
7. Anatomis payudara
8. Psikologis
9. Pola istirahat
10. Frekuensi menyusu anak
11. Umur saat melahirkan
12. Konsumsi rokok dan alkohol

Gambar 2.1
Kerangka Teoritis Pengaruh Pemberian Bubuk Kacang Hijau
Terhadap Peningkatan Volume ASI Pada Ibu Menyusui
Sumber: Walyani (2021), Sutanto (2021)
48

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah kerangka pelaksanaan penelitian

dalam rangka melihat Pengaruh Pemberian Bubuk Kacang Hijau Terhadap

Peningkatan Volume ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas

Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022. Kerangka konsep dalam

penelitian ini sebagai berikut:

Pre Test Intervensi Post Test

Volume ASI Volume ASI


sebelum Kacang Hijau sesudah
intervensi intervensi

Gambar 3.1
Kerangka Konsep

Pengaruh Pemberian Bubuk Kacang Hijau Terhadap Peningkatan


Volume ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Bangis Tahun 2022

48
49

B. Defenisi Operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional
Hasil Skala
Variabel Defenisi Operasinal Alat Ukur Cara Ukur
Ukur Ukur
Pemberian Suatu tindakan dengan Observasi Pemberian Perlakuan Nominal
kacang hijau memberikan ibu kacang dan kacang pemberian
hijau sebanyak 300 perlakuan hijau kacang
gram setiap hari untuk hijau
dikonsumsi 3 kali
sehari, dilakukan
selama 7 hari dalam
waktu seminggu.
Volume ASI Indikator yang dipakai: Lembar Wawancara Indikator Ordinal
pada ibu 1. Indikator Bayi observasi, dan Bayi:
menyusui a. BAK bayi popok Observasi Lancar, bila
dengan bayi minimal 6-8 bayi dan nilai ≥ 4
usia 0-3 kali sehari timbangan
bulan b. Berat badan bayi Tidak
naik sesuai Lancar ,
dengan umur bila nilai <
c. Bayi tenang, 4
tidur nyenyak
2-3 jam
d. BAB 2-5 kali
sehari
e. BAB berwarna
keemasan atau
hitam kehijauan
f. Frekuensi
menyusu > 8
kali sehari Indikator
50

2. Indikator Ibu Ibu:


a. Payudara Lancar, bila
tegang karena nilai ≥ 5
terisi ASI
b. Ibu relaks Tidak
c. Let down reflex Lancar, bila
baik nilai < 5
d. Ibu
menggunakan
kedua payudara
bergantian
e. Posisi
perlekatan
benar
f. Putting tidak
lecet
g. Ibu menyusui
bayi tanpa
jadwal
h. Ibu terlihat
memerah
payudara karena
penuh
i. Payudara
kosong setelah
bayi menyusu
sampai kenyang
dan tertidur
j. Ibu dapat
memberikan
ASI peras
menggunakan
51

cangkir dan
sendok

C. Hipotesis Penelitian

Ha: Ada Pengaruh Pemberian Bubuk Kacang Hijau Terhadap Peningkatan

Volume ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Air Bangis

Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2022


52

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment dengan desain pre and post

test design. Penelitian Quasi Experiment yaitu penelitian yang dilakukan

untuk mengungkapkan kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antar

variabel tanpa adanya manipulasi suatu variabel, variabel-variabel yang akan

diuji hubungan kausalnya telah terjadi dalam kondisi yang wajar (Arikunto,

2009).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Desa Baru.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret s/d April Tahun 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti atau yang akan

diselidiki (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh Ibu Menyusui yang punya bayi usia 0-3 bulan yang berada di

Wilayah Kerja Puskesmas Desa Baru yang berjumlah 52 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili dari seluruh (Notoatmodjo, 2010). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara Purposive

52
53

sampling. Sesuai dengan teori dari Notoatmodjo (2010), yaitu

pengambilan sampel yang ditentukan oleh peneliti langsung berdasarkan

pertimbangan peneliti sendiri. Sampel berjumlah 30 orang ibu menyusui

yang punya bayi usia 0-3 bulan.

Kriteria dalam pengambilan sampel yaitu:

Kriteria Inklusi:

a. Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed concent

b. Ibu menyusui

c. Ibu dan Bayi dalam kondisi sehat

d. Berat badan bayi lahir > 2500 gram

e. Tidak bekerja diluar rumah

f. Keadaan psikologi baik

g. Tidak mengkonsumsi obat medis atau obat herbal pelancar ASI

h. Tidak mengkonsumsi rokok dan alkohol

i. Berada ditempat saat penelitian

Kriteria Eklusi:

a. Tidak bersedia menjadi responden

b. Ibu menyusui dengan kelainan anatomi payudara

c. Bayi lahir dengan cacat fisik atau reflek hisap tidak baik

d. Ibu atau bayi sakit

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden.


