Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO, 2013), masa
pemberian Air Susu Ibu (ASI) diberikan secara eksklusif 6 bulan pertama,
kemudian dianjurkantetap diberikan setelah 6 bulan berdampingan dengan
makanan tambahan hingga umur 2 tahun atau lebih. Pemberian ASI pada
bayi merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi.
Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak,
memberikan kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan
emosional antara ibu dan bayinya (Sunartyo,2008).
Roesli (2013) menyatakan Keberhasilan menyusui tidak diperlukan
alat-alat khusus dan biaya yang mahal yang diperlukan kesabaraan, waktu,
pengetahuan dan dukungan dari lingkungan. Menyusui adalah suatu
pengetahuan yang berjuta-juta tahun mempunyai peran penting dalam
mempertahankan kehidupan manusia. ASI adalah makanan terbaik bagi
bayi pada umur 0-6 bulan yang menyediakan cukup nutrisi yang diperlukan
untuk kehidupan dan pertumbuhan bayi. Pemberian ASI sangat bermanfaat
bagi daya tahan bayi dan pertumbuhan otaknya (Danuatmaja, 2007).
ASI adalah air susu ibu yang mengandung nutrisi optimal, baik
kualitas dan kuantitasnya. ASI yang diberikan kepada bayi secara murni
tanpa tambahan cairan lain (susu formula, madu, jeruk, air teh, air putih)
dan tanpa tambahan makanan lain (pisang, bubur susu, biskuit, bubur, nasi
tim) yang diberikan selama 4-6 bulan (Indarti, 2003). ASI adalah suatu
emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garan anorganik
yang disekresikan oleh kelenjar mammae ibu, dan berguna sebagai
makanan. Keseimbangan zat-zat gizi dalam susu ibu berada pada tingkat
terbaik dan air susu nya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang

1
masih muda. Pada saat yang sama, ASI juga sangat kaya akan sari-sari
makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan
system syaraf (Maryunani Anik, 2012).
Prasetyono (2012) menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan ibu
tentang pentingnya ASI Eksklusif dapat di pengaruhi oleh promosi produk-
produk makanan tambahan dan formula. Kemajuan teknologi dan
canggihnya komunikasi, serta genjarnya promosi susu formula membuat
masyarakat kurang mempercayain kehebatan ASI. Ibu yang aktif bekerja
dalam upaya dalam pemberian ASI eksklusif sering kali mengalami
hambatan karena singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan. Keadaan
seperti itu yang sering menjadi kendala bagi ibu untuk memberikan ASI
eksklusif sehingga pemberian ASI eksklusif mungkin tidak tercapai.
Di negara berkembang cakupan ASI eksklusif hanya 39% dari
seluruh bayi di bawah 6 bulan. Menurut indikator gizi UNICEF, tingkat
tertinggi ASI eksklusif saat ini ditemukan di Afrika Selatan (49%) dan Asia
Selatan (45%) (WHO 2012). UNICEFF memperkirakan bahwa pemberian
ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak
berusia di bawah lima tahun (Haryono dan sulis, 2014). Angka kematian
Bayi (AKB) merupakan salah satu indicator penting dalam menentukan
tingkat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan provinsi maupun nasional.
Survey Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun2015
melaporkan AKB di indonesia sebesar 32/1.000 kelahiran hidup.
Kendatiterus mengalami penurunan, AKB di Indonesia masih jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya (Depkes RI,
2012). Di Indonesia Angka Kematian Bayi (AKB) yang disebabkan oleh
penyakit infeksimasih tinggi. Hal ini dibuktikan oleh data Riskesdas 2012
bahwa penyebab kematian bayi terbanyak yaitu infeksi saluran pernapasan,
diare dan komplikasiprenatal. Pentingnya pemberian ASI terutama ASI
Eksklusif untuk bayi sangatluar biasa. Bagi bayi, ASI Eksklusif adalah
makanan dengan kandungan gizi yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi,

2
melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare dan infeksi saluran
pernafasan akut (Kemenkes RI, 2012).
Menurut Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun (2014) data
cakupan persentase pemberian ASI eksklusif dilihat dari
wilayahnya,Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2014sebanyak 18.444 bayi atau hanya sekitar 41.9 %
dari jumlah total bayi padatahun yang sama. Wilayah dengan persentase
ASI Eksklusif di wilayah Kota Jakarta Utara 52.38 %, Jakarta barat 68.85
%, Kab. Kepulauan Seribu mencapai 45.88 %. Memperlihatkan Wilayah
dengan persentase ASI Eksklusif terendah ada di wilayah Kota Jakarta
Timur 13.00 %dan Jakarta Selatan 32.49 %hal itu menunjukan belum
terpenuhinya target cakupan yang seharusnya sebesar 80%, sedangkan Kota
Jakarta Pusat adalah yang tertinggi yaitu mencapai 72.15 %. Menurut Dinas
Kesehatan Depok menyatakan cakupan pemberian ASI Ekslusif hanya
53,05 % pada Tahun 2010 dan 59,51 % pada Tahun 2011. Pemberian ASI
Ekslusif yang tercatat pada Tahun 2013 Menurut Dinas Kesehatan Depok
sebesar 53,8%, Tahun 2014 sebesar 50,6 %, Tahun 2015 sebesar 44,7 %,
dan Tahun 2016 sebesar 61,63 % ibu yang memberikan ASI Ekslusif di
Depok.
Dari hasil studi pendahuluan yang di lakukan peneliti pada tanggal
Juni 2018 di Kliik Bersalin Tanti Depok. Berdasarkan latar belakang dan
studi pendahuluan yang diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif di Klinik Bersalin Tanti Depok”.
B. Rumusan Masalah
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di Klinik Bersalin Tanti
Depok. Keadaan ini menarik penulis untuk melakukan penelitian Berdasarkan
uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:“
Bagaimanakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Ibu
tentang ASI Ekslusif di Klinik Bersalin Tanti Depok 2018 ? ’’

3
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum
Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Ibu
tentang ASI Ekslusif di Klinik Bersalin Tanti Depok.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang pengertian ASI Ekslusif .
b. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang Fisiologi pengeluaran ASI .
c. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang Manfaat pemberian ASI Ekslusif
d. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang Jenis-jenis ASI .
e. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang Komposisi ASI .
f. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang Faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI Eklusif .
g. Mengetahui pengetahuan Ibu tentangMasalah menyusui pada keadaan
khusus .
h. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang Mekanisme menyusui .
i. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang Cara / posisi menyusui yang
baik.
j. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang Masalah yang dihadapi selama
menyusui .
k. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui .
l. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang Cara / teknik menyimpan ASI
perasan.
m. Mengetahui pengetahuan Ibu tentang Cara menghangatkan /
mencairkan ASI .

4
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dibagi dalam beberapa bagian, antara lain:
1. Bagi Peneliti dan Peneliti selanjutnya
Memberikan pengalaman nyata dan Menambah wawasan, pengetahuan
dalam melaksanakan penelitian sederhana secara ilmiah dalam rangka
mengembangkan diri sebagai peneliti tentang bagaimana pengetahuan
ibu menyusui dan untuk peneliti selanjutnya mampu menerapkan aplikasi
ilmu dalam pemikiran hal yang baru sehingga muncul ide yang dapat
mengembangkan penemuan khususnya dalam pemberian ASI Ekslusif.
2. Bagi Tatanan Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan untuk evaluasi peningkatan mutu pelayanan
tentang ASI Ekslusif dan memperbaiki sistem pelayanan yang sudah ada
khususnya dalam promosi ASI Ekslusif.
3. Bagi Institusi AKPER RS PGI Cikini

Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan wancana dan sumberi


informasi mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap
Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif.

E. Lingkup Peneliti
Penelitian ini berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap
Pengetahuan Ibu tentang ASI Ekslusif. Tempat penelitian di Klinik Bersalin
Tanti Depok. Pelaksanaan pembuatan proposal penelitian mulai tanggal
Juni 2018 telah termasuk didalamnya pelaksanaan ujian proposal di
Akademi Perawatan RS PGI Cikini dan pelaksanaan penelitian bulan Juni
2018.

5
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
No Nama / Judul Metode Hasil penelitian Persamaan / perbedaan
penelitian
1 Priyono, (2012). Metode Hasil penelitian ini adalah pengaruh penyuluhan kesehatan teknik Variabel bebas yaitu pengaruh
Perbedaan penelitian ini menyusui dan perilaku ibu menyusui terhadap pengetahuannya pendidikan kesehatan dan kelompok yang
pengaruh True diperlakukan diberikan simulasi dan
penyuluhan Eksperimental poster
kesehatan metode Design dalam
simulasi dan poster Teknik
tentang teknik Pengambilan
menyusui terhadap Simple Random
pengetahuan dan Sampling
perilaku ibu
menyusui
2 Sulistiyowati, Desain Hasil dalam penelitian Lokasi
Tutuk dan Pulung, penelitian ini ada hubungan penelitian,
Siswantara 2014. cross antara sikap, norm waktu

6
Perilaku ibu Sectional, subyektif, dan penelitian.
bekerja Sampling pengendalian perilaku Persamaan
dalam memberikan dalam penelitian dengan perilaku sama-sama
ASI Eksklisif adalah total memberikan ASI meneliti tentang
sampling. eksklusif. ASI eksklusif.
Instrument
penelitian
kuesioner,
analisis
data berupa
prosentasi dan
uji
chi square
3 Dahlan, A (2011) Jenis penelitian Jenis penelitian Variable, Lokasi
hubungan status analitik dengan analitik dengan penelitian,
pekerjaan dengan pedekatan cross pedekatan cross waktu
pemberian ASI sectional. sectional. penelitian.
Eksklusif di Pengambilan Pengambilan Persamaan
kelurahan palebon sampel secara sampel secara acak peneliti samasama
kecamatan acak (probability meneliti

7
pedurungan kota (probability sampling) dengan tantang ASI
semarang sampling) teknik proportional eksklusif
dengan random sampling.
teknik Instrument peneliti
proportional menggunakan
random kuesioner. Analisis
sampling. data menggunakan
Instrument uji chi square
peneliti
menggunakan
kuesioner.
Analisis
data
menggunakan
uji chi square
4 Lidia arjulia Metode Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang sudah dilakukan di  Perbedaan Variable, Lokasi
sari,2016 penelitian Puskesmas Gamping 2 Sleman Yogyakarta dengan jumlah penelitian,
gambaran tingkat Deskriptif responden 98 ibu waktu
pengetahuan ibu kuantitatif 50 penelitian.
dengan  Persamaan

8
menyusui tentang pendekatan menyusui dapat diketahui bahwa secara keseluruhan tingkat penelitian samasama
asi cross pengetahuan ibu meneliti
eksklusif di sectional, menyusui tentang ASI Eksklusif dalam kategori cukup sebanyak tentang ASI
puskesmas instrument 46 responden Eksklusif
gamping 2 sleman peneliti (59,0%), pengetahuan dalam kategori baik sebanyak 11 responden
kuesioner. (14,1%),
dan pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 21 responden
(26,9%). Jika
dilihat dari kategori kuesioner meliputi pengertian, manfaat,
komposisi, cara
pemberian, cara pengeluaran, dan cara penyimpanan ASI, semua
kategori
mempengaruhi hasil tingkat pengetahuan namun ada satu kategori
yang
menonjol menyebabkan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI
Eksklusif
cukup yaitu pada kategori pengeluaran ASI (kurang 35,9%)

9
BAB II

TINJAUAN TEORI

Pada Bab II ini membahas tentang landasan teori mengenai pengertian


pengetahuan, tingkat pengetahuan, Pengertian ASI EkslusifFisiologi pengeluaran
ASI, Manfaat pemberian ASI Ekslusif, Jenis-jenis ASI, Komposisi ASI, Faktor
yang memperngaruhi pemberian ASI Eklusif, Masalah menyusui pada keadaan
khusus, Mekanisme menyusui,Cara / posisi menyusui yang baik, Masalah yang
dihadapi selama menyusui, 10 langkah menuju keberhasilan menyusui, Cara /
teknik menyimpan ASI perasan, Cara menghangatkan / mencairkan ASI seperti
yang dijelaskan dibawah ini :

A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan
dengan suatu hal (Depdiknas, 2009). Pengetahuan juga dapat
diartikan sebagai hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau
kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (Soekidjo Notoatmodjo, 2011).
Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam urutan
perilaku kognitif. Seseorang dapat mendapatkan pengetahuan dari
fakta atau informasi baru dan dapat di ingat kembali. Selain itu
pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman hidup yang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang dalam mempelajari informasi
yang penting (Potter dan Perry, 2010).
b. Tingkat pengetahuan dalam Domain Kognitif :
Menurut Notoadmodjo (2007) tingkat pengetahuan yang termasuk
Domain Kognitif ada 6 tingkatan, yaitu :

10
1) Tahu ( Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Kemampuan mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara
lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya. Oleh sebab itu tingkatan ini
adalah paling rendah.
2) Memahami ( Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan
meramalkan objek yang dipelajari.
3) Aplikasi ( Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang
sebenarnya (real). Aplikasi dapat diartikan penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau
situasi lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih
didalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuaan analisa dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, antara lain: seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)

11
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru untuk menyusun suatu formulasi-
formulasi. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya,
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.
Penilaian-penilaian ini berdasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada.
2. ASI Ekslusif

a. Pengertian ASI
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini
mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak
diberikan makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi
berumur 6 bulan. Setelah itu diberi makanan padat pendamping
yang cukup dan sesuai. Sedangkan ASI tetap diberikan sampai
usia 2 tahun atau lebih (Hubertin, S.,2009). ASI merupakan
makanan yang ideal untuk bayi dan substansi yang dinamik
dengan komposisi yang terus berganti untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi dan imunologi yang terus berganti selama
masa pertumbuhan dan perkembangannya (Lawrence,2009).
ASI diberikan secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua,
bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan
lebih sehat dan menarik. Perusahaan, lingkungan dan
masyarakat pun lebih mudah mendapatkan keuntungan ( Roesli,
2008).
b. Fisiologi pengeluaran ASI Menurut IDAI (2010)

12
Pada masa kehamilan, payudara mulai membesar karena
terjadinya proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar
pembuat ASI akibat pengaruh hormone estrogen, prolactin, dan
progresterone. Kolostrum kadang kala sudah keluar pada usia
kehamilan lima bulan tetapi masih dalam jumlah sedikit. Hal ini
disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi dalam masa
kehamilan yang menghambat kerja hormon prolaktin. Pada saat
persalinan, setelah plasenta lepas, kadar estrogen dan
progresteron menurun, sehingga tidak ada yang menghambat
kerja prolactin untuk produksi ASI. Dengan menyusui lebih dini,
terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah proklaktin oleh
hipofisis, sehingga sekresi makin lancar. Dua reflek pada ibu
dalam proses laktasi, reflek proklaktin dan reflek aliran timbul
akibat perangsangan puting susu oleh isapan bayi, yaitu :
1) Reflex Proklaktin
Sewaktu bayi menyusu ujung saraf peraba yang terdapat pada
puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut
afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke
dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar
(alveoli) untuk memproduksi ASI. Jumlah prolaktin yang
disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan
stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi
mengisap (Wulandari.A.,2009).
2) Reflex Aliran (let down reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon
prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior
mengeluarkan hormon oksitosin. Setelah oksitosin dilepas
ke dalam darah akan mengacu otot-otot polos yang
mengelililngi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga

13
memeras ASI dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju puting
susu ( Wulandari.A., 2009).
c. Manfaat pemberian ASI
Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu
eksklusif hingga enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan
makanan pendamping ASI pada usia enam bulan, keuntungan
menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama
pemberian ASI sampai dua tahun atau lebih (Roesli, 2008)
1) Manfaat ASI untuk bayi
a) ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan
kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan
bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya. ASI sebagai sumber gizi yang sangat
ideal dengan komposisi yang seimbang dan
disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI
adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik
kualitas maupun kuantitasnya.
b) ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih
banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang
terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi
dari penyakit diare. Pada suatu penelitian di Brasil
Selatan bayi-bayi yang tidak diberi ASI mempunyai
kemungkinan meninggal karena diare 14,2 kali lebih
banyak daripada bayi ASI eksklusif. ASI juga
akanmenurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit
infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi. Bayi
yang menggunakan ASI eksklusif ternyata akan lebih

14
sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi
yang tidak mendapat ASI eksklusif.
c) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
ASI secara eksklusif diberikan sampai bayi berusia 6
bulan akan menjamin tercapainya pengembangan
potensi kecerdasan anak secara optimal. Nutrisi-nutrisi
yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi seperti
taurin, laktosa, DHA, AA, omega 3 dan omega 6, tidak
ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi.
d) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena
menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga
akan merasa aman dan tenteram, terutama karena
masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang
telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan
terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi
dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk
kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang
baik.
2) Manfaat ASI untuk ibu
a) Secara ekonomis mengurangi pengeluaran biaya
untuk pembelian susu formula.
b) Membantu meningkatkan kontraksi uterus sehingga
mengurangi resiko perdarahan dan memperkecil
ukuran uterus.
c) Menyusui secara teratur dapat menurunkan berat
badan secara bertahap.
d) Memberikan perasaan positif seperti rasa puas,
bangga, bahagia karena berhasil menyusui bayinya.
e) Pemberian ASI secara Ekslusif dapat mencegah
kehamilan .

