Anda di halaman 1dari 9

ISSN.

2620-7869

HEARTY Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.7 No.1 2019


Jurnal Kesehatan Masyarakat
February-Agustus, hlm 28-36 . Beriman, Tulus, Sepenuh Hati, Berbesar Hati,
Jujur, Sehat dan Kuat

STUDI KUALITATIF PRAKTIK PEMBERIAN ASI PADA BAYI


USIA 0-4 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABADIJAYA
KOTA DEPOK

Tika Noor Prastia¹, Yulia Novika J², Erdani Harimurti Azhar3, Chuzaemah4, Sofia Anis
Isnani5

¹Konsentrasi Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Ibu Anak (KIA), Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan , Universitas Ibn Khaldun Bogor, Email : tikaprastia9@gmail.com
2,3,4,5
Program Pascasarjana, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depok Email : dan18azhar@yahoo.com

Abstrak

ASI merupakan hal penting bagi pertumbuhan, perkembangan, dan status kesehatan anak. Praktik pemberian
ASI yang kurang baik dapat menyebabkan gagal tumbuh dan menurunkan kemampuan kognitif anak.
Penelitian ini bertujuan menganalisis praktik pemberian ASI pada bayi usia 0-4 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Abadijaya Kota Depok. Desain studi kualitatif dengan teknik Rapid Assessment Procedure (RAP)
menggunakkan metode FGD, wawancara mendalam, dan observasi. Informan penelitian berjumlah 13 orang
(12 informan inti dan 1 informan kunci). Hasil penelitian menunjukkan seluruh ibu memberikan ASI saja
kepada bayi, kondisi umum dan payudara ibu baik, seluruh aggota keluarga bersikap mendukung ibu
menyusui, serta ibu memiliki teknik menyusui yang baik. Sedangkan hanya sebagian kecil yang masih
memilliki budaya pemberian makanan prelakteal kepada bayi baru lahir. Kesimpulan yang didapat bahwa
keberhasilan ibu dalam menyusui berperan dalam menentukan tercapainya pemberian ASI secara eksklusif
kepada anak sehingga anak dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Kata kunci : Pemberian ASI, bayi, teknik

Pendahuluan ASI eksklusif berperan penting dalam


ASI merupakan sumber gizi yang kelangsungan kehidupan bayi. Salah satu
optimal bagi bayi baru lahir yang sehat untuk implikasinya adalah pada angka kematian
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian anak. ASI eksklusif yang diberikan 6 bulan
ASI akan memberikan proteksi imunologis dan hingga 11 bulan saja dapat menurunkan
terbesar selama awal kehidupan. Kemampuan kematian balita sebanyak 13% (Roesli, 2000).
proteksi akan bertambah seiring kesesuaian Konsep tentang hal tersebut pada saat ini
yang diberikan, durasi dan pemberian secara terasa semakin sulit untuk dilaksanakan oleh
eksklusif. Nilai gizi yang terkandung ibu-ibu di Indonesia. Berdasarkan Riset
didalamnya cukup untuk memberikan semua Kesehatan Dasar tahun 2010 dan 2013
nutrien selama 6 bulan pertama kehidupan. diketahui bahwa cakupan pemberian ASI
Selain itu, rata-rata perkembangan kognitif eksklusif masih jauh dari target nasional 80%
yang lebih tinggi pada anak yang disusui yaitu secara berurutan sebesar 15,3% dan
dibandingkan dengan anak yang tidak disusui 30,2%.
(Avinashi, Secker, & Zlotkin, 2014).

1
Rencana Strategis (Renstra) di wilayah kerja Puskesmas Abadijaya
Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 Keluarahan Sukmajaya Kota Depok Tahun
menetapkan target bayi usia kurang dari 6 2016. Sampel diambil dengan teknik
bulan yang mendapat ASI eksklusif purposive sampling yang terdiri dari
mengalami penurunan dari target sebelumnya informan inti dan informan kunci.
yaitu sebesar 50%. Namun, target pemberian Data yang dikumpulkan meliputi
ASI Eksklusif berdasarkan data Dinkes Kota karakteristik ibu (umur, pendidikan, dan
Depok tetap belum bisa dicapai oleh Kota pekerjaan), praktik pemberian ASI, budaya
Depok dengan cakupan sebesar 46,7%. masyarakat terkait menyusui, peran tenaga
Menurut Khomsan (2000), ibu yang kesehatan, dan sikap keluarga terhadap
memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih praktik pemberian ASI. Selain itu juga
semangat untuk mencari dan meningkatkan dilakukan pengamatan terhadap teknik ibu
pengetahuan serta keterampilan dalam dalam menyusui.
pengasuhan anaknya. Selain itu, banyak ibu Sumber data yang digunakan dalam
menjadikan bekerja sebagai alasan untuk tidak meliputi ibu menyusui yang memiliki bayi
memberikan ASI eksklusif kepada bayi. berumur 0-4 bulan sebagai informan inti.
Bekerja sebenarnya tidak dapat menghalangi Sementara itu, konselor laktasi dan tenaga
ibu untuk memberikan ASI-nya apabila telah kesehatan pengelola bidang gizi sebagai
direncanakan dengan baik (Syafiq, Fikawati, & informan kunci yang terkait secara langsung
Karima, 2015). Kunci keberhasilan dalam dalam memberikan informasi terkait praktik
pemberian ASI dapat terlihat dari cara pemberian ASI.
menempatkan bati pada posisi dan perlekatan Metode yang digunakan dalam
yang benar. Posisi dan perrlekatan yang benar pengumpulan data yaitu FGD, wawancara
memungkinkan bayi dapat menghisap areola mendalam, dan observasi. FGD dilakukan 2
sehingga ASI mudah keluar dan putting tidak sesi masing-masing 6 orang per sesi. Pada
lecet (Bahagia & Alasiry, 2015). wawancara mendalam terdapat 1 informan
Penelitian ini bertujuan menganalisis saja yaitu pengelola bidang gizi di
praktik pemberian ASI pada bayi usia 0 – 4 Puskesmas.
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya Instrumen yang digunakan adalah
Kecamatan Sukmajaya Kota Depok. Penelitian pedoman pertanyaan FGD meliputi
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan karakteristik ibu (umur, pendidikan, dan
mengambil sampel di wilayah populasi pada pekerjaan), kondisi ibu, budaya masyarakat
seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia terkait menyusui, situasi tempat tinggal, sikap
0 – 4 bulan di wilayah kerja Puskesmas keluarga terhadap praktik pemberian ASI,
Abadijaya Keluarahan Sukmajaya Kota Depok pedoman wawancara mendalam terkait peran
tahun 2016. tenaga kesehatan terkait upaya dalam
membantu keberhasilan praktik pemberian
Metode ASI, dan lembar observasi untuk melakukan
Penelitian ini menggunakan desain pengamatan terhadap kegiatan ibu dalam
Rapid Assessment Procedure (RAP) dengan menyusui bayinya.
cara mengidentifikasi masalah, memperbaiki Uji coba instrumen dilakukan satu kali
dan memahami keberhasilan dan masalah- pada populasi yang berbeda untuk mengukur
masalah yang dihadapi dalam melaksanakan pemahaman pedoman pertanyaan dalam
program kesehatan khususnya dalam praktik pedoman wawancara baik FGD maupun
pemberian ASI. wawancara mendalam. Selain itu dilakukan
Populasi penelitian adalah seluruh ibu uji terhadap lembar observasi untuk
menyusui yang memiliki bayi usia 0 – 4 bulan

2
mengukur ketepatan instrumen terhadap berdasarkan trianggulasi sumber dan metode.
kriteria yang diamati. Data dianalisis menggunakan software EZ-
Analisis data kualitatif dilakukan dengan Text kemudian dilakukan penyusunan
validitas dan reliabilitas. Validitas .dilakukan matriks dan intrepretasi hasil penelitian.

Hasil

1. Karakteristik Informan

Tabel 3.1 Karakteristik Informan Berdasarkan Jumlah, Umur, Pendidikan, dan Pekerjaan

Rata-rata
No Infroman Jumlah Umur Pendidikan Pekerjaan
Umur

1 Informan Inti 12 24 -35 28,8 SMA Ibu Rumah Tangga


2 Informan Kunci 1 50 50 D3 Pengelola Bidang Gizi

”Kalau dilihat dari masyarakatnya ya, jadi


Informan penelitian dengan metode FGD
sekarang itu istilahnya 80 – 100% itu belum
sebagian besar adalah ibu-ibu muda dengan ya, tapi kalau 40 persen itu sudah
keluarga kecil. Umur informan berkisar meningkat ya. Jadi kalau anak muda
antara usia 24 – 35 tahun. Umur informan sekarang dengan mudahnya mengakses
internet mereka menjadi menerima dan
termuda adalah 24 tahun dan yang tertua
lebih paham manfaat pemberian ASI
adalah 35 tahun. Rata-rata umur informan eksklusif”” (Informan KN) .
kunci 28,8 tahun. Sedangkan umur informan
pada wawancara mendalam adalah 50 tahun Seluruh ibu menyusui memberikan ASI
Sebagian besar informan pada saja tanpa tambahan apapun kepada
penelitian ini mempunyai latar belakang bayinya. Frekuensi pemberian ASI berbeda
pendidikan terakhir yaitu SMA. Hanya 1 antara informan, sebagian besar informan
orang informan yang berpendidkan diploma lebih sering menyusui di pagi dan siang hari
tiga yaitu informan yang berprofesi sebagai tetapi jarang dimalam hari, serta terdapat
petugas kesehatan saat wawancara juga ibu yang menyusui bayinya setiap dua
mendalam. jam sekali baik di pagi maupun siang hari.
Seluruh informan inti merupakan ibu
rumah tangga. Sedangkan informan pada “Pagi siang sering, kalau malam jarang””
wawancara mendalam memiliki profesi (Informan IN-15).
sebagai tenaga kesehatan yaitu pengelola “Kalo malem sejam sekali”” (Informan IN-
bidang gizi. 13).

2. Praktik Pemberian ASI Pada umumnya ibu memberikan ASI


Informasi yang didapat dari informan dengan cara menggunakan kedua payudara
kunci menyatakan bahwa saat ini praktik kanan dan kiri. Hanya sedikit ibu yang
pemberian ASI semakin baik. Selain itu, memberikan ASI dengan menggunakan
dijelaskan ibu menyusui lebih mudah satu payudara yaitu payudara kiri saja
mengakses dan menerima informasi
mengenai pemberian ASI Eksklusif.

3
“…Saya paksain dua-duanya. Walaupun
putingnya gede sebelah, terus saya paksain Kesulitan lain yang dirasakan ibu
jadinya biasa” (Informan IN-5).
selama proes menyusui adalah saat dimana
“Aku satu aja sebelah kiri karena tangan produksi ASI yang deras sehingga bayi
gemetar kalo sebelah kanan pegang dianya. Eh hampir tersedak karena kesulitan menelan
yang kanannya ga mau, karena jarang dikasih segera ASI yang mengalir deras.
kali ya”” (Informan IN-2).

Berdasarkan hasil observasi “Kalo dia karena ASI saya banyak jadi juga
disini kan deres tuh dia nggak mau kadang
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
marah karena saking deresnya. susah kalau
menyusui bayinya dengan menerapkan misalnya udah kayak gitu ngambek udah””
teknik menyusui yang baik secara posisi (Informan IN-7).
maupun perlekatan. Hampir seluruh ibu
memposisikan bayi dengan benar yaitu 3. Budaya Masyarakat Terkait Menyusui
kepala dan badan bayi dalam garis lulus,
bayi dipegang dekat badan ibu, seluruh Hampir semua informan pada penelitian
badan bayi ditopang, bayi mendekat ke ini tidak memiliki budaya pemberian
payudara, dan hidung berhadapan dengan makanan selain ASI pada bayi baru lahir.
putting. Perlekatan sebagian besar melekat Sebagian besar informan menyatakan
dengan baik pada payudara ibu, yaitu bahwa sudah tidak ada budaya pemberian
tampak lebih banyak areola di atas bibir makanan prelaktal karena informasi
bayi, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah pemberian ASI eksklusif sudah dipahami
bayi terputar keluar, dan dagu bayi sebagian besar masyarakat khususnya
menempel pada payudara. keluarga ibu menyusui.
Teknik menyusui yang benar juga dapat
dirasakan setelah proses menyusui berakhir. “Sekarang kan jarang ya. Udah pada ngerti
paling sekarang ya”” (Informan IN-4).
Seluruh ibu tidak ada yang merasakan nyeri
pada payudaranya setelah menyusui bayi. “Kayaknya gak pernah denger kalo madu
pernah denger diolesin”” (Informan IN-12)
“Malahan nyerinya pas sebelum disusui karena
kan penuh ya jadi kalau disedot bengkak, ya 4. Sikap Keluarga
udah tapi setelah itu bengkaknya itu ilang kalo
dikeluarin” (Informan IN-7).
Seluruh suami informan memiliki sikap
Pada umumnya ibu menemukan mendukung ibu menyusui dalam pemberian
beberapa kesulitan pada awal masa ASI pada bayi. Sementara itu, sebagian
menyusui. Beberapa kesulitan yang dialami besar orang tua atau mertua juga
ibu pada masa awal menyusui adalah mendukung ibu menyusui dalam pemberian
mengenai ukuran puting yang kecil dan ASI pada bayinya.
terbenam, serta kesulitan cara menggendong
“Setuju banget malah”” (Informan IN-4).
bayi saat menyusui.
“Mendukung sih”” (Informan IN-2).
“Ya sama sih, karena puting sebelah kiri kecil,
pertama-tama susah, cuman karena dipaksain
lama-lama panjang sendiri”” (Informan IN-5).

“Awalnya juga kan pertama ya jadi bingung


miring-miringnya gimana gendongnya gimana.
Jadi belum ini belum bisa di awal. Cara
gendongnya takut gimana..”” (Informan IN-7).

4
Beberapa alasan keluarga mendukung
ibu menyusui dalam pemberian ASI pada ”Karena di ibu bidan di KIA itu tidak ada waktu
untuk konseling atau edukasi, pasti dikirim ke
bayinya yaitu tidak mahal atau ekonomis, bagian gizi untuk diberikan edukasi dan
mempercepat penyembuhan, ASI penting konseling pada mereka” (Informan KN).
dan bagus, sebelumnya tidak pernah
diberikan susu botol, mertua sebagai kader, ”Kunjungan ke rumah ada waktu khusus,
tidak capek, dan tidak repot. terutama dengan anak yang BBLR itu langsung
kunjungi ahli gizi dan bidan, karena bayi BBLR
banyak kesulitan, takutnya justru dengan anak
“Lagian nggak mahal kan” (Informan IN-11). ”BBLR tidak diberikan ASI nanti berat
“Kan mempercepat penyembuhan. Saya kan badannya turun dan nanti ada masalah
caesar, jadi cepat sembuh”” (Informan IN-5). sedangkan itu dia BBLR sudah merupakan suatu
masalah, jadi dengan pemberian ASI terus
“Sama. Jaman dulu kan nggak ada susu formula. diharapkan dapat meningkatkan percepatan
Gak pernah ada yang ngasih”” (Informan IN- penambahan berat badannya..”” (Informan
7). KN).
5. Peran Tenaga Kesehatan ”Penjelasan tentang manfaat asi, posisi dan
pelekatan, lama pemberian asi eksklusif””
Adanya sosialiasi terkait informasi (Informan KN).
pemberian ASI secara eksklusif oleh tenaga
Kegiatan konseling terkait pemberian
kesehatan ini juga diungkapkan oleh
ASI dilakukan oleh informan di Puskesmas
informan pada saat FGD. Sebagian besar
khususnya bagian gizi. Selain kepada ibu
informan menyatakan bahwa mereka
hamil dan ibu menyusui, penjelasan tentang
memperoleh informasi terkait pemberian
pemberian ASI juga diberikan kepada orang
ASI yaitu bersumber dari bidan, penyuluhan
yang mendampingi ibu saat melakukan
tenaga kesehatan, buku Kesehatan Ibu dan
konseling di Puskesmas. Pendamping ibu di
Anak (KIA) dan internet.
puskesmas tersebut antara lain suami, orang
“Video menyusui dan penyuluhan tentang tua, mertua, dan keluarga lainnya.
menyusui” (Informan IN-5).”
”Jadi saat si ibu ada pendamping,
“Dari orang-orang, baca-baca buku, kan dari pendampingnya juga diberikan informasi, nah
bidan ada buku petunjuk kayak gini saat ibunya datang, ditanyakan ”ibu datang
(menunjukkan buku KIA) lalu kita baca, pelajari” sama siapa?” diantar sama suami atau ibu
(Informan IN-11).” mertua, lalu saya suruh masuk aja, jadi
informasi yang saya sampaikan itu bukan pada
Peran tenaga kesehatan dalam ibunya saja, karena nanti saat ibu sampai di
rumah tentu harus ada yang memberikan
mendukung program pemberian ASI
motivasi, dukungan keluarga sekeliling””
eksklusif pada bayi dapat dilihat dari (Informan KN).
beberapa kegiatan yang dilakukan. Bentuk
edukasi yang diberikan adalah penyuluhan di Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
posyandu, konseling di puskesmas, dan juga dibentuk dan dilatih oleh Puskesmas
kunjungan rumah terutama pada bayi berat dengan bantuan dari Dinas Kesehatan yang
lahir rendah (BBLR). Informasi yang anggotanya berasal dari masyarakat. KP-
disampaikan meliputi manfaat ASI, posisi ASI berperan dalam penyuluhan pada kelas
dan pelekatan bayi saat menyusu, dan durasi ibu hamil dan ibu baru melahirkan. KP-ASI
pemberian ASI. melibatkan partisipasi masyarakat di luar
tenaga kesehatan untuk mensukseskan
”Kami melakukan edukasi pada ibu hamil seperti pemberian ASI eksklusif. Setelah dibina
di posyandu, terus kepada ibu yang punya bayi
oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas, para
dan balita” (Informan KN).

5
kader tersebut mengedukasi masyarakat
melalui beberapa pertemuan antara lain acara Pembahasan
pengajian PKK, pertemuan di RT atau RW, 1. Karakteristik Informan
dan arisan RT atau RW.
Pada penelitian Wijayanti (2015)
”Kami melakukan ada istilahnya tuh dengan KP menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
ASI ya, Kelompok Pendukung ASI. Jadi di (79,2%) merupakan pengasuh utama anak
posyandu kami di Abadijaya udah mempunyai yang mayoritas berusia antara 20-34 tahun.
13 KP ASI dari harusnya kan semua posyandu itu
46 itu harus punya KP ASI, tapi yang udah Pendidikan ibu lebih dari separuhnya telah
dilakukan pelatihan secara dengan dana yang lulus SMA (57,1%). Sementara itu pekerjaan
dibantu oleh Dinas atau apa itu kan pelatihan ibu sebagian besar sebagai ibu rumah tangga
baru 13 sedangkan sisa yang dari 13 itu jadi (69,5%).
kami tetap melakukan pembinaan” (Informan
KN). Penelitian tersebut sejalan dengan hasil
penelitian ini yang menunjukkan usia ibu
”Jadi mereka itu biasanya masuk ke pertemuan pada rentang usia muda, pendidikan terakhir
pengajinan-pengajian, PKK RT, PKK RW,
yang ditempun SMA, dan pekerjaan sebagai
ataupun pertemuan RT dan RW, biasanya di
lingkungan kami ini umumnya ada namanya ibu rumah tangga.
arisan, ada arisan tingkat RT, ada arisan tingkat Ibu yang memiliki usia muda dan
RW” (Informan KN). pendidikan yang tinggi akan mudah dalam
menerima informasi terkait praktik
Kegiatan monitoring dan evaluasi pemberian ASI. Selain itu ibu yang bekerja
merupakan salah satu kegiatan penting yang sebagai ibu rumah tangga akan lebih banyak
dilaksanakan untuk keberlangsungan waktu untuk merawat anaknya sehingga
kegiatan dan pencapaian target pemberian memungkinkan dalam melakukan praktik
ASI eksklusif. Kegiatan monitoring dan pemberian ASI.
evaluasi yang dilakukan adalah dengan
adanya pertemuan seperti rapat koordinasi 2. Praktik Pemberian ASI
puskesmas, lokakarya mini dan rapat WHO (2004) merekomendasikan
koordinasi posyandu termasuk laporan dari menyusui secara eksklusif dalam 6 bulan
KP-ASI. pertama kehidupan dan melanjutkan dalam
Menurut informan, sejauh ini masih waktu dua tahun karena ASI memiliki
ditemui beberapa hambatan dalam kegiatan kandungan gizi seimbang untuk memenuhi
promosi pemberian ASI khususnya ASI kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dan
eksklusif. Hambatan dari masyarakat adalah merupakan mekanan terbaik yang
adanya sebagian masyarakat yang tidak dibutuhkan sampai usia 6 bulan.
datang ke posyandu dikarenakan alasan Keuntungan ASI bagi bayi dapat dilihat
bekerja. Sedangkan hambatan dari tenaga dari berbagai aspek meliputi gizi,
kesehatan sendiri yaitu masih adanya tenaga immunologik, psikologis, kecerdasan,
kesehatan yang belum menerapkan Inisiasi neurologis, dan ekonomi.
Menyusu Dini (IMD) dengan benar dan ASI merupakan makanan terbaik yang
pemberian susu formula pada bayi baru lahir. diberikan kepada bayi pada 6 bulan pertama
kehidupan karena memiliki semua zat gizi
”....Lalu masyarakat ini diajak kumpul ke
posyandu, waktu mereka tidak bisa datang
untuk membantu pertumbuhan dan
karena alasan bekerja. Seperti itu. Juga dalam perkembangan anak. Selain itu
hal penerapan di bidan dan tempat bersalin yang mengandung zat yang dapat melindungi
masih ada memberikan susu formula di awal bayi dari penyakit yang dapat menyebabkan
kelahiran dan IMD yang belum benar walaupun
perda sudah ada” (Informan KN). kematian bayi (Syafiq, Fikawati, & Karima,

6
2015). Pemberian ASI secara eksklusif mempengaruhi pemberian ASI, tetapi juga
bermanfaat untuk memberikan perlindungan kesadaran pentingnya ASI dan motivasi
yang maksimal terhadap pemenuhan gizi, ibu. Selain itu perlu adanya informasi,
penyakit, kematian, dan berkontribusi dalam dukungan keluarga, peran petugas
mengatur jarak anak (UNICEF South Asia, kesehatan, dan kondisi anatomi fisiologi
2015). dari payudara ibu. Informasi dan promosi
Penelitian menyebutkan bahwa riwayat tentang pemberian ASI yang baik akan
pemberian ASI secara eksklusif berkaitan meningkatkan rasa percaya diri dan
dengan pertumbuhan linier anak. Anak-anak kenyamanan ibu dalam memberikan ASI
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif lebih bahkan membantu dalam mencapai ASI
berisiko menderita stunting dibandingkan eksklusif (Kusumaningrum, 2009).
dengan anak yang diberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hal tersebut menyebabkan kerugian karena ibu memiliki kemudahan dalam mengakses
kebutuhan gizinya tidak terpenuhi sehingga dan menerima informasi mengenai
berdampak pada pertumbuhan di kemudian pemberian ASI. Hal tersebut yang
hari (Wahdah, Juffrie, & Huriyati, 2015). mendorong ibu untuk dapat memberikan
Teknik menyusui merupakan hal yang ASI saja kepada anaknya sampai usia 6
dapat mempengaruhi keberhasilan dalam bulan. kondisi payudara ibu juga baik
menyusui. Cakupan ASI yang rendah sehingga meningkatkan rasa percaya diri
dikarenakan teknik menyusui yang salah. ibu dalam menyusui.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat Keberhasilan dalam praktik pemberian
menyebabkan puting lecet sehingga ibu ASI perlu ditinjau dari berbagai hal.
enggan untuk menyusui dan bayi akan Kondisi ibu dan motivasi ibu untuk
semakin jarang menyusui. Hal tersebut dapat menyusui merupakan modal penting dalam
menimbulkan masalah gizi pada bayi (Alam keberhasilan menyusui. Selain itu dukungan
& Syahrir, 2015). keluarga dan peran petugas kesehatan
Pada teknik menyusui perlu diperhatikan sangat membantu keberhasilan praktik
posisi dan perlekatan. Ibu harus memahami pemberian ASI.
pentingnya posisi yang nyaman dan
mempertahankan ketika menyusui untuk 3. Budaya Masyarakat Terkait Menyusui
menghindari payudara yang tidak baik
sehingga berakibat pada tidak efektifnya ASI Keberhasilan praktik pemberian ASI
yang keluar serta menyebabkan trauma. tidak dapat dilihat hanya berdasarkan ilmu
Posisi yang baik berbeda pada tiap ibu kesehatan saja, tetapi juga konsep sosial
karena banyaknya faktor yang budaya. Faktor sosial budaya merupakan
mempengaruhi seperti ukuran payudara faktor yang cukup kuat untuk menentukan
(Pollard, 2015). seseorang dalam berperilaku. Hal ini yang
Pada penelitian ini dapat diketahui membentuk ibu bersedia memberikan ASI.
bahwa sebagian besar ibu memiliki teknik Berdasarkan penelitian Hervilia, Dhini, &
menyusui yang baik. Hampir seluruh ibu Munifa (2016) menunjukkan bahwa faktor
mendapatkan posisi menyusui yang benar. sosial budaya memagang peranan penting
Begitu juga dengan perlekatan, sebagian dalam pemberian ASI eksklusif. Pada
besar ibu sudah melakukan perlekatan yang penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada
baik pada saat menyusui. Ibu menyusui tidak budaya tentang pemberian makanan
merasakan nyeri pada payudara setelah prelakteal karena informasi yang didapat
menyusui. sudah dipahami oleh ibu.
Bukan hanya pengetahuan yang Pada masyarakat tradisional di

7
Indonesia melihat konsepsi budaya yang sangat diperlukan dalam pemberian ASI.
terwujud dalam perilaku dan pola pemberian Ibu yang tinggal serumah dengan ibu
makan bayi akan berbeda dengan konsepsi atau mertuanya mempunyai peluang sangat
kesehatan modern. Di daerah yang besar untuk memberikan MP-ASI dini
mempunyai budaya pemberian makanan dan kepada bayi (Afifah, 2007). Oleh karena
minuman tertentu untuk nayi tidak itu, proses menyusui perlu mendapatkan
mempunyai sikap positif terhadap pemberian dukungan dari lingkungan ibu karena
ASI (Afifah, 2007). sangat mempengaruhi keberhasilan ibu
Ibu yang kurang pengetahuan tentang dalam memberikan ASI kepada anaknya.
pemberian ASI dan pada saat yang sama
memiliki pengetahuan tentang budaya lokal 5. Peran Tenaga Kesahatan
tentang pemberian makanan untuk bayi
maka akan bersikap tidak positif dalam Dukungan dari tenaga kesehatan adalah
pemberian ASI. Faktor tersebut merupakan salah satu kunci sukses praktik pemberian
penghambat bagi praktik pemberian ASI ASI dimana akan memberikan pengaruh
(Afifah, 2007). positif kepada ibu. Ibu akan mempercayai
Konsep penelitian tersebut sejalan dan mengikuti saran dari tenaga kesehatan.
dengan hasil penelitian ini yang Besarnya pengaruh tenaga kesehatan karena
menunjukkan bahwa budaya sudah tidak lagi mereka terlibat langsung dalam program
banyak berperan dalam pemberian makaanan promosi dan edukasi mengenai pemberian
bayi sehingga sikap positif ibu terlihat dalam ASI (Wijayanti, 2015).
praktik pemberian ASI. Hal tersebut Peran tenaga kesehatan pada penelitian
merupakan faktor penting keberhasilan ini cukup baik dengan kegiatan-kegiatan
pemberian ASI. yang dilakukan meliputi sosialisasi,
konseling, posyandu, dan kunjungan rumah.
4. Sikap Keluarga Program dan kegiatan tersebut mampu
meningkatkan pemahaman dan kemampuan
Dukungan keluarga memiliki peran ibu dalam menyusui. Penelitian ini sejalan
penting dalam keberhasilan menyusui dan dengan penelitian Oktalina et al (2015)
ASI eksklusif. Dukungan keluarga yang menunjukkan bahwa kegiatan KP-ASI
merupakan faktor penguat dalam memotivasi memberikan dampak positif terhadap
ibu untuk berperilaku menyusui eksklusif capaian pemberian ASI bahkan secara
(Hervilia et al., 2016) Dukungan keluarga eksklusif.
mempunyai peran yang besar dalam Temuan dalam penelitian juga sejalan
meyakinkan ibu untuk berperilaku menyusui dengan penelitian WIjayanti (2015) yang
eksklusif (Oktalina, Muniroh, & Adiningsih, menunjukkan bahwa dukungan keluarga
2015). berperan penting dalam praktik pemberian
Sikap mendukung keluarga dalam ASI. Sebagian besar ibu mendapatkan
penelitian ini ditunjukkan oleh beberapa hal paparan informasi mengenai pemberian
seperti diantaranya menganggap bahwa ASI ASI dari tenaga kesehatan. Hal tersebut
itu penting dan baik diberikan, ekonomis, memberikan pengaruh positif bagi ibu
mempercepat penyembuhan, dan tidak dalam praktik pemberian ASI.
merepotkan. Hal ini secara psikologis akan
menambah rasa percaya ibu dalam Kesimpulan
menyusui. Hal ini sejalan dengan penelitian Praktik pemberian ASI pada bayi 0-4
Hervilia, Dhini, & Munifa (2016) yang bulan di wilayah kerja Puskesmas
menjelaskan bahwa dukungan keluarga Abadijaya Kota Depok secara umum sudah

8
baik. Ibu menyusui bayinya dengan 2019. Kepmenkes Nomor
menerapkan teknik menyusui yang baik HK.02.02/MENKES/52/2015
[9] Khomsan, Ali. (2000). Teknik
secara posisi maupun perlekatan dan
Pengukuran Pengetahun Gizi. Diktat
memberikan ASI saja tanpa tambahan Departemen Gizi Masyarakat dan
apapun kepada bayinya. Selain itu, ibu Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian
hampir tidak memiliki budaya pemberian Bogor.
makanan selain ASI (pemberian makanan [10] Kusumaningrum, T. et al. (2009).
prelaktal). Keluarga memiliki sikap Analisis Faktor Tingkat Keberhasilan
mendukung ibu dalam memberikan ASI Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu
kepada bayi. Serta tenaga kesehatan turut Menyusi. Jurnal Ners, 5(1), 55–61.
berperan dalam memberikan informasi [11] Oktalina, O., Muniroh, L., & Adiningsih,
S. (2015). Dengan Pemberian Asi
terkait praktik pemberian ASI. Saran
Eksklusif Pada Ibu Anggota Kelompok
terhadap pihak Puskesmas diharapkan
Pendukung Asi ( Kp-Asi ). Media Gizi
mampu terus memebrikan dorongan kepada Indonesia, 10, 64–70.
ibu agar terus memberikan ASI secara [12] Pollard, Maria. (2015). ASI Asuhan
eksklusif 6 bulan dan meneruskannya selama Berbasis Bukti . Jakarta : Penerbit Buku
2 tahun. Kedokteran. EGC. 2015
[13] Roesli, Utami. (2000). Mengenal ASI
Referensi Eksklusif. Trubus Agriwidya : Jakarta.
[1] Afifah, D. N. (2007). Faktor Yang [14] Syafiq, A., Fikawati, S., & Karima, K.
Berperan Dalam Kegagalan Praktik (2015). Gizi Ibu dan Bayi (1ed). Jakarta :
Pemberian ASI Eksklusif. Universitas Rajagrafindo Persada.
Diponegoro. [15] UNICEF South Asia. (2015). Stop
[2] Alam, S., & Syahrir, S. (2015). Faktor- Stunting In South Asia; A Common
faktor yang Berhubungan Dengan Teknik Narrative on Maternal and Child
Menyusui Pada Ibu Di Puskesmas Nutrition. Nepal : Jagadamba Press
Pattallassang Kabupaten Takalar. Al- [16] Wahdah, S., Juffrie, M., & Huriyati, E.
Sihah : Public Health Science Journal, (2015). Faktor Risiko Kejadian Stunting
8(2). Pada Anak Umur 6-36 Bulan Di Wilayah
[3] Avinashi, V., Secker, D., & Zlotkin, S. Pedalaman Kecamatan Silat Hulu,
(2014). Pemberian Makan Pada Bayi dan Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Jurnal
Anak-anak. In Buku Ajar Ilmu Gizi (pp. Gizi dan Dietetik Indonesia, 3(2), 119-
501–502). Jakarta: EGC. 130
[4] Bahagia, D., & Alasiry, E. (2015). Buku [17] WHO. (2004). Guiding principles for
Panduan Keterempilan Teknik Menyusui. feeding infants and young children
Makasar: Fakultas Kedokteran Universitas during
Hasanudin. [18] Wijayanti, H. S. (2015). Faktor-Faktor
[5] Hervilia, D., Dhini, & Munifa. (2016). Yang Mempengaruhi Praktik Pemberian
Pandangan Sosial Budaya terhadap ASI Asi Di Wilayah Perkotaan, Kelurahan
Eksklusif di Wilayah Panarung Paseban, Jakarta. Jurnal Gizi Indonesia,
Palangkaraya. Indonesian Journal of 38(1), 29–40. Retrieved from
Human Nutrition, Vol. 3(No. 1), 63–70. http://ejournal.persagi.org/ojspersagi248
https://doi.org/2355-3987 1/index.php/Gizi_Indon/article/view/165/
[6] Kemenkes RI. (2010). Riset Kesehatan 158
Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta.
[7] Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta.
[8] Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-

Anda mungkin juga menyukai