Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin berkembangnya jaman maka semakin maju pula pola pikir
manusia misalnya,manusia dapat menciptakan tranportasi yang sangat
dibutuhkan oleh manusia dalam melakukanaktifitas sehari-hari, tapi selain
segi positif timbul pula segi negatif misalnya dengan alattranportasi yang
digunakan untuk beraktifitas dapat menyebabkan kecelakaan,salah satu
contohnya adalah fraktur pada tulang dan dapat pula terjadi trauma pada
dada.Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura
paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam
maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan
Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu: Nyeri pada
tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan
krepitasi yang sangat palpasi, pasien menahan dadanya dan bernafas
pendek, dyspnea, takipnea, takikardi, tekanan darah menurun,gelisah dan
agitas, kemungkinan cyanosis, batuk mengeluarkan sputum bercak
darah,hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit dan ada jejas
pada thorak.

Selain kecelakaan trauma juga disebabkan oleh senjata tajam dan peluru.
Oleh karena itu mengakibatkan kerusakan dan menimbulkan robekan dari
organ – organ dalam rongga abdomen atau mengakibatkan penumpukan
darah dalam rongga abdomen yang berakibat kematian. Di Rumah Sakit
data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi. Dalam kasus ini “
Waktu adalah nyawa ” dimana dibutuhkan suatu penanganan yang
professional yaitu cepat, tepat, cermat dan akurat, baik di tempat kejadian
( pre hospital ), transportasi sampai tindakan definitif di rumah sakit.
Tindakan definitif dengan jalan pembedahan sangatlah penting

1
dilakukan, oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara pasien, keluarga
pihak dokter maupun perawat sebagai mitra kerja ataupun merupakan
Team Work dalam melaksanakan tindakan pembedahan sekaligus
memberikan Asuhan Keperawatan.

Sehingga dengan adanya bedah trauma diharapkan perawat mampu


membantu proses kesembuhan diri pasien dengan menentukan asuhan
keperawatan yang tepat dalam menangani pasien dengan penyakit trauma
dada dan abdomen.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang muncul pada makalah ini adalah bagaimana
memahami trauma bedah dan menentukan asuhan keperawatan yang
tepat dalam menangani pasien dengan penyakit trauma dada dan
abdomen.

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami trauma bedah dan menentukan
asuhan keperawatan yang tepat dalam menangani pasien dengan
penyakit trauma dada dan abdomen.
1.3.2 Tujuan Khusus
 Mahasiswa dapat mengetahui definisi bedah trauma
 Mahasiswa dapat mengetahui jenis trauma
 Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis trauma
 Mahasiswa dapat mengetahi komplikasi
 Mahasiswa dapat mengetahui pathway trauma
 Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan bedah trauma
 Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan bedah
trauma

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bedah Trauma


Trauma adalah pengalaman yang mempengaruhi dan menguasai diri
seseorang dengan kecemasan, biasanya pengalaman tersebut tidak
menyenangkan sehingga orang bersangkutan tidak ingin pengalaman
yang serupa terulang lagi. Trauma adalah Luka/ syok/kekagetan yang
disebabkan oleh peristiwa yang terjadi secara tiba, di luar kendali,
menekan, sangat menyakitkan, membahayakan kehidupan, mengancam
jiwa. (Yayasan Pulih, 2011)

Trauma adalah Mekanisme dimana seseorang terkena langsung oleh


benda atau perantara benda yang mengakibatkan cedera.
Bedah adalah cabang kedokteran yang bersangkutan dengan penyakit dan
kondisi yang membutuhkan atau disetujui dengan prosedur operasi
(pembedahan). Bedah trauma adalah kondisi yang membutuhkan
prosedur operasi (pembedahan) terhadap seseorang yang terkena langsung
oleh benda atau perantara benda yang mengakibatkan cedera yang
membahayakan kehidupan, mengancam jiwa

2.2. Jenis Bedah Trauma


2.2.1 Bedah Trauma berdasarkan letak trauma
 Trauma Abdomen: trauma yang terjadi pada daerah abdomen
yang meliputi daerah retroperitoneal, pelvis dan organ
peritroneal
 Trauma thorax: semua ruda paksa pada thorax dan dinding
thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Lap.
UPF bedah, 1994).

3
2.2.2 Bedah Trauma berdasarkan Etiologi
 Trauma tumpul yaitu Trauma di daerah abdomen dll yang tidak
menyebabkan perlukaan kulit / jaringan tetapi kemungkinan
perdarahan akibat trauma bisa terjadi
 Trauma tembus : organ yang terkena hati, usus halus,besar
dll disebabkan oleh baku tembak dan luka tusukan. Trauma
tembus (Tusuk dan tembak) Penyebab benda tajam dengan
kekuatan penuh hingga melukai rongga abdomen (Brunner &
Suddarth, 2002).

2.3 Manifestasi Klinis Trauma Abdomen


2.3.1 Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
2.3.2 Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi.
2.3.3 Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda
ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
2.3.4 Mual dan muntah
2.3.5 Penurunan kesadaran
(malaise, letargi, gelisah) Yang disebabkan oleh kehilangan darah
dan tanda-tanda awal shock hemoragi

2.4 Komplikasi
2.4.1 Segera : hemoragi syok
2.4.2 Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001)

4
2.6 Pathway
Trauma

Tajam
Tumpul

Robekan, Abrasi
jejeas

Hematom hepasr, ginjal, dan Perdarahan & kerusakan


jaringan berongga organ

Tindakan gawat darurat

komplikasi operasi

2.6 Penatalaksanaan
Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu ABC bila
pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu
sendiri. Pipa lambung, selain untuk diagnostic, harus segera dipasang
untuk mencegah terjadinya aspirasi bila terjadi muntah. Sedangkan
kateter di pasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin.
Pada trauma tumpul, bila terdapat kerusakan intra peritoneum harus
dilakukan laparotomi, sedangkan bila tidak, pasien diobservasi selama 24-
48 jam.
 Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya.
Jika penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan
selain pemberantasan syok (operasi)
 Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada
trauma tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
 Luka tembus merupakan indikasi dilakukannya tindakan laparatomi
eksplorasi bila ternyata peritonium robek. Luka karena benda tajam

5
yang dangkal hendaknya diekplorasi dengan memakai anestesi lokal,
bila rektus posterior tidak sobek, maka tidak diperlukan laparatomi.
 Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan
hebat yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda
perlukaan abdomen lainnya memerlukan pembedahan.
 Laparatomi: menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan
kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah
tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber
perdarahan itu sendiri

2.7 Asuhan Keperawatan Perioperatif Bedah Trauma


2.7.1 Pengkajian
 Airway : Ada atau tidaknya sumbatan jalan napas (secret,
lidah jatuh ke belakang, bronkospasme), kepatenan jalan
napas.
 Breathing: Bunyi napas (vesikuler), frekuensi pernapasan,
pola napas, penggunaan otot bantu napas.
 Circulation: Denyut nadi, frekuensi, kekuatan, irama, tekanan
darah, kapilari refill <3 detik.
 Disability: Ketidakmampuan, GCS(E=4, V=5, M=6 ), reaksi
pupil, reflek cahaya
 Exposure: Sensasi nyeri, cegah pasien hipotermi, lihat ada
tidaknya jejas, CT skan abdomen, Lavase Peritoneal
Diagnostik (LPD).
 pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan
singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.

Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah


 Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas

6
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam
keseimbangan cedera (trauma).
 Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang
atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
 Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau
mengalami gangguan fungsi.
 Makanan dan cairan
Data Subyektif :Mual, muntah, dan mengalami perubahan
selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
 Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,
perubahan status mental, kesulitan dalam menentukan posisi
tubuh
 Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan
lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
 Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan
rentang gerak.

2.7.2 Diagnosa Keperawatan


 Syok hipovolemik b/d hemorrhage
 Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.

7
 Kerusakan integritas jaringan b/d cedera tusuk
 Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh.

2.7.3 Rencana Keperawatan


Diagnosa
NO Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Syok hipovolemik setelah dilakukan Mandiri
b/d hemorrhage tindakan a. Pertahankan
keperawatan selama jalan napas
kurang dari 10 b. Posisikan kaki
menit diharapkan lebih tinggi
syok hipovolemik Kolaborasi
dapat teratasi a. Pasang dua
dengan kriteria jalur infus
hasil: intravena.
a. Tidak ada Berikan ringer
sianosis laktat (RL) 2-3
b. Perfusi jaringan liter selama 20-
kembali normal 30 menit
c. Kebutuhan b. Pantau data-data
metabolisme hasil pemeriksaan
terpenuhi laboratorium

2 Nyeri Nyeri teratasi a. Kaji


berhubungan karakteristik
dengan adanya nyer
trauma abdomen b. Beri posisi semi
atau luka penetrasi fowler

8
abdomen. c. Anjurkan tehnik
manajemen nyeri
seperti distraksi.
d. Kolaborasi
pemberian
analgetik sesuai
indikasi.
e. Managemant
lingkungan yang
nyaman

3 Kerusakan Mencapai a. Kaji kulit dan


integritas kulit penyembuhan luka identifikasi pada
berhubungan pada waktu yang tahap
dengan cedera sesuai. perkembangan
tusuk. Kriteria Hasil : luka.
a. tidak ada tanda- b. Kaji lokasi,
tanda infeksi ukuran, warna,
seperti pus. bau, serta
b. luka bersih tidak jumlah dan tipe
lembab dan cairan luka
tidak kotor. c. Pantau
c. Tanda-tanda peningkatan
vital dalam batas suhu tubuh.
normal atau d. Berikan
dapat perawatan luka
ditoleransi. dengan tehnik
aseptik. Balut
luka dengan
kasa kering dan
steril, gunakan

9
plester kertas.
e. Jika pemulihan
tidak terjadi
kolaborasi
tindakan
lanjutan,
misalnya
debridement.
f. Kolaborasi
pemberian
antibiotik sesuai
indikasi.

4 Resiko infeksi Tidak terjadi infeksi a. Kaji tanda-tanda


berhubungan infeksi
dengan tindakan b. Kaji keadaan
pembedahan, tidak luka
adekuatnya c. Kaji tanda-tanda
pertahanan tubuh. vital
d. perawatan luka
dengan prinsip
sterilisasi
e. Kolaborasi
pemberian
antibiotik

2.7.4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Tidak terjadi syok hipovolemik

10
2. Nyeri berkurang atau teradaptasi
3. Integritas jaringan dapat kembali normal
4. Infeksi luka operasi tidak terjadi.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dilihat dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa trauma dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti yang tertera
di bagian etiologi makalah ini. Trauma disebabkan oleh benda tumpul
biasanya lebih banyak menyebabkan kerusakan pada organ-organ padat
maupun organ-organ berongga abdomen dibandingkan dengan trauma
abdomen yang disebabkan oleh benda tajam.

Semua trauma yang telah di kaji dan diintervensi sesuai dengan ABC
tetapi tidak menunjukan kemajuan dan mengalami komplikasi harus
dilakukan tindakan pembedahan / operasi

3.2 Saran
Dalam pebuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pebuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua
pmbaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam
pembuatan makalah yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. E. 1999.Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah: Buku Saku Untuk


Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.

Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Tarwoto, dkk. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan.


Jakarta : Sagung Seto.

Batticaca, B Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan


Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.Brunner &


Suddath. 2001. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran.

Akhyar, Yayan. 2009. Traktus Spinotalamikus: Files of DrsMed FK UNRI,


(Online) http://www.yayanakhyar.co.nr diakses tanggal 24 Februari 2018

Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC

13

Anda mungkin juga menyukai