54

b. Data sekunder

Data yang diperoleh dari Laporan Dinas Kesehatan, Puskesmas

Desa Baru dan study dokumentasi.

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Peneliti sebelumnya menetapkan responden sesuai dengan kriteria inklusi

untuk dilakukan intervensi pemberian kacang hijau

2. Peneliti memperkenalkan diri dan menjalin hubungan saling percaya

dengan responden

3. Peneliti menjelaskan secara singkat tentang penelitian

4. Responden menandatangani surat perjanjian responden

5. Pada saat kunjungan pertama peneliti mengukur volume ASI sebelum

dilakukan intervensi pemberian kacang hijau

6. Saat penelitian, peneliti menempatkan responden pada tempat atau

ruangan yang tenang

7. Peneliti menginstruksikan responden untuk duduk dengan posisi yang

nyaman dan rileks

8. Sehari sebelum dilakukan penelitian, ditentukan dulu apakah bayi sudah

mendapat ASI yang cukup atau belum

9. Setelah itu peneliti memberikan penjelasan tentang khasiat yang

terkandung dalam kacang hijau khususnya pada ibu menyusui

10. Peneliti memberikan kacang hijau kepada 30 orang ibu menyusui selama

7 hari berturut-turut

11. Setelah memberika penjelasan, peneliti mempersilahkan semua responden

untuk memakan kacang hijau


55

12. Responden melakukan intervensi yang sudah dicontohkan tadi

13. Catat dan dokumentasikan hasil observasi yang telah dilakukan

14. Ucapkan terimakasih atas kesediaan responden untuk berpartisipasi

15. Intervensi ini dilakukan selama 7 hari

16. Pada hari ke -8 peneliti mengukur perbedaan kelancaran ASI yang

diberikan kacang hijau

17. Peneliti melakukan pengukuran perbedaan volume ASI sebelum dan

sesudah pemberian kacang hijau

18. Lakukan pengolahan data pada data yang telah terkumpul untuk dijadikan

laporan penelitian.

F. Cara Pengolahan Sari Kacang Hijau

1. Bahan

a. 100 gr kacang hijau


b. 100 gelas air bersih

c. Gula aren/gula merah sesuai selera

2. Cara membuat Sari kacang hijau :

a. Cuci bersih kacang hijau, pastikan bahwa kotoran yang

menempel telah hilang seluruhnya

b. Siapkan panci, masukkan air bersih dan tunggu sampai air

mendidih.

c. Masukkan gula merah agar menambah rasa

d. Masukkan kacang hijau ke dalamnya, rebus dengan air sedang


56

e. Sesekali air rebusan kacang hijau diaduk perlahan-lahan, lalu

tunggu hingga air rebusan berubah warna menjadi coklat

kemerahan

f. Kemudian angkat panci lalu saring.

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan langkah –

langkah sebagai berikut :

1. Pemeriksan data (Editing)

Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kejelasan jawaban

kuesioner dan penyesuaian data yang diperoleh dengan kebutuhan

penelitian hal ini dilakukan di lapangan sehingga apabila terdapat data

yang meragukan ataupun salah maka akan dijelaskan lagi ke responden.

2. Pengkodean (Coding)

Setelah kelengkapan data diperiksa, lalu dilakukan pemberian nomor,

atau kode pada setiap jawaban agar memudahkan dalam pengolahan

selanjutnya.

3. Memasukkan data (Entry)

Memasukkan data yang telah diberi kode kedalam tabel dan diolah

secara komputerisasi.

4. Pemeriksaan (Cleaning)

Data yang telah dientry dicek kembali untuk memastikan bahwa data

tersebut telah bersih dari kesalahan baik kesalahan dalam pengkodean

maupun dalam membaca kode, dengan harapan data tersebut dapat

dianalisis.
57

H. Analisis Data

Tahap terakhir pada penelitian adalah melakukan analisa data. Analisa

data dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses komputerisasi.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel

yang meliputi mean, minimal-maximal dan standar deviasi (Notoatmojo,

2012).

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dgunakan untuk melihat hubungan dua variabel

(Notoatmojo, 2012). Analisis bivariat digunakan untuk melihat

kemungkinan hubungan antara variabel independen dan variabel

dependen. Analisis yang dilakukan pada dua variabel yang berhubungan

atau berkolerasi. Kemudian skor yang diperoleh oleh setiap responden.

Analisa dilakukan menggunakan uji paired t test dengan nilai α sebesar

0,05 dan dikatakan berpengaruh apabila P value ≤ 0,05. Artinya ada

perbadingan kelancaran ASI antara sebelum dan sesudah diberikan

intervensi, jika p>0,05 maka dikatakan data tidak terdistribusi normal

sehingga dilakukan uji wilcoxon.

I. Etika Penelitian

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan kepada diresponden sebelum


58

penelitian dan memenuhi kriteria inklusi. Tujuan informed consent adalah

agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui

dampaknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencatumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentality (kerahasian)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai