Anda di halaman 1dari 17

TELAAH JURNAL

GEJALA RISIKO PERILAKU KEKERASAN MENURUN SETELAH DIBERIKAN


PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION THERAPY PADA PASIEN
SKIZOFRENIA

Koordinator Stase : Ns. Siti Kholifah, S.Kep., M.Kep


Fasilitator Akademik : Ns. Annisa Ain, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

KELOMPOK III

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
TIM PENYUSUN

KELOMPOK III

1. ARIANSYAH M.S
2. ASMITA
3. BUDI SUJARWO
4. DARMAWAN
5. DIAH AYU
6. DWI KUSRINI
7. ERNI S
8. HERI NOTO
9. IMAM T
10. JEVI PRADHANA P.S
11. MUSLIMAH
12. PHEBE LIANO
13. PINARSIH
14. SANTI X KARYA
15. SETYO W
16. SITI HUSNUL
17. SUSILA I
18. VETA VATA
19. YULIHA SARAH
20. YUNIATI W
21. YUNNI REFFIANA
TINJAUAN TEORI

Tinjauan Teori Relaksasi Otot Progresif

1. Definisi
Relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi,
ketekunan, atau sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa tubuh manusia berespons pada
kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot. Teknik relaksasi
otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot
yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk
mendapatkan perasaan relaks (Herodes,2010). Teknik relaksasi otot progresif merupakan
suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan
kemudian relaksasi.

2. Tujuan
Terapi Relaksasi Otot Progresif Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), tujuan dari teknik
ini adalah untuk :
a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah
tinggi, frekuensi jantung, laju metabolic
b. Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen
c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dantidak
memfokuskan perhatian serta relaksasi
d. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi
e. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
f. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap
ringan dan
g. Membangun emosi positif dari emosi negatif
Teknik relaksasi progresif dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan,karena
dapat menekan saraf simpatis sehingga mengurangi rasa tegang yang dialami oleh
individu secara timbal balik, sehingga timbul counter conditioning (penghilangan).
Relaksasi diciptakan setelah mempelajari sistem kerja saraf manusia, yang terdiri dari
sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom ini terdiri dari dua
subsistem yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya
saling berlawanan. Sistem saraf simpatis lebih banyak aktif ketika tubuh
membutuhkan energi misalnya pada saat terkejut, takut, cemas atau berada dalam
keadaan tegang. Pada skeletal, meningkatkan detak jantung, kadar gula dan
ketegangan menyebabkan serabut-serabut otot kontraksi, mengecil dan menciut.
Sebaliknya, relaksasi otot berjalan bersamaan dengan respon otonom dari saraf
parasimpatis. Sistem saraf parasimpatis mengontrol aktivitas yang berlangsung
selama penenangan tubuh, misalnya penurunan denyut jantung setelah fase
ketegangan dan menaikkan aliran darah ke sistem gastrointestinal sehingga
kecemasan akan berkurang dengan dilakukannya relaksasi progresif (Handayani &
Rahmayanti, 2018).
3. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
a. Pasien yang mengalami gangguan tidur
b. Pasien yang sering mengalami stress
c. Pasien yang mengalami kecemasan
d. Pasien yang mengalami depresi
4. Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
a. Pasien yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bias menggerakkan badannya
b. Pasien yang menjalani perawatan tirah baringe.Hal-hal yang

Perlu diperhatikan berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan
terapi relaksasi otot progresif :

a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri
b. Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks
c. Perhatikan posisi tubuh lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi berdiri
d. Menegangkan kelompokotot dua kali tegangan
e. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali
f. Memeriksa apakah klien benar-benar relaks
g. Terus menerus memberikan instruksi
h. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat

5. Teknik Terapi Relaksasi Otot Progresif


A. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan sunyi
Persiapan klien:
1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi pada
klien
2) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala
ditopang, hindari posisi berdiri
3) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu
4) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat.
B. Prosedur

Gambar 1
Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
c. Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama 10
detik.
d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
e. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.Tekuk kedua lengan
ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan
lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Gerakan melatih otot
tangan bagian depan dan belakang

Gerakan 3 : ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal
lengan).

Gambar 2

a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.


b. Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan
menjadi tegang.
Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

Gambar 3

a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh kedua


telinga.
b. Fokuskan atas, dan leher.

Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi,
mata, rahang, dan mulut).

Gambar 4
a. Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan
kulitnya keriput.
b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot
yang mengendalikan gerakan mata.

Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang.
Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar
otot rahang.

Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir


dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan 9: ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang.
Gambar 5

a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher
bagian depan.
b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat
merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.

Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.

a. Gerakan membawa kepala ke muka.


b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher
bagian muka.

Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung

a. Angkat tubuh dari sandaran kursi.


b. Punggung dilengkungkan.
c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi
lemas.

Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.

a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya.


b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada
sampai turun ke perut, kemudian dilepas
c. Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
d. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan
relaks.

Gerakan 13: ditujukan untuk melatih otot perut.


a. Tarik dengan kuat perut kedalam
b. Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.
c. Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.

Gerakan 14-15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).

Gambar 6

a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.


b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah
ke otot betis.
c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

TELAAH JURNAL

A. DESKRIPSI JURNAL
1. Judul Jurnal
Gejala Risiko Perilaku Kekerasan Menurun Setelah Diberikan Progressive Muscle
Relaxation Therapy Pada Pasien Skizofrenia
2. Penulis Jurnal
Jek Amidos Pardede
Program Studi Ners, Universitas Sari Mutiara Indonesia
Jln. Kapten Muslim No. 79 Medan, Indonesia 20123
Galvani Volta Simanjuntak
Program Studi Ners, Universitas Sari Mutiara Indonesia
Jln. Kapten Muslim No. 79 Medan, Indonesia 20123

Rutkotae Laia
Program Studi Ners, Universitas Sari Mutiara Indonesia
Jln. Kapten Muslim No. 79 Medan, Indonesia 20123

3. Nama Jurnal Dipublikasikan Oleh


Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No. 2 Hal 91-100, Mei 2020

4. Penelaah / Review Jurnal


Kelompok III

5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan telah tersusun dengan baik dan jelas mulai dari
judul penelitian, nama penulis, abstrack, pendahuluan, metode, desain, hasil dan
kesimpulan. Mampu menggambarkan secara jelas mengenai masalah penelitian,
tujuan penelitian, metodologi dan hasil yang didapatkan. Jurnal ini juga
mencantumkan kata kunci.
6. Referensi Daftar Pustaka
peneliti menggunakan 24 referensi yang diambil dari tahun 2009 hingga 2020 dan
sudah menggunakan sumber daftar pustaka yg cukup terbaru.

B. DESKRIPSI CONTENT

NO KOMPONEN JURNAL ITEM QUESTION TO HELP “TELAAH


JURNAL”
1. PENDAHULUAN
1. Apa Masalah Penelitian
Resiko perilaku kekerasan merupakan gejala
dari pasien skizofrenia. Skizofrenia
merupakan sekelompok reaksi psikotik yang
memengaruhi berbagai area fungsi individu,
termasuk cara berpikir, berkomunikasi,
menerima, menginterpretasikan realitas,
merasakan dan Indonesia berdasarkan hasil
Riskesdas (2018) didapatkan estimasi
prevalensi orang yang pernah menderita
skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000
penduduk.
2. Seberapa Besar Masalah Tersebut?
Skizofrenia menimbulkan distorsi pikiran,
distorsi persepsi,emosi dan tingkah laku
sehingga pasien dengan skizofrenia memiliki
risiko lebih tinggi berperilaku agresif di mana
perubahan perilaku secara dramatis terjadi
dalam beberapa hari atau minggu, dapat
membahayakan diri sendiri maupun orang
lain ataupun berisiko juga dengan lingkungan
sekitarnya, baik secara fisik, emosional,
seksual dan verbal.
3. Dampak Masalah Apabila Tidak Diatasi
Kondisi yang menyebabkan stres dan cemas
yang terus menerus menyebabkan pasien
beresiko untuk kembali melakukan perilaku
kekerasan

4. Bagaimana Kesenjangan Yang Terjadi?


Penelitian Progressive Muscle Relaxation
Therapy (PMRT) termasuk pada pasien
skizofrenia telah membuktikan memberikan
dampak yang baik, dengan perubahan positif
yang diamati melalui pengurangan
kecemasan, pengurangan stres psikologis dan
peningkatan kesejahteraan psikologis dan
peningkatan kesejahteraan psikologis.
5. Berdasarkan Penelitian, Apa Hipotesa Dan
Tujuan Yang Ditetapkan Oleh Peneliti?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh pemberian Progressive
Muscle Relaxation Therapy (PMRT) terhadap
perubahan gejala risiko perilaku kekerasan
pada pasien skizofrenia karena tujuan PMRT
ini untuk membantu pasien mengurangi
ketegangan otot-otot atau merilekskan dan
membuat pasien lebih tenang sehingga tidak
tidak lagi mengalami risiko perilaku
kekerasan tanpa mengeluarkan biaya karena
hanya dengan latihan sendiri masalah pasien
bisa teratasi.

2. METODE
DESAIN PENELITIAN 1. Desain Penelitian Apa Yang Digunakan
Menggunakan Quasi Experimental One group
pre-post test design. Yang dilakukan pada
pasien Skizofrenia di RSJ Prof .Dr. M. Ildrem
Provsu Medan.
2. Untuk Desain Eksperimen
Menggunakan teknik Purposive Sampling

3. Apakah Menggunakan Kelompok


Kontrol Untuk Menentukan Efektifitas
Suatu Intervensi?
Penelitian ini menggunakan kriteria inklusi
yaitu pasien yang kooperatif, pasien yang
sudah dilakukan skrining, pasien yang
bersedia diberikan terapi sampai sesi selesai
dan kriteria eksklusinya adalah pasien
berontak atau dalam kondisi perilaku
kekerasan
4. Apakah Peneliti Menggunakan Random
Alokasi (Randomisasi) ?
Tidak, peneliti menggunakan Quasi
Experimental one group pre-post test design
yang dilakukan pada pasien skizofrenia di
RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Provsu Medan
5. Jika Peneliti Menggunakan Randomisasi
Bagaimana Prosedurnya? Apakah
Dilakukan Randomisasi Sederhana, Blok,
Stratifikasi? Siapa Yang Melakukan
Randomisasi?
-
6. Jika Ternyata Pada Data Dasar Terdapat
Perbedaan Karakteristik / Variabel
Perancu Pada Kedua Kelompok, Apakah
Peneliti Melakukan Pengendalian Pada Uji
Statistik Dengan Stratifikasi Atau Uji
Multivariate?
-
7. Apakah Peneliti Melakukan Masking Atau
Penyamaran Dalam Memberikan
Perlakuan Pada Responden ( Responden
Tidak Menyadari Apakah Sedang
Mendapatkan Intervensi Yang Diuji
Cobakan?
Tidak, peneliti terlebih dahulu menjelaskan
prosedur dan tujuan penelitian kepada setiap
responden. Peneliti juga menjelaskan hak-hak
responden dilindungi danj tidak ada paksaan
dari pihak manapun untuk berpartisipasi
dalam penelitian ini
8. Untuk Menjamin Kualitas Pengukuran,
Apakah Peneliti Melakukan Blinding Saat
Mengukur Outcome? Blinding Merupakan
Upaya Agar Sampel Atau Peneliti Tidak
Mengetahui Kedalam Kelompok Mana
Sampel Dimasukkan (Eksperimen Atau
Control). Hal Menunjang Upaya Peneliti
Meningkatkan Validitas Informasi.
Tidak, peneliti tidak menggunakan blinding
karena peneliti menggunakan desain
penelitian Quasi Experimental one group pre-
post test. Dimana hanya ada satu grup saja
yang dilakukan intervensi PMRT untuk di
dapatkan kesimpulan
POPULASI DAN 1. Siapa Populasi Target Dan Populasi
SAMPEL Terjangkau?
Populasi target adalah pasien skizofrenia
yang memiliki risiko perilaku kekerasan
2. Siapa Sampel Penelitian? Apa Kriteria
Inklusi Dan Eksklusi Sampel?
Pasien Skizofrenia di RSJ Prof Dr. M. Ildrem
Provsu Medan dengan menggunakan kriteria
inklusi yaitu pasien yang kooperatif, pasien
yang sudah dilakukan skrining, pasien yang
bersedia diberikan terapi sampai sesi selesai
dan kriteria eksklusinya adalah pasien
berontak atau dalam kondisi perilaku
kekerasan
3. Bagaimana Metode Sampling Yang
Digunakan Untuk Memilih Sample Dari
Populasi Target?
Menggunakan teknik purposive sampling
4. Berapa Jumlah Sample Yang Digunakan
dalam Penelitian? Metode Dan Rumus
Sample Apa Yang Digunakan?
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 18
orang yang diambil dengan teknik purposive
sampling, peneliti terlebih dahulu mengukur
gejala risiko perilaku kekerasan dengan
menggunakan kuesioner yang telah dilakukan
uji validitas dan reliabilitas dengan
croanbach’s alfa 0.765.
PENGUKURAN ATAU 1. Variabel Apa Saja Yang Diukur Dalam
PENGUMPULAN DATA Penelitian
variabel penelitian di dalam jurnal adalah
terdiri dari respon kognitif, respon afektif,
respon perilaku, respon sosial.
2. Metode Apa Yang Digunakan Untuk
Mengumpulkan Data
Quasi Experimental one group pre-post test
design
3. Alat Ukur Apa Yang Digunakan Untuk
Mengumpulkan Data
Kuesioner yang telah dilakukan uji validitas
dan reliabilitas dengan croanbach’s alfa
0.765. Kuesioner terdiri dari 26 pertanyaan
yang dibagi dalam 4 kategori yaitu respon
kognitif, respon afektif, respon perilaku,
respon sosial.
4. Bagaimana Validitas Dan Reliabilitas Alat
Ukur / Instrument?
Kuesioner yang telah dilakukan uji validitas
dan reliabilitas dengan croanbach’s alfa 0.765
5. Siapa Yang Melakukan Pengukuran Atau
Pengumpulan Data?
Peneliti menggunakan Quasi Experimental
one group pre-post test design. Dimana
peneliti melakukan pengukuran hanya pada
satu grup sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi PMRT
ANALISA DATA 1. Uji Statistik Apa Yang Digunakan
Peneliti menggunakan uji statistik paired t-
test dengan nilai p,0.05 dengan tingkat
signifikansi 95%
2. Program Atau Software Apa Yang
Digunakan
Uji statistik paired t-test
3. HASIL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN 1. Bagaimana Alur (Flow) Penelitian Yang
DAN DATA BASE LINE Menggambarkan Responden Mengikuti
Penelitian Sampai Selesai, Drop Out Dan
Loss Of Follow Up
Tidak disebutkan dalam penelitian namun
peneliti menyebutkan melakukan intervensi
PMRT dimana intervensi ini terdiri dari 14
gerakan dengan durasi 25-30 menit setiap
pertemuannya yang dilakukan setiap hari
selama seminggu, setelah seminggu peneliti
mengukur kembali gejala risiko perilaku
kekerasan dengan menggunakan kuesioner
yang sama saat pengukuran sebelum
intervensi untuk mengumpulkan semua data
agar bisa di tarik kesimpulan apakah ada
pengaruh PMRT terhadap perubahan gejala
risiko perilaku kekerasan pada pasien
skizofrenia.
2. Bagaimana Karakteristik Responden Dan
Baseline Data?
Pasien Skizofrenia dengan masalah risiko
perilaku kekerasan yang sedang dirawat di
RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Provsu Medan.
HASIL PENELITIAN 1. Apa Hasil Utama Dari Penelitian? Jika
Penelitian Melakukan Uji Hipotesis
Apakah Hipotesis Penelitian Terbukti?
Apakah Hasil Penelitian Bermakna Secara
Klinis?
Hasil penelitian yang didapat, diketahui
perbedaan gejala sebelum dilakukan dan
setelah dilakukan PMRT pada pasien risiko
perilaku kekerasan. Dapat dilihat dari nilai
selisih antara komposit sebelum sebesar
78,06 dan nilai setelah 44,9. Hal ini
menunjukkan bahwa ada perbedaan secara
signifikan sebelum dan setelah dilakukan
PMRT
DISKUSI 1. Bagaimana Interpretasi Peneliti Terhadap
Hasil Penelitian? Apakah Peneliti
Membuat Interpretasi Yang Rasional Dan
Ilmiah
Peneliti membuat interpretasi yang ilmiah
dan rasional, hasil penelitian yang didapat,
diketahui menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan terhadap perubahan gejala
risiko perilaku kekerasan antara sebelum dan
setelah PMRT pada pasien skizofrenia.
2. Bagaimana Peneliti Membandingkan
Penelitiannya Dengan Penelitian
Sebelumnya?
Hasil penelitian ini didukung oleh Tobing
(2014) PMRT bermanfaat untuk relaksasi
otot pada wajah, leher, bahu, dada, tangan,
lengan, punggung, perut dan kaki. Dengan
PMRT ini akan mengurangi ketegangan yang
dialami oleh pasien risiko perilaku kekerasan
dan pasien jadi rileks. Dan hasil peneliitian
Pangestika(2016) ada perubahan kemampuan
pasien dalam mengontrol marah setelah
dilakukan terapi relaksasi otot progresif.
Relaksasi otot berjalan bersama dengan
respon otonom dari saraf parasimpatis.
3. Bagaimana Penelitian Menjelaskan Makna
Dari Relevensi Hasil Penelitiannya Dengan
Perkembangan Ilmu Keperawatan /
Kesehatan Serta Terhadap Pemecahan
Masalah?
Peneliti menjelaskan dan mudah dipahami
karena terdapat teori teori yang mendukung.
4. Bagaimana Nilai Kepentingan
(Importancy) Hasil Penelitian?
Bahwa penelitian tersebut dapat dijadikan
sebagai rujukan / pedoman dalam
menurunkan risiko perilaku kekerasan pada
pasien skziofrenia
5. Bagaimana Aplicability Hasil Penelitan
Menurut Peneliti? Dan Apakah Bisa
Diterapkan Pada Tatanan Praktik
Keperawatan Yang Ditinjau Dari Berbagai
Macam Aspek?
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan informasi pengetahuan dan referensi
untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai ke efektifan pemberian PMRT
pada pasien skizofrenia.
6. Apakah Peneliti Menjelaskan Kekuatan
Dan Kelemahan Peneliti? Apakah
Kelemahan Bisa Mempengaruhi Validasi
Hasil?
Kelebihan :
 Latar belakang masalah penelitian dan
teori yang ada sesuai dengan
penelitian ini.
 Hasil dan bahasan dalam penelitian
ini dijelaskan dan disusun dengan
rinci.
Kekurangan :
 Peneliti menyarankan untuk
melakukan penelitian dengan skala
yang lebih besar untuk hasil yang
lebih akurat

Anda mungkin juga menyukai