Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

“TEORI MEDELEINE LEININGER”

DISUSUN OLEH : KEL.II

TINGKAT IIIA

JELLYTSYA LESSIL MARGALENA DESTI

JULAETA PALIMBONG MARGARETA SINTIA

JURNIAWATI G. GITA PERORI MARIA GRACE E. NGAJANG

KRISNA BASIANG MARIA LILI NENCYANI

KURNIA CINORA TALUBUN MARIANA DINA TESARI

LIDYA GRACELYA PAULUS

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN STELLA MARIS MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR
Atas rahmat allah yang maha kuasa lagi maha penyayang, kami panjatkan puji
syukur kepada Allah karena berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
berjudul TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS “TEORI MEDELEINE
LEININGER” ini dengan baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun
bahasanya maupun segi nilainya, oleh karena itu kami perlu saran dan kritik para
pembaca sehingga kami dapat memperbaiki makalah kami dikemudian hari.

Makassar, 10 oktober 2020

Penyusun,

Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................1
LATAR BELAKANG.................................................................................................2
TUJUAN.....................................................................................................................2
RUMUSAN MASALAH............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3
BIOGRAFI MEDELIENE LEININGER....................................................................3

KEPERAWATAN TANSKULTURAL........................................................................6

TEORI MADELEINE LEININGER..........................................................................7

TUJUAN TEORI MADELEINE LEININGER..........................................................12

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI MADELEINE LEININGER..............13


PENERAPAN TEORI MADELEINE LEININGER DALAM KEPERAWATAN ....13
APLIKASI TEORI MADELEINE LEININGER DALAM KOMUNITAS...............18

BAB III PENUTUP.....................................................................................................22

KESIMPULAN...........................................................................................................22

SARAN.......................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga, dan
masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan
dan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat
diuji kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat
langsung.

Perawat dalam mempratikan keperawatannya harus memperhatikan


budaya dan keyakinan yang dimiliki oleh klien, sebagaimana yang disebutkan
oleh teori model Madeleine Leininger bahwa teori model ini memiliki tujuan
yaitu menyediakan bagi klien pelayanan spesifik secara kultural. Untuk
memberikan asuhan keperawatan dengan budaya tertentu, perlu
memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai kepercayaan ke dalam rencana
perawatan.

Berdasarkan latar belakang di atas kami membuat makalah mengenai


penerapan teori model Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan. Hal ini
ditujukan supaya lebih memahami teori model menurut Madeleine Leininger
dalam praktek keperawatan, agar perawat mampu melakukan pelayanan
kesehatan peka budaya kepada klien menjadi lebih baik.

B. TUJUAN
1. Mengetahui latar belakang kehidupan Madeleine Leininger.
2. Untuk mengetahui pengertian dari teori model Madeleine Leininger dalam
praktek keperawatan.
3. Untuk mengetahui tujuan dari teori model Madeleine Leininger dalam
praktek keperawatan.
4. Untuk mengetahui kelebihan dari teori model Madeleine Leininger dalam
praktek keperawatan.
5. Untuk mengetahui kelemahan dari teori model Madeleine Leininger dalam
praktek keperawatan.
6. Untuk mengetahui penerapan dari teori model Madeleine Leininger dalam
praktek keperawatan.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Siapa itu Medeleine leininger …?
2. Apa yang dimaksud teori model Madeleine Leininger dalam praktek
keperawatan …?
3. Apa tujuan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan
…?
4. Apa kelebihan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek
keperawatan …?
5. Apa kelemahan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek
keperawatan …?
6. Bagaimana penerapan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek
keperawatan …?
BAB II

PEMBAHASAN

A. BIOGRAFI MEDELIENE LIENINGER

Madeleine Leininger adalah ibu keperawatan transkultural, ia adalah pendiri


dan pemimpin internasional keperawatan transkultural. Madeleine M. Leininger
lahir di Suton, Nebraska. Perempuan kelahiran 13 Juli 1925, hidup bersama empat
saudara laki-laki dan seorang saudari. Mereka tinggal di sebuah lahan pertanian
hidup.

Karirnya sebagai perawat diawali pada tahun 1945menjadi kadet di korps


perawat dan mengambil program diploma di sekolah perawat St. Anthony,
Denver. Ia bersama saudarinya bersekolah perawat di sana. Motivasinya menjadi
perawat saat itu karena kondisi sang bibi yang mengalami penyakit jantung
bawaan. Cita-citanya sebagai perawat adalah membuat perbedaan dalam kehidupan
manusia melalui profesinya.

Dia juga mengabdi di organisasi Cadet Nurse Corps, sambil mengejar


pendidikan dasar keperawatannya. Tahun 1948 Leininger berhasil menyelesaikan
diploma keperawatan. Sebagai seorang pembelajar pada tahun 1950, dia meralih
gelar Sarjana dalam bidang Ilmu Biologi dari Benedictine College di Kansas. Pada
tahun itu ia membuka pelayanan keperawatan dan program pendidikan jiwa di
Creighton University di Omaha , Nebraska.

Setelah menyelesaikan studi keperawatannya di Creighton University,


Ohama, dia menempuh pendidikan magister dalam bidang keperawatan jiwa di
Chatolic University, Washington DC, Amerika. Dia merupakan perawat pertama
yang mempelajari ilmu antropologi pada tingkat doktoral, yang diraih di University
of Washington. Dan pada tahun terakhir, dia tinggal di Ohama, Nebraska. Pada
pertengahan tahun 1950. Saat Leininger bekerja untuk membimbing anak-anak
rumahan di Cincinnati.Perempuan yang gigih ini tak hanya sebagai seorang
perawat lagi, ia juga mengambil disiplin ilmu antropologi. Berbekal disiplin
ilmu yang ia punya, Leininger memimpin pengembangan keperawatan
transkultural menjadi disiplin yang diakui dalam profesinya.Selama tahun 1950-an
Leininger mengalami apa yang menggambarkan sebagai kejutan budaya ketika dia
menyadari bahwa pola-pola perilaku berulang pada anak-anak, tampaknya
memiliki dasar budaya. Leininger mengidentifikasi kurangnya pengetahuan budaya
dan perawatan sebagai rantai yang hilang untuk pemahaman keperawatan tentang
banyak variasi yang diperlukan dalam perawatan pasien untuk mendukung
kepatuhan, penyembuhan, dan kesehatan. Pengetahuan ini menjadi batu pijakan
terkait pelayanan keperawatan disebut keperawatan transkultural. Sebab ini juga,
Leininger diakui sebagai pendiri gerakan keperawatan transkultural dalam
pendidikan penelitian dan praktik.
Seringkali digambarkan sebagai seorang visioner, Leininger meluncurkan
studi dan praktik keperawatan transkultural pada tahun 1950an. Tiga tahun
berselang Leininger menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari
University chatolik of America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan
memulai program pendidikan jiwa pertama di Amerika pada tahun 1953. Berkat
kegigihannya di dunia akademik dan pekerjaan Leininger menjadi professor
keperawatan dan direktur program pasca sarjana di Universitas Cincinnati antara
1954-1960. Ia mulai menerbitkan buku tentang keperawatan psikiatrik, yang
disebut Konsep Dasar Keperawatan Jiwa dalam sebelas bahasa dan digunakan di
seluruh dunia.
Tahun 1965,Leininger menjadi perawat pertama yang berhasil meraih gelar
Ph.D dalam antropologi, di Washington University.Ia berproses mencari
penyelesaian masalahkebutuhan anak-anak dengan latar belakang budaya yang
berbeda-beda yang tidak cukup adekuat dengan intervensi kejiwaan
tradisional.Setahun kemudian, ia di tunjuk sebagai professor keperawatan dan
antropologi di University of Colorado, di mana untuk pertama kalinya perawatan
transkultural di perkenalakan di dunia keperawatan.

Sepanjang kariernya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori keperawatan


mulai mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural. Tahun 1974
Leininger telah mendirikan organisasi organisasi professional termasuk perawatan
transkultural masyarakat. Dua tahun berselang ia membentuk asosiasi perawatan
manusia internasional dan menjabat sebagai presiden secara penuh pertama dari
American Association of Colleges of Nursing.

Tahun ke tahun, karier Laininger di dunia akademik dan pengamdian


keperawaran mulai diakui. Tahun 1974-1980ia menjabat dekan dan profesor Utah
University dan membuka program pertama untuk master dan doktoral
transkultural keperawatan.Tahun 1981 ia menjadi professor dan direktur pusat
penelitian kesehatan di Wayne State University. Saat berkarya di sini Madeleine
mendapat beberapa penghargaan, diantaranya Penghargaan bergengsi dari
Presiden dalam keunggulan dalam mengajar, The Board of Governor’s
Distinguished Faculty Award, dan Gershenson’s Research Fellowship Award. Ia
juga pendiri dan pejabat editor pertama dari Journal of Transkultural Nursing
pada tahun 1989-1995.
Tahun1990 ia resmi“the Women in Science Award” oleh California State
University.Tahun 1991 Leininger menerbitkan teorinya tentang perawatan
keanekaragaman budaya dan universal dan menciptakan istilah “culturally
congruent care’ sebagai tujuan dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku
keanekaragaman budaya perawatan dan universal. Mengembangkan metode
ethnonursing dan melakukan penelitian di lapangan dengan membaur hidup
bersama Suku Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea tentang perawatan
transkultural.
Ia adalah guru besar yang terkenal di seluruh dunia, penulis, pengembang
teori, peneliti, dan pembicara publik. Sekitar 70 perguruan tinggiia menjabat
sebagai profesor. Sebagai pimpinan Jurnal ilmiah ia berhasil menulis 30 buku
dan menerbitkan lebih dari 220 artikel yang sekarang bisa dilihat sebagai arsip di
Wayne State University dan masih bemanfaat hingga kini sebagai bahan
penelitian. Madelaine Leininger memberikan lebih dari 1.500 kuliah umum di
seluruh dunia dan telah mengembangkan software sendiri untuk perawat.
Sebuah karir yang patut diperhatikanPosisi Leininger yang terakhir adalah
asisten profesor keperawatan di University of Nebraska Medical Center's
College of Nursing, tempat dia bekerja sejak 1997."Dia adalah seorang ahli teori
keperawatan yang membuat perawatan menjadi sangat pribadi," kata Mary
McNamee, PhD, asisten wakil rektor untuk urusan akademik dan mantan asisten
dekan untuk administrasi di UNMC Nursing.
Leininger meninggal karena gagal paru-paru, tetap menjadi dosen, konsultan,
ahli teori dan penulis aktif 10 Agustus di Omaha, Neb, pada usia 87
tahun.Bidang keahliannya adalah keperawatan transkultural, perawatan manusia
komparatif, teori perawatan budaya, budaya di bidang keperawatan dan
kesehatan, antropologi dan masa depan dunia keperawatan. Ia menerima
penghargaan terakhir anugerah Lifetime Achievement Award untuk kualitatif
metodologi.Tributes untuk Leininger dapat dilakukan secara online di
www.madeleine-leininger.com/en/tributes.shtml. Sebagai pengganti bunga,
peringatan dapat dikirim ke Yayasan Keperawatan Transcultural Society
(www.tcns.org/Foundation).(Putri, 2016)