15
d. Jenis – jenis ASI
Menurut Departemen Kesehatan (2014) Berdasarkan waktu
diproduksi, ASI dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Kolostrum
Cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan,
dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga.
Kolostrum mengandung protein tinggi yang berfungsi
untuk daya tubuh dan rendah lemak dan laktosa.
Volume kolostrum 150-300 ml/24 jam ( Roesli, 2007).
2) ASI Transisi
ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur yang
di produksi pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-10
masa laktasi (Bahiyatun, 2009). Susu transisi ini
terdapat immunoglobulin, protein dan laktosa dengan
konsentrasi yang lebih rendah dari kolostrum tetapi
konsentrasi lemak dan jumlah kalori lebih tinggi,
vitamin larut lemak berkurang, vitamin larut air
meningkat. Berwarna lebih putih dari kolostrum.
3) ASI Matur
Susu yang keluar setelah hari ke-10. Berwarna putih
kental. Komposisi ASI yang keluar pada isapan-isapan
pertama (foremilk) mengandung lebih rendah lemak
tapi tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air. ASI
yang keluar pada isapan-isapan terakhir (hindmilk)
mengandung lemak dan karbohidrat yang tinggi.

e. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta


(2008) ASI memiliki komposisi sebagai berikut :
1) Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi daripada
susu formula yaitu 6.5-7 gram%. Karbohidrat utama

16
yang terdapat dalam ASI adalah laktosa yang akan
diubah menjadi galaktosa. Galaktosa membetuk
galaktolipid yang berperan penting dalam
perkembangan otak bayi (Bahiyatun, 2009).
2) Lemak
Lemak yang terdapat dalam ASI terdiri dari
trigliserida, fosfolipid, kolesterol dan asam lemak
esensial. Pada kolostrum konsentrasi kolesterol
sangat tinggi yang penting dalam proses
pembentukan myelin. Myelin adalah zat yang
mengelilingi sel saraf otak dan akson yang berfungsi
melindungi dari rangsangan yang merusak. Lemak
pada ASI mudah diserap oleh bayi karena adanya
enzim lipase yang mencerna lemak trigliserida
menjadi digliserida (Purwanti, 2014).
3) Asam lemak esensial arachidonic acid (AA) dan
docosahexanoid acid (DHA)
Kandungan AA dan DHA adalah asam lemak tak
jenuh yang mempunyai rantai panjang
(polyunsaturated fatty acid) yang diperlukan bayi
untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal
(Yuliarti, 2010). Otak bayi yang mendapat ASI
mempunyai kandungan DHA lebih tinggi dari pada
bayi yang mendapat susu formula. AA dan DHA
berfungsi dalam proses penerimaan rangsang dan
penghantaran listrik di sel-sel saraf.
4) Protein dan asam amino
Asam amino berperan dalam perkembangan otak
yaitu taurin, tirosin dan triptofan. Taurin adalah asam
amino bebas yang jumlahnya sangat besar di jaringan
saraf, jaringan otak yang sedang berkembang dan

17
saraf mata. Taurin berperan sebagai
neurotransmitter, mengatur aktivitas sel saraf,
menstabilkan dinding sel saraf dan antioksidan
(Yuliarti, 2010).Noradrenalin dan dopamine
dibentuk oleh tirosin sedangkan serotonin dan
melatonin adalah neurotransmitter yang dibentuk
triptofan. Noradrenalin berfungsi mengatur pola
tidur-bangun, memori dan proses belajar. Dopamin
berfungsi untuk mengontrol gerakan, respon emosi,
persepsi sakit dan senang, dan adaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Serotonin untuk mengontrol
nafsu makan, pola tidur, memori dan proses belajar.
5) Mineral
ASI mempunyai kandungan mineral yang konstan
selama laktasi. Fa dan Ca tidak dipengaruhi oleh diet
ibu. Garam organic yang ada dalam ASI yaitu
kalsium, kalium dan natrium. Kalsium berfungsi
dalam pertumbuhan jaringan otot dan rangka,
transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah. Kadar
kalsium dalam ASI lebih rendah dibandingkan
dengan susu formula tapi lebih mudah diserap
dibandingkan susu formula.
6) Vitamin
Vitamin lengkap terdapat dalam ASI. Vitamin A
yang terdapat dalam ASI yaitu 280 IU sedangkan
dalam kolostrum dua kali lipat dari itu. Vitamin D
pada bayi 2/3 dari kadar vitamin D ibu yang bisa
didapatkan melalui plasenta dan sedikit dalam ASI.
Vitamin K berfungsi sebagai faktor pembekuan
darah. Vitamin E berfungsi untuk pembentukan sel
darah merah. Kadar vitamin K dalam ASI sangat

18
sedikit sehingga ketika bayi baru lahir diberikan
vitamin K dalam bentuk suntikan atau oral untuk
mengurangi resiko perdarahan (Purwanti, 2014).

7) Air
ASI mengandung 88% air sehingga ASI yang
diminum bayi selama pemberian ASI eksklusif sudah
mencukupi kebutuhan bayi. ASI dengan kandungan
air yang tinggi keluar pada hari ketiga atau keempat
(Yuliarti, 2010).
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif,
yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah proses mengembangkan semua aspek
kepribadian manusia yang meliputi pengetahuan, nilai,
sikap dan keterampilan. Semakin rendah pendidikan ibu
maka semakin rendah kemampuan dasar ibu dalam
berfikir untuk mengambil keputusan khususnya dalam
pemberian susu formula atau ASI Eksklusif pada bayi
usia 0-6 bulan (Widiyanto dkk, 2012).
2) Pengetahuan
Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat diperoleh
ibu dari hasil pendidikan informal seperti penyuluhan –
penyuluhan, brosur, dan pemberian informasi dari tenaga
kesehatan ketika kunjungan posyandu (Widiyanto dkk,
2012). Pengetahuan ibu tentang ASI juga mempunyai

19
pengaruh terhadap praktek pemberian ASI, hal ini dapat
memberikan pengaruh positif maupun negatif dalam
pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2012). Pengetahuan
ibu yang kurang tentang ASI eksklusif akan
menyebabkan gagalnya pemberian ASI eksklusif karena
ibu tidak mempunyai motivasi untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayinya (Astuti, 2013).

3) Pendapatan keluarga dan keuangan


Tingkat pendapatan keluarga yang tinggi cenderung
tidak memberikan ASI eksklusif melainkan susu
formula. Ibu yang mempunyai penghasilan rendah lebih
mungkin untuk memberikan ASI eksklusif (Sriningsih,
2011). Tingginya jumlah pekerja wanita diberbagai
sektor pekerjaan mengakibatkan semakin banyak ibu
yang harus meninggalkan bayinya sebelum berusia 6
bulan ketika habis masa cuti bersalin Ibu yang kembali
bekerja penuh sebelum bayi berusia enam bulam
menyebabkan pemberian ASI eksklusif terhambat
ditambah dengan keadan fisik dan mental ibu yang lelah
karena bekerja akan mengakibatkan produksi ASI tidak
lancar (Astuti, 2013). Memberikan ASI secara langsung
bagi ibu yang bekerja tidak memungkinkan karena tidak
adanya waktu atau tempat khusus untuk menyusui atau
memerah ASI (Margawati & Josefa, 2011).
4) Faktor dukungan keluarga dan suami
Dukungan suami dan keluarga terdekat sangat
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Suami dan
keluarga harus memberikan dukungan moral seperti
memberikan pujian, memberikan kata – kata semangat
kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada

20
bayinya. Suami tidak boleh mengkritik bentuk tubuh istri
agar istri tidak merasa risih atau minder dengan bentuk
tubuhnya atau bentuk payudaranya sehingga kemauan
istri memberikan ASI eksklusif tidak berkurang karena
kritikan yang disampaikan suami (Abidjulu dkk, 2015).

5) Psikologis ibu
Psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan
menyusui, ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu
memproduksi ASI maka produksi ASI nya berkurang,
misalnya ibu yang selalu gelisah, kurang percaya diri,
merasa tertekan, dan berbagai bentuk ketegangan
emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui
bayinya karena kurang dukungan suami, ASI yang
mampet pada ibu bayi bisa karena faktor hormon, psikis,
mental (Prasetyono, 2009).
6) Petugas kesehatan
Petugas kesehatan berperan sangat penting untuk
mendukung ibu tetap menyusui tidak hanya dengan
memberikan obat atau menyarankan makanan tertentu,
tetapi juga harus menjelaskan kepada ibu-ibu bahwa
dengan rangsangan isapan bayi yang terus menerus akan
memicu produksi ASI semakin banyak (Margawati &
Josefa, 2011). Petugas kesehatan yang membantu saat
persalinan mempunyai peran yang sangat dominan pada
30 menit pertama setelah bayi lahir sehingga seharusnya
ibu difasilitasi untuk segera memeluk bayinya yang
diharapkan interaksi bayi dan ibu segera terjadi.
Pemberian ASI segera atau IMD akan membuat ibu

21
semakin percaya diri untuk memberikan ASI eksklusif
(Oktora, 2013).

g. Masalah menyusui pada keadaan khusus


Menurut Ieda Poernomo dkk (2004:6), beberapa penyakit
yang dapat mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif adalah :
1) Ibu menderita Hepatitis (HbsAg+)
Untuk penyakit ini masih ditemukan berbagai pendapat
bahwa penderita Hepatitis tidak diperkenankan
menyusui bayinya karena dapat menularkan virus kepada
bayinya melalui ASI, sedangkan yang kedua, Menurut
American Academy of Pediactricans, seorang ibu dengan
HbsAg+ dapat menyusui bayinya setelah bayinya
diberikan imunisasi Hepatitis B.
2) AIDS (HIV+)
Menurut Centers for Disease Control, adanya dugaan
bahwa kemungkinan virus AIDS dapat ditularkan
melalui ASI, sehingga badan penelitian ini melarang ibu
yang terinfeksi HIV menyusui bayinya.
3) TBC paru
Kuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh
menyusu, ibu hanya perlu diobati secara adekuat dan
diajarkan pencegahan penularan pada bayi dengan
menggunakan masker.

h. Mekanisme menyusui
Menurut Dr,Soetjiningsih (2007), Keberhasilan menyusui
memerlukan 3 refleks yang baik, yaitu :
1) Refleksi Mencari/mengkap (Rooting Reflex)
Istilah refleks mencari (Rooting Reflex) merupakan
respon bayi bila diberi rangsangan seperti sentuhan

22
dipipinya, bayi akan menoleh kearah sentuhan. Bila
bibirnya yang dirangsang maka bayi akan membuka
mulut dan berusaha mencari puting susu untuk menyusu.
Demikian halnya saat payudara ibu yang menempel pada
pipi atau daerah sekeliling mulut bayi saat proses
menyusui, merupakan rangsangan yang menimbulkan
refleks kepala bayi berputar menuju puting susu yang
menempel dan diikuti dengan membuka mulut kemudian
puting susu ditarik masuk kedalam mulut.
2) Refleksi Menghisap (Sucking Reflex)
Teknik menyusui yang baik adalah apabila kalang
payudara sedapat mungkin semuannya masuk ke dalam
mulut bayi, sehingga memudahkan bayi untuk mulai
menghisap puting susu.
3) Refleks Menelan (Swallowing Reflex)
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul
dengan gerakan menghisap, sehingga pengeluaran air
susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme
menelan masuk ke lambung .

i. Cara posisi menyusui yang baik


Posisi Menyusui Menurut Saryono(2010), ada 3 macam
posisi menyusui yang benar:
1) Posisi dekapan atau posisi klasik dan telah menjadi
kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini
membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya
tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu. Kepala
bayi berada di dalam dekapan, sokong kepala badan dan
punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian
sisinya (Saryono, 2010).

23
2) Posisi football hold, posisi ini sangat sesuai jika baru
pulih dari pembedahan caesar, memiliki payudara yang
besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil
ukurannya atau menyusui anak kembar pada waktu yang
bersamaan. Sokong kepala bayi dengan tangan,
menggunakan bantal untuk menyokong belakang badan
ibu (Saryono, 2010).

