Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN ENDOMETRIASIS

Disusun Oleh : Kelompok 4

1. Syauqi El Haq (14.401.16.083)


2. Tanti Liana Sari (14.401.16.084)
3. Tanti Yulindarwanti (14.401.16.085)
4. Tommy Pratama Pangestu (14.401.16.086)
5. Trias Sugihati (14.401.16.087)
6. Veronica Ester Sandria (14.401.16.088)
7. Vina Karela (14.401.16.089)
8. Wiwin Aprilia (14.401.16.090)
9. Wulan Wahyuning Wisuda (14.401.16.091)
10. Yono Suryono (14.401.16.092)
11. Yuliana (14.401.16.093)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PRODI DIII KEPERAWATAN

KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelasaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
ENDOMETRIASIS” tepat pada waktunya.

Tugas ini kami buat dengan tujuan untuk menjelaskan materi Asuhan Keperawatan
endometriasis. Dengan adanya makalah ini di harapkan mahasiswa lain dapat lebih
memahamiAsuhan Keperawatan endometriasis.Dalam proses pembuatan makalah ini, banyak
pihak yang telah membantu dan mendukung untuk menyelesaikannya. Untuk itu pada
kesempatan ini tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada: Ibu Anis Yuliastutik
S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Maternitas dan
anggota Kelompok yang ikut serta dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari
masih banyak kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran ataupun kritik dan yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.

Krikilan, 30 September 2018

Penulis

i
DAFATAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................ i


Daftar isi ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian .......................................................................................................... 3
B. Etiologi ............................................................................................................... 3
C. Tanda dan gejala................................................................................................. 4
D. Patofisiologi........................................................................................................ 5
E. Klasifikasi .......................................................................................................... 6
F. Pemeriksaan penunjang...................................................................................... 7
G. Penatalaksanaan ................................................................................................. 7
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .......................................................................................................... 10
B. Diagnosa keperawatan ....................................................................................... 12
C. Intervensi keperawatan ...................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%
pasangan infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat kadang infertilitas di salah
artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan”
pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai
kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan[ CITATION Mit13 \l 1057 ].
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di
antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,
endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti
sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada
organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi[ CITATION Ari00 \l 1057 ].
Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa endometriosis
yang merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun tidak mengetahui dengan
jelas apa sebenarnya endometriosis tersebut. Endometriosis paling sering terjadi pada
usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada
kelompok tertentu cukup tinggi.Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi
diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan
infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-
80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis
sebanyak 25%. Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari
tahun ketahun. Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi,
namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause.
Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia
menopause perlu dipikirkan adanya endometriosis[ CITATION Mit13 \l 1057 ].
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka
kejadian yang meningkat.Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua
operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro, dan lebih
sering didapatkan pada wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang
kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan
1
pada wanita yang tidak kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak
anak.Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi
kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya endometriosis.
Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali
Badziad, 1992, adalah sebesar antara 20-60 %.Pada infertilitas primer angka kejadian
endometriosis yang terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka
kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan angka kejadian endometriosis yang dilaporkan
oleh Speroff adalah 3-10% terjadi pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi
pada wanita infertil. Sedangkan di Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih
30% pada wanita infertil. Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosis pada
seluruh laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87%[ CITATION Mit13 \l
1057 ]
Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus endometriosis pada
wanita mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu
penyebab dari infertilitas[ CITATION Mit13 \l 1057 ].
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Endometriosis ?
2. Apa penyebab dari Endometriosis ?
3. Apa tanda gejala dari Endometriosis ?
4. Bagaimana patofisiologi endometriosis ?
5. Apa saja klasifikasi endometriosis ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada endometriosis ?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan Endometriosis ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Endometriosis ?
C. Tujuan
Setelah mempelajari mata kuliah Keperawatan Maternitas diharapkan mahasiswa
mengerti dan memahami tentang :
1. Pengertian Endometriosis
2. Etiologi endrometriosis
3. Tanda dan gejala Endometriosis
4. Patofisiologi endometriosis
5. Klasifikasi endometriosis
6. Pemeriksaan penunjang
7. Penatalaksanaan

2
8. Konsep asuhan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan
dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus.Jaringan endometrium itu bisa
tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis[ CITATION Bar05 \l 1057 ].
Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak-bercak
jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal
endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim[ CITATION Bar05 \l 1057 ].
Endometriosis dicerminkan oleh keberadaan dan pertummbuhan jaringan
endometrium diluar uterus[ CITATION Bar05 \l 1057 ].
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang
masih dapat berfungsi terdapat diluar kavum uteri[ CITATION Mit13 \l 1057 ].

B. Etiologi
Menurut [ CITATION Bar05 \l 1057 ] ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya
endometriosis, antara lain:
1. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3. Menstruasi yang lama (>7 hari)
4. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
5. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
6. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
7. Terpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida,
pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-
sampah perkotaan.
Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi
retrogrand. Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama
menstruasi ke tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-organ lain.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:

3
1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur) 
Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur
ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam
rongga panggul/perut.
2. Teori sistem kekebalan 
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah
selain rahim.
3. Teori genetik
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang
tinggi terhadap endometriosis.

C. Tanda dan Gejala


Menurut [ CITATION Bar05 \l 1057 ] tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri :
a. Dismenore sekunder
b. Dismenore primer yang buruk
c. Dispareunia
d. Nyeri ovulasi
e. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
a. Hipermenorea
b. Menoragia
c. Spotting sebelum menstruasi
d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau
di akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air keci
a. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar

4
b. Terdapat darah pada feces
c. Diare, konstipasi dan kolik

D. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik.Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam
tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia
dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa
gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan
pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium
biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar
estrogen dan progesteron dalam tubuh[ CITATION Dot99 \l 1057 ].
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan
menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan
menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang
menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan
peningkatan perkembangbiakan sel abnormal[ CITATION Dot99 \l 1057 ].
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen
endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba
falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu,
ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
 Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan
menuju ke bagian tubuh lainnya[ CITATION Dot99 \l 1057 ].
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi
siklus endokrin normal.Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat
estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih
rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi
perdarahan di daerah pelvic[ CITATION Dot99 \l 1057 ].
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan
darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan
5
pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah
permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan
hubungan seks.Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi
di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa
ovum ke uterus menjadi terhambat.Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya
infertil pada endometriosis.

E. Klasifikasi
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari
endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi,
keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan.Dengan perhitungan ini didapatkan
nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi
endometriosis.Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II),
16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV)
[ CITATION Ari00 \l 1057 ].
Tabel 1.  Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi  AFS
Endometriosis <1cm 1-3 cm >1cm
Permukaan 1 2 4
Peritoneum Dalam 2 4 6
Permukaan 1 2 4
F. Kanan Dalam 4 16 20
Permukaan 1 2 4
Ovarium Kiri Dalam 4 16 20
Perlekatan kavum douglas Sebagian Komplit
4 40
Perlekatan <1/3 1/3-2/3 >2/3
Tipis 1 2 4
Kanan Tebal 4 8 16
Tipis 1 2 4
Ovarium Kiri Tebal 4 8 16
Tipis 1 2 4
Kanan Tebal 4 8 16
Tipis 1 2 4
Tuba Kiri Tebal 4 8 16

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis, antara lain:
1. Uji serum

6
a. CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
b. Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam,
namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
c. Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
a. Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas
11%
b. MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
c. Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.

G. Penatalaksanaan
Menurut [ CITATION Bar05 \l 1057 ] Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan,
pengawasan saja, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi :
1. Pencegahan
Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling
baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau
hilang pada waktu dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam
sarang-sarang endometriosis.Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan
ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan mendapat
anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama.Sikap demikian
itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometrisis,
melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis
timbul.Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan
kerokan pada waktu haid, oleh karena itu dapat menyebabkan mengalirnya darah
haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul.
2. Observasi dan Pemberian Analgetika
Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan
gejala-gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak
7
berumur, pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu
gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada
wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas,
akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1
tahun tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas
dan diambil sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang diterangkan, harus
dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan
penyakitnya  dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa
observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk
mengurangi rasa nyeri. 
3. Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis
Obat Efek samping
Pil KB
kombinasi Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan,
estrogen- pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus
progestin menstruasi, trombosis vena dalam
Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati, depresi,
Progestin vaginitis atrofika
Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot
flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot,
perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati,
Danazole kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal
Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati

4. Pembedahan
Ada 2 macan yaitu :
a. Konservatif
1) Laparatomi
2) laparaskopi
b. Radikal
Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan
Laparotomi, yaitu:
1) Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek  yaitu sekitar 2 hari, jika
dilaparotomi sekitar 5 hari.

8
2) Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat
kembali sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.
3) Ongkos perawatan lebih murah.
Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis
yang umurnya hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang
luas disertai banyak keluhan.Operasi yang paling radikal adalah histerektomi
total, salpingo-ooferektomi bilateral, dan pengangkatan semua sarang-sarang
endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada wanita kurang dari 40 tahun
dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari jaringan
ovarium  yang sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul
gejala-gejala pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan
timbulnya osteoporosis.
5. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini
tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Endometriosis hanya terjadi pada :
a. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
b. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)

9
c. Menstruasi yang lama (>7 hari)

2. Status Kesehatan Saat Ini


a. Keluhan utama
Pada penderita endometriosis biasanya mengeluh nyeri yang hebat saat
menstruasi.
b. Alasan masuk rumah sakit
Biasanya penderita merasakan nyeri hebat saat menstruasi,
dispareunia, nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan
nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi. nyeri akibat
latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada asuhan keperawatan endometriasis penderita biasanya mengeluh adanya
nyeri hebat saat menstruasi, dispareunia, nyeri pelvis terasa berat dan nyeri
menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama
siklus menstruasi. nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan
seksual, adanya pendarahan abnormal, gangguan BAB dan BAK.

3. Riwayat Kesehatan Terdahulu


a. Riwayat penyakit sebelumnya
Pada penderita endometriasis biasanya pernah mengalami Gangguan
menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem
hormonal tubuh.
b. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga tentang adanya riwayat penyakit keturunan.
Biasanya pada penderita endometriasis bisa disebabkan oleh faktor genetik.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran : composmentis dengan GCS E 4, V 5, M 6 = 15
2) Tanda-tanda vital
Pada pemeriksaan vital sign ditemukan TD diatas batas normal, Nadi
takikardia, suhu meningkat.

b. Head to Toe

10
1) Kepala dan leher
a) Kepala
Inspeksi: bentuk kepla bulat, tidak ada nyeri tekan
b) Mata
Inspeksi: simetris kanan kiri, reflek cahaya kanan kiri , konjungtiva
anemis, tidsak ada nyeri tekan
c) Hidung
Inspeksi: bentuk tulang hidung lurus, ada kolig, tidak ada kotoran
d) Mulut
Inspeksi: mukosa bibir pucat, gigi bersih atau tidak
e) Tenggorokan
Inspeksi:tidak ada penbesaran kelenjar tiroid
f) Telinga
Inspeksi: tidak ada penumpukan serumen, tidak ada nyeri tekan,
2) Thorak / dada
a) Paru-paru
Inspeksi: RR meningkat, normal chest
Palpasi: nyeri tekan tidak ada, vokal femitus getarannya teraba sama
Perkusi: sonor
Auskultasi: tidak ada suara tambahan
b) Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak nampak
Palpasi: nyeri tekan(-), ictus cordis teraba di ICS 4 dan 5, nadi
meningkat
Perkusi: jantung dalam batas normal
Auskultasi: SI S2 tunggal, lub dub, tidak ada suara tambahan
murmur
3) Payudara dan ketiak
Inspeksi: simetris, ukuran payudara membesar, areola berwarna hitam
Palpasi: nyeri tekan ada, tidak ada benjolan
4) Abdomen
Inspeksi : baentuk datar, tidak ada massa, memegangi perut
Auskultasi : bising usus 8-12 x/mnt
Palpasi : nyeri tekan pada daerah perut dan pinggul

11
Perkusi : timpani
5) Genetalia
Inspeksi: ada perdarahan pervagina, warna darah gelap, vagina kotor.
6) Ekstermitas
Turgor kulit kembali < 2 dtk, tidak terdapat paralise tetapi lemah dalam
beraktivitras

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut [ CITATION Tim174 \l 1057 ] diagnosa keperawatan pada Endometriosis adalah
:
1. Nyeri akut b.d gangguan menstruasi
a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan omset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan
b. Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis: abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur oprasi, trauma, latian fisik berlebihan)
c. Batasan karakteristik
 Tanda dan gejala mayor
Subjektif : mengeluh nyeri
Objektif :
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif (mis: waspada, posisi menghindari nyeri)
3) Gelisah
4) Frekuwensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
 Tanda dan gejala minor
Subjektif: tidak tersedia
Objektif :
1) Tekanan darah meningkat
2) Pola nafas berubah

12
3) Nafsu makan berubah
4) Proses berpikir terganggu
5) Menarik diri
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Diaforesis
d. Kondisi terkait
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi

2. Gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi


a. Definisi : perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik
individu.
b. Penyebab :
1) Perubahan struktur atau bentuk tubuh (mis: amputasi, trauma, luka
bakar, obesitas, jerawat)
2) Perubahan fungsi tubuh (mis: proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
3) Perubahan fungsi kognitif
4) Ketidak sesuaian budaya, keyakinan dan sistem nilai
5) Transisi perkembangan
6) Gangguan psikososial
7) Efek tindakan atau pengobatan (mis: pembedahan, kemoterapi, terapi
radiasi)
c. Batasan karakteristik
 Tanda dan gejala mayor
Subjektif: mengungkapkan kecacatan atau kehilangan bagian tubuh
Objektif :
1) Kehilangan bagian tubuh
2) Fungsi atau struktur tubuh berubah atau hilang
 Tanda dan gejala minor
Subjektif:
1) Tidak mau mengungkapkan kecacatan atau kehilangan bagian tubuh
2) Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan tubuh
3) Mengungkapkan kekawatiran pada penolakan atau reaksi orang lain

13
4) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Objektif :
1) Menyembunyikan atau menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
2) Menghindari melihat atau menyentuh bagian tubuh
3) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
4) Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh.
5) Fokus pada penampilan dan kekuatan pada masa lalu
6) Hubungan sosial berubah
d. Kondisi terkait
1) Mastektomi
2) Amputasi
3) Jerawat
4) Parut atau luka bakar yang terlihat
5) Obesitas
6) Hiperpigmentasi pada kehamilan
7) Gangguan psikiatrik
8) Program terapi neoplasma
9) Alopecia chemically inducert

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intraokuler
Kriteria hasil
a. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan.
b. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang denganskala 0-10
c. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan non-analgesik
secara tepatmelaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis.

14
[ CITATION Placeholder1 \p 296 \l 1057 ]

Aktivitas keperawatan

Pengkajian

a. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai
10 (0=tidak ada nyeri atau tidak kenyamanan, 10= nyeri berat)
b. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau pereda nyeri oleh analgesik dan
kemungkinan efek sampingnya.
c. Manajemen nyeri : lakukan pengkajian nyeri meliputi lokasi, karakteristik,
awitan dan durasi,frekuensi,kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan
faktor presipitasinya.
[CITATION Jud16 \p 298 \l 1057 ]

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

a. Intruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan


nyeri tidak dapat dicapai.
b. Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri
dan tawarkan strategi koping yang didasarkan.
c. Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau oipid (resiko
ketergantungan atau overdosis).
d. Managemen nyeri : berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidak nyamanan akibat
prosedur.
[CITATION Jud16 \p 298 \l 1057 ]

Aktivitas lain

a. Bantu pasien untuk berfokus pada hal lain , bukan pada nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televisi,radio,dan interaksi
dengan pengunjung.
b. Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa
lalu seperti distraksi relaksasi atau kompres hangat atau dingin
c. Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien
terhadap analgesik.

15
[CITATION Jud16 \p 298 \l 1057 ]

Aktivitas kolabiratif

a. Kelola nyeri paska bedah awal dengan pemberian obat yang terjadwal atau
PCA.
b. Management nyeri: gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri
menjadi lebih berat dan laporkan pada dokter jika tindakan tidak berhasil
atau keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman
nyeri pasien di masa lalu
[CITATION Jud16 \p 298 \l 1057 ]

2. Gangguan citra tubuh b.d kebutaan


Kriteria hasil
a. Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan dengan ketunadayaan fisik,
citra tubuh positif, tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan, dan
harga diri positif
b. Menunjukkan citra tubuh yang dibuktikan dengan :
1) Kesesuaian antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan perwujudan tubuh
2) Kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh
3) Keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan
[ CITATION Placeholder1 \l 1057 ]
Aktivitas keperawatan

Pengkajian

a. Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal pasien terhadap tubuh
pasien
b. Identifikasi mekanisme koping yang biasanya digunakan pasien
c. tentukan harapan pasien tentang citra tubuh berdasarkan perkembangan
d. identifikasi pengaruh budaya, agama, ras, jenis kelamin dan usia pasien yang
menyangkut citra tubuh
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

a. ajarkan cara merawat dan perawatan diri, termasuk komplikasi kondisi medis
Aktivitas lain

a. beri dorongan kepada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaanya

16
b. berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan
martabat pasien
c. bantu pasien dan keluarga untuk secara bertahap menjadi terbiasa dengan
perubahan pada tubuhnya, mungkin menyentuh area yang terganggu sebelum
melihatnya
Aktivitas kolabiratif

a. Rujuk kelayanan sosial untuk merencanakan perawatan dengan pasien dan


keluarga
b. Rujuk ke tim interdisimpliner untuk pasien yang memiliki kebutuhan
kompleks (mis: komplikasi pembedahan)
[ CITATION Placeholder1 \l 1057 ]

DAFTAR PUSTAKA

Baraero, Mary, dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Reproduksi &
Seksualitas . Jakarta: EGC.

Dothrock, C Jane. (1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif . Jakarta: EGC.

17
Masjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius.

Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai