Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU

ANALISIS TEORI KOLCABA DITINJAU DARI ASPEK ONTOLOGY

Oleh:
Kelompok 1

1. Atim Mulyanto (226170101111008)


2. Angga Andreas (226170100111022)
3. Nunung K.Nissa Oper (226170101111003)
4. Gerry Rinaldi (226170100111016)
5. Choirunnisa Aprilia S. P. (226170100111026)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, guna
memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Filsafat Ilmu. Penulis
menyadari akan keterbatasan dalam penyusunan makalah ini, namun berkat
usaha, kerja keras dan doa, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu penulis sangat mengharapkan segala bentuk saran, masukan dan
kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Malang, 10 November 2022

Kelompok I
ABSTRAK

Latara belakang: Tujuan bidang keperawatan adalah berfokus pada penilaian


ketidaknyamanan pasien dan menerapkan intervensi untuk meredakannya. Dengan
demikian, "kenyamanan" telah menjadi salah satu yang paling dipelajari.
Kenyamanan adalah hasil yang diinginkan dari keperawatan untuk merawat pasien
dan keluarganya.
Tujuan: Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis aspek
ontology berdasarkan model dan teori keperawatan Kathrine Kolcaba : Theory of
Comfort.
Metode: Penulis menggunakan metode literature review. Pencarian literature review
menggunakan 3 search engines utama yakni Google Scholar, Sciencedirect, Pub Med.
Pengguanaan 3 database ini karena mudah diakases dan memiliki artikel yang open
access. Kata kunci yang dipakai adalah "kolcaba's comfort theory & nursing".
Kriteria inklusi adalah literatur yang dipublikasikan dalam 10 tahun terakhir (2012-
2022), memilki open access dan memiliki subject area pembahasan nursing dan
health professions serta jenis artikel adalah research article. Kriteria inklusi dan
eksklusi adalah literatur lebih dari 10 tahun terakhir, tidak memiliki open access,
tidak memiliki subject area pembahasan nursing dan health professions serta jenis
artikel bukan research article. Jumlah keseluruhan literatur adalah 6 dalam bahasa
Inggris.
Hasil: Teori Kolcaba ditinjau dari aspek ontology menunjukkan bahwa kenyamanan
adalah elemen penting dari kualitas hidup, dan banyak intervensi yang dilakukan oleh
layanan kesehatan profesional, terutama perawat, fokus pada peningkatan
kenyamanan. Menurut Kolcaba, empat konteks kenyamanan adalah kenyamanan
fisik, kenyamanan psikospiritual, kenyamanan lingkungan dan kenyamanan sosial
budaya.
Kesimpulan:
Theory of Comfort Kolcaba mendefinisikan kenyamanan adalah pengalaman yang
diterima oleh seseorang dari suatu intervensi. Dan Kolcaba membagi kenyamanan
dalam empat aspek yaitu kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural dan
lingkungan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara sejarah keperawatan, tujuan bidang keperawatan adalah berfokus pada
penilaian ketidaknyamanan pasien dan menerapkan intervensi untuk
meredakannya. Dengan demikian, "kenyamanan" telah menjadi salah satu yang
paling dipelajari dan menganalisis konsep oleh berbagai ahli teori ini secara
disiplin. Secara umum, "kenyamanan" adalah hasil yang diinginkan dari
keperawatan untuk merawat pasien dan keluarganya baik dalam kesehatan
perawatan dan konteks akademis. Namun demikian, kenyamanan masih
merupakan istilah relatif yang dapat memiliki arti yang berbeda. Bagi sebagian
orang, kenyamanan bisa berarti kontrol rasa sakit yang cukup untuk memiliki
beberapa jam istirahat; bagi orang lain, kenyamanan bisa jadi terlihat tidak
mengalami ketegangan fisik dan mental (Puchi, Klijin & Salaza, 2018).
Perawat yang lebih kontemporer juga memasukkan konsep kenyamanan
dalam pendekatan teoretis mereka. Para ahli menyatakan bahwa kenyamanan
merupakan bagian penting dari asuhan keperawatan dan harus
mempertimbangkan tidak hanya fisik tetapi juga dimensi mental. Watson1
menganggap kenyamanan sebagai elemen fundamental dalam proses asuhan
keperawatan. Di Teori Peduli dan Proses Caritasnya, sarannya bahwa perawat
harus berusaha menciptakan lingkungan penyembuhan di semua tingkatan, di
mana keutuhan, keindahan, kenyamanan, martabat, dan perdamaian dipotensiasi
untuk memberikan perawatan berkualitas tinggi dan lingkungan penyembuhan.
Namun demikian, Kolcaba, mendedikasikan studinya untuk menganalisis konsep
kenyamanan. Dia mengembangkan diagram yang merangkum aspek yang paling
relevan dari konsep ini, menggunakan kenyamanan sebagai tujuan asuhan
keperawatan, kenyamanan kontekstual dalam teori mid-range dan menunjukkan
aplikasi teori dalam berbagai studi intervensi (Puchi, Klijin & Salaza, 2018).
Di bidang keperawatan, Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai
“keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia akan kemudahan, kelegaan, dan
transendensi.” Relief adalah pengalaman dari seorang pasien yang telah memiliki
kebutuhan khusus terpenuhi, kemudahan adalah keadaan tenang atau puas, dan
transendensi adalah keadaan di mana seseorang naik di atas masalah atau rasa
sakit. Menurut penulis ini, konteks asuhan keperawatan penerima adalah fisik,
psikospiritual, sosial, dan lingkungan. Ketika 4 konteks disandingkan dengan
jenis kenyamanan, struktur taksonomi (matriks) dibuat dari mana kompleksitas
kenyamanan dianggap sebagai hasilnya (Puchi, Klijin & Salaza, 2018).
Teori kenyamanan telah diterapkan di berbagai konteks perawatan
kesehatan seperti perawatan persalinan, perawatan paliatif, perawatan jangka
panjang, keperawatan perioperatif, mengurangi stres di kalangan mahasiswa, dan
mengurangi rasa sakit dan kadar amilase dalam air liur pasien dengan demensia.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan membahas analisis model dan teori
Kathrine Kolcaba: Theory of Comfort ditinjau dari aspek ontology.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisis aspek ontology
berdasarkan model dan teori keperawatan Kathrine Kolcaba : Theory of Comfort.
1.3 Luaran Analisis
Mampu memahami model dan teori Kathrine Kolcaba:Theory of Comfort dengan
pendekatan aspek ontology.
BAB II
ISI

2.1 Konsep Ontology


2.2.1 Pengertian Ontology
Ontology merupakan dasar awal pengembangan suatu pengetahuan dan
ilmu (Sanprayogi, M., & Chaer, M. T, 2017). Ontology berasal dari kata Yunani,
yaitu Ontos: being dan logos: logic. Jadi ontology merupakan the theory of being
qua being atau teori tentang yang ada (Dasuki, M. R., 2020). Menurut Jujun
(1985) dalam Dasuki, M. R., (2020) menjelaskan bahwa pada dasar nya ontology
memberikan bahasan terkait apa yang ingin diketahui, seberapa jauh hal tersebut
ingin diketahui dan pengkajian nyata mengenai teori tentang “ada”. Secara tidak
langsung dapat dapat disimpulkan ontology berbicara tentang kajian terkait
eksistensi itu sendiri berdasarkan logika yang ada.
Tanpa Kajian ontology akan suatu hal, suatu ilmu dan pengetahuan tidak
akan memiliki dasar untuk mendapatkan suatu pembahasan yang lebih mendalam
(Dasuki, M. R., 2020). Objek telaah ontology itu sendiri yaitu eksistensi ada yang
tidak terikat pada suatu hal. Pada umumnya hal tersebut bersifat universal
berfokus pada inti yang terkandung dalam setiap kenyataan dengan berbagai
bentuknya (Hifni, M, 2018).. Ontologi secara tidak membutuhkan objek telaah
yang jelas dan memiliki makna tertentu sebagai pencirian suatu pengetahuan.
Dengan ontology diharapkan mampu menjelaskan dan menjawab pertanyaan
tentang “apa’’ seperti apa yang diteliti, apa bentuk dari objek yang akan diteliti
dan lain-lain. Bidang kajian filasat terdiri atas beberapa aliran, yaitu materialism,
idealism, dualism, skeptisisme dan agnotisme (Susanto, A,2021).
Ontology secara ringkas berbicara tentang keberadaan dan hakekat objek
kompetensi budaya sehingga membuahkan pengetahuan. Dalam Ensiklopedi
Britannica dijelaskan bahwa ontologi adalah teori atau studi tentang yang ada
(being/wujud) seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas. Ontologi sinonim
dengan metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli
(real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip benda
tersebut.
2.1.2 Aliran Ontology
Bidang kajian filasat terdiri atas beberapa aliran, yaitu materialism, idealism,
dualism, skeptisisme dan agnotisme (Susanto, A,2021).
1. Aliran monisme. Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu.
Bagi yang berpendapat bahwa yang ada itu serba spirit, ideal, serba roh,
maka dikelompokkan dalam aliran monism-idealisme.
2. Aliran idealism adalah aliran yang menganggap bahwa kenyataan atau
realitas tersusun dari jiwa dan juga ide. Aliran ini menjadi sebuah awal
yang sangat penting untuk perkembangan cara berpikir manusia. Realitas
yang paling dasar adalah sebuah ide. Sementara realitas yang bisa dilihat
oleh manusia adalah bayangan dari ide itu sendiri.
3. Aliran materialism. Aliran ini memandang bahwa segala yang ada berasal
dari suatu sumber yaitu materi. Tidak meyakini adanya alam ghaib,
memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan.
4. Aliran dualisme. Aliran yang mengungkapkan bahwa realitas terdiri dari
dua akar yang berlainan dan bertolak belakang. Masing-masing akar itu
bersifat unik dan tidak bisa dihilangkan. Sehingga, beberapa tokoh
mengungkapkan bahwa aliran ini adalah gabungan dari aliran idealism
dan materialisme atau aliran yang menggabungkan antara jiwa dan tubuh.
5. Aliran agnotitisme. Aliran ini mengingkari kesanggupan manusia
mengetahui hakikat materi maupun hakikat rohani. Mereka juga menolak
kenyataan yang mutlak bersifat transenden.
6. Aliran pluralisme. Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang tidak
hanya terdiri dari jasmani dan rohani, tetapi juga tersusun dari api, tanah
dan udara yang merupakan unsur substansi dari segala wujud.
7. Aliran skeptisisme. Dalam filsafat, skeptisisme dapat merujuk pada
metode penyelidikan yang menekankan pengawasan kritis, kehati-hatian,
dan ketelitian intelektual. Metode untuk mendapatkan pengetahuan
melalui keraguan terstruktur dan pengujian terus-menerus, seperangkat
tuntutan mengenai keterbatasan pengetahuan manusia dan tanggapan yang
tepat untuk keterbatasan tersebut.