3) Posisi berbaring posisi ini apabila ibu dan bayi merasa


letih. Jika baru pulih dari pembedahan caesar ini
mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada
beberapa hari pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan
dan sokong bayi dengan lengan atas (Saryono, 2010).
j. Masalah yang dihadapi selama menyusui
Ada beberapa masalah pada minggu pertama menyusui
pada ibu :
1) ASI belum keluar pada hari pertama
Dalam 24 jam pertama bayi tidak perlu cairan, jadi tidak
minumpun tidak apa-apa. Proses menyusui yang penting
adalah dalam 1jam pertama harus diberitahukan kepada
ibu untuk mulai menyusui, karena pada saat baru lahir
daya isap bayi sangat kuat, kemampuan isap ini baru
akan kembali 38 jam kemudian. Daya isap yang sangat
kuat ini disebabkan karena lahir adalah suatu trauma
yang menyebabkan adrenalin bayi tinggi sekali, sehingga
kemampuan menghisap dan menyedot sangat tinggi.
Kalau ini tidak dipergunakan, adrenalin akan turun dan
hormon menyenangkan yang membuat bayi tenang dan
tertidur akan keluar, sehingga baru 1 hari kemudian bisa
menyusui. Juga perlu sering menyusui untuk
merangsang ASI (Baskoro.A.,2008).

24
2) Payudara terasa penuh dan nyeri
Saat ASI keluar pertama kali, payudara mungkzterasa
panas, berat,keras, dan seakan-akan penuh batu. Pada
banyak wanita, payudara hanya terasa penuh. Salah satu
penyebab nyeri pada puting susu adalah karena bayi
mengisap dengan posisi salah. Bayi tidak cukup banyak
memasukkan areola kemulutnya, dan hanya menghisap
dari ujung puting saja. Keadaan ini disebut nyeri puting
karena salah posisi.
3) Payudara berukuran kecil
Ukuran payudara tidak menentukan banyak sedikitnya
produksi ASI. Produksi ASI lebih ditentukan oleh
banyaknya lemak pada payudara, sedangkan kelenjar
penghasil ASI sama banyaknya pada setiap payudara.
Walaupun payudara kecil, namun produksi ASI dapat
tetap mencukupi apabila manajemen laktasi
dilaksanakan dengan baik dan benar (Yuliarti.N., 2010).
4) Puting susu lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan
benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan
menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah.
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi
menyusuiyang salah, tetapi dapat pula disebabkan oleh
thrush (candidates) atau dermatitis (
Kristiyansari.W.,2009).
5) Rendahnya produksi ASI
Produksi ASI akan meningkat bila bayi sering disusui
atau pabrik susu ibu dikosongkan dengan diperah. Hal
yang penting diperhatikan adalah posisi pelekatan yang
betul antara mulut bayi dengan payudara ibu. Sering
seorang ibu mengatakan sudah meneteki lebih dari 1 jam,

25
tetapi bayi tetap menangis seperti kehausan. Produksi
ASI mengikuti prinsip ”makin tinggi kebutuhan bayi,
makin banyak produksi ASI” (Baskoro.A.,2008).
6) Payudara bengkak
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui
dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada
sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada
hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan. Statis
pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intraduktal, yang akan
mempengaruhi berbagai segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat,akibatnya
payudara sering terasa penuh, tegang serta nyeri.
7) Ibu yang memerlukan pengobatan
Ibu menyusui yang takut obat-obatan yang
dikonsumsinya mengganggu bayi,sering sekali ibu
berhenti menyusui. Padahal, kebanyakan obat hanya
sebagian kecil saja yang dapat melalui ASI. Itu pun
jarang berakibat ke bayi. Oleh karena itu, ahli medis
tidak pernah mengobati bayi dengan menganjurkan ibu
mengkonsumsi obat tertentu. Memang ada beberapa obat
yang sebaiknya tidak diberikan kepada ibu menyusui.
Selain itu, jika harus mengkonsumsi obat, pilihlah obat
yang memiliki masa pendek dan mempunyai rasio ASI
plasma kecil (kemampuan obat mengontaminasi ASI).
Jika ibu menyusui harus mengkonsumsi obat, sebaiknya
dilakukan segera setelah menyusui (Priyono.Y.,2010).

k. Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui


Keberhasilan menyusui antara lain (Dien,et al.,2008) :

26
1) Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan
tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui dan melarang promosi PASI sebelum usia
mencapai 6 bulan.
2) Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk
staff sendiri atau lainnya.
3) Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI
dan langkah keberhasilan menyusui.
4) Melakukan kontak dan menyusui dini (IMD) .
5) Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar.
6) Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktan
sejak bayi lahir.
7) Melaksanakan rawat gabung ibu dan anak
8) Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi
(on demand)
9) Tidak memberikan dot/kempeng.
10) Menindaklanjuti perkembangan ibu-bayi setelah pulang
dari sarana pelayanan kesehatan.
l. Cara / teknik menyimpan ASI perasan
1) Cucilah kedua tangan anda sebelum menyentuh botol dan
hindari untuk menyentuh bagian dalam dari botol dan
tutupnya.
2) Peras ASI anda kedalam botol susu yang sudah bersih
3) Jika anda ingi menyimpan ASI perah dalam waktu yang
cukup lama, bekukan ASI perah tersebut.
4) Catat pada botol, tanggal dan waktu anda memompa, jika
anda tidak akan menggunakan ASI perah dengan segera.
5) Bekukan ASI sesuai volume yang diminum bayi dalam
sekali minum.
6) Ketika membekukan ASI, jangan mengisi botol hingga
penuh untuk memberikan keleluasaan ASI mengembang.

27
Jika akan dipakai, kurang lebih 12 jam sebelum dipakai,
turunkan ASI beku ke bagian tengah kulkas dari freezer,
agar ASI mencair secara alami. “ Jangan membekukan
kembali ASI yang sudah dibekukan sebelumnya”.
7) Tutuplah botol rapat-rapat jika anda ingin membekukan
ASI selama beberapa hari.
Pada tabel dapat dilihat 2.1 Panduan Penyimpanan ASI
Menurut IDAI(2010) :
Asi Pada suhu udara Dalam Lemari Es Dalam Freezer
Masih fresh Mampu bertahan Bisa bertahan antara 3-5 Bisa bertahan dalam
(baru diperas) antara 6-8 jam pada hari pada suhu udara 4֯ C waktu 2 minggu
suhu udara 26֯C atau atau kurang apabila freezer ada
kurang didalam lemari es .
Yang Bisa bertahan paling Bisa bertahan 24 jam “ Jangan “
sebelumnya lama 24 jam dimasukkan kembali
sudah ke Freezer.
dibekukan
dan dicairkan
dilemari es
Yang sudah Harus diberikan Bisa betahan untuk 4 “ Jangan”
dicairkan sekaligus jam dimasukkan kembali
dengan air ke Freezer
hangat
Yang sudah Sisa dibuang Dibuang Buang
diminumkan
ke bayi dari
botol yang
sama

m. Menurut international pediatry society,2008 Cara


menghangatkan / mencairkan ASI, yaitu ;
1) Tempatkan botol tertutup yang berisi ASI beku yang
telah dicairkan kedalam sebuah mangkuk berisi air
hangat (kurang lebih 60֯C ) hingga ASI terasa hangat.
Uji suhu ASI dengan meneteskan dipergelangan tangan
anda.
2) Jangan mencairkan ASI dengan oven microwave. Suhu
tinggi akan merusak nutrisi penting dalam ASI dan
dapat mencederai mulut bayi.

28
3) ASI yang disimpan biasanya akan terpisah menjadi
beberapa lapisan. Putarlah botol secara perlahan hingga
ASI tercampur kembali.
4) Berikan ASI yang sudah dihangatkan segera. Jangan
biarkan ASI terlalu lama pada suhu ruang.
5) Jika kembali bekerja atau hendak mengirimkan ASI, tas
pendingim yang sudah dilengkapi dengan es batu
ataupun gel pendingin akan menjaga ASI tetap dingin
hingga sampai tujuan.
3. Kerangka Teori
Berdasarkan teori yang ada, maka dapat digambarkan
sebagai kerangka teori sebagai berikut : Bagan2.1

Pendidikan
1. Pengertian ASI Ekslusif
Kesehatan
2. Fisiologi pengeluaran
ASI
3. Manfaat pemberian ASI
Ekslusif

Tingkat 4. Jenis-jenis ASI


pengetahuan ibu 5. Komposisi ASI
6. Faktor yang
memperngaruhi
pemberian ASI Eklusif
7. Masalah menyusui pada
baik kurang keadaan khusus
8. Mekanisme menyusui
cukup 9. Cara / posisi menyusui
yang baik
10. Masalah yang dihadapi
selama menyusui
11. 10 langkah menuju
keberhasilan menyusui
12. Cara / teknik menyimpan
ASI perasan
13. Cara menghangatkan /
mencairkan ASI
29
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab III ini membahas tentang defenisi metodologi penelitian,


kerangka konseptual, defenisi operasional, variabel penelitian, desain penelitian,
populasi penelitian, sampel penelitian, etika penelitian, instrumen penelitian,
pengelolaan data, prosedur pengumpulan data dan kriteria inklusi seperti yang
dijelaskan dibawah ini :
A. Pengertian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,
suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah yang
terjadi ( Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini, metodologi penelitian
yang akan dibahas yaitu: Kerangka konsep penelitian, variabel, definisi
operasional, teknik pengolahan dan analisa data.
B. Kerangka konsep penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep yang satu terhadap konsep yang
lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari
masalah yang ingin diteliti. Berdasarkan landasan teori yang telah
diuraikan dalam teori terkait, maka pada bab ini peneliti menentukan
kerangka konsep penelitian yaitu variabel independen (variabel bebas
atau yang mempengaruhi) dan dependen (yang terpengaruh).Variabel
independen (X) dalam penelitian ini adalah Pendidikan Kesehatan
tentang ASI Eklusif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

30
Pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif sebagai variabel dependen (Y)
dalam penelitian ini.

Bagan 3.1 kerangka konsep

Variabel Variabel
Independent Dependent
Pendidikan Pengetahuan pada
Kesehatan Ibu

Variabel Perancu :

1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Pendapatan
keluarga dan
keuangan
4. Faktor
dukungan
keluarga dan
suami
5. Psikologis ibu
6. Petugas
kesehatan

31
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Hasil
suatu penelitian pada hakikatnya adalah jawaban atas suatu
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan (Setiadi 2007).
Hipotesisdi dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara
penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya
akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui
pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau
salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis
dalam penelitian ini adalah Pendidikan Kesehatan memberikan
pengaruh terhadap Pengetahuan Ibu tentang ASI Ekslusif.

D. Definisi Operasional
Definisi operasional yang dicantumkan dalam penelitian ini adalah
defenisi operasional tentang variabel Pendidikan Kesehatan tentang
ASI Ekslusif dan variabel Pengetahuan Ibu tentang ASI Ekslusif.
Definisi operasional untuk kedua variabel dapat di lihat pada tabel
berikut ini.

32
Tabel 3.1Definisi Operasional Variabel Pengetahuan Ibu tentang ASI
Ekslusif
Variabel Definisi Alat Hasil ukur Skala
operasional ukur hasil
pengukur
an
Pengetahuan Pengetahuan Kuesio  Baik 76- Ordinal
Ibu tentang adalah ner Pre 100 %
ASI Ekslusif segala dan  Cukup 56-
sesuatu yang Post test 75 %
diketahui  Kurang
dan 40-55 %
merupakan  Tidak
hasil’’ tahu baik < 40
‘’ pada %
responden (Nursalam,20
tentang ASI 08)
Ekslusif.

E. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dengan quasi
eksperiment dimana bentuk desain yang di pakai adalah desain one
grup pretest – posttest untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang ASI Ekslusif. Dalam
rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi
dilakukan observasi pertama (pretest ) yang memungkinkan peneliti
dapat menguji perubahan yang terjadi setelah perlakuan.

01 X 02

Keterangan :
01 = pretest
X = Pendidikan Kesehatan tentang ASI Ekslusif
02 = posttest
Perbedaan antara 01 dengan 02 dapat diasumsikan sebagai efek atau
pengaruh dar perlakuan yang ada.

33
F. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2018 di Rumah Bersalin
Depok. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi
eksperiment dimana pengambilan data terhadap beberapa variabel
penelitian dilakukan pada satu waktu. Pengumpulan data sampai
penyusunan laporan hasil dalam penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juni sampai akhir bulan Juli 2018. Jadwal pelaksanaan
penelitian lebih rinci dapat dilihat pada lampiran.

G. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan objek yang menjadi pusat
perhatian/penelitian, yang daripadanya terkandung
informasi yang ingin diketahui (Gulo,2000). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu hamildi Klinik Bersalin
Depok.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002). Teknik pengambilan sampling yang di
gunakan peneliti adalah teknik sampling purposive.
Purposive sampling ini adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2008). Menurut
Kelana,2011 disebutkan bahwa Purposive Sampling adalah
suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan
maksud dan tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti.
Pada penelitian ini sampel yang ditetapkan adalah 30 orang.
Penentuan besar sampel dalam penelitian ini, menggunakan
rumus Slovin dalam Nursalam (2008) jika populasi kurang
dari 1000 maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

34
N
𝑛=
1 + N (d2 )
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat kepercayaan yang digunakan yaitu sebesar5%
atau 0,05

3. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel. Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain :
a. Ibu hamil
b. Dapat membaca dan menulis
c. Bersedia menjadi responden

4. Kriteria Ekslusi
Kriteria Eksklusi merupakan kriteria dimana subjek
penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak
memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang
penyebabnya antara lain :
a. Menolak mejadi responden
b. Responden dalam keadaan tidak memungkinkan
untuk dilakukan penelitian (ibu dalam keadaan sakit)

H. Instrument Penelitian
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan
adalah dengan pengisian kuesioner yang langsung diisi oleh
responden dan leaflet yang digunakan untuk memberikan
pendidikan kesehatan tentang ASI Ekslusif. Kuesioner merupakan

35
suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu
masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum
(orang banyak) (Notoatmodjo, 2012). Kuesioner yang nantinya akan
dibagikan langsung kepada responden yaitu: Kuesioner mengenai
Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Ibu tetang
ASI Ekslusif. Kuesioner ini terdiri dari 28 butir pertanyaan.

I. Teknik Pengolahan Data


Data yang diperoleh dari hasil kuesioner berupa jawaban dari
responden diubah menjadi data kuantitatif berupa skor nilai.
Kemudian data yang telah terkumpul tersebut dilakukan
pengolahan. Menurut Notoatmodjo (2010) tahap – tahap proses
dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Penyuntingan Data(Editing)
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan
harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.
Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk
pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner
tersebut. Jika ternyata informasi yang tertera tidak lengkap,
dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang maka
kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).

2. Lembaran Kode (Coding Sheet)


Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan peng”koodean” atau “coding”, yakni mengubah
data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan. Kegunaan dari coding ini adalah untuk
mempermudah dalam memasukkan data (entry data).
3. Memasukkan Data (Data Entry) atau processing

36
Sebelum melakukan pemrosesan data, peneliti melakukan
pengecekan dan pengkodean pada semua data. Pemrosesan
data dilakukan dengan cara meng-entry data dari lembar
pencatatan ke paket program komputer SPSS for window.
4. Pembersihan Data (Cleaning Data)
Apabila semua data dari setiap sumber selesai dimasukkan,
perlu diperiksa kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

J. Analisis Data
Setelah pengolahan data selesai dilakukan penelitian, proses
berikutnya adalah analisis data. Analisis data yang dilakukan pada
penelitian ini adalah analisis univariate. Analisis univariate
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariate
ini berbentuk tabel distribusi frekuensi atau persentase Pengaruh
Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Ibu tentang ASI
Ekslusif.

K. Prosedur dan Etika Penelitian


Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang
berlaku untuk setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara
pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek penelitian), dan
masyarakat yang akan memperoleh dampak atau hasil penelitian
tersebut. Etika penelitian ini mencakup juga perilaku peneliti atau
perlakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang
dihasilkan peneliti bagi masyarakat (Notoatmodjo 2010).
Peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau melakukan
penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific
attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian, meskipun

37
mungkin penelitian yang dijalankan tidak akan merugikan atau
membahayakan bagi subjek penelitian. Menurut Milton (1999)
dalam Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa secara garis besar
dalam melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus
dipegang teguh, yaitu:

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human


dignity)
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian
untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti
melakukan penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga
memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan
informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi).
Sebagai, ungkapan peneliti menghormati harkat dan martabat
subjek penelitian, maka peneliti akan mempersiapkan formulir
persetujuan subjek (inform concent) yang mencakup:
1) Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian
2) Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan
informasi yang diberikan oleh responden.

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian


(respect for privacy and confidentiality).
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi.
Setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang
diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini peneliti tidak akan menampilkan informasi
mengenai identitas dan kerahasian identitas subjek. Publikasi
hasil penelitian akan menggunakan anonim sebagai pengganti
identitas responden.

38
c. Keadilan dan inkluivitas atau keterbukaan (respect for justice
and includiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan


kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu
lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi
prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur
penelitian. Prinsip keadilan yang dilakukan dalam penelitian ini
menjamin bahwa semua responden dalam penelitian
memperoleh perlakuan dn keuntungan yang sama, tanpa
membedakan jenis kelamin, agama, etnis dan sebagainya.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan


(balancing harms and benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian
pada khususnya. Dalam penelitian ini peneliti akan berusaha
meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek penelitian
(responden).

39

Anda mungkin juga menyukai