B. KEPERAWATAN TANSKULTURAL
Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory (Leininger, 1978). Teori ini berasal dari disiplin ilmu
antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Dasar teori adalah
pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam
masyarakat. Leininger beranggapan penting memperhatikan keanekaragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien oleh
perawat, bila tidak terjadi cultural shock. Cultural shock akan dialami klien ketika
kondisi perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan ini menyebabkan munculnya rasa ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi seperti pada kasus nyeri.

Keperawatan transkultural merupakan area baru yang akhir-akhir ini sedang


ditekankan pentingnya budaya terhadap pelayanan keperawatan. Aplikasi teori
dalam keperawatan transkultural mengharapkan adanya kesadaran dan apresiasi
terhadap perbedaan budaya. Perbedaan budaya memberikan pengaruh dalam
pemberian asuhan keperawatan yang menuntut pada kemungkinan variasi
pendekatan keperawatan dengan menghargai nilai budaya individu. Oleh karena
itu diharapkan perawat memiliki pengetahuan dan praktik yang berdasarkan
budaya secara konsep maupun dalam praktik keperawatan.

Menurut Leininger (2002) Transkultural keperawatan adalah suatu


area/wilayah keilmuwan budaya pada belajar dan praktik keperawatan yang fokus
memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan,
sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya kepercayaan dan tindakan, dan ilmu
ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Harmoko dan Riyadi, 2016).

Asumsi mendasar dari teori transkultural keperawatan adalah perilaku peduli.


Tindakan peduli dalam memberikan dukungan kepada individu secara
utuh.Perilaku peduli semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam
perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Bentuk kepedulian orang-orang di sekitar pasien/klien baik perawat
yang bertugas, keluarga, dan masyarakat di sekitar dapat mengembalikan semangat
sembuh. Kesehatan fisik selalu berkolerasi dengan kondisi manusia sebagai
makhluk psikologis.(Putri, 2016)

C. TEORI MADELEINE LEININGER (CULTURAL DIVERSITY AND


UNIVERSALITY)

Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and
universality, atau yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya,
Leininger memfokuskan pada pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun
kemudian dia menemukan teori cultural diversity and universality yang semula
disadarinya dari kebutuhan khusus anak karena didasari latar belakang budaya yang
berbeda. Transcultural nursing merupakan subbidang dari praktik keperawatan yang
telah diadakan penelitiannya. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan
pelayanan kesehatan berbasis budaya. Bahasan yang khusus dalam teori Leininger,
antara lain adalah :

1. Culture
Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan,
norma, cara hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk
berfikir, membuat keputusan, serta motif tindakan yang diambil.
2. Culture care
Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan
dengan nilai yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang
membantu, menfasilitasi atau memampukan individu atau kelompok untuk
mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki kondisi kesehatan, menangani
penyakit, cacat, atau kematian.

3. Diversity
Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat
kesehatan, serta asuhan keperawatan.

4. Universality
Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait
konsep sehat dan asuhan keperawatan.

5. Worldview
Cara seseorang memandang dunianya

6. Ethnohistory
Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya,
lembaga, terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia
dalam sebuah budaya dalam jangka waktu tertentu.

Untuk membantu perawat dalam menvisualisasikan Teori Leininger, maka


Leininger menjalaskan teorinya dengan model sunrise. Model ini adalah sebuah peta
kognitif yang bergerak dari yang paling abstrak, ke yang sederhana dalam menyajikan
faktor penting teorinya secara holistic

Sunrise model dikembangkan untuk memvisualisasikan dimensi tentang


pemahaman perawat mengenai budaya yang berdeda-beda. Perawat dapat
menggunakan model ini saat melakukan pengkajian dan perencanaan asuhan
keperawatan, pada pasien dengan berbagai latar belakang budaya. Meskipun model
ini bukan merupakan teori, namun setidaknya model ini dapat dijadikan sebagai
panduan untuk memahami aspek holistik, yakni biopsikososiospiritual dalam proses
perawatan klien. Selain itu, sunrise model ini juga dapat digunakan oleh perawat
komunitas untuk menilai faktor cultural care pasien (individu, kelompok,
khususnya keluarga) untuk mendapatkan pemahaman budaya klien secara
menyeluruh. Sampai pada akhirnya, klien akan merasa bahwa perawat tidak hanya
melihat penyakit serta kondisi emosional yang dimiliki pasien. Namun, merawat
pasien secara lebih menyeluruh. Adapun, sebelum melakukan pengkajian terhadap
kebutuhan berbasis budaya kepada klien, perawat harus menyadari dan memahami
terlebih dahulu budaya yang dimilki oleh dirinya sendiri. Jika tidak, maka bisa saja
terjadi cultural imposition.

Kondisi tenaga kesehatan yang disebut dengan cultural imposition kemudian


mendasari pemikiran Leininger untuk memaknai sebuah konsep Paradigma
keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-
konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan terhadap empat sentral
keperawatan yaitu manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya:

Paradigma Keperawatan Teori Keperawatan Leininger

1. Manusia
Manusia atau individu dan keluarga atau kelompok memiliki nilai-nilai dan
norma- norma yang diyakini dapat berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan suatu tindakan. Manusia sebagai makhluk yang memiliki
kemampuan kognitif dan mampu cenderung akan mempertahankan budayanya
dimana pun ia berada.

2. Kesehatan
Merupakan keseluruhan aktifitas klien dalam mengisi kehidupannya yang
terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan sebagai suatu keyakinan, nilai,
pola kegiatan dalam konteks budaya digunakan untuk menjaga serta
memelihara kondisi yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan
perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat sakit yang adaptif
3. Lingkungan
Merupakan keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Bentuk lingkungan dibedakan menjadi tiga, yaitu
fisik, sosial dan simbolik.

4. keperawatan

Adalah rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada


keluarga yang disesuaikan dengan latar belakang budayanya.Praktik ini bertujuan
untuk memandirikan individu sesuai dengan budaya keluarga. Strategi yang
digunakan punperlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasinegoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien.

Leininger mengembangkan istilah baru untuk ajaran dasar teorinya. Berikut


definisi dan prinsip penting untuk dipahami. Istilah kunci sangat penting untuk
memahami teori ini. Berikut adalah ringkasan dasar dari Prinsip yang penting untuk
dipahami dengan teori Leininger:

1. Perawatan adalah tindakan untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata
atau yang diantisipasi dalam upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang
memprihatinkan atau menghadapi kematian.

2. Merawat adalah tindakan atau aktivitas yang diarahkan untuk memberikan


perawatan.

3. Budaya mengacu pada nilai, kepercayaan, nilai, kepercayaan, norma, dan


lifeways individu atau kelompok tertentu yang membimbing mereka seperti
pemikiran, keputusan, tindakan, dan pola hidup.

4. Perawatan budaya mengacu pada berbagai aspek budaya yang mempengaruhi


dan memungkinkan seseorang/kelompok untuk memperbaiki kondisi
mereka/untuk menangani penyakit atau kematian. Keragaman perawatan budaya
mengacu pada perbedaan makna dan nilai perawatan di dalam atau di antara
berbagai kelompok orang.

5. Keunikan perawatan budaya mengacu pada perawatan umum atau makna serupa
yang terlihat jelas di antara banyak budaya.

6. Keperawatan adalah profesi terpelajar yang terfokus pada penyakit.

7. Cara Pandang mengacu pada cara orang dalam melihat dunia atau universein
yang menciptakan pandangan pribadi tentang kehidupan apa adanya.

8. Dimensi struktur budaya dan sosial mencakup faktor-faktor yang berkaitan


dengan agama, struktur sosial, masalah politik/hukum, ekonomi, pola
pendidikan,
penggunaan teknologi, nilai budaya, dan sejarah etnis yang mempengaruhi
respon budaya manusia dalam konteks budaya.
9. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan dan dinilai
secara kultural oleh budaya yang ditunjuk.

10. Pelestarian atau pemeliharaan perawatan budaya mengacu pada kegiatan asuhan
keperawatan yang membantu orang-orang dari budaya tertentu untuk
mempertahankan dan menggunakan nilai perawatan budaya utama yang terkait
dengan masalah atau kondisi kesehatan.

11. Akomodasi budaya atau negosiasi mengacu pada tindakan keperawatan yang
kreatif yang membantu orang-orang dari budaya tertentu beradaptasi atau
bernegosiasi dengan orang lain di komunitas layanan kesehatan dalam upaya
mencapai tujuan bersama dari hasil kesehatan optimal untuk pasien dari budaya
yang ditunjuk.

