“ SUSPEK ADENOMIOSIS”
Disusun Oleh :
N 111 14 066
PembimbingKlinik:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Definisi
Adenomiosis (endometriosis interna) adalah implantasi jaringan
endometrium di dalam miometrium (otot rahim). Akibat implantasi
endometrium yang masih aktif dalam otot rahim terjadi perubahan pada saat
menstruasi atau aktivitasnya mengikuti perubahan hormonal. Pada saat
menstruasi, endometrium mengalami proses menstruasi pula tetapi darah tidak
mempunyai saluran untuk keluar sehingga terjadi timbunan darah. Timbunan
darah ini saat menstruasi menimbulkan rasa sakit.1
Adenomiosis uterus adalah perluasan kelenjar endometrium dan stroma
secara simetris atau terlokalisasi ke dalam miometrium. Kondisi ini juga dapat
dikaitkan dengan endometriosis atau mioma.2
2. Epidemiologi
Diagnosis adenomiosis ditegakkan secara histologis sehingga angka
insidensi yang pasti tidaklah dapat ditentukan. Dalam berbagai penelitian,
prevalensinya berkisar antara 5 hingga 70%. Besarnya rentang ini mungkin
dikarenakan oleh banyak faktor termasuk klasifikasi diagnostik yang beragam,
perbedaan jumlah jaringan yang diambil sebagai sampel biopsi dan biasa yang
mungkin timbul dari hal patologinya sendiri karena mempertimbangkan
perjalanan penyakit pasien. Secara umum, rata-rata frekuensi kejadian
adenomiosis pada histerektomi adalah sekitar 20-30%.3
Adenomiosis sering berkembang pada usia reproduksi lanjut, biasanya
antara usia 35 dan 50 tahun. Estimasi prevalensi adenomiosis sangat luas dari
5-70% dengan frekuensi rata-rata tindakan histerektomi sekitar 20-30%.Wanita
premenopause dengan diagnosis adenomiosis yaitu 70%. Di Indonesia
endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita infertil.3,4
3. Etiologi
Mekanisme perkembangan adenomiosis tidak diketahui. Pada binatang,
prolaktin muncul sebagai pemicu awal dari adenomiosis disamping estrogen
dan progesteron dibutuhkan sebagai penyelenggaranya. Ketika prolaktin dan
antagonis dopamin diberi pada mencit neonatus (usia 1-14 hari) atau mencit
dewasa muda (usia 40-79 hari), binatang-binatang tersebut menderita
adenomiosis dengan angka yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
mencit yang tanpa perlakuan. Disamping itu, mencit yang diberi
dietilstilbestrol dan progesteron menghasilkan proporsi lebih tinggi
berkembangnya adenomiosis. Meskipun demikian, tidak ada yang
menunjukkan secara langsung hubungan prolaktin dan kelebihan estrogen
terhadap perkembangan adenomiosis.5
Trauma uteri dengan gangguan pada endometrium dan miometrium
junction (misalnya pada proses kelahiran) telah dikaji sebagai penyebab
adenomiosis. Kemungkinan trauma persalinan merusak pertautan endometrial-
miometrial yang selanjutnya terjadi hiperplasia reaktif dari endometrium basalis
menghasilkan invasi miometrium melalui lapisan basal dan perkembangan
adenomiosis. Trauma pembedahan dari lapisan uterus juga sebagai predisposisi
perkembangan adenomiosis.4
4. Gejala klinis
Gejala klinik yang dijumpai pada adenomiosis adalah:
1. Menoragia : perdarahan banyak saat menstruasi
2. Dismenorea sekunder : rasa sakit sebelum dan pada saat menstruasi
3. Nyeri pelvis
4. Pembesaran rahim asimetris walaupun ukuran biasanya kurang dari 14 cm
dan lunak, khususnya saat menstruasi. Pergerakan uterus tidak terbatas dan
tidak dikaitkan dengan kelainan adnexa. 6
5. Kadang-kadang adanya daerah adenomiosis yang melunak dapat diamati
tepat sebelum atau selama permulaan menstruasi.
6. Keadaan ini cenderung terjadi pada wanita yang melahirkan >30 tahun dan
jarang pada nulipara. 1
5. Faktor risiko
1. Usia
70-80% wanita mengalami histerektomi pada adenomiosis berada
pada dekade 4 dan 5 serta multiparitas. Beberapa penelitian melaporkan
rata-rata usia>50 tahun yang mengalami histerektomi pada penderita
adenomiosis.
Adenomiosis stadium awal mungkin menunjukkan perbedaan fenotip
klinik dibandingakan dengan adenomiosis stadium lanjut.
2. Multiparitas
Presentasi tinggi terjadinya adenomiosis pada wanita dengan
multiparitas. Kehamilan memudahkan pembentukan adenomiosis dengan
membiarkan fokus adenomiosis berada pada miometrium karena invasif
alami dari trofoblas terhadap pertambahan serabut-serabut miometrium.
Jaringan adenomiotik mungkin memiliki reseptor estrogen lebih tinggi
dan lingkungan hormonal pada kehamilan menguntungkan bagi
perkembangan kelompok endometriumektopik.
3. Pembedahan uterus
Wanita yang memiliki riwayat pembedahan uterus seperti kuretage
atau operasi caesar memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembangnya
kondisi ini daripada wanita rata-rata yang berisiko.3
4. Merokok
Penurunan level serum estrogen telah dilaporkan pada perokok.
5. Kehamilan ektopik
Inplantasi adenomiosis dapat menghasilkan perkembangan kehamilan
didalam miometrium.
6. Depresi dan penggunaan antidepresan
Penelitian terbaru tentang adenomiosis telah menemukan peningkatan
risiko pada manusia dan binatang yang mengalami depresi dan
penggunaan antidepresan.Ini mungkin berkaitan dengan dinamika
prolaktin yang abnormal.
Pada penelitian in vitro menjelaskan bahwa prolaktin dihasilkan oleh
jaringan uterus manusia meliputi endometrium, miometrium dan
leiomioma dan reseptor prolaktin fungsional berada dalam uterus dan
mampu berlaku sebagai sel otot polos mitogen.Pertumbuhan
endometriosis mungkin di atur oleh sistem imun alami dalam lingkungan
pelvis.
7. Pengobatan tamoxifen
Adenomiosis relatif jarang pada wanita postmenopaus tapi indensi
lebih tinggi pada wanita yang diterapi dengan tamoxifen untuk kanker
payudara.
Tamoxifen adalah antagonis reseptor estrogen pada jaringan payudara
melalui metabolit aktifnya, hidroxytamoxifen.Di dalam jaringan
endometrium, hidroxytamoxifen bekerja seperti agonis sehingga
adenomiosis dapat berkembang atau teraktivasi kembali.4
6. Patofisiologi
Peneliti mengajukan hipotesis bahwa patogenesis adenomiosis adalah invasi
miometrium oleh endometrium menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia miometrium.
Pendukung teori ini berkaitan dengan paritas yang menyebabkan gangguan pada
uterus saat kehamilan dan melahirkan secara sesar dapat memicu terjadinya
adenomiosis.2
Gambar 1. Uterus normal dan adenomyosis
7. Diagnosis
Adenomiosis adalah diagnosis klinis dan dapat dikonfirmasi dengan
gambaran patologi anatomi. Studi pencitraan yaitu USG transvaginal dan MRI
walaupun membantu tapi memiliki akurasi yang kurang dan tidak
direkomendasikan secara rutin.5
8. Diagnosis Banding
1. Kehamilan
2. Leiomioma submukosa (leiomioma terjadi pada 50-60% kasus adenomiosis)
3. Endometriosis pelvis (menyebabkan komplikasi pada 15% adenomiosis)
4. Sindrom kongestif pelvis
5. Hipertrofi uteri idiopatik
6. Kanker endometrium.1
9. Penatalaksanaan
1. Bersifat simtomatik jika masih ingin mempertahankan kemampuan untuk
memiliki anak. Terapi hormon tidak bermanfaat.
2. Kadang-kadang adenomioma yang terisolasi dapat diangkat dengan
pembedahan.
3. Terapi kuratif yang biasa dikerjakan adalah histerektomi. 1
4. Pada kasus adenomiosis ringan tidak membutuhkan terapi dan sering
menghilang secara spontan setelah menopaus.
5. Nyeri menstruasi yang parah dapat diterapi dengan obat antiprostaglandin.
Namun jika periode nyeri berkepanjangan dan tidak dapat ditoleransi
dengan antiprostaglandin maka dipertimbangkan untuk dilakukan
histerektomi.
6. Hormon sintetik agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) dapat
menjadi alternatif diluar pembedahan seperti progestin-releasing
intrauterine devices (misalnya Mirena). 3
7. NSAID, kontrasepsi oral, dan menekan menstruasi menggunakan progestin
telah dibuktikan dapat membantu dalam penanganan awal. 6
BAB III
LAPORAN KASUS
STATUS GINEKOLOGI
IDENTITAS
Nama : Ny. D
Umur : 47 Tahun (18-08-1969)
Alamat : Toli-toli
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
ANAMNESIS
Menarche : 13 tahun
Riwayat Obstetri :
I : laki-laki, usia 24 tahun, lahir di rumah ditolong oleh dukun.
II : perempuan, usia 20 tahun, lahir di rumah ditolong oleh dukun.
III : laki-laki, 18 tahun, lahir di rumah, ditolong oleh dukun.
IV : perempuan, 15 tahun, lahir di rumah di tolong oleh bidan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien telah 2 kali masuk RS karena keluhan yang sama,
Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), Peny. Jantung (-), Asma (-), Alergi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Thorax :
Inspeksi : Pergerakan dada simetris ki=ka, retraksi (-/-)
Palpasi : Nyeri tekan (-/-), vocal fremitus simetris ki=ka, krepitasi (-/-)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen :
Inspeksi : Tampak cembung
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Massa (-), Nyeri tekan (+).
Genitalia
Pemeriksaan Dalam (VT) :
- Kondisi vagina: lembab dan hangat
- Kondisi serviks: penebalan (+), pembesaran (+),edema (-)
- Dilatasi serviks (pembukaan) : tidak ada
· - Keadaan ketuban : ( - )
Ekstremitas
Edema : (-/-)Akral hangat.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap :
RESUME
Pasien perempuan 47 tahun masuk dengan pengantar dari dokter untuk rencana
dilakukan Histerektomi total atas indikasi adenomiosis. Sebelumnya pasien mengeluh
perdarahan haid yang banyak sejak 6 bulan terakhir, pasien mengganti pembalut > 5
kali/hari, durasi haid 10-14 hari.Pasien juga mengeluhkan nyeri perut bagian
bawah.Nyeri perut dialami ketika pasien sedang haid.Nyeri haid yang hebat sehingga
pasien selalu meminta obat anti nyeri pada mantri atau bidan untuk menghilangkan
rasa nyeri tersebut.Pasien sudah keluar masuk RS 2 kali dengan keluhan yang sama.
Riwayat nyeri dan keluar darah saat berhubungan seksual disangkal. Pasien
menggunakan kontrasepsi suntik selama ±10 tahun, namun telah dihentikan sejak 8
bulan yang lalu.Dari pemeriksaan fisik di dapatkan abdomen tampak cembung, massa
(-), nyeri tekan (+).
DIAGNOSIS
Suspek Adenomiosis
PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 28 tts/mnt
- Transfusi PRC bertahap
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/IV/12 jam
- Inj. Transamin 1 amp/iv/8 jam
- Drips metronidazole 0,5 g/12 jam
- Inj. Ketorolac 1 Amp/IV/8 jamz
- Inj. Ondancentron 1 amp/iv/8 jam
- Inj. Ranitidin 1 amp/iv/8 jam
- Inj. Gentamicin 1 amp/11v/12 jaM
FOLLOW UP
S :Nyeri luka bekas operasi (+), BAB (-), BAK (+)
O :KU : baikKesadaran : Compos mentis
Konjungtiva Anemis : (-/-)
TD : 110/70 mmHg R : 16 x/mnt
N : 92x/mnt S : 36,9˚C
A :Post Histerektomi total a/i suspek adenomiosis
P :Aff infus
Cefadroxil tab 2X1
Asam mefenamat tab 3X500 mg
Dulcolax supp 1X1
FOLLOW UP
S :Nyeri luka bekas operasi berkurang (+), BAB (+), BAK lancar.
O :KU : baik
Kesadaran : Compos mentis
Konjungtiva Anemis : (-/-)
TD : 110/70 mmHg R : 16 x/mnt
N : 80x/mnt S : 36,7˚C
A :Post Histerektomi total a/i suspek adenomiosis
P :Cefadroxil tab 2X1
Asam mefenamat tab 3X500 mg
FOLLOW UP
S :Keluhan (-)
O :KU : baik
Kesadaran : Compos mentis
Konjungtiva Anemis : (-/-)
TD : 110/60 mmHg
R : 22 x/mnt
N : 78 x/mnt
S : 36,7˚C
Hasil lab :
RBC: 3.14 x 10⁶/mm3
WBC: 14.5 x 103 / mm3
HCT: 26.2 %
PLT: 211 x 103 / mm3
HB: 10.1 g/dL
A :Post Histerektomi total a/i suspek adenomiosis
P :Cefadroxil tab 2X1
Asam mefenamat tab 3X500 mg
Boleh pulang, kontrol di poli 3 harikemudian
BAB IV
PEMBAHASAN
Prognosis dari kasus ini adalah dubia ad bonam, menurut teori tindakan
histerektomi merupakan tindakan kuratif untuk kasus adenomiosis. Hal ini ditunjang
dengan follow-up pasien yang menunjukkan perkembangan kesehatan pasien yang
membaik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Benson, RC., Pernoll, ML, 2009, Buku Saku Obstetri & Ginekologi, Edisi 9,
EGC, Jakarta.
2. Sinclair, C, 2010, Buku Saku Kebidanan, EGC, Jakarta.
3. Carlson, KJ, et al, 2004, The Harvard Guide to Women’s Health, Harvard
University Press.
4. Taran, FA, et. Al, 2013, Adenomyosis: epidemiology, Risk Factors, Clinical
Phenotype and Surgical and Interventional Alternatives to Hysterectomy,
geburtshilfe Frauenheilkd, Journal: accessed Maret 20 2016, German.
5. Blaustein, A, Kurman, RJ, 2002, Blaustein’s Pathology of the Female Genital
Tract, Springer Science & Business Media.
6. Berek, JS, 2007, Berek & Novak’s Gynecology, Williams, L, Wilkins.
7. Strauss, JF, Barbieri RL, 2013, Yen and Jaffe’s Reproductive Endocrinology,
Elsevier Health Sciences, accessed Maret 20 2014.
8. Milwaukee, 2008, Endometriosis, article, accessed in Maret 22 2016, Gale
Encyclopedia of Medicine.
9. Agarwal N, Subramanian, A, 2010, Endometriosis-Morphology, clinical
presentations and Molecular Pathology, Medknow Publications, Accessed in
Maret 222016.