Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) dan United Nation Childrens

Fund (UNICEF) merekomendasikan sebaiknya anak hanya diberi air susu ibu

(ASI) selama paling sedikit enam bulan pertama dalam kehidupan seorang bayi

dan dilanjutkan dengan makanan pendamping yang tepat sampai usia 2 tahun

dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. WHO telah

mengkaji lebih dari 3.000 peneliti menunjukkan pemberian ASI selama 6 bulan

adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI Eksklusif.

Menurut UNICEF, cakupan rata – rata ASI Eksklusif di dunia sebesar 38%

(Haryono dan Setianingsih, 2019).

Di Indonesia, bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai usia

enam bulan adalah sebesar 29,5%. Berdasarkan data dari Profil Kesehatan

Republik Indonesia selama 3 tahun berturut-turut yaitu tahun 2014, 2015 dan

2016 capaian ASI Eksklusif di Indonesia mengalami peningkatan . Capaian ASI

Eksklusif Indonesia pada tahun 2014 berada pada angka 52,3%, kemudian

mengalami peningkatan ditahun 2015 ialah 55,7% (Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 proporsi pola pemberian ASI pada

bayi umur 0-5 bulan di Indonesia sebanyak 37,3% ASI eksklusif, 9,3% ASI

parsial, dan 3,3% ASI predominan. Menyusui predominan adalah menyusui bayi

tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air misalnya teh,
sebagai makanan/ minuman prelakteal sebelum ASI keluar. Sedangkan menyusui

parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan selain ASI seperti

susu formula, bubur atau makanan lain sebelum bayi berusia 6 bulan, baik

diberikan secara kontinyu maupun sebagai makanan prelakteal. Makanan

prelakteal adalah makanan atau minuman yang diberikan kepada bayi sebelum

diberikannya ASI (Kementrian RI, 2018). Menurut Riskesdas 2013, persentase

tertinggi makanan prelakteal yang diberikan kepada bayi baru lahir di Indonesia

tahun 2013 adalah susu formula (79,8%) (Kementrian RI, 2013)

Berdasarkan tempat tinggal, persentase penduduk kurang dari 6 bulan

yang pernah diberi ASI tahun 2017 sebanyak 26,4% di daerah perkotaan dan

25,1% di daerah perdesaan. Hal ini sejalan dengan hasil Riskesdas 2018 yaitu

proporsi ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan lebih banyak di perkotaan

(40,7%) dibandingkan perdesaan (33,6%). Provinsi dengan proporsi tertinggi

pemberian ASI pada bayi umur 0-5 bulan tahun 2018 adalah Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung (56,7%), sedangkan provinsi dengan proporsi terendah adalah

Provinsi Nusa Tenggara Barat (20,3%) (Kementrian RI, 2018)

Berdasarkan data dari Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara

tahun 2015 54,15% dan pada tahun 2016 capaian ASI Eksklusif di Sulawesi

Tenggara mengalami penurunan yaitu menjadi 46,63% dimana angka ini belum

mencapai target nasional (85%).


Berdasarkan profil kesehatan provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015,

cakupan ASI Ekslusif Kabupaten muna merupakan pencapaian terendah yaitu

19,50% tahun 2014 dan 28,71% di tahun 2015. Kabupaten Muna merupakan

salah satu wilayah dengan cakupan ASI paling rendah yakni 30,80% pada tahun

2013 (Dinkes, 2013).

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar

langsung dari payudara seorang ibu untuk bayi. ASI merupakan makanan bayi

yang paling sempurna, praktis, murah dan bersih karena langsung diminum dari

payudara ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi

untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya. Proses pemberian ASI

tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0–6 bulan disebut ASI

eksklusif. ASI eksklusif yang dimaksud yaitu bayi tidak diberikan apapun, kecuali

makanan yang langsung diproduksi oleh ibu yaitu ASI (Yusrina dan Shrimarti,

2016).

Menyusui adalah ocialalami? bagi seseorang ibu untuk menghidupi

dan menyejahterakan anak pasca melahirkan. Proses menyusui yang tidak mudah

memerlukan kekuatan agar dapat berhasil. Air Susu Ibu (ASI) merupakan proses

nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan ocial dan zat

yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun, adakalanya

seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI dikarenakan beberapa

faktor yang individual (Salamah dan Philipa, 2019).


Rendahnya presentasi pemberian ASI secara eksklusif belum

membudaya pada masyarakat termasuk kalangan ibu bekerja, hal ini tentu saja

sangat mengkhawatirkan dan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Pada saat ini kesempatan kaum wanita untuk bekerja di luar rumah semakin

terbuka, sehingga pemberian ASI pada pekerja semakin sulit. Bekerja menuntut

ibu untuk meninggalkan bayinya pada usia dini dalam jangka waktu yang cukup

lama setiap harinya. Pengetahuan dan sikap ibu tentang pentingnya pemberian

ASI merupakan faktor yang dapat menyebabkan kegagalan pemberian ASI.

Pengetahuan dan sikap yang baik akan mengubah sikap dan perilaku ibu agar mau

memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya walaupun sedang bekerja

(Benly, 2020). Bahas terkait perilaku dan factor yang pengaruhi perilaku ibu

dalam menyusui!

Hambatan dalam pemberian ASI Eksklusif antara lain ASI keluar

sedikit, ibu takut payudara turun, dan ibu bekerja. Beberapa faktor yang

mempengaruhi penggunaan ASI eksklusif antara lain faktor pengetahuan, faktor

meniru teman, faktor ocial budaya, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor

perilaku, faktor tenaga kesehatan (Yusrina dan Shrimarti, 2016).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu menyusui di

RSUD Kabupaten Muna.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini yaitu apakah faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku ibu menyusui di RSUD Kabupaten Muna?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku ibu menyusui di RSUD Kabupaten Muna.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor menyusui di RSUD Kabupaten Muna

b. Untuk mengetahui perilaku ibu menyusui di RSUD Kabupaten Muna

c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu

menyusui di RSUD Kabupaten Muna

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Agar dapat mengembangankan diri, melatih keterampilan, dan

memberikan informasi secara ilmiah tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku ibu menyusui.

2. Manfaat Aplikatif
Agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran dan menghindari

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu menyusui.

3. Manfaat Metodologis

a. Manfaat Institusi

Agar dapat ditambahkan sebagai sumber tambahan untuk dapat lebih

meneliti faktor lain yang berhubungan dengan faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku ibu menyusui.

b. Manfaat Masyarakat

Agar dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan acuan untuk

mengkaji bagaimana meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan perilaku ibu menyusui.


DAFTAR PUSTAKA

Benly, N. E., 2020, Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil yang Bekerja di

Luar Rumah terhadap Rencana Pemberian Air Susu Ibu, Jurnal Ilmiah

Obsgin, Vol. 12(2).

Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, 2015, Cakupan Pemberian ASI Eksklusif.

Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, 2013. Profil Kesehatan Kab/kota dan Laporan

Tahunan Program KIA Tahun 2013, Data dan Informasi Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tenggara.

Haryono & Setianingsih, 2019,Manfaat ASI Eksklusif Untuk Buah Hati Anda,

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Kementrian Kesehatan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta : Kementrian

Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI, 2018, Paparan Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018,

Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI, 2018, Profil Kesehatan Indonesia 2017, Jakarta : Pusat

Data dan Informasi.

Salamah, U. dan Philipa H. P., 2019, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam

Kegagalan Pemberian Asi Eksklusif, Jurnal Kebidanan, Vol. 5(3).


Yusrina A. dan Shrimarti R. D., 2016, Faktor yang Mempengaruhi Niat Ibu

Memberikan Asi Eksklusif di Kelurahan Magersari, Sidoarjo, Jurnal

Promkes, Vol. 4(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Variabel

1. Konsep Menyusui

a. Pengertian Menyusui

Menyusui adalah cara normal untuk menyediakan bayi muda dengan

nutrisi yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan

yang sehat.cantumkan referensi! Secara virtual, semua ibu dapat

menyusui, asalkan mereka memiliki informasi yang akurat dan dukungan

keluarga mereka, sistem perawatan kesehatan dan masyarakat pada

umumnya. Kolostrum, ASI kekuningan dan lengket yang diproduksi pada

akhir kehamilan, direkomendasikan oleh WHO sebagai makanan yang

sempurna untuk bayi yang baru lahir, dan memberi makan harus dimulai

dalam satu jam pertama setelah lahir. Menyusui eksklusif dianjurkan

hingga usia enam bulan, dengan menyusui terus-terusan bersama dengan

makanan pelengkap yang sesuai hingga usia dua tahun atau lebih (WHO,

2018).
b. Mekanisme Menyusui

Bayi yang sehat dapat terjadi 3 macam refleks pada proses menyusui,

yaitu :

1) Rooting reflex, yaitu refleks mencari putting Bila pipi bayi disentuh,

ia akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibir bayi disentuh ia akan

membuka mulut dan berusaha untuk mencari puting untuk menyusu.

Lidah keluar dan melengkung menangkap puting dan areola.

2) Suckling reflex, yaitu refleks menghisap. Refleks terjadi karena

rangsangan putting pada pallatum durum bayi bila aerola masuk ke

dalam mulut bayi. Areola dan putting tertekan gusi, lidah dan langit-

langit, sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di bawah areola.

Selanjutnya terjadi gerakan peristaltik yang mengalirkan ASI keluar

atau ke mulut bayi.

3) Swallowing reflex, yaitu refleks menelan ASI dalam mulut bayi

menyebabkan gerakan otot menelan. Pada bulan-bulan terakhir

kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada payudara ibu hamil

(Juliastuti, 2018).

c. ASI dan ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar

langsung dari payudara seorang ibu untuk bayi. ASI merupakan makanan

bayi yang paling sempurna, praktis, murah dan bersih karena langsung

diminum dari payudara ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan
yang dibutuhkan bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan

pertamanya. Jenis ASI terbagi menjadi 3 yaitu kolostrum, ASI masa

peralihan dan ASI mature. Kolostrum adalah susu yang keluar pertama,

kental, berwarna kuning dengan mengandung protein tinggi dan sedikit

lemak (Walyani, 2015).

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

tambahan lain paa bayi berumur 0-6 bulan. Makanan dan minuman lain

yang dimaksud misalnya air putih, susu formula, jeruk, madu, air teh,

ataupun makanan pada seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur

nasi, dan tim. Sistem pencernaan bayi sebelum berusia 6 bulan belumlah

matang. Pori-pori usus bayi masih terbuk. Sementara itu, makanan selain

ASI belum tentu higenis. Jika bakteri alam makanan masuk ke pori-pori

dalam usus bayi dan terbawa aliran arah maka hal tersebut sangat

berbahay bagi bayi dan menyebabkan bayi mudah menglami diare. ASI,

selain selalu tersedia dalam keadaan bersih dan higienis, juga mengandung

zat kekebalan tubuh yang dapat melapisi sisttem pencernaan bayi. Oleh

sebab itu, memberikan ASI saja pada bayi hingga usia 6 bulan dapat

meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit (Roesli, 2012).

Kandungan ASI antara lain yaitu sel darah putih, zat kekebalan, enzim

pencernaan, hormon dan protein yang sangat cocok untuk memenuhi

kebutuhan hingga bayi berumur 6 bulan. ASI mengandung karbohidrat,

protein, lemak, multivitamin, air, kartinin dan mineral secara lengkap yang
sangat cocok dan mudah diserap secara sempurna dan sama sekali tidak

mengganggu fungsi ginjal bayi yang sedang dalam tahap pertumbuhan.

Komposisi ASI dipengaruhi oleh stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan

diit ibu (Yusrina, 2016).

Proses pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi

berumur 0–6 bulan disebut ASI eksklusif. ASI eksklusif yang dimaksud

yaitu bayi tidak diberikan apapun, kecuali makanan yang langsung

diproduksi oleh ibu yaitu ASI. World Health Organization (WHO) dan

United Nation Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan sebaiknya

anak hanya diberi air susu ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan

pertama dalam kehidupan seorang bayi dan dilanjutkan dengan makanan

pendamping yang tepat sampai usia 2 tahun dalam rangka menurunkan

angka kesakitan dan kematian anak.

d. Manfaat Menyusui

Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu

maupun bayinya. Manfaat memberikan ASI bagi ibu tidak hanya menjalin

kasih sayang, tetapi dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan,

mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi

risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagiaan tersendiri

bagi ibu (Kemenkes RI, 2020).

Pemberian ASI eksklusif selain bermanfaat bagi bayi juga bermanfaat bagi

ibu diantaranya sebagai kontrasepsi alami saat ibu menyusui dan sebelum
menstruasi, menjaga kesehatan ibu dengan mengurangi risiko terkena

kanker payudara dan membantu ibu untuk menjalin ikatan batin kepada

anak. Pemberian ASI dapat membantu mengurangi pengeluaran keluarga

karena tidak membeli susu formula yang harganya mahal (Walyani, 2015).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian ASI, yaitu :

1) Produksi ASI kurang

Produksi ASI kurang dapat diatasi dengan beberapa cara diantaranya

adalah memperhatikan makan ibu menyusui yaitu makan lebih banyak

dari biasa dan minum minimal delapan galas sehari, harus banyak istirahat

dan menjaga ketenangan pikiran serta hindari pekerjaan terlalu lelah.10

Memelihara payudara selama menyusui dengan menjaga kebersihan dan

melakukan massage payudara dapat memperlancar asi. Pijat oksitosin

dengan merangsang reflek letdow dapat membantu merangsang pelepasan

hormon oksitosin, mempertahankan produksi asi waktu ibu dan bayi sakit.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan hormon oksitosin seperti

a) Ibu dalam keadaan tenang dan percaya diri bahwa dia dapat menyusui

bayinya

b) Ibu melihat bayinya

c) Memikirkan bayinya dengan perasaan penuh kasih sayang

d) Mendengar bayinya menangis atau mencium bayinya


Sedangkan faktor-faktor yang dapat menghambat pengeluaran hormon

oksitosin dapat berupa

a) Pikiran ibu yang sedang kacau,

b) Ibu yang khawatir atau takut ASI-nya tidak cukup,

c) Ibu merasa kesakitan terutama saat menyusui

d) Perasaan cemas, sedih, marah dan kesal,

e) Ibu tidak percaya diri untuk dapat menyusui bayinya

2) Teknik menyusui

Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

produksi ASI dimana bila teknik menyusui tidak benar dapat

menyebabkan puting lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi

jarang menyusu karena bayi enggan menyusu akan berakibat kurang baik,

karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI

selanjutnya, namun sering kali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi

tentang manfaat ASI dan tentang teknik menyusui yang benar (Roesli,

2011).

Teknik menyusui yang tidak dikuasai oleh ibu maka akan berdampak pada

ibu dan bayi itu sendiri. Dampak pada ibu berupa mastitis, payudara

bergumpal, puting sakit, sedangkan pada bayi dapat dipastikan, bayi tidak

mau menyusu yang berakibat bayi tidak akan mendapat ASI (Sulistyowati,

2011).
Ibu yang menyusui bayinya pertama kali akan mengalami beberapa

permasalahan, diantaranya adalah ibu belum mengetahui teknik menyusui

yang benar, emosional ibu saat pertama kali menyusui dalam kondisi masa

pemulihan setelah melahirkan. Dengan teknik menyusui ini akan

berpengaruh terhadap kemampuan ibu dalam memberikan ASI pada

bayinya, teknik menyusui diantaranya adalah memberikan posisi

menyusui, pelekatan mulut bayi pada payudara yang tepat sehingga bayi

dapat dengan mudah mengisap putting susu ibu dan cara ibu memegang

bayi saat menyusui (Sari, 2020).

3) Motivasi

Pada saat ibu bersalin seorang ibu bersalin masih harus menerima

perawatan dari perawat dan beberapa suntikan untuk pemulihan juga harus

mengadaptasikan puting susunya di mana lubang-lubang kecil ya menjadi

tempat bermuara dari duktus laktiferus belum sepenuhnya terbuka

sehingga di awal-awal mengyusui puting akan terasa perih. Peran bidan

sangat dibutuhkan oleh seorang ibu menyusui. Mengajari teknik menyusui

yang benar sangat diperlukan. Ibu menyusui akan sangat menghadargai

bantuan bidan atau tenaga kesehatan lain dengan sabar. Mereka akan

membantu karena masa-masa awal yang kriti itu akan menentukan apakah

ibu menyusui akan menyerah dalam memberi ASI atau tidak. Seseorang

yang memiliki motivasi tinggi selalu berperilaku yang sesuai harapan.

Karena dalam perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan,


kepercayaan, fasilitas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga sebaliknya,

seseorang yang memiliki motivasi rendah, sebagian besar tidak

berperilaku yang sesuai harapan, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor di

atas (Sari, 2020).

4) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indrera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengtahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behavior) (Notoatmodjo, 2012).

B. Kerangka Teori

Faktor-Faktor yang Keberhasilan

Mempengaruhi Menuyusi

Perilaku Ibu Menyusui


C. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang

mempengaruhi Keberhasilan

perilaku ibu Menyusui

menyusui

Produksi ASI kurang

Motivasi

Teknik menyusui

Pengetahuan

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Faktor-faktor perilaku ibu menyusui memberi pengaruh terhadap

keberhasilan menyusui
DAFTAR PUSTAKA

Juliastuti dan Sulastri, 2018, Pengaruh Pemberian Massage Depan (Breast Care) Dan

Massage Belakang (Pijat Oksitosin) Terhadap Produksi Asi Ibu Post Partum

Di Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh, Jurnal Ilmiah PANNMED,

Vol.12(3).

Kementrian Kesehatan RI, 2020, Banyak Sekali Manfaat Asi Bagi Bayi Dan Ibu,

Jakarta : Pusat Data dan Informasi.

Notoatmodjo, S., Anwar, H., Ella, N. H., & Tri, K., 2012, Promosi kesehatan di

sekolah, Jakarta: rineka cipta, 21-23.

Roesli, 2012. Panduan Inisiasi Menyusui Dini Plus Asi Eksklusif. Jakarta. Pustaka

Bunda

Sari, Y. R., Ike A. T. dan Sunarsih, 2020, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan, Jurnal Kebidanan, Vol.

6(2).

Sulistyowati, W. (2011). Teknik Menyusui yang Benar pada Ibu Primipara di Desa

Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Jurnal Kesehatan

Hospital Majapahit, 3(2).

Walyani, E. S. 2015. Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak Pertama agar Bayi

Lahir dan Tumbuh Sehat. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.


Yusrina, A. dan Shrimarti R. D., 2016, Faktor Yang Mempengaruhi Niat Ibu

Memberikan Asi Eksklusif Di Kelurahan Magersari, Sidoarjo, Jurnal

Promkes, Vol. 4(1).

Anda mungkin juga menyukai