Disusun Oleh:
Kelompok 3 Reg. 2B
1. Adinda Tri Wulandari (P27835121049)
2. Amanda Hamidah (P27835121095)
3. Desy Ariani (P27835121074)
4. Endang Roro Nastiti (P27835121077)
5. Maulidyah Aisyah Putri N. (P27835121058)
6. Muhammad Wahyu Dwi F. (P27835121059)
7. Nabila Nuril Afifah (P27835121061)
8. Shelineroos Wananda Putri (P27835121063)
9. Vina Nur Mufridatus S. (P27835121094)
Dosen Pembimbing:
Ani Intiyati, SKM., M.Kes
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penyusun tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk
menyelesaikan “Kuisioner Pemberian Asi Eksklusif” ini. Tak lupa pula penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen surveillance kami
yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini penyusun buat
berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan, buku panduan serta sumber dari internet.
Selain itu, kinerja dari setiap anggota kelompok juga menjadi salah satu faktor utama
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penelitian
1.3 Metode Penelitian
1.4 Kerangka Konsep
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Identitas Bayi
2.2 Akses Pelayanan Kesehatan
2.3 Perlindungan Sosial
2.4 Kesehatan Lingkungan & Perumahan
2.5 Pola Asuh
2.6 Perilaku Pemberian ASI & MP-ASI
2.7 Pengukuran Anthropometri
2.8 Asi Ekslusif
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Master Tabel
2. Bukti Wawancara
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1
wawancara mendalam. Dengan peneliti yang mendatangi responden atau ibu yang
sedang melakukan asi eksklusif pada bayinya. Peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan yang telah disiapkan lalu responden memberikan jawaban dari
pertanyaan tersebut.
Desain penelitian : Desain Penelitian Survei
Populasi : Ibu menyusui ASI
eksklusif
Sampel : 27 ibu yang sedang melakukan ASI eksklusif
Tempat : 6 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Timur
Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bayi baru lahir adalah masa kehidupan bayi pertama di luar rahim dimana
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan dalam rahim menjadi di luar
rahim. seperti yang dikatakan Cunningham 2012, pada masa ini terjadi pematangan
organ hampir di semua sistem. Selama masih dalam kandungan janin relatif aman
terhadap kontaminasi mikroorganisme karena telah terlindungi oleh berbagai organ
tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion, dan beberapa faktor anti infeksi pada
cairan amnion. Oleh sebab itu, ketika lahir bayi belum memiliki imunitas untuk
membentengi tubuh dari suatu penyakit atau patogen sehingga menyebabkan infeksi
pada bayi. Menurut Manuaba 2012, gejala bayi yang mengalami infeksi adalah malas
minum, bayi tertidur, tampak gelisah, pernafasan cepat, berat badan cepat menurun,
terjadi diare dengan segala manifestasinya, panas badan bervariasi sampai meningkat,
pergerakan aktivitas bayi makin menurun.
Penyakit infeksi yang terjadi pada bayi sebagian besar disebabkan oleh
pemberian asupan gizi yang kurang terhadap kebutuhan gizi hariannya. sehingga
cenderung bayi memiliki imunitas rendah dan mengalami infeksi. Direktorat Gizi
Masyarakat melakukan program intervensi gizi spesifik seperti pada bayi dan balita
yakni mencakup 1000 HPK minimal mencapai 90%. Sasaran tersebut meliputi
konseling dan promosi PMBA, suplementasi zat gizi mikro pada balita, penanganan
anak dengan masalah gizi, dll. Berdasarkan hasil survey dari kelompok kami terhadap
27 bayi hingga balita mengenai riwayat penyakit infeksi yaitu sebanyak 37,04% dari
keseluruhan sampel, dan yang tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak 62,96% dari
keseluruhan sampel. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kesehatan bayi dan balita
harus terus ditingkatkan yaitu dengan cara pembinaan dan pemeriksaan mulai sejak
masa ibu mengandung. apabila terjadi infeksi pada bayi secara berkelanjutan segera
menuju ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.
3
Dalam 12 bulan terakhir . apakah ( ) pernah YA 8,33%
sakit?
9
1. Ya 2. Tidak
18
TIDAK 16,67%
4
PERNAH 0 0
MEMILIKI
TETAPI HILANG
TIDAK PERNAH 0 0
MEMILIKI
Kesehatan anak sejak masih janin dalam kandungan hingga berusia 18 tahun harus
terus diupayakan agar kualitas kesehatannya yang baik. Hal ini bertujuan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yaitu menjadi anak yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Pada hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran
hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA per 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Dari data yang diperoleh sebanyak 15,74% anak mendapatkan imunisasi berdasarkan catatan,
dan 9,26% anak mendapatkan imunisasi berdasarkan pengakuan. Tidak terlepas dari sasaran
survei kelompok kami yaitu rentan usia 0 sampai dengan balita maka untuk menekan angka
kematian anak maka dilakukan upaya seperti pelayanan kesehatan sejak neonatal, dan
imunisasi lengkap pada anak. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, difteri, tetanus, hepatitis B,
pertussis, campak, rubella, polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru.
Berdasarkan hasil survei kelompok kami, yaitu pada rentan usia 0 sampai dengan
balita yaitu dalam 12 bulan terakhir sebanyak 8,33% balita mengalami sakit, dan 16,67%
anak tidak mengalami sakit. Sebanyak 12,96% balita melakukan pemeriksaan/pengobatan ke
praktek dokter/bidan/perawat/puskesmas/klinik/RS, dan sebanyak 12,04% balita tidak setiap
kali sakit melakukan pemeriksaan ke tempat pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan
persentase balita yang mengalami sakit lebih sedikit dibandingkan balita yang tidak
mengalami sakit selama 12 bulan terakhir. Dalam hal ini tingkat pencapaian untuk
mengoptimalkan kualitas kesehatan bayi dan anak masih baik. Untuk tindakan pemeriksaan
ke tempat pelayanan kesehatan hampir sama persentase data yang diperoleh, yang berarti
5
masyarakat mempercayai para tenaga kesehatan untuk memeriksa kesehatan balita lebih
lanjut. Keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat suatu negara. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menjelaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat. Pada hasil di atas juga menunjukkan orang tua tidak memeriksakannya ke
pelayanan kesehatan setiap kali balita sakit, hal ini menunjukkan dari segi pengetahuan orang
tua untuk merawat balitanya secara mandiri menanganinya dengan tepat dan baik.
Pengetahuan dan pendidikan yang tinggi orang tua akan berdampak pada kesehatan bagi
anak, dan berpengaruh terhadap tindakan yang harus dilakukan.
Menurut informasi pada setiap Dinas Kesehatan di berbagai wilayah, catatan
kesehatan ibu dan anak juga dapat dilihat melalui buku KIA yang dapat diperoleh pada
Polindes, Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas, rumah sakit, tempat praktik bidan,
dokter, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dokter spesialis anak serta sarana pelayanan
kesehatan lainnya milik Pemerintah atau Swasta. Pada dasarnya buku KIA berisi mencakup
seluruh aktivitas dan perencanaan mulai dari janin dalam kandungan sampai lahir dan anak
berusia tahun. Panduan pola asuh anak bisa dilihat dan dipelajari bagi orang tua apabila anak
engalami permasalahan penyakit. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, sebanyak
11,11% orang tua dapat menunjukkan kepemilikan buku KIA, dan sebanyak 13,89% tidak
dapat menunjukkan karena disimpan di kader/posyandu.
6
bermartabat. Masyarakat yang berpenghasilan rendah lebih rentan mengalami krisis
ekonomi sehingga dapat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan.
Beberapa permasalahan bantuan sosial antara lain akurasi yang masih sangat
rendah, sasaran setiap program yang berbeda-beda, pemutakhiran data sektoral yang
tidak terintegrasi, kepemilikan data dan akses dokumen kependudukan masyarakat
miskin/rentan miskin yang masih terbatas, penyaluran yang lambat dan tidak tepat
sasaran, masih adanya tumpang tindih target penerima, lemahnya komunikasi dan
koordinasi kedaruratan yang masih lemah, kelompok demografi lanjut usia dan
difabel yang belum mendapat perhatian, serta kurang optimalnya sosialisasi dan
edukasi kepada calon penerima bantuan.
Sumur 3 11,1%
PDAM 1 3,7%
≥ 10 meter 23 85,1%
Jarak dari
sumber air
≤ 10 meter 4 14,8%
7
Mata air 2 7,4%
Sumur gali
4 14,8%
terlindungi
PDAM 9 33,3%
Ya 27 100%
Memiliki
jamban
Tidak - -
Kloset Plengsengan
3 11,1%
tanpa tutup
Cemplung
2 7,4%
tanpa tutup
Got 24 88,8%
Diangkut 11 40,7%
Pembuangan
Dibakar 15 55,5%
8
Dibuang
1 3,7%
sendiri
● Air Masak/Mandi
Air yang kita gunakan sehari-hari seperti minum, memasak, mandi dan
lainnya harus dalam keadaan bersih sehingga kita dapat terhindar dari penyakit
yang disebabkan karena kualitas air buruk.
Dengan menggunakan air bersih kita dapat terhindar dari penyakit
seperti diare, kolera, disentri, tipes, cacingan, penyakit kulit hingga keracunan.
Untuk itu wajib bagi seluruh anggota keluarga dalam menggunakan air bersih
setiap hari dan menjaga kualitas air tetap bersih di lingkungannya.
9
Akses air cuci/masak/mandi/dll yang layak menggunakan sumur bor/pompa,
sumur terlindung serta mata air terlindung. Dari data yang telah dilakukan
kelompok kami, seluruh responden memenuhi sumber air masak/mandi.
Dari data survey yang telah dilakukan kelompok kami, data paling banyak
terdapat pada 77,7% persen yang menggunakan kloset leher angsa.
● Tinja
Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari
kotoran manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian
cairnya akan keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur
resapan. Jika tidak memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter
untuk mengelola cairan tersebut. Terdapat 100% responden menggunakan
tinja septic tank.
● Limbah
Untuk menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana
berupa sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga.
Limbah cair rumah tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki
septik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang
berupa air bekas yang dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan sarana
cuci tangan disalurkan ke saluran pembuangan air limbah.
1
a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air
dari jamban
b) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor
c) Tidak boleh menimbulkan bau
d) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan
kecelakaan
e) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.
Dari data survey yang telah dilakukan kelompok kami, data paling banyak
terdapat pada 88,8% persen yang menggunakan limbah got
● Pembuangan
Berdasarkan hasil survey 55,5% pembuangan sampah dengan cara
dibakar, hal tersebut sebenarnya tidak baik untuk kesehatan. Pengelolaan
sampah dengan metode pembakaran akan menyebabkan berbagai
permasalahan yaitu asap yang dihasilkan pembakaran menyebabkan
pencemaran udara. Menurut lembaga EFA asap membakar sampah dapat
melepas zat beracun ke udara seperti zat Nitrogen oksida, Karbon monoksida
dan Partikel polusi. Selain menghasilkan zat zat beracun, pembakaran sampah
juga akan berakibat pada kesehatan seperti iritasi, gangguan pernapasan,
mengganggu sistem reproduksi bahkan bisa menyebabkan kanker dan
kematian. Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari material
sampah dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
1
Pola asuh atau mendidik anak pada hakikatnya merupakan upaya nyata dari
orang tua untuk mengembangkan totalitas potensi yang ada pada diri anak. Masa
depan anak di kemudian hari tergantung pada pengalaman yang diperoleh anak,
termasuk pola asuh yang diberikan orang tua (Nafratilawati, 2015). Anak sangat
membutuhkan zat gizi untuk pertumbuhan dan aktivitasnya, oleh karena itu jumlah
kualitas makanan harus mencukupi agar anak mendapat perawatan dan gizi yang baik,
pertumbuhan dan sel otaknya akan berkembang dengan baik.
Kategori penilaian dari kelompok kami mengenai pola asuh yaitu anak mulai
usia ≥6 bulan. Pola asuh orang tua terhadap anak dibedakan lagi menjadi 2 yakni pola
asuh makan dan pola asuh kesehatan seperti memberikan kolostrum, memberikan asi
eksklusif selama 6 bulan, anak diberi makan buah,sayuran, nasi dan lauk pauk. Dari
segi kesehatan pola asuhnya seperti mencuci tangan dgn sabun, memeriksa kuku,
telinga, dll. Dalam hal ini berdasarkan hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 59,88%
orang tua sudah menerapkan pola asuh dengan benar, dan sebanyak 40,12% orang tua
tidak melakukan pola asuh yang diharapkan. Hampir sebagian besar orang tua tidak
menerapkannya karena kategori yang dipilih tidak memenuhi syarat yaitu umur anak.
Bagi ibu yang memiliki anak dgn usia ≤6 bulan tidak dapat dimasukkan dalam
penilaian pola asuh.
2.6. Perilaku Pemberian ASI Dan MP-ASI
Tidak 4 15%
Tidak pernah 1 4%
1
Belum pernah 1 4%
Tidak 8 26%
Tidak tahu 1 4%
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan kelompok kami, hasil
menunjukkan bahwa 67% responden (18 orang) sudah sangat baik dalam berperilaku
ketika pemberian ASI maupun MP-ASI kepada si bayi. Mereka melakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) segera mungkin dengan cara meletakkan bayi pada dada/ perut
ibu sesaat setelah lahir selama lebih dari 30 mnt - 1 jam. Inisiasi menyusu dini (IMD)
menjadi hal yang penting untuk menentukan keberhasilan anak nantinya. Hal ini
dikatakan Ketua Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Metabolik Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Dr. dr. Damayanti Sjarif Sp.A bahwa, Inisiasi menyusu dini sebaiknya
dilakukan kurang lebih satu jam pertama sesudah bayi lahir. Hal ini dapat menentukan
keberhasilan anak nantinya karena perkembangan otak akan lebih baik serta
mencegah kematian neonatal dini pada anak. Bahkan 100% responden (semua ibu)
telah memberikan kolostrum pada sang bayi. Kolostrum adalah asupan yang
mengandung protein dan vitamin A dalam jumlah tinggi. Komposisi ini baik untuk
kesehatan pencernaan bayi yang baru dilahirkan. Kandungan immunoglobulin pada
kolostrum juga membantu melindungi usus bayi yang baru saja dilahirkan.
Lalu, untuk sisanya yakni sebanyak 30% dari 26% responden (7 orang) yang
cukup baik dalam memberikan perlakuan yang benar ketika memberi ASI atau MP-
ASI dan 7% responden (2 orang) masih kurang baik dalam memberikan perlakuan
yang benar ketika memberi ASI atau MP-ASI kepada si bayi. Hal ini perlu menjadi
perhatian khusus karena hal tersebut dapat berdampak dalam jangka panjang. Perilaku
seorang ibu ketika memberikan ASI maupun MP-ASI yang kurang benar dapat
berdampak pada asupan yang diterima si bayi. Tanpa melakukan proses IMD, ibu
akan lebih susah mengeluarkan ASI dikarenakan ransangan yang seharusnya didapat
oleh ibu dari si bayi tidak diperoleh. Sulitnya keluar ASI dapat membuat ibu dan bayi
stres dan justru akan semakin mempersulit keluarnya ASI, lalu terhalanglah ASI
Ekslusif yang semestinya dilalui.
1
Sehat 27 27%
Kondisi kesehatan saat pengukuran
Sakit 0 0%
Iya 17 63%
Tidak 10 37%
Dari 27 responden yang telah kami wawancara, masih banyak responden yang
1
tidak memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya. Terdapat 17 dari 27 ibu atau 63%
yang berhasil memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Sehingga hal itu perlu
menjadi perhatian khusus bagi orang tua, kader, ahli gizi, bahkan pemerintah. Karena
salah satu manfaat ASI eksklusif paling penting ialah bisa menunjang sekaligus
membantu proses perkembangan otak dan fisik bayi. Hal tersebut dikarenakan, di usia
0 sampai 6 bulan seorang bayi tentu saja sama sekali belum diizinkan mengonsumsi
nutrisi apapun selain ASI.
Tidak berhasilnya memberikan ASI Eksklusif dapat dikarenakan berbagai
faktor. Faktor-faktor tersebut dapat disebabkan dari internal maupun eksternal. Faktor
internal antara lain, pengetahuan ibu, puting lecet, ASI keluar sedikit, atau ibu merasa
tidak memiliki waktu lebih. Sedangkan untuk faktor eksternal antara lain kurangnya
dukungan keluarga, posisi peletakan yang kurang benar, lingkungan yang tidak
nyaman, atau hasutan orang lain. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi penghalang
besar bagi para ibu apabila tidak segera disingkirkan. Perlu diadakan sosialisasi dan
pemberian contoh secara langsung bagaimana cara menyusui yang benar agar tidak
terjadi puting lecet atau kesakitan lainnya.
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pengamatan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa masih
banyak ibu yang tidak memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Contoh beberapa
faktor tersebut antara lain terbatasnya pengetahuan, hingga cara pemberian ASI yang
baik dan benar kepada ibu dan keluarganya, sosio kultural ibu (umur, pengetahuan,
pendidikan, sikap dan makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja). Hal ini sangat
berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.
Sulitnya keluar ASI dapat membuat ibu dan bayi stres dan justru akan semakin
mempersulit keluarnya ASI, lalu terhalanglah ASI Ekslusif yang semestinya dilalui.
3.2 Saran
Perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan ibu mengenai pentingnya
pemberian ASI eksklusif. Pola konsumsi makanan bagi ibu juga perlu diperhatikan.
Sebaiknya pada trimester ketiga asupan gizinya harus selalu terpenuhi agar setelah
melahirkan ASI dapat langsung keluar.
1
DAFTAR PUSTAKA
Faridawati, D., & Sudarti, S. (2021). Analisis Pengetahuan Masyarakat Tentang Dampak
Pembakaran Sampah Terhadap Pencemaran Lingkungan Desa Tegalwangi Kabupaten
Jember. Jurnal Sanitasi Lingkungan, 1(2), 50-55.
Fuada, N., Salimar, S., & Irawati, A. (2014). Kemampuan kader posyandu dalam melakukan
pengukuran panjang/tinggi badan balita. Indonesian Journal of Health Ecology, 13(3),
229-239.
KEMENKES, RI. (2014). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT.
KEMENKES, RI. (2020, Januari 12). Manfaat Air Bersih dan Menjaga Kualitasnya.
Retrieved from https://promkes.kemkes.go.id/:
https://promkes.kemkes.go.id/manfaat-air-bersih-dan-menjaga-kualitasnya
Kusmiyati. (2013, Desember 23). IMD Satu Jam Pertama Penting, Ini Alasannya. Health
news: Liputan6.com
Susanti, M. I. (2020). Air dan Kesehatan. Infodatin, 1-12.
1
LAMPIRAN
1. Master Tabel
1
Pola Asuh
1) baik = >90%
2) cukup = 70% - 90%
3) kurang = <70%
Asi Ekslusif
1) ya
2) tidak
Perilaku Pemberian Asi & MP-ASI
1) baik = >90%
2) cukup = 70% - 90%
3) kurang = <70%
Pemberian PMT
1) tidak menerima program bantuan PMT
2) menerima program bantuan PMT dan sesuai tujuan program
3) menerima program bantuan PMT, namun tdk sesuai tujuan program
MPASI Yang Diberikan
1) blm mendapatkan MP-ASI
2) baik = >90% sesuai prosedur
3) cukup = 70% - 90% sesuai prosedur
4) kurang = <70% sesuai prosedur
2. Bukti Wawancara