Anda di halaman 1dari 32

4.

Intervensi keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Hasil
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)
1 Nyeri AAkut (D.0077) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)

Penyebab : keperawatan selama Observasi

 Agen pencedera  ……. X ……  Identifikasi lokasi,


diharapkan karakteristik, durasi,
fisiologis ( mis :
nyeri akut frekuensi, kualitas,
inflamasi, iskemia,
berkurang intensitas nyeri
neoplasma)
dengan  Identifikasi skala
 Agen pencedera kimiawi
kriteria hasil : nyeri
(mis : terbakar, bahan
Tingkat  Identifikasi respon
kimia iritan)
Nyeri nyeri non verbal
 Agen pencedera fisik
(L.14125).  Identifikasi faktor
(mis : abses, amputasi,
Keluhan nyeri yang memperberat
terbakar, terpotong,
menurun dan memperingan
mengangkat berat,
 Meringis nyeri
prosedur operasi, trauma,
menurun  Identifikasi
latihan fisik berlebihan)
 Sikap protektif pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang
Gejala dan Tanda Mayor  Gelisah menurun nyeri
 Mengeluh nyeri  Kesulitan tidur  Identifikasi
menurun pengaruh budaya
 Tampak meringis
 Menarik diri terhadap repson
 Bersikap protektif (mis :
menurun nyeri
waspada, posisi
 Berfokus pada  Identifikasi
menghindari nyeri)
diri sendiri pengaruh nyeri
menurun
 Diaforesis
menurun
 Perasaan depresi
 Gelisah (tertekan) terhadap kualitas
 Frekuensi nadi menurun hidup
meningkat  Perasaan takut  Monitor
 Sulit tidur mengalami cidera keberhasilan terapi
berulang komplementer yang
Gejala dan tanda Minor menurun sudah diberikan
 Tekanan darah  Anoreksia  Monitor efek
meningkat menurun samping
 Pola nafas berubah  Frekuensi nadi penggunaan
 Nafsu makan berubah membaik analgetik
 Proses berfikir terganggu  Pola nafas Terapeutik

 Menarik diri membaik  Berikan teknik non

 Berfokus pada diri  Tekanan darah farmakologis untuk

sendiri membaik mengurangi rasa

 Diaforesis  Proses berpikir nyeri (mis : TENS,


membaik hypnosis,
 Fokus membaik akupresure, terapi
 Fungsi berkemih music, biofeedback,
membaik terapi pijat,
 Perilaku aromaterapi, teknik
membaik imajinasi
 Nafsu makan terbimbing, kompres
membaik hangat atau dingin,
 Pola tidur terapi bermain)
membaik  Kontrol lingkungn
yang memperberat
rasa nyeri (mis :
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemeliharaan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakaologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Memberikan
analgetik jika perlu

