Naskah Masuk: 6 April 2015 Naskah Revisi: 22 Apri 2015 Naskah Diterima: 30 April 2015
ABSTRACT
Schizophrenic patients are used to experiencing relapse after completing treatment in psychiatric
hospital. The aim of research was to find the causes of relapse in schizophrenic patients. The type of
research was qualitative. The subjects in this research were five persons who formerly
schizophrenic patients and experienced relapse. Primary data were obtained through interviews
and observations, while secondary data were gained from the document Pati District Health Office
and the relevant references. Data analysis used descriptive method. The results showed that the
cause of relapse in patients with schizophrenia are: 1) pressure life events, such as being
abandoned by spouse, thinking about the wedding preparations with ex-wife (remarriage) and the
failure of marriage planning 2) lack of family role because of lack of knowledge, and lack of
economic sources, 3) uncompliance and irregularity on medication, 3) the limitations of medicine
and health clinic personnel assistance.
Keywords: factor, Relapse, Schizophrenia
ABSTRAK
Penderita Skizofrenia seringkali mengalami kambuh setelah selesai menjalani masa perawatan di
rumah sakit jiwa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penyebab kambuh pada penderita
skizofrenia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Subjek dalam penelitian
ini berjumlah lima penderita skizofrenia dan pernah dinyatakan sembuh kemudian mengalami
kekambuhan. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi. Data sekunder diperoleh dari
dokumen Dinas Kesehatan Kabupaten Pati dan referensi yang relevan. Analisa data dalam
penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab
kekambuhan pada subjek penderita skizofrenia yaitu 1) Tekanan peristiwa kehidupan, diantaranya
ditinggalkan pasangan, memikirkan persiapan pernikahan dengan mantan istri (rujuk) dan gagal
menikah; 2) Kurangnya peran keluarga karena kurangnya pengetahuan, dan kurangnya ekonomi
keluarga; 3) Ketidakpatuhan dan ketidakteraturan minum obat; dam 4) Keterbatasan obat dan
pendampingan tenaga puskesmas.
Kata kunci: faktor, kekambuhan, skizofrenia
65
Faktor-faktor Penyebab Kekambuhan …. Siti Qurrotu Aini
66
Jurnal Litbang Vol. XI, No. 1 Juni 2015: 65-73
sendiri. Jika hal itu terjadi masyarakat setelah adanya peningkatan peristiwa
akan menganggap bahwa gangguan yang hidup.
diderita pasien tersebut sudah tidak bisa Ada beberapa faktor yang dapat
disembuhkan lagi. Keluarga pun akan mempengaruhi kekambuhan penderita
dirugikan dari segi materi karena jika gangguan jiwa menurut Keliat (1996)
pasien kembali menjalani rawat inap di meliputi: 1) Pasien yang gagal memakan
Rumah Sakit Jiwa maka akan banyak obat secara teratur mempunyai
biaya yang harus mereka keluarkan untuk kecenderungan untuk kambuh; 2) Dokter
pengobatan (Amelia, 2013). Berdasarkan yang memberi resep diharapkan tetap
pemaparan diatas, tujuan penelitian ini waspada mengidentifikasi dosis terapeutik
adalah untuk menggambarkan faktor yang dapat mencegah kambuh dan
penyebab kekambuhan setelah penderita menurunkan efek samping; 3)
gangguan jiwa Skizofrenia mendapat Penanggung Jawab Pasien (case
perawatan medis maupun psikologis di manager) atau perawat Puskesmas tetap
Rumah Sakit Jiwa di Kabupaten Pati. bertanggungjawab atas program adaptasi
TINJAUAN PUSTAKA pasien di rumah setelah pasien pulang ke
rumah; 4) Pasien yang tinggal dengan
Kekambuhan Gangguan Jiwa keluarga dengan ekspresi emosi yang
Skizofrenia tinggi diperkirakan kambuh dalam waktu
Kekambuhan adalah kondisi 9 bulan; 5) Lingkungan sekitar tempat
pemunculan kembali tanda dan gejala tinggal pasien yang tidak mendukung
suatu penyakit setelah mereda (Dorland, dapat juga meningkatkan frekuensi
2002). Pada gangguan jiwa kronis kekambuhan. Misalnya masyarakat
diperkirakan mengalami kekambuhan menganggap pasien sebagai individu yang
50% pada tahun pertama, dan 70% pada tidak berguna, mengucilkan pasien,
tahun kedua (Yosep, 2006). Kekambuhan mengejek pasien dan seterusnya.
biasanya terjadi karena adanya kejadian-
kejadian buruk yang terjadi sebelum METODE PENELITIAN
mereka kambuh (Wiramihardja, 2007).
Metode yang digunakan dalam
Menurut Tomb (2004), gejala-
gejala kekambuhan pada Skizofrenia penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
cenderung tumpang tindih, dan diagnosis yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan
dapat berpindah dari satu subtipe seiring dari orang-orang dan perilaku yang dapat
berjalannya waktu (baik dalam satu diamati (Moleong, 2004). Data primer
episode atau dalam episode berikutnya). diperoleh dari wawancara. Penentuan
Sehingga faktor penyebab kekambuhan informan dengan purposive sampling.
pada gangguan Skizofrenia sifatnya Penelitian dilaksanakan di bulan Juni-
cenderung menyeluruh tidak mengacu Oktober 2013. Subjek dalam penelitian ini
pada subtipe tertentu. Sedangkan menurut berjumlah lima orang penderita
Ingram dkk (1993), Skizofrenia Skizofrenia yang pernah di Rumah Sakit
memerlukan rehabilitasi intensif, sosial, Jiwa dan telah dinyatakan sembuh
industrial, tetapi jumlah rangsangan harus kemudian mengalami kekambuhan
cocok dengan kebutuhan individu. sampai berulang.
Rangsangan yang berlebihan telah Metode analisa data yang
terbukti menyebabkan kekambuhan, digunakan adalah analisa data deskriptif
sedangkan rangsangan yang terlalu kecil yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
terbukti meneruskan penarikan diri dan data reduction, data display, dan
kronisitas. Kekambuhan seringkali timbul conclusion.
67
Faktor-faktor Penyebab Kekambuhan …. Siti Qurrotu Aini
68
Jurnal Litbang Vol. XI, No. 1 Juni 2015: 65-73
69
Faktor-faktor Penyebab Kekambuhan …. Siti Qurrotu Aini
70
Jurnal Litbang Vol. XI, No. 1 Juni 2015: 65-73
Dalam buku Minister Supply dan bahwa tiga bulan terakhir WD tidak
Service Canada (2005) menjelaskan mengambil obat di Puskesmas.
bahwa pasien mungkin menderita efek “Mboten nopo-nopo kok bu…sudah
samping dari obat-obatan yang baik” (WD, 32 tahun)
dikonsumsinya dan meyakini hanya akan
Menurut Kaplan dkk (2005),
menimbulkan lebih banyak permasalahan
beberapa pasien tidak melanjutkan
dibanding menemukan jalan keluar.
pengobatannya karena merasa obat yang
Menurut Keliat (1996) makan obat secara
diminum tidak efektif atau efek obat yang
teratur dapat mengurangi frekuensi
rendah, banyak pasien menghentikan
kekambuhan, namun pemakaian obat
pengobatannya karena merasa lebih baik.
neuroleptik yang lama dapat
menimbulkan efek samping Tardive Keterbatasan Obat dan Pendampingan
Diskinesia yang dapat mengganggu Petugas Jiwa di Puskesmas
hubungan sosial seperti gerakan tidak Setelah pulang dari Rumah Sakit
terkontrol. Selain karena Jiwa, subjek menjalani rawat jalan di
ketidaknyamanan yang dirasakan akibat Puskesmas masing-masing. Kendala yang
obat yang dikonsumsi, alasan lainnya terdapat di lapangan adalah ketersediaan
adalah karena merasa tidak sakit. Hal ini obat yang yang terkadang kurang dari
dialami oleh keseluruhan subjek. rangkaian resep yang disarankan oleh
“Orang kalau di suruh minum obat itu Rumah Sakit Jiwa tempat perawatan
malah bilangnya gini kok bu: coba saja sebelumnya. Hal ini di sebabkan karena
minum sendiri obatnya, biar tau rasanya keterbatasan anggaran dari pemerintah
seperti apa. orang tidak sakit kok disuruh untuk penderita gangguan jiwa.
minum obat terus-terusan” (Keluarga “Biasanya dapat obat dari Rumah Sakit
SA). itu ada tiga jenis. Tapi kalau dari
“Ya kalau di suruh minum obat ya puskesmas seringnya cuma dua jenis,
bilangnya begini: Tidak mau…orang kadang juga tiga jenis. kata bu dokter
tidak sakit kok disuruh minum obat” obatnya habis. Sementara diminum
(Keluarga SP). seadanya” (Keluarga SP, 2013).
Para subjek merasa tidak sakit Keterbatasan obat juga
karena mengalami gangguan realitas. diungkapkan oleh petugas kesehatan jiwa
mereka tidak mampu menyadari bahwa dimasing-masing Puskesmas.
mereka sedang dalam kondisi mengalami “Ya memang ada terjadi kekurangan
gangguan jiwa dan membutuhkan obat. pasokan obat. Seharusnya dari Dinas
Hal ini dapat dijelaskan dengan pendapat yang menyediakan. Kami hanya
Keliat (1996) bahwa pasien dengan melaksanakan. Kalau Jenisnya
gangguan jiwa Skizofrenia biasanya sukar Trifluooperazine, Fluphenazine, dan
mengikuti aturan minum obat karena Haloperidol. Biasanya salah ada salah
adanya gangguan realitas dan satu jenis yang tidak ada.” (Petugas Jiwa
ketidakmampuan mengambil keputusan. Puskesmas Gabus II, 2013).
Hal berbeda dialami oleh WD. Selain pelayanan dalam pemberian
Setelah pulang dari Rumah Sakit Jiwa, obat, petugas kesehatan juga melakukan
kondisi WD membaik dan dapat pendampingan dan kunjungan ke rumah
menjalankan aktivitas sebagai petani. subjek. Kunjungan dilakukan untuk
Setiap bulan WD rajin berkunjung ke memberikan arahan, motivasi maupun
Puskesmas untuk mengambil obat. konseling kepada pasien dan keluarga.
Diketahui dari petugas jiwa Puskesmas Kendala yang dialami oleh Petugas
71
Faktor-faktor Penyebab Kekambuhan …. Siti Qurrotu Aini
Kesehatan Jiwa adalah minimnya karena subjek tidak mampu mengatur diri
sumberdaya manusia. Setiap Puskesmas untuk minum obat serta keterbatasan obat
hanya memiliki satu petugas jiwa yang dan pendampingan tenaga puskesmas.
juga merangkap sebagai perawat umum. Saran
Akibatnya, tidak setiap pasien dapat
terpantau secara optimal. 1. Keluarga memberikan perhatian dan
menguasai pengetahuan meliputi
“Mas WD ini sebenarnya sudah baik, gangguan mental yang diderita
sudah mandiri kontrol ke puskesmas klien/penyakit skizofrenia dan faktor
setiap bulan. Tapi sudah tiga bulan ini penyebabnya. Selain itu, keluarga
tidak datang ke Puskesmas.karena harus menguasai cara merawat pasien
kesibukan saya belum bisa mengunjungi dengan benar setelah pasien keluar
dan mencari tau kenapa” (Petugas dari Rumah Sakit Jiwa yang meliputi
Kesehatan Jiwa Puskesmas Gabus II, cara pemberian obat, dosis obat, dan
2013). efek samping pengobatan, gejala
“Kurangnyaa tenaga bu. Saya sendirian kekambuhan, serta sikap yang perlu
mengurusi penderita gangguan jiwa ditunjukkan dan dihindari selama
sekecamatan. masih harus menjalankan merawat klien di rumah.
tugas di Puskesmas. Akibatnya waktu 2. Meningkatkan kerjasama Pihak
untuk kunjungan jadi sebisanya” (Petugas Rumah Sakit Jiwa dan/atau Petugas
kesehatan Jiwa Puskesmas Batangan, Kesehatan Jiwa Puskesmas dengan
2013). keluarga mengenai tata cara
Menurut Keliat (1996), perawatan penderita gangguan jiwa
Penanggung Jawab Pasien (case setelah dari Rumah Sakit.
manager) atau perawat Puskesmas tetap 3. Dinas Kesehatan menyediakan obat
bertanggungjawab atas program adaptasi yang sesuai dengan jenis obat yang
pasien di rumah setelah pasien pulang ke ramah pasien dan minim efek
rumah. samping, serta dosis yang sesuai dari
Rumah Sakit Jiwa.
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan
Alwisol. 2008. Psikologi kepribadian.
Hasil penelitian menunjukkan Malang: UMM Press.
kekambuhan pada pasien Skizofrenia
disebabkan oleh empat faktor yaitu: 1) Amelia, D. R., Z. Anwar. 2013.
tekanan peristiwa kehidupan meliputi Kekambuhan Pada Pasien
pasangan tidak memberikan dukungan Skizofrenia. Jurnal Ilmiah
bahkan meninggalkan pasien selama masa Psikologi Terapan 1(1): 52-64.
pemulihan, memikirkan biaya untuk rujuk Arif, I. S. 2006. Skizofrenia (Memahami
dengan mantan istri dan kegagalan Dinamika Keluarga Pasien).
menikah. 2) kurangnya peran keluarga Bandung: Refika.
juga memicu kekambuhan pasien Departemen Kesehatan Republik
diantaranya disebabkan kurangnya Indonesia. 2008. Riset Kesehatan
pengetahuan, dan kurangnya ekonomi Dasar 2007. Jakarta: Badan
keluarga.3)Permasalahan peristiwa Penelitian dan Pengembangan
kehidupan dan kurangnya peran keluarga Kesehatan Republik Indonesia.
diperparah dengan ketidakpatuhan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. 2013.
ketidakteraturan minum obat. 3) Rekapitulasi Data Gangguan Jiwa
ketidakpatuhan minum obat disebabkan Di Kabupaten Pati.
72
Jurnal Litbang Vol. XI, No. 1 Juni 2015: 65-73
73