Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR DAN


ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tanggal 20 November 2017 – 13 Januari 2017

OLEH:
Maulidiyana, S.Kep
NIM.1630913320024

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR DAN


ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tanggal 20 November 2017 – 13 Januari 2017

Oleh :
Maulidiyana, S.Kep
NIM.1630913320024

Banjarbaru, November 2017

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Kurnia Rachmawati, S. Kep., Ns., MNSc


NIK. 1990 2014 1 139
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Definisi Komunitas dan Kesehatan Masyarakat


Menurut Kontjaraningrat, komunitas adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak,
2007). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu
lokasi yang sama dengan di bawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi
yang sama di mana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest
yang sama (Riyadi, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/
kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder
dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan
perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong
semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan
nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal
(Elisabeth, 2007).

B. Definisi Keperawatan Komunitas


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi,
social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga
dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia
(Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang
perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan,
ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang
sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif
dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan
diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah tersebut  (Elisabeth, 2007).
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan 
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan keperawatan.
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009).
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif melakukan penekanan
tujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas
mengatasi stressor melalui pencegahan primer, sekunder, tersier. Peningkatan
kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui pelayanan
keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat
dan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat
mempengaruhi kesehatan individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses
dimana individu, keluarga dan lembaga masyarakat termasuk swasta
mengambil tanggung jawab terhadap masyarakat atas kesehatan diri keluarga
dan masyarakat, mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri,
keluarga dan masyarakat serta menjadi pelaku atau perintis kesehatan dan
peminpin yang menggerakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan
berdasarkan azas kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut masyarakat
dapat berperan serta dengan menyumbangkan tenaga, pikiran atau
pengetahuan, sarana, dana yang dimilikinya untuk upaya kesehatan.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun
mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini
dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan
pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif.
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika
profesi keperawatan (Riyadi, 2007).
C. Paradigma dan Falsafah Keperawatan Komunitas
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok,
yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins,
1987). Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan
sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan
adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan
produktif. Menurut Hendrik L.,ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu,
keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan
proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan
masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan
manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan
budaya dan lingkungan spiritual.
Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas
dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,
kesehatan, lingkungan dan pelayanan keperawatan sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi
terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat
pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam
kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status
kesehatan masyarakat.
D. Prinsip perawatan kesehatan masyarakat
Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan
beberapa prinsip, yaitu:
a. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).
b. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2007).
c. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,
klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas
dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau
tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak,
2005).
e. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada (Mubarak, 2005).
E. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan
yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction)
terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas serta
perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
danmempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.
a. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
b. Tujuan khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka
mengatasi masalah keperawatan.
3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan
dan asuhan keperawatan.
4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di
masyarakat.
5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut
dan asuhan keperawatan di rumah.
6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko
tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah
dan di Puskesmas.
7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk
menuju keadaan sehat optimal.

F. Strategi Pelaksanaan Keperawatan Komunitas


Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan
dalam keperawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Elisabeth, 2007).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus, perawat
spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan
dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif
model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial
atau pengembangan masyarakat(Elisabeth, 2007).
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat
dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala
kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk
pengetahuan baru. Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau
pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif
masyarakat (Elisabeth, 2007).

G. Sasaran Praktik Keperawatan Komunitas


Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai
masalah kesehatan atau perawatan (Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari:
a. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada
Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman
dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
c. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi
yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Yang termasuk kelompok
khusus adalah:
1. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti:
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Lansia
2. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit
kelamin lainnya.
2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes
mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain
sebagainya.
3. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, yaitu:
1) Wanita tunasusila
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3) Kelompok pekerja-pekerja tertentu, dan lain-lain
4. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1) Panti werdha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi
4) Penitipan balita
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-
batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan
kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan
bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota
masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan
dalam praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien
dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi,
2007).
1. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang
kemauan menuju kemandirian klien (Riyadi, 2007).
2. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dalam lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat
pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa
aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi
diri (Riyadi, 2007).
3. Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem
adat istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu
indentitas bersama (Riyadi, 2007).

H. Peran Perawat Komunitas (Provider of Nursing Care)


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
1. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang
telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat
secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga
terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.
3. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat.
4. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).
5. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
6. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan
proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan
tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
7. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. 
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan.
8. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak
terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-
pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya
atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan
adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

I. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (curatif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan
yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas
maupun kunjungan rumah
c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui

3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-
anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau
masalah kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas
dan rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin
dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-
kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta,
TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita
kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi
manual yang mungkin dilakukan oleh perawat
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu,
keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat,
diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat
karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-
kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna
wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan
masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai
masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah
kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan
dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
J. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas
1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan
segala sesuatunya dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan
kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung serta ikut
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme
tersebut (Efendi, 2009).Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai
suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi
yang dinamis antara manusia dan lingkungannyauntuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Himpunan
Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005),
lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia (Efendi, 2009).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, Pemerintah
menggalakkan Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM). Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Merupakan
Program Nasional yang bersifat lintas sektoral di bidang sanitasi. Program
Nasional STBM dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI pada Agustus
2008.
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM) adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu
dengan menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah
kondisi ketika suatu komunitas:
a. Tidak BAB sembarangan
b. Mencuci tangan pakai sabun
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman
d. Mengelola sampah dengan benar
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu
sebagai berikut:
a. Penyediaan air minum
b. Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
d. Pengendalian vector
e. Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskresi manusia
f. Higiene makanan, termasuk higiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan pariwisata
p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi
(wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan  yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992,
terdapat delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai
berikut:
a. Penyehatan air dan udara
b. Pengamanan limbah padat atau sampah
c. Pengamanan limbah cair
d. Pengamanan limbah gas
e. Pengamanan radiasi
f. Pengamanan kebisingan
g. Pengamanan vektor penyakit
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan
berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan A & Dewi M, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan , makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai
2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap)
maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan
stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni: sakit dan
penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Wawan
A & Dewi M, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua
kategori (Wawan A & Dewi M, 2010), yaitu:
a. Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
b. Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa
manfaat bagi kesehatan individu atau kelompok kemasyarakatan
sebaliknya ada yang disengaja atau tidak disengaja berdampak
merugikan kesehatan (Wawan A & Dewi M, 2010).
K. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang
bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati
kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari
sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun, 2006).
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health
Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model
konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada
penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri,
baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran
pelayanan adalah komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).
Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma
keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan
dan keperawatan. Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang
terkait dengan keperawatan komunitas adalah:
1. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel
yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual
2. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau sistem klien
3. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

Skema Sehat Bersifat Dinamis

Skema Health Care System Model


Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang
keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis,
aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.
Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural
dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel,
normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:
1. Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
2. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan
baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)
3. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu
secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat
4. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa alasan
5. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
6. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada
menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam kesehatan,
seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap berjuang
untuk kesehatan/keselamatan orang lain
7. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi mempunyai
harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam
penyembuhan sakit medisnya
8. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan
social
Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau teori
keperawatan dan teori yang terkait dengan kesehatan masyarakat, diantaranya ;
menurut Chang (1982) perawatan komunitas adalah menyeluruh, mampu
berfungsi sebagai tim dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat,
mampu berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk memecahkan
masalah kesehatan pada masyarakat tersebut.
Sedangkan Ruth B Freeman (1981) mendefinisikan perawatan komunitas
adalah kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat
yang ditujukan kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan
baik sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga,
kelompok khusus atau masyarakat, pelayanan ini tercakup dalam spektrum
pelayanan kesehatan untuk masyarakat.
Model teori Neuman didasari oleh teori sistem dimana terdiri dari
individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan terget
pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi
yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk
melakukan tiga tingkatan pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan
tersier.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dalam arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit
atau diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan
primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasikan faktor resiko terjadinya
penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatn promosi kesehatan dan pendidikan
dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada
umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyrakat dan ditemukannya
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini,
intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan
atau keseriusan penyakit.
3. Pencegahan Tersier
Fokus pada tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan
kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi
sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses
penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi
yang optimal dari ketidakmampuannya.

L. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas


Proses keperawatan komunitas merupakan suatu metode atau proses yang
bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok
atau masyarakat.
Fungsi proses keperawatan komunitas, antara lain:
1. Memberikan pedoman yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan
masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui
asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat.
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya, sehingga mendapat pelayanan yang
cepat agar mempercepat proses penyembuhan.
5. Dalam penerapan proses keperawatan (nursing proces), terjadi proses alih
peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan
masalah kesehatannya. Proses alih peran tersebut digambarkan sebagai
lingkaran dinamis proses keperawatan

Gambar 1.Lingkaran dinamis proses keperawatan


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, metode yang
digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di
dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Tujuan dari pengkajian
keperawatan komunitas ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor
(baik positif atau negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat
agar dapat mengembangkan strategi promosi kesehatan. Dalam tahap
pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan
data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subyektif dan obyektif.
1) Data subyektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah
yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data obyektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran.
Sumber data dapat diperoleh dari data primer dan data sekunder.
1) Data primer, adalah data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini
mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga,
kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
2) Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.

a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan
tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta
faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).
Terdapat lima metode pengumpulan data komunitas:
1) Wawancara informan (informant interview), dilakukan dengan secara
langsung mengajukan kepada penduduk komunitas. Sumber data
berasal dari anggota komunitas atau kelompok agregasi.
2) Pengamatan partisipan (participant observation), dilakukan dengan
mengamati apa yang sedang terjadi pada lingkungan sosial tertentu
kemudian secara sistematis mencatat pengamatan ini.
3) Analisis sekunder dari data yang ada (secondary analysis), sumber
data yang digunakan adalah analisis catatan, dokumen dan data lain
yang telah dikumpulkan. Data mungkin sudah ada dalam bentuk data
sensus, catatan historis, diary, catatan pengadilan, ringkasan penting,
studi komunitas sebelumnya
4) Melakukan survey, anggota komunitas atau kelompok agregasi
memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan spesifik baik
tertulis maupun lisan yang didasarkan pada sampel populasi.
5) Windshield survey, kunjungan mengitari komunitas geopolitik dengan
menggunakan pengamatan melalui kaca mobil (automobile) sebagai
cara mengumpulkan informasi tentang lingkungan komunitas.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1) Data inti
a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
 Tanyakan siapa yang mengetahui sejarah daerah tersebut.
 Tanyakan kepada toma tentang bagaimana riwayat berdirinya
daerah tersebut, sudah berapa lama.
 Tanyakan tentang wilayah-wilayah yang diyakini oleh penduduk
setempat memiliki nilai mistik.
 Observasi kondisi bangunan yg ada di daerah tersebut.
b) Values (nilai-nilai yang dianut masyarakat), beliefs (keyakinan),
agama
 Tanyakan tentang nilai-nilai dan keyakinan yg dianut masyarakat
terkait pola kebiasaan.
 Tanyakan tentang norma yg berlaku di masyarakat.
 Identifikasi tentang pola budaya yg banyak diyakini masyarakat
terkait dgn kesehatan.
 Apakah terdapat mesjid, gereja, dll (sarana ibadah) ?
 Apakah keyakinan agamanya homogen ?
c) Data demografi
 Komposisi penduduk; umur dan jenis kelamin
 Tipe keluarga dan Satatus perkawinan
 Ras/suku dan bahasa
 Pekerjaan dan tingkat pendapatan
d) Vital statistic
 Kelahiran
 Kematian (berdasarkan umur dan penyebab kematian, angka
kematian kasar atau CDR)
 Morbiditas
2) Data subsistem komunitas
a) Lingkungan Fisik
 Pemeriksaan fisik mrp.kan komponen kritis dlm pengkajian
pasien individual, begitu pula dlm pengkajian komunitas.
 Kelima indra kita diperlukan untuk pemeriksaan fisik pasien,
begitu pula dalam pemeriksaan tingkat komunitas.

Gambar 2. Komponen dan sumber data lingkungan fisik


b) Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
 Fasilitas didalam komunitas
 Fasilitas diluar komunitas
Gambar 3. Komponen dan sumber informasi layanan kesehatan dan sosial
c) Ekonomi
 Jenis pekerjaan
 Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
 Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
 Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia
Gambar 4. Indikator dan sumber informasi ekonomi

d) Keamanan dan transportasi

Gambar 5. Indikator dan sumber informasi transportasi dan keselamatam


e) Politik dan pemerintahan
i. Pemerintah (RT, RW, Lurah, Camat, Dst)
ii. Kelompok pelayanan masyarakat :
- PKK - Karang Taruna
- LKMD - Posyandu
- Panti Werdha - Dll
iii. Politik (Peran serta Partai Politik dalam pelayanan kesehatan,
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan)
f) Sistem komunikasi
i. Sarana umum komunikasi
ii. Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam komunitas
iii. Cara penyebaran informasi

Gambar 6. Komponen dan sumber informasi komunikasi


g) Pendidikan
 Tingkat atau status pendidikan komunitas
 Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
h) Rekreasi
 Dimana anak-anak bermain?
 Bentuk / jenis rekreasi
b. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan
data dengan cara sebagai berikut:
a) Klasifikasi data atau kategori data.
b) Penghitungan prosentase cakupan.
c) Tabulasi data.
d) Interpretasi data.
c. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan
(Mubarak, 2005).

d. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan


Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan
yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang
telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu,
diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
e. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria
diantaranya adalah (Mubarak, 2005):
a) Perhatian masyarakat.
b) Prevalensi kejadian.
c) Berat ringannya masalah
d) Kemungkinan masalah untuk diatasi.
e) Tersedianya sumberdaya masyarakat.
f) Aspek politis.
Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas menurut
format Mueke (1988) mempunyai criteria penapisan, antara lain:
a) Sesuai dengan peran perawat komunitas.
b) Jumlah yang beresiko.
c) Besarnya resiko.
d) Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan.
e) Minat masyarakat.
f) Kemungkinan untuk diatasi.
g) Sesuai dengan program pemerintah.
h) Sumber daya tempat.
i) Sumber daya waktu.
j) Sumber daya dana.
k) Sumber daya peralatan.
l) Sumber daya manusia.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan
menurut Abraham H. Mashlow yaitu:
a) Keadaan yan mengancam kehidupan
b) Keadaan yang mengancam kesehatan
c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas
sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan
komunitas adalah format penapisan menurut Stanhope , Lancaster, 1988 :
a) Kesadaran masyarakat terhadap masalah
b) Motivasi komuniti untuk mengatasi masalah
c) Kemampuan perawat untuk mengatasi masalah
d) Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi
e) Adanya hambatan-hambatan dalam menyelesaikan masalah
f) Waktu yang diperlukan untuk mengatasi masalah
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang
ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkin
terjadi (potensial) (Mubarak, 2005). Masalah actual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah
masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses Of Association
(ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan
yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu problem
(masalah) yang merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari kondisi
normal, etiologi (penyebab dari masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memberi arah intervensi keperawatan), sign atau symptom (tanda
dan gejala) (Mubarak, 2005).

Contoh Diagnosa Keperawatan
1) Defisiensi kesehatan komunitas di wilayah RW. 02 Ds. Genuk
Semarang berhubungan dengan ketidakcukupan sumber daya
(finansial, pengetahuan) di wilayah RW 02 Ds Genuk Semarang.
2) Perilaku cenderung beresiko pada warga di wilayah RW 05 Ds Anyer
berhubungan dengan kurangnya pemahaman warga RW 05 Ds Anyer
dalam melakukan kebiasaan/perilaku kesehataan (membuang sampah
dan tinja kesungai, merokok, air tidak direbus, penggunaan NAPZA).
3) Kerusakan gigi anak di Desa Wengga berhubungan dengan kurang
hygiene oral.

1. Perencanaan keperawatan
Merupakan penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan kesehatan
masyarakat yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien.
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan komunitas mencakup
perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan
kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).
a. Kriteria perumusan tujuan:
• Fokus pada masyarakat
• Jelas dan singkat
• Dapat diukur dan diobservasi
• Realistik
• Ada target waktu
• Melibatkan peran serta masyarakat
b. Langkah rencana tindakan keperawatan:
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2. Tetapkan teknik & prosedur yang akan digunakan
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam penyusunan perencanaan
kegiatan : MMD
4. Pertimbangkan fasilitas dan sumber daya masyarakat yang tersedia
5. Tindakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat
6. Mengarah pada tujuan
7. Tindakan yang realistik
8. Disusun berurutan
c. Kriteria hasil, digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan
bersifat spesifik. Terdapat 2 macam :
>> kriteria verbal : kriteria hasil untuk sebuah kegiatan KIE
>> kriteia psikomotor : kriteria hasil untuk sebuah tindakan seperti
pembentukan kader, penggiatan posyandu dll
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
1. Defisiensi kesehatan komunitas NOC: Pengetahuan: Perilaku NIC: Edukasi Kesehatan
di wilayah RW 02 Ds. Genuk kesehatan 1. Tetapkan penyuluhan yang
Semarang b.d Ketidakcukupan Setelah dilakukan tindakan akan diberikan ke komunitas
sumber daya (finansial, keperawatan selama 1x 60 tentang perilaku kesehatan
pengetahuan) di wilayah RW menit masalah pasien teratasi terkini
02. Ds. Genuk Semarang dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi sumber sumber
1. Masyarakat mengetahui yang diperlukan untuk
tentang pelayanan yang menjalankan program
tersedia dikomunitas edukasi
2. Masyarakat mengetahui 3. Presentasikan informasi dan
tentang penyakit yang masalah yang akan di
berisiko dikomunitas diskusikan
3. Masyarakat aktif 4. Demonstrasikan ketika
berkonsultasi dan mengajarkan
memeriksakan diri kemampuan/skill ke
kepelayanan kesehatan masyarakat
5. Melibatkan individu,
keluarga dan kelompok
untuk mendukung perubahan
perilaku kesehatan ke arah
kondusif.

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


2. Perilaku kesehatan cenderung NOC : Kompetensi Komunitas NIC : Manajemen lingkungan :
berisiko pada warga di wilayah Setelah dilakukan tindakan Komunitas
RW 05 Ds Anyer b.d keperawatan selama 7 x 24 1. Identifikasi risiko kesehatan
Kurangnya pemahaman warga masalah pasien teratasi, dengan dilingkungan
RW.05 dalam melakukan kriteria hasil: 2. Partisipasi TIM
kebiasaan/perilaku kesehatan 1. Mampu menyebarluaskan
multidisiplin untuk
(membuang sampah dan tinja persoalan dikomunitas
kesungai, merokok, air tidak mengidentifikasi ancaman
melalui media dan forum
direbus, Penggunaan NAPZA) kesehatan dikomunitas
komunitas
3. Partisipasi di program
2. Mampu memanajemen
komunitas
strategi untuk
4. Kolaborasi untuk program
menyeleseikan konflik
aksi pengembangan
3. Berpartisipasi aktif dalam
komunitas
aktivitas komunitas
5. Promosi : kebijakan
4. Mampu menggmbarkan
pemerintah untuk
seluruh segmen komunitas
mengurangi masalah
untuk menyelesaikan
kesehatan
masalah
6. Mengadakan program
5. Mampu menentukan
edukasi untuk kelompok
agenda individu dengan
berisiko
kegiatan komunitas
6. Menyetujui aksi untuk
mengimplementasikan
tujuan penyeleseian
masalah di komunitas
3. Kerusakan Gigi anak di Desa Oral Hygiene Oral Health Promotion
Wengga berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Instruksikan perlunya
kurang pengetahuan tentang keperawatan selama 1 x 60 perawatan gigi sehari-hari
kesehatan gigi menit masalah teratasi dengan 2. Monitor mukosa mulut
kriteria hasil: secara teratur
1. Kebersihan mulut (4) 3. Mompromosikan
2. Kebersihan gigi (4) pemeriksaan gigi secara
3. Kebersihan gusi (4) teratur
4. Kebersihan lidah (4) 4. Mengajarkan cara menyikat
5. Kebersihan peralatan gigi gigi yang benar
(4)
Ket:
1. Severely compromised
2. Substatially compromised
3. Moderately compromised
4. Mildly compromised
5. Not compromised

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat
kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan
lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota
masyarakat (Mubarak, 2005).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah :
a. Inovatif
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
(IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2005).
b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005).
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana
program yang telah disusun (Mubarak, 2005).
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan
kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten
(Mubarak, 2005).
e. Memiliki keyakinan
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan komunitas
dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in community (model
for nursing partnership) (Mubarak, 2005).
Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas
terdiri atas:
a. Pencegahan Primer
b. Pencegahan Sekunder
c. Pencegahan Tersier

3. Evaluasi atau Penilaian


Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan
keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat
kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah
ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005).
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan
dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan obyektif program. Data
evaluasi merupakan hal penting untuk memperbaiki database dan diagnosis
keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis pengkajian data
komunitas.Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input),
pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output). Penilaian yang dilakukan
berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun semula.
Jenis evaluasi, antara lain:
 Evaluasi Formatif: mencerminkan pengamatan perawat dan analisa
respon pasien segera setelah dilakukan intervensi, metode yg digunakan
dgn menggunakan “Catatan Perkembangan”
 Evaluasi sumatif: rekapitulasi dari hasil intervensi keperawatan
yang telah diberikan berupa narasi, seperti resume pasien.
 Evaluasi Struktur : evaluasi terkait persiapan (contoh: rencana
penyuluhan telah dilakukan seminggu sebelum acara, undangan telah
disebar)
 Evaluasi Proses : pelaksanaan (jumlah peserta yang hadir ... Orang,
15 % dari peserta aktif bertanya, penyuluhan dilaksanakan di tempat.....)

 Evaluasi hasil : dari tujuan yang ditetapkan (contoh: warga dapat


memahami ISPA).

Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian:


1. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan
yang telah ditetapkan
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian
sampai dengan pelaksanaan

3. Hasil penelitian keperawatan digunakan sebagai bahan


perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi

Komponen penting dalam fokus evaluasi adalah:


a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efisiensi biaya
d. Efektifitas kerja
e. Dampak : apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam
jangka waktu berapa lama?
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang
terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah
keperawatan melalui proses asuhan keperawatan komunitas.
` `DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori


dan  Praktik, edisi 3, Jakarta : EGC.

Anderson ET and McFarlane J. 2000. Community as partner: Theory and practice


in nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott.

Allender JA and Spradley BW. 2001. Community health nursing : Concepts and


practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas,


Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas
1, Jakarta: Sagung Seto.

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2006. Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 2, Jakarta:


Sagung Seto.

Paula JC dan Janet WK. 2009. Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual
Edisi 4, Jakarta: EGC.

Stanhope M & Lancaster J. 2000. Community & public health nursing. 5th Ed. St.
Louis : Mosby.

Anda mungkin juga menyukai