Pemberian Analgetik
Observasi
 Identifikasi
karakteristik nyeri
( mis: pencetus,
Pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
 Identifikasi riwayat
alergi obat
 Identifikasi
kesesuaian jenis
analgetik (mis:
narkotika, non
narkotik atau
NSAID) dengan
tingkat keparahan
nyeri
 Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik
 Monitor efektivitas
analgetik
Terapeutik
 Diskusikan jenis
analgetik yang
disukai untuk
mencapai analgesial
optimal, jika perlu
 Pertimbangkan
penggunaan infus
continue, atau bolus
oploid untuk
mempertahankan
kadar dalam serum
 Tetapkan target
efektifitas analgetik
untuk
mengoptimalakan
respon pasien
 Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgetik dan efek
yang tidak
diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek
terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
◻ Kolaborasi
pemberian dosis
dan analgetik,
sesuai indikasi
2 Risiko Perfusi Perifer Tidak Setelah diberikan asuhan Pencegahan syok ( l.11353)
Efektif (D.0129) keperawatan selama … x
Observasi
… jam, diharapkan
Faktor risiko  Monitor status
masalah risiko perfusi
 Hiperglikemia kardiopulmonal
perifer kembali efektif
 Gaya hidup kurang gerak dengan kriteria hasil: (frekuensi dan
 Hipertensi kekuatan nadi,
Perfusi Perifer
 Merokok frekuensi nafas, TD,
(L.14125)
MAP)
 Prosedur endovaskuler Denyutnadi perifer
 Monitor status
 Trauma meningkat
oksigenasi
 Kurang terpapar  Penyembuhan
(oksimetri, nadi,
informasi tentang faktor luka meningkat
AGD)
pemberat (mis, merokok,  Sesasi meningkat
 Monitor status cairan
gaya hidup kurang gerak,  Warna kulit pucat
(masukan dan
obesitas, imobilitas) menurun
hakuaran, turgor
 Edema perifer
menurun kulit, CRT)
Kondisi Klinis terkait
 Nyeri ekstremitas  Monitor tingkat
 Arterosklerosis
menurun kesadaran dan respon
 Raynaud’s disease pupil
 Parastesia
 Trombosis arteri menurun  Periksa riiwayat
 Atritis rheumatoid  Kelemahan otot alergi
 Leriche’s syndrome menurun
Terapeutik
 Aneurisma  Kram otot
 Berikan oksigen
 Buerger’s disease menurun
untuk
 Varises  Bruit femoralis
mempertahankan
 Diabetes melitus menurun
saturasi oksigen
 Hipotensi  Nekrosis
>94%
menurun
 Kanker
 Persiapkan intubasi
 Pengisian kapiler
dan ventilasi
cukup membaik
mekanis, jika perlu
 Akral cukup
 Pasang jalur IV, jika
membaik
perlu
 Turgor kulit
 Pasang kateter urine
cukup membaik
untuk menilai
 Tekanan darah
produksi urine, jika
sistolik cukup
perlu
membaik
 Lakukan skin test
 Tekanan darah
untuk mencegah
diastolic cukup
reaksi alergi
membaik
 Tekanan arteri Edukasi
rata-rata cukup  Jelaskan
membaik penyebba/faktor
 Indeks ankle- risiko syok
brachial cukup  Jelaskan tanda dan
membaik gejala awal syok
 Anjurkan melapor
jika
menemukan/merasak
an tanda dan gejala
awal syok
 Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan
menghindari allergen

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian IV, jika
perlu
 Kolaborasi
pemberian transfuse
darah, jika perlu
 Kolaborasi
antiinflamasi, jika
perlu

Perawatan sirkulasi
Observasi
 Periksa sirkulasi
perifer (mis, nadi
perifer, edema,
pengisian kapiler,
warna, suhu, ABI)
 Identifikasi faktor
risiko gangguan
sirkulasi (mis,
diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi
dan kadar kolesterol
tinggi)
 Monitor panas,
kemerahan, nyeri
atau bengkak pada
ekstremitas

Terapeutik
 Hindari pemasangan
infus atau
pengambilan darah
di area keterbatasan
perfusi
 Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan
dan pemasangan
tourniquet pada area
yang cidera
 Lakukan pencegahan
infeksi
 Lakukan perawatan
kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi

Edukasi
 Anjurkan berhenti
merokok
 Anjurkan
berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek
air mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
 Anjurkan
menggunakan obat
penurun tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurun
kolesterol, jika perlu
 Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah secara
teratur
 Anjurkan
menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
 Aanjurkan
melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis,
melembabkan kulit
yang kering pada
kaki)
 Anjurkan program
rehabilitasi vascular
 Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis, rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
 Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan (mis, rasa
sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
3 Gangguan Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan Dukungan Ambulasi
(l.14539)
(D.0142) keperawatan selama … x
Observasi
Penyebab … jam, diharapkan
 Identifikasi adanya
 Kerusakan integritas masalah gangguan
nyeri atau keluhan
struktur tulang mobilitas fisik teratasi
fisik lainnya
 Perubahan metabolism dengan kriteria hasil:
 Identifikasi toleransi
 Ketidakbugaran fisik Mobilitas Fisik
fisik melakukan
 Penurunan kendali otor (L.14137)
ambulasi
 Penurunan massa otot  Pergerakan
 Monitor frekuensi
 Penurunan kekuatan otot ekstremitas
jantung dan tekanan
meningkat
 Keterlambatan
darah sebelum
 Kekuatan otot
perkembangan
memulai ambulasi
meningkat
 Kekakuan sendi
 Monitor kondisi
 Rentang gerak
 Kontraktur umum selama
(ROM)
 Malnutrisi melakukan ambulasi
meningkat
 Gangguan Terapeutik
 Nyeri menurun
musculoskeletal  Fasilitasi aktivitas
 Kecemasan
 Gangguan ambulasi dengan alat
menurun
neuromuscular bantu (mis, tongkat,
 Gerakan tidak
 Indeks masa tubuh diatas kruk)
terkoordinasi
persentil ke-75 sesuai  Fasilitasi melakukan
menurun
usia mobilisasi fisik, jika
 Gerakan terbatas
 Efek agen farmakologis
 Program pembatasan menurun perlu
gerak  Kelemahan fisik  Libatkan keluarga
 Nyeri menurun untuk membantu
 Kurang terpapar pasien dalam
informasi tentang meningkatkan
aktivitas fisik ambulasi
 Kecemasan Edukasi

 Gangguan kognitif  Jelaskan tujuan dan

 Keengganan melakukan prosedur ambulasi

pergerakan  Anjurkan melakukan

 Gangguan sensori ambulasi dini

persepsi  Ajarkan ambulasi


sederhana yang harus
Gejala dan Tanda Mayor dilakukan (mis,
 Mengeluh sulit berjalan dari tempat
menggerakkan tidur ke kursi roda,
ekstremitas berjalan dari tempat
 Kekuatan otot menurun tidur ke kamar
 Rentang gerak ROM mandi, berjalan
menurun sesuai toleransi)

Gejala dan Tanda Minor Dukungan Mobilisasi


 Nyeri saat bergerak Observasi
 Enggan melakukan  Identifikasi adanya
pergerakan nyeri atau keluhan
 Merasa cemas saat fisik lainnya
bergerak  Identifikasi toleransi
 Sendi kaku fiisk melakukan
 Gerakan tidak pergerakan
terkoordinasi  Monitor frekuensi
 Fisik lemah jantung dan tekanna
darah sebelum
memulai mobilisasi
 Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi

Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis,
pagar tempat tidur)
 Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika
perlu
 Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis,
duduk di tempat
tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)
4 Gangguan Integritas Kulit / Setelah diberikan asuhan Perawatan Integritas Kulit
(I.11353)
Jaringan(D.0129) keperawatan selama … x
Observasi
Penyebab … jam, diharapkan
 Identifikasi penyebab
 Perubahan sirkulasi masalah gangguan
gangguan integritas
 Perubahan status nutrisi integritas kulit/jaringan
kulit (mis, perubahan
(kelebihan/kekurangan) teratasi dengan kriteria
sirkulasi, perubahan
 Kekurangan / kelebihan hasil:
status nutrisi,
volume cairan Integritas Kulit dan
penurunan
 Penurunan mobilitas Jaringan (L.14125)
kelembaban, suhu
 Bahan kimia iritatif  Elastisitas
lingkungan ekstrem,
 Suhu lingkungan yang meningkat
penurunan mobilitas)
ekstrem  Hidrasi
Terapeutik
 Faktor mekanis (mis. meningkat
 Ubah posisi tiap 2
Penekanan pada tonjolan  Perfusi jaringan
jam jika tirah baring
tulang, gesekan) atau meningkat
 Lakukan pemijatan
faktor elektris  Kerusakan
pada area penonjolan
(elektrodiatermi, energi jaringan menurun
tulang, jika perlu
listrik bertegangan  Kerusakan
 Bersihkan perineal
tinggi) lapisan kulit
dengan air hangat,
 Efek samping terapi menurun
terutama selama
radiasi  Nyeri menurun
periode diare
 Kelembaban  Perdarahan
 Gunakan produk
 Proses penuaan menurun
berbahan petroleum
 Kemerahan
 Neuropati perifer atau minyak pada
menurun
 Perubahan pigmentasi kulit kering
 Hematoma
 Perubahan hormonal  Gunakan produk
menurun
 Kurang terpapar berbahan
 Pigmentasi
informasi tentang upaya ringan/alami den
abnormal
mempertahankan/melind hipoalergik pada
menurun
ungi integritas jaringan kulit sensitive
 Jaringan parut
 Hindari produk
Gejala dan Tanda Mayor menurun berbahan dasar
 Kerusakan jaringan  Nekrosis alcohol pada kulit
dan/atau lapisan kulit menurun kering
 Abrasi kornea Edukasi
Gejala dan tanda Minor
menurun  Anjurkan
 Nyeri
 Suhu kulit menggunakan
 Perdarahan
membaik pelembab (mis,
 Kemerahan  Sensasi emmbaik lotion, serum)
 Hematoma  Tekstur membaik  Anjurkan minum air
 Pertumbuhan yang cukup
rambut membaik  Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur
 Anjurkan
menghindari terpapar
suhu ekstrem
 Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal
30 saat berada di luar
rumah
 Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

Perawatan Luka
Observasi
 Monitor karakteristik
luka (mis, drainase,
warna, ukuran, bau)
 Monitor tanda-tanda
infeksi
Terapeutik
 Lepaskan balutan
dan plester secara
perlahan
 Cukur rambut
disekitar daerah luka,
jika perlu
 Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
 Bersihkan jaringan
nekrotik
 Berikan salep yag
sesuai ke kulit / lesi,
jika perlu
 Pasang balutan
sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
 Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
 Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondiis
pasien
 Berikan diet dengan
kalori 30-35
kkal/kgBB/hari
dengan protein 1,25-
1,5 g/kgBB/hari
 Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(mis, vitamin A,
vitamin C, zinc,
asam amino), sesuai
indikasi
 Berikan terapi TENS
(stimulasi saraf
transcutaneous), jika
perlu
Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein
 Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
Enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik),
jika perlu
 Kolaborasi
pemberian antibiotic,
jika perlu
5 Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi
(D. 0142) (l. 14539)
keperawatan selama
Observasi
Faktor risiko ……. X ……
 Monitor tanda dan
◻ Penyakit kronis diharapkan risiko infeksi
gejala infeksi local
◻ Efek prosedur invasive berkurang dengan
dan sistemik
◻ Malnutrisi kriteria hasil :
Terapeutik
◻ Peningkatan paparan Tingkat Infeksi
(L.14137)  Batasi jumlah
organisme pathogen
◻ Demam menurun pengunjung
lingkungan
◻ Kemerahan  Berikan perawatan
 Ketidakadekuatan
menurun kulit pada area
pertahanan tubuh primer
◻ Nyeri menurun edema
◻ Gangguan peristaltic
 Bengkak  Cuci tangan sebelum
◻ Kerusakan integritas
menurun dan sesudah kontak
kulit
 Vesikel menurun dengan pasien dan
 Perubahan sekresi pH
 Cairan berbau lingkungan pasien
 Penurunan kerja siliaris
busuk menurun  Pertahankan teknik
 Merokok aseptic pada pasien
 Sputum berwarna
 Statis cairan tubuh berisiko tinggi
hijau menurun
 Ketidakadekuatan Edukasi
 Drainase purulent
pertahanan tubuh  Jelaskan tanda dan
menurun
sekunder gejala infeksi
 Piuna menurun
 Penurunan hemoglobin  Ajarkan cara
 Periode malaise
 Imunosupresi mencuci tangan
menurun
 Leukopenia dengan benar
 Periode mengigil
 Supresi respon inflamasi menurun  Ajarkan etika batuk
◻ Vaksinasi tidak adekuat  Lelargi menurun  Ajarkan cara

 Gangguan memeriksa kondisi

kognitif menurun luka atau luka


operasi
 Kadar sel darah
putih membaik  Anjurkan
 Kultur darah meningkatkan
membaik asupan nutrisi
 Kultur urine  Anjurkan
membaik meningkatkan
 Kultur sputum asupan cairan
membaik Kolaborasi
 Kultur area luka  Kolaborasi
membaik pemberian imunisasi
 Kultur feses
membaik

6 Risiko Syok Setelah diberikan asuhan Pencegahan Syok


(I.03116)
(D.0039) keperawatan selama … x
Faktor Risiko … jam, diharapkan Observasi
 Hipoksemia masalah risiko syok  Monitor status
 Hipoksia tidak terjadi dengan kardiopulmonal

 Hipotensi kriteria hasil: (frekuensi dan


Tingkat Syok kekuatan nadi,
 Kekurangan volume
(L.03032) frekuensi nafas, TD,
cairan
 Kekuatan nadi MAP)
 Sepsis
meningkat  Monitor status
 Sindrom respon
 Output urine oksigenasi (oksimetri
inflamasi sistemik
meningkat nadi, AGD)
(systemic
 Tingkat  Monitor status cairan
inflammatory response
kesadaran (masukan dan
syndrome (SIRS))
meningkat haluaran, turgor
Kondisi Klinis Terkait  Saturasi oksigen kulit, CRT)
 Perdarahan meningkat  Monitor tingkat
 Trauma multiple  Akral dingin kesadaran dan respon
menurun pupil
 Pneumothoraks
 Pucat menurun  Periksa riwayat
 Infark miokard
 Kardiomiopati  Haus menurun alergi
 Cedera medulla spinalis  Konfusi menurun
Terapeutik
 Anafilaksis  Letargi menurun
 Berikan oksigen
 Sepsis  Asidosis
untuk
 Koagulasi intravaskuler metbolik
memperthankan
diseminata menurun
saturasi oksigen
 Sindrom respon  Mean
>94%
inflamasi sistemik arterial
 Persiapkan intubasi
(systemic pressure
dan ventilasi
inflammatory response membaik
mekanis, jika perlu
syndrome (SIRS))  Tekanan darah
 Pasang jalur IV jika
sistolik membaik
perlu
 Tekanan darah
 Pasang kateter urine
diastolic
untuk menilai
membaik
produksi urine, jika
 Tekanna nadi
perlu
membaik
 Lakukan skin test
 Pengisian kapiler
untuk mencegah
membaik
reaksi alergi
 Frekuensi nadi
emmbaik Edukasi
 Frekuensi nafas  Jelaskan
membaik penyebab/faktor
risiko syok
 Jelaskan tanda gan
gejala awal syok
 Anjurkan melapor
jika menemukan /
merasakan tanda dan
gejala awal syok
 Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan
menghindari allergen

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian IV, jika
perlu
 Kolaborasi
pemberian transfuse
darah, jika perlu
 Kolaborasi
pemberian
antiinflamasi, jika
perlu

Pemantauan Cairan
Observasi
 Monitor frekuensi
dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi
nafas
 Monitor tekanan
darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu
pengisian kapiler
 Monitor elastisitas
atau turgor kulit
 Monitor jumlah,
warna dan berat jenis
urine
 Monitor kadar
albumin dan protein
total
 Monitor hasil
pemeriksaan serum
(mis, osmolaritas
serum, hematocrit,
natrium, kalium,
BUN)
 Monitor intake dan
output cairan
 Identifikasi tanda-
tanda hypovolemia
(mis, frekuensi nadi
meningkat, nadi
teraba lemah,
tekanan darah
menurun, tekanan
nadi menyempit,
turgor kulit menurun,
membrane mukosa
kering, volume urine
menurun, hematocrit
meningkat, haus,
lemah, konsentrasi
urine meningkat,
berat badan menurun
dalam waktu singkat)
 Identifikasi tanda-
tanda hypervolemia
(mis, dyspnea,
edema perifer, edema
anasarca, JVP
meningkat, CVP
meningkat, reflex
hepatojugular positif,
berat bdaan menurun
dalam waktu singkat)
 Monitor tanda-tanda
infeksi dan
perdarahan pada sisi
insersi
 Monitor tanda-tanda
komplikasi akibar
pemasangan selang
(mis,
pneumothoraks,
selang tertekuk,
embolisme udara)

Terapeutik
 Dampingi pasien saat
pemasangan dan
pelepasan kateter
jalur hemodinamik
 Lakukan tes Allen
untuk menilai
kolateral ulnaris
sebelum kanulasi
pada arteri radialis
 Pastikan set selang
terangkai dan
terpasang dengan
tepat
 Konfirmasi ketepatan
posisi selang dengan
pemeriksaan x-ray,
jika perlu
 Posisikan transduser
pada atrium kanan
(aksis flebostatik)
setiap 4-12 jam
untuk mengkalibrasi
dan mentitiknolkan
perangkat
 Pastika balon deflasi
dan kembali ke
posisi normal setelah
pengukuran tekanna
baji arteri paru
(PAWP)
 Ganti selang dan
cairan infus setiap
24-72 jam, sesuai
protocol
 Ganti balutan pada
area insersi dengan
teknik steril
 Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
 Dokumentasikan
hasil pemantauan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
 Anjurkan membatasi
gerak/aktivitas
selama kateter
terpasang
AFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Jilid 2. Edisi Ketiga.
Jakarta: EGC

Harris, Robert M. 2006. Rockwood & Grenn’s Fractures in Adults. Lippincott Williams
& Wilkins
Inukirana, Scientia. 2019. Fraktur Tibia - Penyebab, Gejala, dan Pengobatan.
Online (Available) : https://www.honestdocs.id/fraktur-tibia. Diakses pada .....
Oktober 2019 pukul .....

Johns Hopkins Medicine. 2019. Tibia and Fibula Fractures. Online (Available) :
https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/tibia-and-fibula-
fractures. Diakses pada ..... Oktober 2019 pukul .....

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai