Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Desa Siaga


Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri.
(Depkes,2019)
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti kelurahan atau nagari atau istilah-
istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asalusul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Depkes, 2007).
Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir
sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak kunjung
selesai. Tingginya angka kematian ibu dan bayi, munculnya kembali berbagai penyakit
lama seperti tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat
pandemik seperti SARS, HIV/AIDS dan flu burung serta belum hilangnya penyakit
endemis seperti diare dan demam berdarah merupakan masalah utama kesehatan di
Indonesia. Bencana alam yang sering menimpa bangsa Indonesia seperti gunung
meletus, tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal
menambah kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia.
Desa siaga merupakan salah satu bentuk reorientasi pelayanan kesehatan dari
sebelumnya bersifat sentralistik dan top down menjadi lebih partisipatif dan bottom
up. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
564/MENKES/SK/VI II/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa
siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa siaga adalah
suatu konsep peran serta dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, disertai dengan
pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya
secara mandiri.
Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang
bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah bimbingan
dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di samping itu, juga
dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran serta masyarakat dalam
program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu (Depkes 2009).
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut
(Depkes, 2006) :
1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurang-
kurangnya 2 orang kader desa.
2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan
dan perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang
dikenal dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal
a. Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi
kejadian luar biasa serta faktor-faktor risikonya
b. Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta
kekurangan gizi.
c. Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan.
d. Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
e. Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan
lingkungan dan lain-lain.
B. Visi Misi Desa Siaga
1. Visi
a. Mewujudkan Desa menjadi Desa Siaga Sehat.
b. Menuju Desa Sehat 2010.
2. Misi
a. Menggerakkan pembangunan kesehatan.
b. Memelihara dan meningkatkan pengetahuan,SDM.
c. Memberdayakan masyarakat agar mampu berperilaku hidup sehat.
d. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas.
e. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
f. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
C. Landasan Hukum Desa Siaga
Dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 574 / Menkes / SK / IV /
2000 telah ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi
tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam
lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat
kesehatan yang setinggi - tingginya.
Beberapa landasan hukum pelaksanaan desa siaga :
1. UU No.23 Th.1992 tentang kesehatan
2. UU No.32 Th.2004 tentang Pemerintah Daerah
3. UU No.25 Th.2005 tentang Perencanaan Pembangunan
4. PP No.25 Th.2004 tentang Otonomi Daerah
5. Keputusan Menkes No.128 / Menkes / SK / II /2004 Th.2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas
6. Keputusan Menkes No.131 / Menkes / SK / II/ 2004 tentang SKN.
D. Tujuan Desa Siaga
1. Secara umum, tujuan pengembangan desa siaga adalah terwujudnya masyarakat
desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di
wilayahnya. Selanjutnya, secara khusus, tujuan pengembangan desa siaga (Depkes,
2006), adalah :
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan.
b. Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
c. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih
dan sehat.
d. Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
E. Sasaran Desa Siaga
Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi,
sasaran ini dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup
sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya
2. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan
pemuda, kader serta petugas kesehatan
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan,
peraturan perundang –undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa,
camat, pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya.
F. Langkah-langkah Pengembangan Desa Siaga
Pengembangan desa siaga merupakan aktivitas yang berkelanjutan dan bersifat siklus.
Setiap tahapan meliputi banyak aktivitas.
1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan kegiatan
antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk kelompok
masyarakat yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader dan warga desa
untuk merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi dan menentukan masalah
prioritas yang akan diatasi.
2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri dari
penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan masalah.
Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 2 (MMD-2).
Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada saat musyawarah
masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain memutuskan prioritas
masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana kegiatan dan rencana biaya,
pemilihan pengurus desa siaga, presentasi rencana kegiatan kepada masyarakat,
serta koreksi dan persetujuan masyarakat.
3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan berupa
pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan.
4. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa
pertanggung jawaban.
Pada pelaksanaannya, tahapan diatas tidak harus berurutan, namun disesuaikan
dengan kondisi masing-masing desa/kelurahan.
Dalam pengembangan desa siaga akan meningkat dengan membagi menjadi
empat kriteria.
1. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi telah
ada forum atau lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam bentuk apa
saja misalnya kelompok rembuk desa, kelompok pengajian, atau kelompok
persekutuan do’a.
2. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan anggota
forum mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat , selain posyandu.
Demikian juga dengan polindes dan posyandu sedikitnya sudah oada tahap madya.
3. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah berperan secara
aktif,dan mampu mengembangkan UKBMsesuai kebutuhan dengan biaya berbasis
masyarakat.Jika selama ini pembiyaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti
karena kurangnya pemahaman terhadap sistem jaminan,masyarakat didorong lagi
untuk mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan di
butuhkan oleh masyarakat misalnya tabulin.
4. Tahap Paripurna,tahap ini,semua indikator dalam kriteria dengan siaga sudah
terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha tserta berperilaku hidup
bersih dan sehat.

G. Peran Tenaga Kesehatan pada Desa Siaga

Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan


RI.2019. DESA SIAGA.Jakarta Selatan. http://promkes.kemkes.go.id/desa-siaga. Diakses pada
tanggal 13 Agustus 2019. Diupload pada 28 Juni 2018.
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan
RI.2019.Pengertian, Tujuan, Indikator, dan Kegiatan Pokok Desa Siaga.Jakarta Selatan.
http://promkes.kemkes.go.id/pengertian-tujuan-indikator-dan-kegiatan-pokok-desa-siaga.
Diakses pada tanggal 13 Agustus 2019. Diupload pada 08 Juni 2018.

Anda mungkin juga menyukai