D. TUJUAN TEORI MADELEINE LEININGER

Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains


dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kebudayaan yang spesifik dan universal (Leininger, dalam Ferry Efendi dan
Makhfudli, 2009). Dalam hal ini, kebudayaan yang spesifik merupakan kebudayaan
yang hanya dimiliki oleh kelompok tertentu. Misalnya kebudayaan Suku Anak
Dalam, Suku Batak, Suku Minang. Sedangkan kebudayaan yang universal adalah
kebudayaan yang umumnya dipegang oleh masyarakat secara luas. Misalnya,
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan merupakan perilaku yang baik, untuk
meminimalisir tubuh terkontaminasi oleh mikroorganisme ketika makan. Dengan
mengetahui budaya spesifik dan budaya universal yang dipegang oleh klien, maka
praktik keperawatan dapat dilakukan secara maksimal.
E. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI MADELEINE LEININGER
1. kelebihan
Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena tidak
kaku memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat patut
diperhatikan dalam memberikan asuhan.

a. Pengaplikasiannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti Orem,


Virginia Henderson, dan Neuman.
b. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien
dalam mengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
c. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering ditemukan
saat melakukan asuhan keperawatan.
2. Kelemahan Teori Madeleine Leininger
Teori ini tidak mempunyai metode spesifik yang mencakup proses asuhan
keperawatan.

F. PENERAPAN TEORI MADELEINE LEININGER DALAM


KEPERAWATAN
1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalam
berbagai budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya telah dipelajari
dipelajari. Selain itu juga, digunakan untuk menguji teori ethnonursing. Teori
transcultural nursing ini, merupakan satu-satunya teori yang yang membahas
secara spesifik tentang pentingnya menggali budaya pasien untuk memenuhi
kebutuhannya.

Kajian yang telah dilakukan mengenai etnogeografi dilakukan pada keluarga


yang salah-satu anggota keluarganya mengalami gangguan neurologis yang akut.
Hal yang dilihat disini, adalah bagaimana anggota keluarga yang sehat menjaga
anggota keluarga yang mengalami gangguan neurologis, tersebut. Akhirnya,
anggota keluarga yang sehat di wawancara dan diobservasi guna memperoleh
data. Ternyata mereka melakukan penjagaan terhadap anggota keluarga yang
sakit, selama kurang lebih 24 jam. Hanya satu orang saja yang tidak ikut
berpartisipasi untuk merawat anggota yang sakit. Setelah dikaji, ada beberapa
faktor yang memengaruhi kepedulian anggota keluarga yang sehat untuk menjaga
anggota yang sakit. Faktor tesebut, dintaranya adalah komitmen dalam
kepedulian, pergolakan emosional, hubungan keluarga yang dinamis, transisi dan
ketabahan. Penemuan ini menjelaskan pemahaman yang nyata. Bahwa penjagaan
terhadap pasien merupakan salah ekspresi dari sifat caring dan memperikan
sumbangsih pada pengetahuan tentang perawatan peka budaya.

Tujuan dari kajian kedua adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis


ekspresi dari pelaksaan sifat caring warga Anglo Amerika dan Afrika Amerika
dalam sift caring jangka panjang dengan menggunakan metode ethonursing
kualitatif. Data dikumpulkan dari 40 orang partisipan, termasuk di dalamnya
adalah para penduduk Anglo Amerika dan Afrika Amerika, staf keperawatan,
serta penyedia pelayanan. pemelihara gaya hidup preadmission, perawatan yang
profesional dan memuaskan bagi penduduk, perbedaan yang besar antara
appartemen dengan rumah para penduduk, dan sebuah lembaga kebudayaan yang
mencerminkan motif dan pelaksanaan keperawatan. Penemuan ini berguna bagi
masyarakat dan para staf profesional untuk mengembangkan teori culture care
diversity and universality.

2. Edukasi (Education)
Dimasukannya keanekaragaman budaya dalam kurikulum pendidikan
keperawatan bukan merupakan hal yang baru. Keanekaragaman budaya atau
dalam dunia keperawatan mulai diintegrasikan ke dalam kurikulum keperawatan
pada tahun 1917, saat komite kurikulum dari National League of Nursing (NLN)
mempublikasikan sebuah panduan yang berfokus pada ilmu sosiologi dan isu
sosial yang sering dihadapi oleh para perawat. Kemudian, tahun 1937 komite
NLN mengelompokan latar belakang budaya ke dalam panduan untuk
mengetahui reaksi seseorang terhadap rasa sakit yang dimilikinya.
Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam proses
pembelajaran keperawatan yang ada di dunia. Namun, Leinginger merasa
khawatir beberapa program menggunkannya sebagai fokus utama. Karena saat
ini pengaruh globalisasi dalam pendidikan sangatlah signifikan dengan
presentasi dan konsultasi di setiap belahan dunia.

Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural


nursing dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat
berhadapan langsung dengan klien, mereka tidak hanya akan merawat klien
yang mempunyai budaya yang sama dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa
saja menghadapi klien yag berasal dari luar negara Indonesia.

3. Kolaborasi (Colaboration)

Asuhan keperawatan merupakan bentuk yang harus dioptimalkan dengan


mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu
yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan


memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang
budaya klien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan
klien, ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya. Nantinya, pemahaman
terhadap budaya klien akan diimplentasikan ke dalam strategi yang digunakan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Strategi ini merupakan strategi
perawatan peka budaya yang dikemukakan oleh Leininger, antara lain adalah :

a. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya.


Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relavan, misalnya
budaya berolah raga setiap pagi.

b. Strategi II, Mengakomodasi/negosiasi budaya.


Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini
dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu
yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber
protein hewani atau nabati lain yang nilai gizinya setara dengan ikan.

c. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien


Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan
sesuai dengan keyakinan yang dianut.

4. Pemberi Perawatan (Care Giver)


Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Transcultural
Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami
oleh

klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya. Culture imposition adalah kecenderungan tenaga
kesehatan (perawat), baik secara diam maupun terang-terangan memaksakan nilai
budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu,
keluarga, atau kelompok dan budaya lain karena mereka meyakini bahwa
budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.

Contoh kasus, seorang pasien penderita gagal ginjal memiliki kebiasaan


selalu makan dengan sambal sehingga jika tidak ada sambal pasien tersebut tidak
mau makan. Ini merupakan tugas perawat untuk mengkaji hal tersebut karena ini
terkait dengan kesembuhan dan kenyamanan pasien dalam pemberian asuhan
keperawatan. Ada 3 cara melaksanakan tindakan keperawatan yang memiliki latar
budaya atau kebiasaan yang berbeda. Dalam kasus ini berarti perawat harus
mengkaji efek samping sambal terhadap penyakit gagal ginjal pasien, apakah
memberikan dampak yang negatif atau tidak memberikan pengaruh apapun. Jika
memberikan dampak negatif tentunya sebagai care giver perawat harus
merestrukturisasi kebiasaan pasien dengan mengubah pola hidup pasien dengan
hal yang membantu penyembuhan pasien tetapi tidak membuat pasien merasa
tidak nyaman sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan.

Pemahaman budaya klien oleh perawat sangat mempengaruhi efektivitas


keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga tidak akan terjadi hubungan terapeutik.

5. Manajemen

Dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan Transcultural Nursing bisa


ditemukan dalam manajemen keperawatan. Diantaranya ada beberapa rumah sakit
yang dalam memberikan pelayanan menggunakan bahasa daerah yang digunakan
oleh pasien. Hal ini memugkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan lebih dekat
dengan pemberi pelayanan kesehatan. Bisa saja, tidak semua warga negara
Indonesia fasih dan nyaman menggunakan bahasa Indonesia. Terutama bagi
masyarakat awam, mereka justru akan merasa lebih dekat dengan pelayanan
kesehatan yang menggunakan bahasa ibu mereka. Hal ini dikarena nilai-nilai
budaya yang dipegang oleh tiap orangnya masih cukup kuat.

6. Sehat dan Sakit


Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang sangat
bergantung, dan ditentukan oleh budaya. Budaya akan mempengaruhi seseorang
mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya.

Apresiasi terhadap sakit yang ditampilakan dari berbagai wilayah di


Indonesia juga beragam. Contohnya, Si A, yang berasal dari suku Batak
mengalami influenza disertai dengan batuk. Namun, dia masih bisa melakukan
aktivitas sehari-harinya secara normal. Maka dia dikatakan tidak sedang sakit.
Karena di Suku Batak, seseorang dikatakan sakit bila dia sudah tidak mampu
untuk menjalankan aktivitasnya secara normal

Proses Sunrise Model


Keperawatan
Pengkajian Dan Pengkajian terhadap Level satu, dua dan tiga yang meliputi :
Diagnosis Level satu : World view and Social system level
Level dua : Individual, Families, Groups communities and
Institution in diverse health system
Level tiga : Folk system, professional system and nursing

Perencanaan dan Level empat : Nursing care Decition and Action


Implementasi Culture Care Preservation/maintanance
Culture Care Accomodation/negotiations
Culture Care Repatterning/restructuring
Evaluasi

. Penerapan Asuhan Keperawatan Berdasarkan teori Leininger.(Prosen,


2015)

G. APLIKASI TEORI MADELEINE LEININGER DALAM KOMUNITAS

Madeleine Leininger mengembangkan Theory of Culture Care Diversity and


Universality melalui penelitian kualitatif ekstensif dalam disiplin ilmu antropologi,
etnografi, dan keperawatan (Madeleine Leininger, 2002).Selama lima puluh tahun
terakhir, teori tersebut telah diterapkan untuk membantu mahasiswa keperawatan
dan perawat praktik sama-sama memahami perbedaan budaya dalam merawat
individu dan keluarga dari berbagai latar belakang budaya. Leininger dan rekan-
rekannya menjelaskan budaya sebagai “nilai-nilai yang dipelajari, dibagikan dan
ditransmisikan, kepercayaan, norma, dan cara hidup a budaya tertentu yang
memandu pemikiran, keputusan, dan tindakan dengan cara berpola dan sering kali
antar generasi.(Madeleine Leininger, 2002) Oleh karena itu, pemahaman individu
kesehatan dan penyakit seperti diabetes dipengaruhi secara budaya. Masyarakat
memiliki kultur sendiri terhadap keberadaan tenaga kesehatan seperti perawat, pun
perawat dalam menjalankan tugasnya menghadapi masyarakat. Perawat akan
memiliki kecenderungan untuk memaksakan atau menerapkan kepercayaan, praktik,
nilai, terhadap budaya orang lain atau kelompok lebih tinggi. Untuk membantu
perawat dalam menvisualisasikan Teori Leininger, maka Leininger menjalaskan
teorinya dengan model sunrise.model sunrise digunakan dalam Perawatan yang
Sesuai Secara Budaya dari Populasi Imigran Kanada Diabetik Tipe 2. Tujuan dari
latihan tingkat lanjut perawat yang bekerja dengan populasi imigran yang hidup
dengan diabetes tipe 2 harus menyediakan kebutuhan budaya perawatan yang tepat
untuk individu, keluarga dan komunitas.

