Anda di halaman 1dari 54

3.

Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


( SLKI) (SIKI)
Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
selama ……. X …… diharapkan nyeri Observasi
Penyebab : akut berkurang dengan kriteria hasil :  Identifikasi lokasi, karakteristik,
 Agen pencedera fisiologis ( mis : Tingkat Nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
inflamasi, iskemia, neoplasma)  Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
 Agen pencedera kimiawi (mis :  Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
terbakar, bahan kimia iritan)  Sikap protektif menurun  Identifikasi respon nyeri non
 Agen pencedera fisik (mis : abses,  Gelisah menurun verbal
amputasi, terbakar, terpotong,  Kesulitan tidur menurun  Identifikasi faktor yang
mengangkat berat, prosedur  Menarik diri menurun memperberat dan memperingan
operasi, trauma, latihan fisik nyeri
 Berfokus pada diri sendiri
berlebihan)  Identifikasi pengetahuan dan
menurun
 Diaforesis menurun keyakinan tentang nyeri
Gejala dan Tanda Mayor  Identifikasi pengaruh budaya
 Perasaan depresi (tertekan)
 Mengeluh nyeri terhadap repson nyeri
menurun
 Tampak meringis  Identifikasi pengaruh nyeri
 Perasaan takut mengalami cidera
 Bersikap protektif (mis : waspada, berulang menurun terhadap kualitas hidup
posisi menghindari nyeri)
 Anoreksia menurun  Monitor keberhasilan terapi
 Gelisah komplementer yang sudah
 Frekuensi nadi membaik
 Frekuensi nadi meningkat  Pola nafas membaik diberikan
 Sulit tidur  Tekanan darah membaik  Monitor efek samping
 Proses berpikir membaik penggunaan analgetik
Gejala dan tanda Minor  Fokus membaik Terapeutik
 Tekanan darah meningkat  Fungsi berkemih membaik  Berikan teknik non farmakologis
 Pola nafas berubah  Perilaku membaik untuk mengurangi rasa nyeri

 Nafsu makan berubah (mis : TENS, hypnosis,


 Nafsu makan membaik
 Proses berfikir terganggu akupresure, terapi music,
 Pola tidur membaik
biofeedback, terapi pijat,
 Menarik diri
aromaterapi, teknik imajinasi
 Berfokus pada diri sendiri
terbimbing, kompres hangat atau
 Diaforesis
dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungn yang
memperberat rasa nyeri (mis :
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemeliharaan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakaologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Memberikan analgetik jika perlu

Pemberian Analgetik
Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri
( mis: pencetus, Pereda, kualitas,
lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
 Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis
analgetik (mis: narkotika, non
narkotik atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah pemberian
analgetik
 Monitor efektivitas analgetik
Terapeutik
 Diskusikan jenis analgetik yang
disukai untuk mencapai analgesial
optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus
continue, atau bolus oploid untuk
mempertahankan kadar dalam
serum
 Tetapkan target efektifitas
analgetik untuk mengoptimalakan
respon pasien
 Dokumentasikan respon terhadap
efek analgetik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis
dan analgetik, sesuai indikasi

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


( SLKI) (SIKI)
Disfungsi Motilitas Gastrointestinal Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi
selama ……. X …… diharapkan Observasi
Penyebab difungsi motilitas gastrointestinal  Identifikasi status nutrisi
 Asupan enteral berkurang dengan kriteria hasil :  Identifikasi alergi dan intoleransi
 Intoleransi makanan Motilitas gastrointestinal makanan
 Imobilisasi  Nyeri menurun  Identifikasi makanan yang disukai
 Makanan kontaminan  Kram abdomen menurun  Identifikasi kebutuhan kalori dan
 Malnutrisi  Mual menurun jenis nutrient
 Pembedahan  Muntah menurun  Identifikasi perlunya penggunaan
 Efek agen farmakologis (mis :  Regusgitasi menurun selang nasogastric
narkotik/opiate, antibiotic,  Distensi abdomen menurun  Monitor asupan makanan
laksatif, anastesia)  Diare menurun  Monitor berat badan
 Proses penuaan  Suara peristaltic meningkat  Monitor hasil pemeriksaan
 Kecemasan  Pengosongan lambung meningkat laboratorium
Terapeutik
 Ratus meningkat
Gejala dan tanda Mayor  Lakukan oral hygiene sebelum
 Mengungkapkan flatus tidak ada makan, jika perlu

 Nyeri/kram abdomen  Fasilitasi menentukan pedoman

 Suara peristaltic berubah (tidak diet (mis: piramida makanan)

ada, hipoaktif, atau hiperaktif)  Sajikan makanan secara menarik


dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat
Gejala dan tanda Minor untuk mencegah konstipasi
 Merasa mual  Berikan makanan tinggi kalori dan

 Residu lambung tinggi protein

meningkat/menurun  Berikan suplemen makanan, jika

 Muntah perlu
 Regurgitasi  Hentikan pemberian makanan
 Pengosongan lambung cepat melalui selang nasogastric jika
 Distensi abdomen asupan oral dapat ditoleransi

 Diare Edukasi

 Feses kering dan sulit keluar  Anjurkan posisi duduk, jika

 Feses keras mampu


 Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis: Pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
emnentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
( SLKI) (SIKI)
Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi
selama ……. X …… diharapkan risiko Observasi
Faktor risiko infeksi berkurang dengan kriteria hasil :  Monitor tanda dan gejala infeksi
 Penyakit kronis Tingkat Infeksi local dan sistemik
 Efek prosedur invasive  Demam menurun Terapeutik
 Malnutrisi  Kemerahan menurun  Batasi jumlah pengunjung
 Peningkatan paparan organisme  Nyeri menurun  Berikan perawatan kulit pada area
pathogen lingkungan  Bengkak menurun edema
 Ketidakadekuatan pertahanan  Vesikel menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah
tubuh primer  Cairan berbau busuk menurun kontak dengan pasien dan
 Gangguan peristaltic  Sputum berwarna hijau menurun lingkungan pasien
 Kerusakan integritas kulit  Drainase purulent menurun  Pertahankan teknik aseptic pada
 Perubahan sekresi pH  Piuna menurun pasien berisiko tinggi

 Penurunan kerja siliaris  Periode malaise menurun Edukasi

 Merokok  Jelaskan tanda dan gejala infeksi


 Periode mengigil menurun
 Statis cairan tubuh  Ajarkan cara mencuci tangan
 Lelargi menurun
 Ketidakadekuatan pertahanan dengan benar
 Gangguan kognitif menurun
tubuh sekunder  Ajarkan etika batuk
 Kadar sel darah putih membaik
 Penurunan hemoglobin  Ajarkan cara memeriksa kondisi
 Kultur darah membaik
 Imunosupresi luka atau luka operasi
 Kultur urine membaik
 Anjurkan meningkatkan asupan
 Leukopenia  Kultur sputum membaik
nutrisi
 Supresi respon inflamasi  Kultur area luka membaik
 Anjurkan meningkatkan asupan
 Vaksinasi tidak adekuat  Kultur feses membaik
cairan
Kolaborasi
Kondisi Klinis terkait
Kolaborasi pemberian imunisasi
 AIDS
 Luka Bakar
 PPOK
 Diabetes Melitus
 Tindakan invasive
 Kondisi penggunaan terapi steroid
 Penyalahgunaan obat
 Ketuban Pecah Sebelum
Waktunya (KPSW)
 Kanker
 Gagal Ginjal
 Imunosupresi
 Lymphedema
 Leujositopenia
 Gangguan Fungsi Hati
Risiko Aspirasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Jalan Nafas
selama ……. X …… diharapkan risiko Observasi
Faktor Risiko aspirasi berkurang dengan kriteria hasil :  Monitor jalan nafas (frekuensi,
 Penurunan tingkat kesadaran Tingkat Aspirasi kedalaman, usaha nafas)
 Penurunan reflex muntah dan/atau  Tingkat kesadaran meningkat  Monitor bunyi nafas tambahan
batuk  Kemampuan menelan meningkat (mis: gurgling, mengi, wheezing,
 Gangguan menelan  Kebersihan mulut meningkat ronchi kering)
 Disfagia  Dispnea menurun  Monitor sputum (jumlah, warna
 Kerusakan mobilitas fisik  Kelemahan otot menurun aroma)

 Peningkatan residu lambung  Akumulasi secret menurun Terapeutik

 Peningkatan tekanan intragastric  Wheezing menurun  Pertahankan kepatenan jalan nafas


 Penurunan motilitas gastrointestinal  Batuk menurun dengan head tilt dan chin-lift (jaw-
 Sfingter esophagus bawah  Penggunaan otot aksesori menurun thrust jika curiga trauma servikal)
inkompeten  Sianosis menurun  Posisikan semi fowler atau fowler
 Perlambatan pengosongan lambung  Gelisah menurun  Berikan minum hangat
 Terpasang selang nasogastric  Frekuensi nafas membaik  Lakukan fisioterapi dada, jika
 Terpasang trakeostomi atau perlu
endotracheal tube  Lakukan penghisapan lender
 Trauma/pembedahan leher, mulut, kurang dari 15 detik
dan/atau wajah  Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Efek agen farmakologis penghisapan endotrakeal

 Ketidakmatangan koordinasi  Keluarkan sumbatan benda padat


menghisap, menelan, dan bernafas dengan forcep McGil
 Berikan oksigen, jika perlu
Kondisi Klinis Terkait Edukasi
 Cedera kepala  Anjurkan asupan cairan
 Stoke 2000ml/hari, jika tidak

 Cedera medulla spinalis kontraindikasi

 Guillain barre syndrome  Ajarkan teknik batuk efektif

 Penyakit Parkinson Kolaborasi

 Keracunan obat dan alcohol  Kolaborasi pemberian


bronkodilator, ekspektoran,
 Pembesaran uterus
mukolitik, jika perlu
 Miestenia gravis
 Fistula trakeoesofagus Pencegahan Aspirasi

 Striktura esophagus Observasi

 Sklerosis multiple  Monitor tingkat kesadaran, batuk,

 Labiopalatoskizis muntah dan kemampuan menelan

 Atresia esophagus  Monitor status pernapasan

 Laringomalasia  Monitor bunyi nafas, terutama


setelah makan/minum
 Prematuritas
 Periksa residu gaster sebelum
memberi asupan oral
 Periksa kepatenan selang
nasogastric sebelum memberi
asupan oral
Terapeutik
 Posisikan semi fowler 30 menit
sebelum memberi asupan oral
 Pertahankan posisi semi fowler
pada pasien tidak sadar
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Pertahankan pengembangan balon
endotracheal tube ETT
 Lakukan penghisapan jalan nafas,
jika produksi secret meningkat
 Sediakan suction di ruangan
 Sediakan suction di ruangan
 Hindari memberi makan melalui
selang gastrointestinal, jika residu
banyak
 Berikan makanan dengan ukuran
kecil atau lunak
 Berikan obat oral dalam bentuk
cair
Edukasi
 Anjurkan makan secara perlahan
 Ajarkan strategi mencegah aspirasi
Ajarkan teknik mengunyah atau menelan,
jika perlu
Risiko Gangguan Integritas Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan Integritas Kulit
Kulit/Jaringan selama .... x 24 jam diharapkan integritas Observasi
kulit dan jaringan meningkat dengan  Identifikasi penyebab gangguan
Faktor Resiko : kriteria hasil : integritas kulit (mis. Perubahan
 Perubahan sirkulasi sirkulasi, perubahan status nutrisi,
 Perubahan status nutrisi (kelebihan  Elastisitas meningkat penurunan kelembapan, suhu
atau kekurangan)  Hidrasi meningkat lingkungan ekstrem, penurunan
 Kekurangan/kelebihan volume  Perfusi jaringan meningkat mobilitas)
cairan  Kerusakan jaringan menurun
 Penurunan mobilitas  Kerusakan lapisan kulit menurun Terapeutik
 Suhu lingkungan yang ekstrem  Nyeri menurun  Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah

 Faktor mekanis (mis. Penekanan,  Perdarahan menurun baring

gesekan) atau faktor elektris  Kemerahan menurun  Lakukan pemijatan pada area
(elektrodiatermi, energi listrik penonjolan tulang, jika perlu
 Hematoma menurun
bertegangan tinggi)  Bersihkan perineal dengan air
 Pigmentasi abnormal menurun
 Terapi radiasi hangat, terutama selama periode
 Jaringan parut nekrosis menurun
 Kelembapan diare
 Abrasi kornea menurun
 Proses penuaan  Gunakan produk berbahan
 Suhu kulit membaik
 Neuropati perifer petrolium atau minyak pada kulit
 Sensasi membaik
kering
 Perubahan pigmentasi 1. Tekstur membaik
 Gunakan produk berbahan ringan
 Perubahan hormonal Pertumbuhan rambut membaik
atau alami dan hipoalergik pada
 Penekanan pada benjolan tulang
kulit sensitif
 Kurang terpapar informasi tentang
 Hindari produk berbahan dasar
upaya mempertahankan/
alkohol pada kulit kering
melindungi integritas jaringan

Edukasi
Kondisi Klinis Terkait
 Anjurkan menggunakan pelembab
 Imobilisasi
(mis. Lotion, serum)
 Gagal jantung kongestif
 Gagal ginjal  Anjurkan minum air yang cukup
 Diabetes melitus  Anjurkan meningkatkan asupan
 Imunodefisiensi (mis. AIDS nutrisi
Kateterisasi jantung  Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
 Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrim
 Anjurkan menggunakan tabir surya
spf minimal 30 saat berada diluar
rumah
Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
Risiko defisit nutrisi Setelah diberikan asuhan keperawatan SIKI: Pemberian makanan parenteral
selama … x … jam, diharapkan masalah  Identifikasi terapi yang diberikan
Faktor risiko : defisit nutrisi membaik dengan kriteria sesuai untuk usia, kondisi, dosis,
 Ketidakmampuan menelan makanan hasil: kecepatan, dan rute
 Ketidakmampuan mencerna makanan SLKI : Status Nutrisi  Monitor tanda inflamasi, flebitis, dan
 Ketidakmampuan mengabsorbsi  Kekuatan otot mengunyah meningkat thrombosis
nutrien  Kekuatan otot menelan menelan  Monitor nilai laboratorium (mis.
 Peningkatan kebutuhan metabolisme meningkat BUN, kreatinin, gula darah, elektrolit,
 Faktor ekonomi (mis. finansial tidak  Verbalisasi keinginan untuk faat, hepar)
mencukupi) meningkatkan nutrisi  Monitor berat badan
 Faktor psikologis (mis. stres,  Pengetahuan tentang pilihan makanan  Monitor produksi urine
keenggann untuk makan) yang sehat meningkat  Monitor jumlah cairan yang masuk
 Pengetahuan tentang pilihan minuman dan keluar
Kondisi klinis terkait : yang sehat meningkat  Berikan label pada wadah makanan
 Stroke  Pengetahuan tentang standar asupan parenteral dengan tanggal, waktu dan
 Parkinson nutrisi yang tepat meningkat inisial perawat
 Mobius palsy  Perasaan cepat kenyang menurun  Pastikan alarm infus dihidupkan dan
 Cleft lip  Nyeri abdomen menurun berfungsi, jika tersedia
 Amytropic lateral sclerosis  Sariawan tidak ada  Hindari pengambilan sampel darah

 Kerusakan neuromuscular  Rambut rontok tidak ada dan pemberian obat pada selang

 Luka bakar  Diare tidak ada nutrisi parenteral

 Kanker  Berat badan meningkat


Pemberian makanan enteral
 Infeksi  Indeks massa tubuh (IMT) meningkat
 Gunakan teknik bersih dalam
 AIDS  Frekuensi makan meningkat
pemberian makanan via selang
 Penyakit Crohn’s  Nafsu makan meningkat
 Berikan tanda pada selang untuk
 Enterokolitis  Bising usus meningkat
mempertahankan lokasi yang tepat
Fibrosis kistik  Membrane mukosa membaik
 Tinggikan kepala tempat tidur 30-45
Tebal lipatan kulit trisep membaik
derajat selama pemberian makan
 Ukur residu sebelum pemberian
makan
 Peluk dan bicara dengan bayi selama
diberikan makanan untuk
menstimulasi aktivitas makan
 Irigasi selang dengan 30 ml air setiap
4-6 jam selama pemberian makan dan
setelah pemberian makan intermiten
 Hindari pemberian makanan lewat
selang 1 jam sebelum prosedur atau
pemindahan pasien
 Hindari pemberian makanan jika
residu lebih dari 150cc atau lebih dari
110%-120% dari jumlah makanan tiap
jam

Pemantauan nutrisi :
 Timbang berat badan
 Ukur antroprometrik komposisi tubuh
(mis. Indeks massa tubuh, pengukuran
pinggang, dan ukuran lipatan kulit)
 Hitung perubahan berat badan
 Dokumentasikan hasil pemantauan

Konseling laktasi
 Identifikasi keadaan emosional ibu
saat akan dilakukan konseling
menyusui
 Identifikasi keinginan dan tujuan
menyusui
 Identifikasi permasalahan yang ibu
alami selama proses menyusui
 Gunakan teknik mendengarkan aktif
(mis. Duduk sama tinggi, dengarkan
permasalahan ibu)
Ajarkan teknik menyusui yang tepat
sesuai kebutuhan ibu
Ikterik Neonatus Setelah dilakukan asuhan keperawatan Fototerapi Neonatus
selama … x 24 jam diharapakan adaptasi
Penyebab : neonatus membaik dengan kriteria hasil : Observasi
 Penurunan berat badan abnormal (7-  Berat badan meningkat  Monitor ikterik pada sklera dan kulit
8% pada bayi baru lahir, yang  Membran mukosa kuning menurun bayi
menyusu ASI 15% pada bayi cukup  Kulit kuning menurun  Identifikasi kebutuhan cairan sesuai
bulan)  Sklera kuning menurun dengan usia gestasi dan berat badan
 Pola makan tidak ditetapkan dengan  Prematuritas menurun  Monitor suhu dan tanda vital setiap 4
baik  Keterlambatan pengeluaran feses jam sekali
 Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra menurun  Monitor efek samping fototerapi
uterin  Aktivitas ekstermitas membaik (mis. Hipertermi, diare, rush pada
 Usia kurang dari 7 hari  Respon terhadap stimulus sensorik kulit, penurunan berat badan lebih
 Keterlambatan pengeluaran feses membaik dari 8-10%)
(mekonium) Terapeutik
 Siapkan lampu fototerapi dan
Gejala dan Tanda : incubator atau kotak bayi
Objektif  Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
 Profil darah abnormal (hemolysis,  Berikan penutup mata (eye protector/
bilirubin serum total 2mg/dL, niliband) pada bayi
bilirubin serum total pada rentang  Ukur jarak antara lampu dan
risiko tinggi menurut usia pada permukaan kulit bayi (30cm atau
normogram spesifik waktu) tergantung spesifikasi lampu
 Membran mukosa kuning fotterapi)
 Kulit kuning  Biarkan tubuh bayi terpapar sinar
 Sklera kuning fototerapi secara berkelanjutan
 Ganti segera alas dan popok bayi jik
Kondisi Klinis Terkait BAB/BAK
 Neonatus  Gunakan linen berwarna putih agar
Bayi Prematur memantulkan cahaya sebanyak
mungkin
Edukasi
 Anjurkan ibu menyusu sekitar 20- 30
menit
 Anjurkan ibu menyusu sesering
mungkin
Kolaborasi
 Kolaborasi pemeriksaan darah vena
bilirubin direk dan indirek

Perawatan Bayi
Observasi
 Monitor tanda-tanda vital bayi
(terutama suhu 36,5°C – 37,5°C)

Terapeutik
 Mandikan bayi dengan suhu ruangan
21-24°C
 Mandikan bayi dalam waktu 5-10
menit dan 2 kali dalam sehari
 Rawat tali pusat secara terbuka (tali
pusat tidak dibungkus apapun)
 Bersihkan pangkal dari pusat dengan
lidi kapas yang telah diberi air
matang
 Kenakan popok bayi dibawah
umbilikus jika tali pusat belum
terlepas
 Lakukan pemijatan bayi
 Ganti popok bayi jika basah
 Kenakan pakaian bayi dari bahan
katun

Edukasi
 Anjurkan ibu menyusui sesuai
kebutuhan bayi
 Ajarkan ibu cara merawat bayi
dirumah
Ajarkan cara pemberian makanan
pendamping asi pada bayi  6 bulan
Risiko Termoregulasi Tidak Efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan Edukasi pengukuran suhu tubuh
selama .....x24 jam diharapkan Observasi
Faktor Risiko termoregulasi membaik dengan kriteria  Identifikasi kesiapan dan kemampuan
 Cedera otak akut hasil : menerima informasi
 Dehidrasi
 Pakaian yang tidak sesuai  Menggigil menurun Terapeutik

 Peningkatan area permukaan tubuh  Kulit kemerahan menurun  Sediakan materi dan media pendidikan
terhadap rasio berat badan  Kejang menurun kesehatan
 Kebutuhan oksigen meningkat  Akrosianosis menurun  Jadwalkan pendidikan kesehatan
 Perubahan laju metabolisme  Konsumsi oksigen menurun sesuai kesepakatan
 Proses penyakit (mis. Infeksi)  Piloereksi menurun  Berikan kesempatan untuk bertanya
 Suhu lingkungan ekstrem  Vasikontriksi perifer menurun  Dokumentasikan hasil pengukuran
 Suplai lemak subkutan tidak memadai  Kutis memorata menurun suhu

 Proses penuaan  Pucat menurun


 Berat badan ekstrem Edukasi
 Takikardi menurun
Efek agen farmakologis (mis. Sedasi)  Jelaskan prosedur pengukuran suhu
 Takipnea menurun
 Anjurkan terus memegang bahu dan
 Bradikardi menurun
menahan dada saat pengukuran aksila
 Dasar kuku sianolik menurun
 Ajarkan memilih lokasi pengukuran
 Hipoksia menurun
suhu oral atau aksila
 Suhu tubuh membaik
 Ajarkan cara meletakkan ujung
 Suhu kulit membaik
termometer dibawah lidah atau
 Kadar glukosa darah membaik
dibagian tengah aksila
 Pengisian kapiler membaik
 Ajarkan cara membaca hasil
 Ventilasi membaik
termometer raksa dan elektronik
Tekanan darah membaik

Edukasi termoregulasi
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi

Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Dokumentasikan hasil pengukuran
suhu

Edukasi
1. Ajarkan kompres hangat jika demam
2. Ajarkan cara pengukuran suhu
3. Anjurkan penggunaan pakaian yang
dapat menyerap keringat
4. Anjurkan tetap memandikan pasien,
jika memungkinkan
5. Anjurkan pemberian antipiretik, sesuai
indikasi
6. Anjurkan menciptakan lingkungan
yang nyaman
7. Anjurkan memperbanyak minum
8. Anjurkan penggunaan pakaian yang
longgar
9. Anjurkan minum analgesik jika merasa
pusing, sesuai indikasi
10. Anjurkan melakukan pemeriksaan
darah jika demam lebih dari 3 hari

Perawatan Bayi
Observasi
 Monitor tanda-tanda vital bayi
(terutama suhu 36,5°C – 37,5°C

Terapeutik
 Mandikan bayi dengan suhu ruangan
21-24°C
 Mandikan bayi dalam waktu 5-10
menit dan 2 kali dalam sehari
 Rawat tali pusat secara terbuka (tali
pusat tidak dibungkus apapun)
 Bersihkan pangkal dari pusat dengan
lidi kapas yang telah diberi air matang
 Kenakan popok bayi dibawah
umbilikus jika tali pusat belum
terlepas
 Lakukan pemijatan bayi
 Ganti popok bayi jika basah
 Kenakan pakaian bayi dari bahan
katun

Edukasi
 Anjurkan ibu menyusui sesuai
kebutuhan bayi
 Ajarkan ibu cara merawat bayi
dirumah
Ajarkan cara pemberian makanan
pendamping asi pada bayi  6 bulan
Hipertermia Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen hipertermia
Penyebab selama ... x … jam, diharapkan tidak  Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
 Dehidrasi terjadi hipertermia dengan kriteria hasil : dehidrasi, terpapar lingkungan panasm
 Terpapar lingkungan panas Termoregulasi penggunaan incubator)
 Proses penyakit (mis. Infeksi,  Tidak menggigil  Monitor suhu tubuh
kanker)  Warna kulit normal  Monitor komplikasi akibat hipertermia
 Ketidaksesuaian pakaian dengan  Tidak kejang  Longgarkan atau lepaskan pakaian
suhu lingkungan  Tidak pucat  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Peningkatan laju metabolism  Frekuensi pernapasan normal  Berikan cairan oral
 Respon trauma  Denyut nadi dalam batas normal  Lakukan pendinginan eksternal (mis.
 Aktivitas berlebihan  Suhu tubuh dalam batas normal selimut hipotermia atau kompres pada
 Penggunaan incubator  Tekanan darah dalam batas normal dahi, leher, dada. Abdomen, aksila)
 Anjurkan tirah baring
Gejala dan Tanda Mayor  Kolaborasi pemberian cairan dan
 Suhu tubuh di atas nilai normal elektrolit intravena

Gejala dan Tanda Minor Regulasi temperatur


 Kulit merah  Monitor suhu sampai stabil (36,5-
 Kejang 37,5oC)
 Takikardi  Monitor tekanan darah, frekuensi

 Takipnea pernapasan dan nadi

 Kulit terasa hangat  Monitor warna dan suhu kulit


 Monitor dan catat tanda dan gejala
hipertermia
 Pasang alat pembantu suhu kontinu
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
 Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke
Kolaborasi pemberian antipiretik, jika
perlu
Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Latihan Batuk Efektif
selama ….. x 24 jam diharapkan pasien  Identifikasi kemmapuan batuk
Penyebab dapat meningkatkan bersihan jalan nafas  Monitor adanya retensi sputum
Fisiologis : dengan kriteria hasil :  Monitor tanda dan gejala infeksi
 Spasme jalan nafas saluran nafas
 Hipersekresi jalan nafas Bersihan Jalan Nafas  Atur posisi semifowler atau fowler
 Disfungsi neuromuskuler  Batuk efektif meningkat  Anjurkan Tarik nafas dalam
 Benda asing dalam jalan nafas  Produksi sputum menurun melalui hidung selama 4 detik,
 Adanya jalan nafas buatan  Suara nafas mengi menurun ditahan selama 2 detik, kemudian
 Sekresi yang tertahan  Suara nafas wheezing menurun keluarkan dari mulut dengan bibir
 Hiperplasia dinding jalan nafas  Dispnea menurun mencucu (dibulatkan) selama 8

 Proses infeksi  Ortopnea menurun detik

 Respon alergi  Sianosis menurun  Anjurkan mengulangi Tarik nafas

 Sulit bicara menurun dalam hingga 3 kali


 Efek agen farmakologis (mis.
Anastesi)  Gelisah menurun  Anjurkan batuk dengan kuat

 Frekuensi nafas membaik langsung setelah Tarik nafas


dalam yang ke-3
Situasional  Pola nafas membaik
 Merokok aktif  Kolaborasi pemberian mukolitik
 Merokok pasif atau ekspektoran jika perlu
 Terpajan polutan
Manajemen Jalan Nafas
Tanda dan Gejala Mayor  Mengidentifikasi dan mengelola
 Batuk tidak efektif kepatenan jalan nafas

 Tidak mampu batuk  Identifikasi faktor pencetus dan

 Sputum berlebih Pereda nyeri

 Mengi, wheezing dan/atau ronchi  Monitor kualitas nyeri (mis.

kering Terasa tajam, tumpul, diremas-


remas, ditimpa beban berat)

Tanda dan Gejala Minor  Monitor lokasi dan penyebaran

 Dispnea nyeri

 Sulit bicara  Monitor intensitas nyeri dengan


menggunakan skala
 Ortopnea
 Monitor durasi dan frekuensi nyeri
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi nafas menurun
Pemantauan Respirasi
 Frekuensi nafas berubah
 Monitor frekuensi, irama,
 Pola nafas berubah
kedalaman, dan upaya nafas
 Monitor pola nafas (seperti
bradypnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
stokes, biot, ataksis)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
 Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien

Terapi Oksigen
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor posisi alat terapi oksigen
 Monitor aliran oksigen secara
periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
 Monitor efektifitas terapi oksigen
(mis. Oksimetri, Analisa gas
darah)
 Monitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala toksikasi
oksigen dan atelectasis
 Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
 Bersihkan secret pada mulut,
hidung dan trakea
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
 Beriakn oksigen tambahan
 Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien
 Tetap berikan oksigen saat pasien
di transportasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pemantauan Respirasi
selama ….. x 24 jam diharapkan  Monitor frekuensi, irama,
Penyebab pertukaran gas pasien meningkat dengan kedalaman, dan upaya nafas
 Ketidakseimbangan ventilasi- kriteria hasil :  Monitor pola nafas (seperti
perfusi Pertukaran Gas: bradypnea, takipnea,
 Perubahan membrane alveolus-  Tingkat kesadaran meningkat hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
kapiler  Dispnea menurun stokes, biot, ataksis)
 Bunyi nafas tambahan menurun  Monitor kemampuan batuk efektif
Tanda dan Gejala Mayor  Pusing menurun  Monitor adanya produksi sputum
 Dispnea  Penglihatan kabur menurun  Monitor adanya sumbatan jalan
 PCO2 meningkat/menurun  Diaforesis menurun nafas
 P O2 menurun  Gelisah menurun  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Takikardi  Nafas cuping hidung menurun  Auskultasi bunyi nafas
 pH arteri meningkat/menurun  PCO2 membaik  Monitor saturasi oksigen
 Bunyi nafas tambahan  PO2 membaik  Monitor nilai AGD

 Takikardia membaik  Monitor hasil x-ray toraks


Tanda dan Gejala Minor  pH arteri membaik  Atur interval pemantauan respirasi
 Pusing  Sianosis membaik sesuai kondisi pasien
 Penglihatan kabur  Pola nafas membaik Terapi Oksigen
 Sianosis  Warna kulit membaik  Monitor kecepatan aliran oksigen
 Diaforesis  Monitor posisi alat terapi oksigen
 Gelisah  Monitor aliran oksigen secara
 Nafas cuping hidung periodic dan pastikan fraksi yang

 Pola nafas abnormal diberikan cukup

(cepat/lambat, regular/ireguler,  Monitor efektifitas terapi oksigen

dalam/dangkal) (mis. Oksimetri, Analisa gas

 Warna kulit abnormal (mis. Pucat, darah)

kebiruan)  Monitor kemampuan melepaskan

Kesadaran menurun oksigen saat makan


 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor tanda dan gejala toksilasi
oksigen dan atelectasis
 Monitor tingkat kecemasan akibat
terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
 Bersihkan secret pada mulut,
hidung dan trakea
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
 Berikan oksigen tambahan
 Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien
 Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
 Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Jalan Nafas
Penyebab selama ….. x 24 jam diharapkan pola  Mengidentifikasi dan mengelola
 Depresi pusat pernapasan napas pasien efektif dengan kriteria hasil : kepatenan jalan nafas
 Hambatan upaya nafas (mis, nyeri  Identifikasi faktor pencetus dan
saat bernapas, kelemahan otot Pola napas tidak efektif Pereda nyeri
pernapasan)  Ventilasi semenit meningkat  Monitor kualitas nyeri (mis.
 Deformitas dinding dada  Kapasitas vital meningkat Terasa tajam, tumpul, diremas-
 Deformitas tulang dada  Diamater thoraks anterior- remas, ditimpa beban berat)
 Gangguan neoromuskular posterior meningkat  Monitor lokasi dan penyebaran
 Gangguan neurologis (mis.  Tekanan ekspirasi meningkat nyeri
Elektroensefalogram (EEG)  Tekanna inspirasi meningkat  Monitor intensitas nyeri dengan
positif, cedera kepala, gangguan  Dispnea menurun menggunakan skala
kejang)  Penggunaan otot bantu nafas  Monitor durasi dan frekuensi nyeri
 Imaturitas neurologis menurun
 Penurunan energi  Pemanjangan fase ekspirasi Pemantauan Respirasi
 Obesitas menurun  Monitor frekuensi, irama,

 Posisi tubuh yang menghambat  Ortopnea menurun kedalaman, dan upaya nafas

ekspansi paru  Pernapasan purse-lip menurun  Monitor pola nafas (seperti

 Sindrom hipoventilasi  Pernapasan cuping hidung bradypnea, takipnea,

 Kerusakan inervasi diafragma menurun hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-


stokes, biot, ataksis)
(kerusakan saraf C5 ke atas)  Frekuensi nafas membaik
 Cedera pada medulla spinalis  Monitor kemampuan batuk efektif
 Kedalaman nafas membaik
 Efek agen farmakologis  Monitor adanya produksi sputum
 Ekskursi dada membaik
 Kecemasan  Monitor adanya sumbatan jalan
nafas

Gejala dan Tanda mayor  Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

1) Dispnea  Auskultasi bunyi nafas

2) Penggunaan otot bantu pernapasan  Monitor saturasi oksigen


3) Fase ekspirasi memanjang  Monitor nilai AGD
4) Pola nafas abnormal (mis.  Monitor hasil x-ray toraks
Takipnea, bradypnea, Atur interval pemantauan respirasi sesuai
hiperventilasi, kussmaul, Cheyne- kondisi pasien
stokes)

Gejala dan Tanda Minor


1) Ortopnea
2) Pernapasan pursed-lip
3) Pernapasan cuping hidung
4) Diameter thoraks anterior-
posterior meningkat
5) Ventilasi semenit menurun
6) Kapasitas vital menurun
7) Tekanan ekspirasi menurun
8) Tekanan inspirasi menurun
9) Ekskursi dada berubah
Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan syok
selama … x … jam, diharapkan masalah Observasi
Faktor risiko risiko perfusi perifer kembali efektif  Monitor status kardiopulmonal
 Hiperglikemia dengan kriteria hasil: (frekuensi dan kekuatan nadi,
 Gaya hidup kurang gerak Perfusi Perifer frekuensi nafas, TD, MAP)
 Hipertensi  Denyut nadi perifer meningkat  Monitor status oksigenasi
 Penyembuhan luka meningkat (oksimetri, nadi, AGD)
 Merokok  Sesasi meningkat  Monitor status cairan (masukan
 Prosedur endovaskuler  Warna kulit pucat menurun dan hakuaran, turgor kulit, CRT)
 Trauma  Edema perifer menurun  Monitor tingkat kesadaran dan
 Kurang terpapar informasi tentang  Nyeri ekstremitas menurun respon pupil
faktor pemberat (mis, merokok,  Parastesia menurun  Periksa riiwayat alergi
gaya hidup kurang gerak, obesitas,  Kelemahan otot menurun
imobilitas)  Kram otot menurun Terapeutik
 Berikan oksigen untuk
 Bruit femoralis menurun
Kondisi Klinis terkait mempertahankan saturasi oksigen
 Nekrosis menurun
 Arterosklerosis >94%
 Pengisian kapiler cukup membaik
 Raynaud’s disease  Persiapkan intubasi dan ventilasi
 Akral cukup membaik
 Trombosis arteri mekanis, jika perlu
 Turgor kulit cukup membaik
 Atritis rheumatoid  Pasang jalur IV, jika perlu
 Tekanan darah sistolik cukup
 Leriche’s syndrome  Pasang kateter urine untuk menilai
membaik
 Aneurisma produksi urine, jika perlu
 Tekanan darah diastolic cukup
 Buerger’s disease  Lakukan skin test untuk mencegah
membaik
reaksi alergi
 Varises  Tekanan arteri rata-rata cukup
 Diabetes melitus membaik
Edukasi
 Hipotensi  Indeks ankle-brachial cukup
 Jelaskan penyebba/faktor risiko
 Kanker membaik
syok
 Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
 Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
 Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
 Anjurkan menghindari allergen

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian transfuse
darah, jika perlu
 Kolaborasi antiinflamasi, jika
perlu

Perawatan sirkulasi
Observasi
 Periksa sirkulasi perifer (mis, nadi
perifer, edema, pengisian kapiler,
warna, suhu, ABI)
 Identifikasi faktor risiko gangguan
sirkulasi (mis, diabetes, perokok,
orang tua, hipertensi dan kadar
kolesterol tinggi)
 Monitor panas, kemerahan, nyeri
atau bengkak pada ekstremitas

Terapeutik
 Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
 Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
 Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada area
yang cidera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi

Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
 Anjurkan mengecek air mandi
untuk menghindari kulit terbakar
 Anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
 Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
 Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat beta
 Aanjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat (mis,
melembabkan kulit yang kering
pada kaki)
 Anjurkan program rehabilitasi
vascular
 Ajarkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis,
rendah lemak jenuh, minyak ikan
omega 3)
Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis, rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
Risiko hypovolemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipovolemia
selama … x … jam, diharapkan tidak  Periksa tanda dan gejala hipovolemia
Faktor risiko : terjadi kekurangan cairan dengan kriteria (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
 Kehilangan cairan secara aktif hasil : teraba lemah, dsb)
 Gangguan absorbsi cairan Status cairan  Monitor intake dan output cairan
 Usia lanjut  Frekuensi nadi dalam batas normal  Hitung kebutuhan cairan
 Kelebihan berat badan  Membran mukosa lembab  Berikan asupan cairan oral
 Status hipermetabolik  Perasaan lemah berkurang  Kolaborasi pemberian cairan IV
 Kegagalan mekanisme regulasi  Tekanan nadi kuat isotonis (mis. NaCl, RL)
 Evaporasi  Turgor kulit baik  Kolaborasi pemberian cairan IV

 Kekurangan intake cairan  Intake cairan adekuat hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl

 Efek agen farmakologis  Suhu tubuh dalam batas normal 0,4%)


 Kolaborasi pemberian produk darah

Kondisi klinis
 Penyakit Addison Pemantauan cairan

 Trauma/ perdarahan  Monitor frekuensi dan kekuatan nadi

 Luka bakar  Monitor frekuensi napas

 AIDS  Monitor tekanan darah

 Penyakit Crohn  Monitor berat badan


 Muntah  Monitor waktu pengisian kapiler
 Diare  Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Kolitis ulseratif  Monitor jumlah, warna, dan berat jenis
urin
 Monitor kadar albumin dan protein
total
Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Gangguan Integritas Kulit / Jaringan Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan Integritas Kulit
Penyebab selama … x … jam, diharapkan masalah Observasi
 Perubahan sirkulasi gangguan integritas kulit/jaringan teratasi  Identifikasi penyebab gangguan
 Perubahan status nutrisi dengan kriteria hasil: integritas kulit (mis, perubahan
(kelebihan/kekurangan) Integritas Kulit dan Jaringan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
 Kekurangan / kelebihan volume  Elastisitas meningkat penurunan kelembaban, suhu
cairan  Hidrasi meningkat lingkungan ekstrem, penurunan
 Penurunan mobilitas  Perfusi jaringan meningkat mobilitas)

 Bahan kimia iritatif  Kerusakan jaringan menurun Terapeutik

 Suhu lingkungan yang ekstrem  Kerusakan lapisan kulit menurun  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah

 Nyeri menurun baring


 Faktor mekanis (mis. Penekanan
 Lakukan pemijatan pada area
pada tonjolan tulang, gesekan)  Perdarahan menurun
atau faktor elektris penonjolan tulang, jika perlu
 Kemerahan menurun
(elektrodiatermi, energi listrik  Bersihkan perineal dengan air
 Hematoma menurun
bertegangan tinggi) hangat, terutama selama periode
 Pigmentasi abnormal menurun
 Efek samping terapi radiasi diare
 Jaringan parut menurun
 Kelembaban  Gunakan produk berbahan
 Nekrosis menurun
petroleum atau minyak pada kulit
 Proses penuaan  Abrasi kornea menurun
kering
 Neuropati perifer  Suhu kulit membaik
 Gunakan produk berbahan
 Perubahan pigmentasi  Sensasi emmbaik
 Perubahan hormonal  Tekstur membaik ringan/alami den hipoalergik pada
 Kurang terpapar informasi tentang  Pertumbuhan rambut membaik kulit sensitive
upaya  Hindari produk berbahan dasar
mempertahankan/melindungi alcohol pada kulit kering
integritas jaringan Edukasi
 Anjurkan menggunakan pelembab
Gejala dan Tanda Mayor (mis, lotion, serum)
 Kerusakan jaringan dan/atau  Anjurkan minum air yang cukup
lapisan kulit  Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Gejala dan tanda Minor  Anjurkan meningkatkan asupan
 Nyeri buah dan sayur
 Perdarahan  Anjurkan menghindari terpapar
 Kemerahan suhu ekstrem
 Hematoma  Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat berada
di luar rumah
 Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya

Perawatan Luka
Observasi
 Monitor karakteristik luka (mis,
drainase, warna, ukuran, bau)
 Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
 Lepaskan balutan dan plester
secara perlahan
 Cukur rambut disekitar daerah
luka, jika perlu
 Bersihkan dengan cairan NaCl
atau pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yag sesuai ke kulit /
lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
 Ganti balutan sesuai jumlah
eksudat dan drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap
2 jam atau sesuai kondiis pasien
 Berikan diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dengan protein
1,25-1,5 g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan
mineral (mis, vitamin A, vitamin
C, zinc, asam amino), sesuai
indikasi
 Berikan terapi TENS (stimulasi
saraf transcutaneous), jika perlu
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement
(mis. Enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotic,
jika perlu

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Gangguan Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan keperawatan Dukungan Ambulasi
Penyebab selama … x … jam, diharapkan masalah Observasi
 Kerusakan integritas struktur gangguan mobilitas fisik teratasi dengan  Identifikasi adanya nyeri atau
tulang kriteria hasil: keluhan fisik lainnya
 Perubahan metabolism Mobilitas Fisik  Identifikasi toleransi fisik
 Ketidakbugaran fisik  Pergerakan ekstremitas meningkat melakukan ambulasi
 Penurunan kendali otor  Kekuatan otot meningkat  Monitor frekuensi jantung dan
 Penurunan massa otot  Rentang gerak (ROM) meningkat tekanan darah sebelum memulai

 Penurunan kekuatan otot  Nyeri menurun ambulasi

 Keterlambatan perkembangan  Kecemasan menurun  Monitor kondisi umum selama

 Gerakan tidak terkoordinasi melakukan ambulasi


 Kekakuan sendi
menurun Terapeutik
 Kontraktur
 Gerakan terbatas menurun  Fasilitasi aktivitas ambulasi
 Malnutrisi
 Kelemahan fisik menurun dengan alat bantu (mis, tongkat,
 Gangguan musculoskeletal
kruk)
 Gangguan neuromuscular
 Fasilitasi melakukan mobilisasi
 Indeks masa tubuh diatas persentil
fisik, jika perlu
ke-75 sesuai usia
 Libatkan keluarga untuk
 Efek agen farmakologis
membantu pasien dalam
 Program pembatasan gerak
meningkatkan ambulasi
 Nyeri
Edukasi
 Kurang terpapar informasi tentang
aktivitas fisik  Jelaskan tujuan dan prosedur
 Kecemasan ambulasi
 Gangguan kognitif  Anjurkan melakukan ambulasi dini
 Keengganan melakukan  Ajarkan ambulasi sederhana yang
pergerakan harus dilakukan (mis, berjalan dari
 Gangguan sensori persepsi tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi,
Gejala dan Tanda Mayor berjalan sesuai toleransi)
 Mengeluh sulit menggerakkan
ekstremitas Dukungan Mobilisasi

 Kekuatan otot menurun Observasi

 Rentang gerak ROM menurun  Identifikasi adanya nyeri atau


keluhan fisik lainnya

Gejala dan Tanda Minor  Identifikasi toleransi fiisk

 Nyeri saat bergerak melakukan pergerakan

 Enggan melakukan pergerakan  Monitor frekuensi jantung dan


tekanna darah sebelum memulai
 Merasa cemas saat bergerak
mobilisasi
 Sendi kaku
 Monitor kondisi umum selama
 Gerakan tidak terkoordinasi
melakukan mobilisasi
 Fisik lemah

Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (mis, pagar
tempat tidur)
 Fasilitasi melakukan pergerakan,
jika perlu
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis, duduk di
tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi)
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Risiko Syok Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan Syok
Faktor Risiko selama … x … jam, diharapkan masalah Observasi
 Hipoksemia risiko syok tidak terjadi dengan kriteria  Monitor status kardiopulmonal
 Hipoksia hasil: (frekuensi dan kekuatan nadi,
 Hipotensi Tingkat Syok frekuensi nafas, TD, MAP)

 Kekurangan volume cairan  Kekuatan nadi meningkat  Monitor status oksigenasi

 Sepsis  Output urine meningkat (oksimetri nadi, AGD)

 Sindrom respon inflamasi sistemik  Tingkat kesadaran meningkat  Monitor status cairan (masukan

(systemic inflammatory response  Saturasi oksigen meningkat dan haluaran, turgor kulit, CRT)

syndrome (SIRS))  Akral dingin menurun  Monitor tingkat kesadaran dan

 Pucat menurun respon pupil

Kondisi Klinis Terkait  Haus menurun  Periksa riwayat alergi

 Perdarahan  Konfusi menurun


 Trauma multiple Terapeutik
 Letargi menurun
 Pneumothoraks  Berikan oksigen untuk
 Asidosis metbolik menurun
memperthankan saturasi oksigen
 Infark miokard  Mean arterial pressure membaik
>94%
 Kardiomiopati  Tekanan darah sistolik membaik
 Persiapkan intubasi dan ventilasi
 Cedera medulla spinalis  Tekanan darah diastolic membaik
mekanis, jika perlu
 Anafilaksis  Tekanna nadi membaik
 Pasang jalur IV jika perlu
 Sepsis  Pengisian kapiler membaik
 Koagulasi intravaskuler  Frekuensi nadi emmbaik  Pasang kateter urine untuk menilai
diseminata  Frekuensi nafas membaik produksi urine, jika perlu
 Sindrom respon inflamasi sistemik  Lakukan skin test untuk mencegah
(systemic inflammatory response reaksi alergi
syndrome (SIRS))
Edukasi
 Jelaskan penyebab/faktor risiko
syok
 Jelaskan tanda gan gejala awal
syok
 Anjurkan melapor jika
menemukan / merasakan tanda dan
gejala awal syok
 Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
 Anjurkan menghindari allergen

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian transfuse
darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu

Pemantauan Cairan
Observasi
 Monitor frekuensi dan kekuatan
nadi
 Monitor frekuensi nafas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor
kulit
 Monitor jumlah, warna dan berat
jenis urine
 Monitor kadar albumin dan protein
total
 Monitor hasil pemeriksaan serum
(mis, osmolaritas serum,
hematocrit, natrium, kalium,
BUN)
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda
hypovolemia (mis, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine
meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda
hypervolemia (mis, dyspnea,
edema perifer, edema anasarca,
JVP meningkat, CVP meningkat,
reflex hepatojugular positif, berat
bdaan menurun dalam waktu
singkat)
 Monitor tanda-tanda infeksi dan
perdarahan pada sisi insersi
 Monitor tanda-tanda komplikasi
akibar pemasangan selang (mis,
pneumothoraks, selang tertekuk,
embolisme udara)

Terapeutik
 Dampingi pasien saat pemasangan
dan pelepasan kateter jalur
hemodinamik
 Lakukan tes Allen untuk menilai
kolateral ulnaris sebelum kanulasi
pada arteri radialis
 Pastikan set selang terangkai dan
terpasang dengan tepat
 Konfirmasi ketepatan posisi selang
dengan pemeriksaan x-ray, jika
perlu
 Posisikan transduser pada atrium
kanan (aksis flebostatik) setiap 4-
12 jam untuk mengkalibrasi dan
mentitiknolkan perangkat
 Pastika balon deflasi dan kembali
ke posisi normal setelah
pengukuran tekanna baji arteri
paru (PAWP)
 Ganti selang dan cairan infus
setiap 24-72 jam, sesuai protocol
 Ganti balutan pada area insersi
dengan teknik steril
 Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
 Anjurkan membatasi
gerak/aktivitas selama kateter
terpasang

Anda mungkin juga menyukai