PENDAHULUAN
Selain kecelakaan trauma juga disebabkan oleh senjata tajam dan peluru.
Oleh karena itu mengakibatkan kerusakan dan menimbulkan robekan dari
organ – organ dalam rongga abdomen atau mengakibatkan penumpukan
darah dalam rongga abdomen yang berakibat kematian. Di Rumah Sakit
data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi. Dalam kasus ini “
Waktu adalah nyawa ” dimana dibutuhkan suatu penanganan yang
professional yaitu cepat, tepat, cermat dan akurat, baik di tempat kejadian
( pre hospital ), transportasi sampai tindakan definitif di rumah sakit.
Tindakan definitif dengan jalan pembedahan sangatlah penting
1
dilakukan, oleh karena itu dibutuhkan kerja sama antara pasien, keluarga
pihak dokter maupun perawat sebagai mitra kerja ataupun merupakan
Team Work dalam melaksanakan tindakan pembedahan sekaligus
memberikan Asuhan Keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2.2 Bedah Trauma berdasarkan Etiologi
Trauma tumpul yaitu Trauma di daerah abdomen dll yang tidak
menyebabkan perlukaan kulit / jaringan tetapi kemungkinan
perdarahan akibat trauma bisa terjadi
Trauma tembus : organ yang terkena hati, usus halus,besar
dll disebabkan oleh baku tembak dan luka tusukan. Trauma
tembus (Tusuk dan tembak) Penyebab benda tajam dengan
kekuatan penuh hingga melukai rongga abdomen (Brunner &
Suddarth, 2002).
2.4 Komplikasi
2.4.1 Segera : hemoragi syok
2.4.2 Lambat : infeksi (Smeltzer, 2001)
4
2.6 Pathway
Trauma
Tajam
Tumpul
Robekan, Abrasi
jejeas
komplikasi operasi
2.6 Penatalaksanaan
Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu ABC bila
pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu
sendiri. Pipa lambung, selain untuk diagnostic, harus segera dipasang
untuk mencegah terjadinya aspirasi bila terjadi muntah. Sedangkan
kateter di pasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin.
Pada trauma tumpul, bila terdapat kerusakan intra peritoneum harus
dilakukan laparotomi, sedangkan bila tidak, pasien diobservasi selama 24-
48 jam.
Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya.
Jika penderita dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan
selain pemberantasan syok (operasi)
Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada
trauma tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
Luka tembus merupakan indikasi dilakukannya tindakan laparatomi
eksplorasi bila ternyata peritonium robek. Luka karena benda tajam
5
yang dangkal hendaknya diekplorasi dengan memakai anestesi lokal,
bila rektus posterior tidak sobek, maka tidak diperlukan laparatomi.
Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan
hebat yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda
perlukaan abdomen lainnya memerlukan pembedahan.
Laparatomi: menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan
kassa dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah
tertentu, tetapi yang lebih penting adalah menemukan sumber
perdarahan itu sendiri
6
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam
keseimbangan cedera (trauma).
Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang
atau dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau
mengalami gangguan fungsi.
Makanan dan cairan
Data Subyektif :Mual, muntah, dan mengalami perubahan
selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,
perubahan status mental, kesulitan dalam menentukan posisi
tubuh
Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan
lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan
rentang gerak.
7
Kerusakan integritas jaringan b/d cedera tusuk
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh.
8
abdomen. c. Anjurkan tehnik
manajemen nyeri
seperti distraksi.
d. Kolaborasi
pemberian
analgetik sesuai
indikasi.
e. Managemant
lingkungan yang
nyaman
9
plester kertas.
e. Jika pemulihan
tidak terjadi
kolaborasi
tindakan
lanjutan,
misalnya
debridement.
f. Kolaborasi
pemberian
antibiotik sesuai
indikasi.
2.7.4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Tidak terjadi syok hipovolemik
10
2. Nyeri berkurang atau teradaptasi
3. Integritas jaringan dapat kembali normal
4. Infeksi luka operasi tidak terjadi.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dilihat dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa trauma dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti yang tertera
di bagian etiologi makalah ini. Trauma disebabkan oleh benda tumpul
biasanya lebih banyak menyebabkan kerusakan pada organ-organ padat
maupun organ-organ berongga abdomen dibandingkan dengan trauma
abdomen yang disebabkan oleh benda tajam.
Semua trauma yang telah di kaji dan diintervensi sesuai dengan ABC
tetapi tidak menunjukan kemajuan dan mengalami komplikasi harus
dilakukan tindakan pembedahan / operasi
3.2 Saran
Dalam pebuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam
pebuatan makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta
kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam pengonsepan materi.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua
pmbaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam
pembuatan makalah yang akan datang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
13