Leininger dan McFarland (2002) merujuk hingga asuhan keperawatan yang


kompeten secara budaya yang mencakup penggunaan asuhan dan kesehatan berbasis
budaya pengetahuan dengan cara yang sensitif, kreatif, dan bermakna. Proses ini
membutuhkan refleksi saat perawat mengeksplorasi dan mengidentifikasi bias dan
stereotip khususnya sebelumnya memasuki praktek. Perawat juga harus memperoleh
data dasar dari pemangku kepentingan utama di komunitas dan keluarga
sebagaimana ditentukan oleh pasien (Leininger dan McFarland). Pandangan dunia
dan faktor struktur sosial termasuk "agama, ekonomi, pendidikan, teknologi, politik,
kekerabatan, etno-sejarah, lingkungan, bahasa, dan faktor perawatan generik dan
profesional ”perlu terungkap langsung dari data emic, sebagai faktor yang
berhubungan dengan “kesehatan, kesejahteraan, penyakit, dan kematian.

Tiga mode tindakan dan keputusan keperawatan Leininger meliputi:

1) asuhan budaya pelestarian dan kelanjutan,

2) akomodasi perawatan budaya, dan


3) penataan ulang perawatan budaya dan restrukturisasi .

Mode pertama, pelestarian dan kelanjutan perawatan budaya, mengacu pada


"membantu, mendukung, fasilitatif, atau memungkinkan tindakan dan keputusan
profesional" itu akan membantu orang dari budaya tertentu menjaga nilai-nilai
perawatan relevan yang mungkin diperlukan menjaga kesejahteraan, mengatasi
penyakit, atau sekarat .Dalam diabetes perawatan, ini mungkin terdiri dari
berurusan dengan apa arti diagnosis bagi individu dan / atau keluarga, atau mungkin
bagaimana orang tersebut dapat terus makan makanan tradisional tanpa
menimbulkan dampak negatif kadar glukosa darah.

Mode kedua, akomodasi perawatan budaya, mengacu pada tertentu tindakan


atau keputusan profesional yang membantu orang “untuk beradaptasi atau
bernegosiasi dengan, orang lain untuk hasil kesehatan yang bermanfaat atau
memuaskan.Dalam perawatan diabetes, ini mungkin diperlukan bentuk berbicara
dengan pasien tentang cara mereka dapat memasukkan aktivitas fisik ke dalam
mereka rutinitas sehari-hari.

Mode ketiga dan terakhir terdiri dari penataan ulang perawatan budaya dan /
atau restrukturisasi untuk mendukung klien untuk "menyusun ulang, mengubah,
atau sangat mengubah cara hidup mereka untuk yang baru, berbeda, dan pola
perawatan kesehatan yang bermanfaat "tetapi pada saat yang sama memastikan
untuk menghormati" nilai-nilai budaya tersebut dan keyakinan dan masih
memberikan jalan hidup yang bermanfaat atau lebih sehat daripada sebelum
perubahan terjadi bersamaan didirikan dengan klien.Dalam perawatan diabetes, ini
bisa berarti memiliki berdiskusi dengan klien tentang cara untuk mengurangi
merokok, dengan tujuan akhirnya berhenti. Masing-masing mode ini dapat
memberikan dasar bagi perawat untuk merawat imigran individu dan keluarga
dengan diabetes. Karena perawat menggunakan konsep-konsep ini, itu penting ingat
bahwa hanya melalui partisipasi bersama klien dan perawat dalam pengambilan
keputusan dan tindakan yang mempengaruhi perawatan, dapat secara budaya
perawatan kongruen dicapai.(Pane et al., 2018).
Penerapan sunrise model juga Digunakan Di Pkm Asakota Kota Bima. Peran
mahasiswa praktikan dan petugas kesehatan Puskesmas dalam pemberdayaan
keluarga dan masyarakat dalam perawatan dan pola asuh neonatus yang berbasis
tradisi/budaya dapat mengikuti tiga strategi utama menurut konsep keperawatan
transkultural. Langkah-langkah dalam melaksanakan intervensi keperawatan
transkultural dengan Model Sunrise adalah pertama mengidentifikasi praktik-
praktik perawatan dan pola asuh berbasis budaya untuk menentukan apakah praktik
tersebut dapat meningkatkan status kesehatan atau merugikan kesehatan neonatus.

Langkah kedua adalah menentukan strategi yang akan dilakukan terkait dengan
praktik perawatan neonatus berbasis budaya Bima, yaitu strategi mempertahankan
bila praktik tersebut tidak bertentangan dengan kesehatan, strategi negosiasi budaya
yaitu membantu keluarga beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan neonatus, serta strategi restrukturisasi budaya bila
praktik perawatan yang dilakukan oleh keluarga dapat merugikan status kesehatan
neonatus.

Langkah selanjutnya adalah merencanakan metode dalam melaksanakan strategi


yang telah ditentukan. Strategi menegosiasi dan merestrukturisasi budaya dilakukan
dengan cara memberikan alternatif bagi keluarga dalam melakukan praktik
perawatan neonatus seperti bore woke kai huni dapat dinegosiasi dengan
mengajarkan teknik perawatan tali pusat bagi neonatus, praktik mama oha kalo
dapat perbaiki dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI ekslusif,
demikian juga dengan praktik Kandeo oro yang sangat berisiko menyebabkan bayi
berada dalam kondisi hipotermi dapat restrukturisasi dengan cara menjelaskan
bahaya hipotermi bagi neonatus serta mengajarkan cara memandikan bayi baru
lahir.

Cara pendekatan kepada keluarga dapat dilakukan diantaranya melalui


pendidikan kesehatan baik dengan metode ceramah maupun menggunakan media
audio visual seperti pemutaran video dan brosur. Demonstrasi dan redemonstrasi
keterampilan perawatan bayi baru lahir merupakan cara yang efektif untuk
memberikan pengalaman belajar secara langsung bagi ibu atau pengasuh bayi.
Keterlibatan keluarga sebagai sistem pendukung juga merupakan faktor penting
yang dapat menentukan penerimaan terhadap ilmu dan keterampilan perawatan bayi
baru lahir secara baik.(Ade Wulandari, 2013)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan
universality, atau yang lebih dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada
nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya,
serta di dalam teorinya membahas khusus Culture, culture care, diversity,
universality, worldview, ethnohistory.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains
dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kebudayaan yang spesifik dan universal . Dalam teori ini terdapat beberapa
kelebihan dan juga kekurangan yang perlu diperbaiki dan dipertahankan. Selain itu
teori ini juga dapat diterapkan dalam berbagai bidang/aspek diantaranya bidang
riset, edukasi, kolaborasi, pemberi perawatan, manajemen, dan sehat sakit.Dalam
bidang riset, teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode
penelitian dalam berbagai budaya, dimana hasil penemuan ini berguna bagi
masyarakat dan para staf profesional untuk mengembangkan teori
transcultural nursing. Dalam bidang edukasi, Leininger mengembangkan
Transcultural Nursing di bidang kursus dan di sebuah program sekolah perawat.
Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam proses pembelajaran
keperawatan yang ada di dunia karena teori ini sangat penting guna menciptakan
perawatan profesional yang peka budaya.
Dalam bidang kolaborasi, teori Leininger ini diterapkan di lingkungan
pelayanan kesehatan ketika melakukan kolaborasi dengan klien, ataupun
dengan staf Kesehatan yang lainnya. Dalam pemberian perawatan, perawat
diharuskan memahami konsep teori Transcultural Nursing untuk menghindari
terjadinya cultural shock atau culture imposition saat pemberian asuhan
keperawatan.Dalam bidang manajemen teori Transcultural Nursing bisa
diaplikasikan saat pemberian pelayanan menggunakan bahasa daerah yang
digunakan oleh pasien. Hal ini memungkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan
lebih dekat dengan pemberi pelayanan kesehatan.Dalam aspek sehat dan sakit,
Leininger menjelaskan hal tersebut sebagai suatu hal yang sangat bergantung,
dan ditentukan oleh budaya, karena budaya akan mempengaruhi seseorang
mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya

B. SARAN
1. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang
ilmu antropologiagar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2. Pelaksanaan teori Leinienger memerlukan penggabungan dari teori
keperawatan yang lain yangterkait, seperti teori adaptasi, self care dan lain-
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Wulandari. (2013). Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Untuk


Mempertahankan, Menegosiasi Dan Merestrukturisasi Praktik Keperawatan Neonatus
Yang Berbasis Budaya Bima Melalui Penerapan Sunrise Model Di Pkm Asakota Kota
Bima : Action Research. Jurnal Kesehatan Prima, 53(9), 1689–1699.

Madeleine Leininger. (2002). Culture Care Theory-A Major Contribution to Advance


Transcultural Nursing Knowledge and Practices.pdf. Journal of Transcultural Nursing,
13(3), 189–192.

Pane, D. N., Fikri, M. EL, & Ritonga, H. M. (2018). Culturally Appropriate Nursing
Care of the Type 2 Diabetic Immigrant Population: Results of an Integrated Literature
Review. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Prosen, M. (2015). Introducing Transcultural Nursing Education: Implementation of


Transcultural Nursing in the Postgraduate Nursing Curriculum. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 174, 149–155. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.640

Putri, D. M. P. (2016). Buku Keperawatan Transkultural Pengetahuan dan Praktik


Berdasarkan Budaya. http://repository.akperykyjogja.ac.id/102/1/Buku Keperawatan
Transkultural Lengkap.pdf

Harmoko dan Riyadi, Sujono. 2016. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai