Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH PEMBERIAN BUAH PEPAYA TERHADAP

KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYUNG REJO
TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

NURUL KHASANAH
NPM : 210102504P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


TERAPAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
AISYAH PRINGSEWU TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) dan United Nations International

Children’s Emergency Fund (UNICEF) merekomdasikan sebaiknya anak

hanya diberi Air Susu Ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan dan pemberian

ASI dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. Menurut data WHO (2018),

sebanyak 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka

yang disusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama. Sementara di negara

berkembang hanya 39% ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif. Angka

pemberian ASI eksklusif di Indonesia dari 67,74% pada 2019 menjadi 66,1%

pada tahun 2020, terjadi penurunan dari tahun 2019 ke tahun 2020. Faktor

yang menghambat pencapaian tujuan adalah Pada awal tahun 2020 dunia

dilanda pandemi Covid-19, tidak terkecuali Indonesia. Adanya pembatasan

aktivitas sosial berskala besar yang dimaksudkan untuk mengurangi dan

memutus rantai penularan Covid-19 berdampak pada pelaksanaan pelayanan

kesehatan di puskesmas, posyandu, kelas ibu, dan lain-lain. Sebagian besar

aktivitas posyandu ditunda, termasuk penimbangan, penyuluhan dan

konseling. Kondisi pandemi juga berpengaruh kepada aturan dan kebijakan di

rumah sakit terkait pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI

secara langsung serta rooming-in pada bayi baru lahir. Hal ini disesuaikan

dalam rangka menghindari penularan Covid-19 pada bayi baru lahir.


(Kemenkes 2020). Provinsi Lampung cakupan bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif adalah pada tahun 2019 sebesar 69,33% meningkat menjadi 70, 1%

pada tahun 2020. Cakupan ASI ekslusif di kabupaten lampung tengah 2020

mencapai 59,4% dengan target 80%. (Profil Kesehatan Provinsi Lampung,

2020)

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa dan garam-garam an organik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu,

yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI Ekslusif adalah pemberian

ASI tanpa makanan dan minuman lain pada bayi berumur nol sampai enam

bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI Ekslusif ini

(Walyani, 2014). Produksi Air Susu Ibu (ASI) dapat meningkat atau menurun

tergantung pada stimulasi kelenjar payudara, adapun salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi produksi ASI antara lain makanan ibu (Khasanah,Nur

2019). Jika makanan ibu terus-menerus tidak memenuhi asupan gizi yang

cukup, tentu kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak

akan bekerja dengan sempurna dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap

produksi ASI (Murtiana, 2011). Produksi ASI yang kurang dapat

mempengaruhi keberlangsungan pemberian ASI ekslusif. Bayi yang tidak

mendapat ASI secara ekslusif cenderung akan mudah beresiko terkena infeksi

maupun penyakit sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan pada bayi tersebut. Dampak tidak diberikan ASI eksklusif

terhadap bayi adalah bertambahnya kerentanan terhadap penyakit baik ibu

dan bayi. Dengan menyusui dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran
pernapasan atas, kejadian diare dapat turun 50% dan penyakit usus parah

pada bayi premetur dapat berkurang kejadiaanya sebanyak 58%. Pada ibu,

risiko kanker payudara juga dapat menurun 6-10% (IDAI, 2015).

Agar ibu berhasil memberikan ASI secara eksklusif, maka ibu yang

sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan makanan untuk

menghindari kemunduran dalam pembuatan dan produksi ASI. Produksi ASI

dapat ditingkatkan salah satu diantaranya dengan mengonsumsi daun katuk,

bayam hijau, kacang hijau, pepaya, dan labu siam. Laktagogum merupakan

zat yang dapat meningkatkan atau memperlancar produksi air susu.

Laktagogum sintetis tidak banyak dikenal dan relatif mahal. Hal ini

menyebabkan perlu dicarinya obat laktagogum alternatif. (Istiqomah et el,

2015)

Buah pepaya merupakan jenis tanaman yang mengandung laktagogum

memiliki potensi untuk menstimulasi hormon prolaktin dan oksitosin yang

efektif dalam meningkatkan dan mempelancar produksi ASI terutama pada

ibu yang mengalami masalah dalam produksi ASI. (Istiqomah et al, 2015)

Pepaya sebagai salah satu buah yang mengandung Laktagogum merupakan

buah tropis yang dikenal dengan sebutan Caricapapaya. Kandungan

laktagogum (lactagogue) dalam pepaya dapat menjadi salah satu cara untuk

meningkatkan laju sekresi dan produksi air susu ibu dan menjadi strategi

untuk menanggulangi gagalnya pemberian ASI eksklusif yang disebabkan

oleh produksi air susu ibu yang rendah (Syarif, 2014). Kandungan lain yang

terdapat di buah pepaya seperti pati (43,28%), gula (15,15%), protein


(13,63%), lemak (1,29 %), kelembaban (10,65%), serat (1,88%). Hal ini

menunjukkan bahwa buah pepaya muda kaya nutrisi dan menjelaskan bahwa

pepaya bermanfaat dalam banyak pengobatan (Desi, Sherly, 2018).

Berdasarkan hasil pra survey penelitian pada ibu postpartum, masih

banyak ibu-ibu setelah melahirkan yang tidak memberikan ASI pada bayinya

dengan alasan pengeluaran ASI yang belum lancar. Pengeluaran ASI yang

belum lancar bisa disebabkan karna produksi ASI yang belum maksimal.

Adapun salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI antara lain

makanan ibu yang kurang baik. Peneliti memilih buah pepaya dibandingkan

dengan bahan makanan lain karna buah pepaya dapat mudah di dapatkan

masyarakat untuk konsumsi sehari-hari, maka peneliti tertarik untuk untuk

meneliti tentang Pengaruh Pemberian Buah Pepaya Terhadap Kelancaran

Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Rejo.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian buah pepaya terhadap

kelancaran produksi ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas

Payung Rejo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kelancaran produksi ASI sebelum diberikan buah

pepaya pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo.

b. Mengidentifikasi kelancaran produksi ASI sesudah diberikan buah


pepaya pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo.
c. Mengetahui pengaruh pemberian buah pepaya terhadap kelancaran
produksi ASI di wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian menjadi bahan referensi dan kepusakaan dalam

mengembangkan wawasan khususnya bagi mahasiswa Universitas

Aisyah Pringsewu tentang pengaruh buah pepaya terhadap kelancaran

produksi ASI.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Responden

Hasil penelitian dapat menyumbang ilmu dan wawasan bagi

masyarakat, memperbaiki tingkat pengetahuan tentang kandungan

buah pepaya bahwa dapat mempengaruhi produksi ASI.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini bagi peneliti dapat dijadikan sarana belajar dalam

rangka menambah pengetahuan, untuk menerapkan teori yang telah

penulis dapatkan selama masa perkuliahan dan juga untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian

buah pepaya terhadap kelancaran ASI pada ibu menyusui serta

diharapkan dapat menjadi infomasi atau sumber data sebagai bahan

evaluasi dalam mengembangkan pengetahuan penulis.


c. Bagi Puskesmas Payung Rejo

Sebagai bahan masukan untuk memberikan informasi kepada ibu

menyusui supaya produksi ASI lancar dan dapat memberikan ASI kepada

anaknya secara optimal.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini akan menambah literatur, sebagai dasar

penelitian khususnya pengaruh pemberian buah pepaya terhadap

kelancaran ASI pada ibu menyusui.

e. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang kebidanan.

D. Ruang Lingkup

Jenis penelitian kuantitatif dengan analitik dengan menggunakan dua

kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi dan dilakukan

pengujian sebelum dan setelah perlakuan. Pada kelompok kontrol tidak

dilakukan pemberian perlakuan sedangkan pada kelompok intervensi

diberikan perlakuan pemberian sayur bening buah pepaya untuk dikonsumsi

selama tujuh hari berturut-turut. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari

variabel bebas (konsumsi buah pepaya) dan variabel terikat (produksi ASI).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum < 40 hari yang

menyusui di wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae

ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI Ekslusif adalah

pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain pada bayi berumur nol

sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI

Ekslusif ini.

Sedangkan ASI Ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

minuman lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air

putih tidak diberikan dalam tahap ASI Ekslusif ini (Walyani, 2015). ASI

dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat

memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan

makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat

mencapai tumbuh kembang yang optimal (Depkes RI, 2018).

2. Manfaat ASI

Pemberian ASI secara eksklusif yaitu, tidak dicampur apa pun selama

6 bulan, memberikan banyak manfaat antara lain :

a. Manfaat ASI bagi bayi


1) Kesehatan Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI tetap

paling baik sepanjang masa. Oleh karena itu, bayi yang mendapat

ASI eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding yang tidak

mendapat ASI. ASI juga dapat menghindari anak dari bungsu

lapar sebab komponen gizi ASI paling lengkap, termasuk protein,

lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan zatzat penting lainnya

(Maryunani, 2012).

2) Kecerdasan Lemak pada ASI adalah lemak tak jenuh yang

mengandung omega 3 untuk pematangan sel-sel otak sehingga

jaringan otak bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh

optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga

menjadikan anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel

saraf otak (Ambarwati, 2015).

3) Memberi rasa nyaman dan aman Hubungan fisik ibu dan bayi

bak untuk perkembangan bayi, kontak kulit ibu ke kulit bayi yang

mengakibatkan perkembangan psikomotor maupun sosial yang

lebih baik.

4) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik. Bayi yang

mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat yang baik setelah

lahir. Pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan mengurangi

kemungkinan obesitas.
b. Manfaat Memberikan ASI bagi Ibu :

1) Aspek kontrasepsi. Hisapan mulut bayi pada puting susu

merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anteriorvhipofise

mengeluarkan prolaktin. Proklatin masuk ke indung telur,

menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan 98%

metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah

kelahiran bila diberikan hanya ASI saja dan belum terjadi

menstruasi.

2) Aspek kesehatan ibu. Isapan bayi pada payudara akan

merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.

Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya

perdarahan pasca persalinan.Penundaaan haid dan berkurangnya

perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia

defiensi besi.

3) Aspek penurunan berat badan. Ibu yang menyusui eksklusif

ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan

semula seperti sebelum hamil. Dengan menyusui tubuh akan

menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak

yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.

4) Mengurangi stres dan kegelisahan Hormon oksitosin akan keluar

saat ibu menyusui bayinya, hormon ini berguna untuk

mengurangi stress yang dialami sehingga ibu yang menyusui akan


memiliki perasaan yang positif dan dapat melakukan lebih banyak

hal-hal positif lainnya (Khasanah,2013).

5) Praktis dan tidak merepotkan Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu

repot mempersiapkan alat-alat dan membuat minuman bayi, serta

tidak perlu pergi ke toko untuk membeli susu formula. ASI selalu

tersedia dan ketika bayi ingin menyusui langsung dapat diberikan

tanpa ribet mempersiapkan susu botol.

3. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI

Keberhasilan menyusui tergantung pada beberapa faktor, seperti

ketepatan posisi bayi pada puting ibu ketika menyusu, frekuensi

menyusui dan menyusui yang tidak dijadwal atau menyusui sesuai

dengan keinginan bayi. Selain itu, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi produksi ASI. Di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi menyusui

Frekuensi menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI. Semakin

sering menyusui, akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh

karena itu, berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi.

Berdasarkan hasil penelitian , produksi ASI akan optimal ketika ibu

menyusui bayinya 5 kali atau lebih per hari selama 1 bulan awal

menyusui. (Khasanah, 2013).


b. Menyusui sesuai keinginan bayi

Menyusui yang tidak dijadwal atau menyusui sesuai keinginan

ternyata dapat meningkatkan produksi ASI pada 2 minggu pertama.

Hal ini menunjukan bahwa produksi ASI lebih dipengaruhi oleh

kebutuhan bayi dibandingkan kapasitas ibu untuk memproduksi ASI.

Artinya, ASI akan diproduksi sesuai kebutuhan sang bayi. Frekuensi

menyusui dapat mempengaruhi produksi ASI. Semakain sering

menyusui akan semakin meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu

berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi. (Khasanah,

2013).

c. Umur kehamilan

Bayi yang lahir prematur atau bayi yang lahir belum cukup bulan

kadang belum dapat menyusu secara efektif. Hal ini disebabkan bayi

yang lahir prematur sangat lemah lemah dan tidak mampu mengisap

secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah dari pada bayi

yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan mengisap pada

bayi prematur dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah dan

belum sempurnanya fungsi organ tubuh. (Khasanah, 2013).

d. Ketentraman jiwa dan pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Saat

menyusui, seorang seorang ibu memerlukan ketenangan pikiran, dan

sebaliknya jauh dari dari perasaan tertekan karena akan berpengaruh

terhadap produksi ASI dan kenyamanan bayi saat menyusu.


Terkadang, ibu merasa tidak percaya diri karena ASI-nya kurang.

Ditambah lagi pendapat dan saran yang salah dari orang lain

menyebabkan ibu cepat berubah pikiran dan menjadi stres.

Akibatnya, bisa menekan refleks sehingga ASI tidak berproduksi

dengan baik. (Khasanah, 2013).

e. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan

progesteron menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon

estrogen karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI ,

bahkan menghentikan produksi ASI secara keseluruhan. Oleh karena

itu, alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah IUD

sehingga dapat merangsang uterus ibu dan meningkatkan hormon

prolaktin. (Khasanah, 2013).

f. Perawatan payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan

yaitu dengan menurut payudara selama 6 minggu terakhir masa

kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat

penyumbatan pada saluran dalam payudara dapat dihindarkan

sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar. (Khasanah,

2013)

g. Makanan ibu

Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang menyusui tidak

secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang

dihasilkan. Unsur gizi dalam dalam 1 liter ASI setara dengan unsur
gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi,

diperlukan energi yang sama dengan jumlah energi yang diberikan 1

piring nasi untuk membuat 1 liter. Apabila ibu yang sedang menyusui

bayinya tidak mendapatkan tambahan makanan maka akan terjadi

kemunduran dalam produksi ASI (Khasanah, 2013). Makanan untuk

menghindari kemunduran dalam pembuatan dan produksi ASI salah

satu diantaranya dengan mengonsumsi daun katuk, bayam hijau,

kacang hijau, pepaya, dan labu siam. Buah pepaya merupakan jenis

tanaman yang mengandung laktagogum memiliki potensi untuk

menstimulasi hormon prolaktin dan oksitosin yang efektif dalam

meningkatkan dan mempelancar produksi ASI terutama pada ibu yang

mengalami masalah dalam produksi ASI. (Istiqomah et al., 2015)

Kepadatan Gizi (Jumlah/1000 Kalori)


Zat Gizi Kecukupan yang dianjurkan Tambahan
Energi (kkal) +500 0
Protein (g) +20 40
Vitamin A +400 800
Vitamin D 10 +5 10
Vitamin E +3 6
Vitamin D +40 80
Thiamin +0,5 1
Riboflavin +0,5 1
Niacin +5 10
Vitamin +0,5 1
Folacin +100 200
Vitamin B12 +1,0 2
Kalsium +400 800
Fosfor +400 800
Magnesium +150 300
Besi +30-60 60-120
Seng +10 20
Yodium +50 100
Sumber : Adriani,M. 2014.Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.Jakarta.

Tabel 2.1 Kecukupan Zat Gizi Ibu Menyusui Per Hari

4. Cara Menilai Produksi ASI

Produksi ASI merujuk pada volume ASI yang dikeluarkan oleh

payudara. ASI yang telah diproduksi disimpan di dalam gudang ASI.

Selanjutnya ASI dikeluarkan dari payudara kemudian dialirkan ke bayi,

banyaknya ASI yang dikeluarkan oleh payudara dan diminum oleh bayi,

diasumsikan sama dengan produksi ASI. Penilaian terhadap produksi

ASI dapat menggunakan beberapa kriteria sebagai acuan untuk

mengetahui keluarnya ASI dan jumlahnya mencukupi bagi bayi pada 2-3

hari pertama kelahiran, diantaranya adalah sebelum disusui payudara ibu

terasa tegang, ASI yang banyak dapat keluar dari puting dengan

sendirinya, ASI yang kurang dapat dilihat saat stimulasi pengeluaran

ASI, ASI hanya sedikit yang keluar (Saragih, 2015).

Bayi baru lahir yang cukup mendapatkan ASI maka BAK-nya selama

24 jam minimal 6-8 kali, warna urin kuning jernih, jika ASI cukup

setelah menyusu maka bayi tertidur atau tenang selama 2- 3 jam

(Saragih, 2015). Indikator lain untuk melihat bahwa produksi ASI

mencukupi bagi bayi adalah karakteristik dari BAB (Buang Air Besar)

bayi. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang berwarna hijau

pekat, kental dan lengket, yang dinamakan dengan mekonium, BAB ini

berasal dari saluran pencernaan bayi, serta cairan amnion. Pola eliminasi
bayi tergantung dari intake yang bayi dapatkan, bayi yang meminum

ASI, umumnya pola BABnya 2-5 kali perhari, BAB yang dihasilkan

adalah berwarna kuning keemasan, tidak terlalu encer dan tidak terlalu

pekat, sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula, umumnya pola

BABnya hanya 1 kali sehari, BAB berwarna putih pucat (Saragih, 2015).

Berat badan bayi meningkat rata- rata 500 gram per bulan (Kurniatika,

2014).

5. Buah Pepaya

Pepaya merupakan tanaman yang banyak digunakan oleh

masyarakat sejak dulu. Senyawa aktif yang terkandung di dalamnya yaitu

enzim papain, karotenoid, alkaloid, flavonoid, monoterpenoid, mineral,

vitamin, glukosinolat, dan karposida vitamin C, A, B, E, serta mineral.

Dikatakan juga bahwa pepaya memiliki efek gastroprotektif,

antibakterial, laksatif, dan laktagogum yang khasiatnya telah terbukti

secara ilmiah dari buah pepaya. (Muhartono dkk, 2018). Pepaya sebagai

salah satu buah yang mengandung Laktagogum merupakan buah tropis

yang dikenal dengan sebutan Caricapapaya. Buah pepaya juga

merupakan salah satu jenis buah yang memiliki kandungan nutrisi tinggi

dan kaya akan manfaat bagi kesehatan. (Istiqomah dkk, 2015).

Kandungan lain yang terdapat di buah pepaya seperti pati (43,28%), gula

(15,15%), protein (13,63%), lemak (1,29 %), kelembaban (10,65%), serat

(1,88%). Hal ini menunjukkan bahwa buah pepaya muda kaya nutrisi dan
menjelaskan bahwa pepaya bermanfaat dalam banyak pengobatan (Desi,

Sherly, 2018).

Kandungan Gizi Buah Pepaya dalam 100 gram


Zat Gizi Kandungan
Energi
Protein 46 kkal
Serat Total 0,5 gram
Karbohidrat 4,75 gram
Kalsium 12,2 gram
Fosfor 23 mg
Kaliyum 12 mg
Magnesium 221 mg
Natrium 10 mg
Zat besi 4 mg
Karoten total 1,7 mg
Vitamin B1
Vitamin B2 365 µg
Vitamin B3 0,04 mg
Vitamin C 0,338 mg
Air 78 mg
86,7 gram
Sumber : Tribunnews.com. Kandungan Gizi Pepaya dan Khasiatnya

Tabel 2.2 Kandungan Gizi Pepaya

6. Laktagogum

Laktagogum merupakan zat yang dapat meningkatkan atau

memperlancar pengeluaran air susu. Laktagogum sintetis tidak banyak

dikenal dan relatif mahal. (Murtiana, 2011).

Laktagogum memiliki efek dalam merangsang pengeluaran hormon

oksitosin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid yang

efektif dalam meningkatkan sekresi dan pengeluaran ASI. Mekanisme

kerja laktagogum dalam membantu meningkatkan laju sekresi dan

produksi ASI adalah dengan secara langsung merangsang aktivitas


protoplasma pada sel-sel sekretoris kelenjar susu dan ujung saraf

sekretoris dalam kelenjar susu yang mengakibatkan sekresi air susu

meningkat, atau merangsang hormon prolaktin yang merupakan hormon

laktagonik terhadap kelenjar mamae pada sel-sel epitelium alveolar yang

akan merangsang laktasi (Istiqomah, 2015).

Kandungan laktagogum (lactagogue) dalam pepaya dapat menjadi

salah satu cara untuk meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI dan

menjadi strategi untuk menanggulangi gagalnya pemberian ASI eksklusif

yang disebabkan oleh produksi ASI yang rendah. Pada penelitian ini

menggunakan Pepaya Calline adalah buah lokal asli Indonesia termasuk

fnamili Caricaceaedan mulai banyak ditanam oleh petani di berbagai

daerah karena banyaknya permintaan di pasar. Walau ukurannya kecil

dengan bobot 1.3 kg rata-ratanya perbuah banyak dijual di supermarket-

supermarket besar dengan label pepaya California. (Hastira, 2014).

7. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat

pertambahan sel dan pembentukan protein baru sehingga meningkatkan

jumlah sel diseluruh bagian tubuh. Pertumbuhan (growth) berkaitan

dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada

tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif

sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan

panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi


kalsium dan nitrogen dam tubuh) (Marni & Kukuh, 2015). Pertumbuhan

mempunyai ciri ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,

hilangnya ciri ciri lama, serta munculnya ciri ciri baru. Keunikan

pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap

kelompok umur dan masing masing organ juga mempunyai pola

pertumbuhan yang berbeda (Marni & Kukuh, 2015). Saat lahir, rata rata

berat badan bayi di Indonesia sekitar 3.000 gram. Setelah lahir, berat

badan akan menurun karena bayi kekurangan cairan tubuh melalui

defekasi, berkemih, proses pernapasan, dan melalui kulit serta jumlah

asupan cairan sedikit. Setelah 10-14 hari pertama kelahiran bayi, berat

badan akan meningkat kembali dan mencapai berat badan lahir,

kemudian meningkat kembali pada bulan bulan berikutnya. Pertumbuhan

berat badan bayi yang cepat terjadi sampai usia 2 tahun (Marmi &

Kukuh, 2015). Sejak bayi lahir, berat badannya akan menjadi perhatian

utama karena ini berkaitan dengan apakah dia benar benar sehat dan

tumbuh dengan baik atau tidak. Tetapi, sebenarnya bagaiman

perkembangan berat badan bayi itu normalnya. (Ari, 2015).

Perkembangan berat badan bayi bisa ibu lihat ketika sedang kontrol atau

imunisasi ke dokter, bayi akan ditimbang terlebih dahulu. Umumnya

berat badan bayi akan naik sekitar 140-220 gram per minggu atau 450 –

900 gram per bulan. Hal itu yang bisa terjadi pada beberapa bulan

pertama usian nya (Marmi,2015).


B. Penelitian Terkait

1. Risa Pitriani (2020) Pengaruh Pemberian Pepaya Untuk Meningkatkan

Produksi ASI di PMB Murtinawita Pekanbaru. Hasil penelitian ini

menunjukan ada pengaruh pemberian sayur buah pepaya yaitu produksi

ASI sebelum konsumsi buah pepaya rata-rata mengalami peningkatan

8,20%.

2. Sri Banun Titi Istiqomah (2014) Pengaruh Buah Pepaya Terhadap

Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Menyusui Di Desa Wonokerto

Wilayah Puskesmas Peterorangan Jombang. Hasil penelitian ini bahwa

produksi ASI sebelum konsumsi buah pepaya rata-rata frekuensi

menyusui adalah 5,7 kali dengan standar deviasi 0,80131 dan setelah

mengkonsumsi buah pepaya rata-rata frekuensi menyusui mengalami

peningkatan menjadi 9,75 kali dengan standar deviasi 0,78640.

3. Wirdaningsih (2020) Pengaruh Pemberian Buah Pepaya Terhadap

Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui Di Praktek Mandiri Bidan Wilayah

Kerja Puskesmas Muara Badak. Hasil yang didapatkan Jumlah ASI

sebelum diberikan buah pepaya pada ibu menyusui di Praktek Mandiri

Bidan wilayah kerja Puskesmas Muara Badak pada kelompok intervensi

rata-rata 178,57 cc Jumlah ASI setelah diberikan buah pepaya pada

kelompok intervensi rata-rata di hari pertama yaitu 191,42.


C. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam

skema di bawah ini :

Faktor yang Produksi ASI Penyebab Produksi


mempengaruhi produksi ASI
ASI antara lain :
1. Makanan ibu
2. Frekuensi Menyusui
3. Menyusui sesuai Penatalaksanaan
keinginan bayi
4. Umur kehamilan
5. ketentraman jiwa dan
pikiran
6. Penggunaan alat Farmakologis Non farmakologis
kontrasepsi
7. Perawatan payudara

( Khasanah, Nur 2019) Buah Pepaya

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

D. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep

yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Nursalam, 2020). Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam

menghubungkan hasil penemuan dengan teori. Kerangka konsep pada

penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Buah Pepaya Produksi ASI

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian


E. Hipotesis

Hipotesa adalah pernyataan yang diperlukan sebagai jawaban sementara

atas pertanyaan penelitian, yang harus di uji kasahihannya secara empiris

(Nursalam, 2020). Hipotesis dapat dipandang sebagai kesimpulan yang

sifatnya sangat sementara. Sehubungan dengan pendapat itu penulis

berkesimpulan bahwa hipotesis adalah merupakan suatu jawaban atau dugaan

sementara yang bisa dianggap benar dan bisa dianggap salah, sehingga

memerlukan pembuktian dari kebenaran hipotesis tersebut melalui penelitian

yang akan dilakukan. Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

Ha : Ada pengaruh pemberian buah pepaya terhadap produksi ASI pada ibu

menyusui di wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo.

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian buah pepaya terhadap produksi ASI pada

ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian kuantitatif dengan analitik dengan menggunakan dua

kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi dan dilakukan

pengujian sebelum dan setelah perlakuan. Pada kelompok kontrol tidak

dilakukan pemberian perlakuan sedangkan pada kelompok intervensi

diberikan perlakuan pemberian sayur bening buah pepaya untuk dikonsumsi

selama tujuh hari berturut-turut. Peneliti memastikan pada kelompok kontrol

dan intervensi berupa himbauan agar tidak makan atau minum suplemen lain

yang dapat menjadi variable pengganggu dalam penelitian ini karena bisa saja

berpengaruh dalam memacu ataupun menghambat produksi ASI.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Payung Rejo

pada bulan Desember 2021.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan merupakan salah satu rencana, struktur dan strategi

pendekatan penelitian. Sedangkan rancangan penelitian ini adalah Non

Equivalent Control Group Design dimana terdapat kelompok ekperimen yaitu

kelompok ibu yang mengkonsumsi buah pepaya dan yang tidak

mengkonsumsi buah pepaya sebagai kelompok kontrol. Nonequivalent


control group design meliputi (1) Pre eksperiment measurenment

(pengukuran sebelum perlakuan), (2) Treatment (tindakan pelaksanaan

eksperimen), dan (3) Post eksperiment measurenment (pengukuran sesudah

eksperimen berlangsung). Skema rancangan Non Equivalent Control adalah

O1 X O2
O3 04

Keterangan :

O1 : Pengukuran kemampuan awal kelompok eksperimen

O2 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok eksperimen

X : Pemberian perlakuan

O3 : Pengukuran kemampuan awal kelompok kontrol

O4 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok kontrol

D. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang melahirkan

normal wilayah kerja puskesmas Payung Rejo. Jumlah pasien yang

melahirkan di wilayah kerja puskesmas Payung Rejo, selama periode

januari sampai dengan Oktober 2021 sebanyak 319 orang, jadi rata-

ratanya 32 orang per bulan.


2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah paritas ibu post partum di wilayah kerja

Puskesmas Payung Rejo. Metode sampling yang digunakan adalah

“purposive sampling” adalah cara pengambilan sampel didasarkan atas

pertimbangan peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya ( Notoatmodjo, 2018).

Kriteria inklusi :

 Ibu post partum dengan normal

 Ibu post partum dengan menyusui

 Ibu yang tidak memiliki penyakit menular

 Belum pernah diberi perlakuan terapi nonfarmakologis sebelumnya

 Bersedia untuk diteliti

 Status kesehatan ibu dan bayi baiik

 Aktifitas ibu sebagai ibu rumah tangga

 Keadaan psikologi ibu

 Penggunaan alat kontrasepsi

 Ibu yang ASI eksklusif

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (Konsumsi

buah pepaya) dan variabel terikat ( produksi ASI). (Arikunto, 2014)

F. Definisi Operasional Variabel dan pengukuran variabel


Definisi operasional adalah pengertian variabel yang diungkap dalam

definisi konsep secara operasional, praktik, dan nyata dalam lingkup objek

penelitian atau objek yang diteliti, yang dijelaskan sebagai berikut:

No Variabel Definisi Alat ukur Skala Hasil


1 Variabel Pemberian buah Lembar Nominal 1. Ya
Independen : papaya sebanyak observasi 2. Tidak
Pemberian 400 gram/hari yang dengan
buah pepaya diberikan 3 kali ceklis
sehari selama 5 hari
mulai dari hari ke 4
sampai hari ke 10
post partum
2 Variabel Diamati dengan Timbang Rasio 1. Naik
Dependen : pemantauan an 2. Tetap
Produksi ASI peningkatan BB bayi 3. Turun
sebelum
intervensi

3 Variabel Diamati dengan Timbang Rasio 1. Naik


Dependen : pemantauan an 2. Tetap
Produksi ASI peningkatan BB bayi 3. Turun
sesudah
intervensi

G. Pengumpulan Data

1. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari atas dua

jenis yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden,

yaitu dengan mengobservasi pasien secara langsung dalam

pengkonsumsian buah pepaya di wilayah kerja Puskesmas Payung

Rejo.
b. Data Sekunder

Data yang diperoleh berdasarkan data yang sudah ada yaitu jumlah

ibu post partum yang sudah melahirkan normal di wilayah kerja

puskesmas Payung Rejo.

2. Cara pengumpulan data

a. Persiapan nama yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan

survey awal terlebih dahulu, kemudian menyipkan lembar observasi.

Setelah itu, peneliti membuat surat keterangan peneliti di Universitas

Aisyah Pringsewu, kemudian menyerahkan surat keterangan meneliti

ketempat meneliti serta izin untuk melakukan penelitian.

b. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat

penelitian dan meminta persetujuan dari responden dengan

menandatangani informed consent. Kemudian memberikan buah

pepaya.

H. Pengolahan Data

Data yang telah didapatkan diolah, pengelolaan data dilakukan dengan

berapa cara, yaitu :

1. Editing

Memeriksa kembali data yang telah terkumpul untuk mengecek

kelengkapan dan kebenaran data jika ada kekeliruan akan diulang. Dalam

pengambilan data dilakukan pengulangan atau melihat kembali data dan


mencocokan dengan data yang telah diperoleh. Data yang keliru

dituliskan dengan data yang benar.

2. Coding

Coding adalah usaha pengklasifikasian data dari data yang diperoleh

menurut macamnya, dalam melakukan coding, data diklasifikasikan

dengan menggunakan kode tertentu berupa angka.

3. Proccessing

Setelah semua isian observasi terisi penuh dan benar, serta telah

melewati proses pengkodingan, maka langkah selanjutnya adalah

memproses data agar dapat dianalisis.

4. Cleaning

Membersihkan data yang sudah dimasukan apakah masih ada yang

ditambahkan/dikurangi sehingga tidak menyulitkan proses selanjutnya.

I. Analisa Data

Analisa data yang dilakukan yaitu mengelola data dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan serta dapat diuji secara statistik.

1. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran masing-

masing variabel baik variabel dependen maupun variabel independen.

Untuk melakukan analisa data secara univariat digunakan distribusi

frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi (Notoatmodjo, 2018),

dengan rumus:
F
P= x 100 %
N

Keterangan :

P = Persentase

F = Frekuensi responden untik setiap pertanyaan yang ada

N = Besar sampel

2. Analisis Bivariat

Sedangkan analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis antara

variabel independen dan variabel dependen untuk melihat pengaruh

antara variabel independen dan variabel dependen dengan uji kemakanan

secara statistik menggunakan uji T pada tingkat kepercayaan 95% dan

probabilitas pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh konsumsi buah

pepaya terhadap peningkatan produksi ASI. Formula yang dilakukan

untuk paired sampel t test adalah :

d
T=
SD d /Vn

Keterangan:

D = rata-rata deviasi/selisih sampel 1 dengan sampel 2


SD_d = standar deviasi dari deviasi/selisih sampel 1 dan sampel 2

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R. (2015). Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta: Nuha Medika.


Andrian, M. (2016). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Prenada Media
Group. Jakarta

Ari dan Adrani, feyriska Rahma (2015). Membesarkan Anak Hebat dengan ASI .
Cetakan Pertama Citra Media Pustaka: Yogyakarta.

Istiqomah, Sri Binun. (2015). Pengaruh Buah Pepaya Terhadap Kelancaran


Produksi ASI Pada Ibu Menyusui di Desa Wonokerto Wilayah Puskesmas
Peterongan Jombang Tahun 2014. Jurnal Edu Health Volume 5 Nomor 2.

Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Website:


http://www.kemkes.go.id Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2016

Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Website:


http://www.kemkes.go.id. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2020

Kemenkes RI. (2021). Laporan Kinerja Kementrian Kesehatan Tahun 2020.


Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2021

Khasanah, N. (2019). ASI atau Susu Formula ya. Banguntapan Flashbook.


Yogyakarta

Kurniatika, R. (2014). Peningkatan Berat Badan Bayi Baru Lahir yang


mendapatkan ASI Eksklusif Setelah 1 bulan di Klinik Lolly Medan.
Universitas Sumatera Utara.
Marmi.(2014). ASI Saja Mama Berikan Aku ASI Karena Aku Bukan Anak Sapi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marmi dan Rahadjo Kukuh. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pertama.
Maryunani. (2012). Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi. Jakarta

Walyani, E. S. (2014). Perawatan Kehamilan Dan Menyusui Anak Pertama Agar


Bayi Lahir Dan Tumbu Sehat. Pustaka Baru Press.

Muhartono, Graharti R, Gumandang HP. (2018). Pengaruh pemberian buah


pepaya (Carica Papaya L) terhadap kelancaran produksi Air Susu Ibu
(ASI) pada ibu menyusui. Medula, 8(April), 39–43.

Nursalam. (2020). Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Yogyakarta


Tribunnews.com. ( 2020). Kandungan Gizi Pepaya dan Khasiatnya Mengatasi
Sembelit, https://www.tribunnews.com/kesehatan/2020/05/27/kandungan-
gizi-pepaya-dan-khasiatnya-mengatasi-sembelit.

LEMBAR KONSUL SKRIPSI


Nama Mahasiswa : Nurul Khasanah
NPM : 210102504P
Judul Proposal : Pengaruh Pemberian Buah Pepaya Terhadap Kelancaran
Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja
Puskesmas Payung RejoTahun 2021

No Hari / Tanggal Catatan Pembimbing Paraf

1 4 Oktober 2021 1. ACC judul lanjut proposal

2 25 Oktober 2021
1. Penulisan tanda baca, tata bahasa,
penulisan bahasa asing
2. Lampirkan cover, lembar konsul,
lembar pustaka saat konsul
3. Masalah harus tergambar dilatar
belakang
4. Data ASI harus global
5. Tujuan Khusus di tambhkan c untuk
bivariatnya
6. Manfaat liat skripsi sebulumnya untuk
manfaat teoritis dan aprikatif
7. Ruang lingkup pastikan sudah
mencakup 5W 1H
8. Tinjauan teori yang tidak penting
dihilangkan
9. Tambahkan cara mengukur produksi
ASI
10. Penjelasan buah pepaya garis besar
nya saja
11. Penelitian Terkait harus ada bedanya
dengan penelitian sebelunnya dengan
penelitian kita
12. Kerangka teori ditulis sumber nya
13. kerangka teori harus singkron dengan
yang disampaikan ditinjauan teori
Kerangka konsep 400 gram tidak
perlu di tulis
14.Populasi tulis saja rata-rata persaliann
tiap bulan
15. Tambahkan taknik sampling
16. Harus ada kriteria sampel
17. pada definisi operasional tambahkan
waktu pemberian

Anda mungkin juga menyukai