2.2 Teori/Model Konseptual Katharine Kolcaba


2.2.1 Sejarah Perkembangan Teori Kenyamanan Kolcaba

Teori kenyamanan pertama kali dikenal sekitar tahun 1990 an oleh


seorang tokoh bernama Katharine Kolcaba. Kolcaba lahir di Cleveland, Ohio
pada tanggal 8 Desember 1944. Beliau adalah doktor keperawatan yang
menerima sertifikat sebagai perawat spesialis gerontologi dengan fokus
penelitian pada perawatan paliatif dan perawatan jangka panjang di rumah. Sejak
tahun 1900-1929, sebenarnya kenyamanan klien sudah merupakan tujuan utama
dari profesi perawat dan dokter, karena kenyamanan dianggap sangat
menentukan proses kesembuhan klien. Namun, setelah dekade tersebut,
kenyamanan kurang mendapat perhatian khusus dari pemberi pelayanan
kesehatan. Pelayanan lebih difokuskan pada tindakan pengobatan medis untuk
mempercepat kesembuhan klien. Katharine Kolcaba merupakan tokoh
keperawatan yang kemudian membawa kembali konsep kenyamanan sebagai
landasan utama dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam sebuah teori
yaitu “Comfort Theory and Practice: a Vision for Holistic Health Care and
Research”. Saat ini Kolcaba bekerja sebagai Associate Professor of Nursing di
Fakultas Keperawatan Universitas Akron dan terus mengembangkan teori
kenyamanan ini secara empiris (March, A. & McCormack, D., 2009).
2.2.2 Konsep Teori Comfort Kolcaba
Kenyamanan adalah pengalaman yang diterima oleh seseorang dari suatu
intervensi. Hal ini merupakan pengalaman langsung dan menyeluruh ketika
kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan terpenuhi (Peterson &
Bredow, 2008). Konsep teori kenyamanan meliputi kebutuhan kenyamanan,
intervensi kenyamanan, variabel intervensi, peningkatan kenyamanan, perilaku
pencari kesehatan, dan integritas institusional. Menurut Kolcaba dan Di Marco
(2005) hal tersebut dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai
berikut:

Gambar 1. Kerangka Kerja Konseptual pada Teori Kenyamanan


Seluruh konsep tersebut terkait dengan klien dan keluarga. Teori
kenyamanan terdiri atas tiga tipe, yaitu (1) relief: kondisi resipien yang
membutuhkan penanganan spesifik dan segera, (2) ease: kondisi tenteram atau
kepuasan hati dari klien yang terjadi karena hilangnya ketidaknyamanan fisik
yang dirasakan pada semua kebutuhan, (3) transcendence: keadaan dimana
seseorang individu mampu mengatasi masalah dari ketidaknyamanan yang
terjadi.
Kolcaba memandang bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar
seorang individu yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan fisik,
psikospiritual, sosiokultural, lingkungan. Kenyamanan fisik berhubungan
dengan mekanisme sensasi tubuh dan homeostasis, meliputi penurunan
kemampuan tubuh dalam merespon suatu penyakit atau prosedur invasif.
Beberapa alternatif untuk memenuhi kebutuhan fisik adalah memberikan obat,
merubah posisi, backrub, kompres hangat atau dingin, sentuhan terapeutik.
Kenyamanan psikospiritual dikaitkan dengan keharmonisan hati dan ketenangan
jiwa, yang dapat difasilitasi dengan memfasilitasi kebutuhan interaksi dan
sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat selama perawatan dan melibatkan
keluarga secara aktif dalam proses kesembuhan klien. Kebutuhan kenyamanan
sosiokultural berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan
masyarakat, meliputi kebutuhan terhadap informasi kepulangan (discharge
planning), dan perawatan yang sesuai dengan budaya klien. Beberapa cara
untuk memenuhi kebutuhan sosiokultural adalah menciptakan hubungan
terapeutik dengan klien, menghargai hak-hak klien tanpa memandang status
sosial atau budaya, mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya, dan
memfasilitasi team work yang mengatasi kemungkinan adanya konflik antara
proses penyembuhan dengan budaya klien. Kebutuhan yang terakhir adalah
kebutuhan akan kenyamanan lingkungan yang berhubungan dengan menjaga
kerapian dan kebersihan lingkungan, membatasi pengunjung dan terapi saat
klien beristirahat, dan memberikan lingkungan yang aman bagi klien (Kolcaba,
2006). Hubungan antara tiga tipe kenyamanan dan empat aspek pengalaman
holistik tergambar dalam struktur taksonomi (terlampir).

2.2.3 Penelitian terkait Teori Kenyamanan Kolcaba


Penelitian-penelitian yang menerapkan teori comfort Kolcaba telah
banyak dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Krinsky, Murillo
dan Johnson tahun 2014 dengan judul “ A practical application of Katharine
Kolcaba’s comfort theory to cardiac patients”. Penelitian ini memberikan
intervensi yang spesifik “quiet time” untuk memberikan kenyamanan kepada
pasien jantung. Penelitian dilakukan oleh March dan McCormack tahun 2009
dengan judul “Nursing theory-directed healthcare: modifying Kolcaba’s comfort
theory as an institution-wide approach”, penelitian ini menyimpulkan bahwa
teori comfort bisa diterapkan, bahkan pada lingkungan yang tampak tidak
nyaman seperti ICU. Di Indonesia, aplikasi teori Kolcaba juga telah dilakukan
dalam berbagai penelitian, sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh Kustati
Budi Lestari dengan judul “Dampak dekapan keluarga dan pemberian posisi
duduk terhadap distress anak saat dilakukan pemasangan infus”, hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh pemberian dekapan keluarga dan pemberian posisi
duduk anak terhadap score distress anak.
2.2.4 Kritisi Refleksi/Simulasi Hubungan Falsafah dan Paradigma Model
Konseptual dan Teori Keperawatan Katharine Kolcaba secara Empiris
Falsafah keperawatan memberikan keyakinan, pemikiran, atau landasan
mendasar untuk mengkaji tentang penyebab yang mendasari suatu fenomena
keperawatan yang terjadi dan paradigma keperawatan menjadi dasar penyelesaian
suatu fenomena keperawatan yang ditinjau dari pendekatan konsep manusia,
kesehatan, keperawatan, dan lingkungan. Falsafah, paradigma dengan model
konseptual atau teori keperawatan mempunyai suatu hubungan yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. (Tomey & Alligood, 2010).
Kolcaba memandang teori kenyamanan sesuai dengan falsafah dan
paradigma keperawatan. Dalam teorinya Kolcaba menyampaikan asumsi dasar
bahwa manusia memiliki respon yang holistik terhadap stimulus yang kompleks
(nyaman atau tidak nyaman) (Kolcaba, 1994). Kenyamanan merupakan
kebutuhan dasar seorang individu yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan
fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan falsafah
keperawatan yang memandang bahwa keperawatan berfokus pada kebutuhan
dasar manusia sebagai makhluk holistik.
Kolcaba mendefinisikan konsep metaparadigma keperawatan sesuai
dengan teori kenyamanan yang dikembangkannya. Hal ini bisa dilihat dari
pandangan Kolcaba tentang keperawatan, manusia, lingkungan, dan kesehatan
yang saling mendukung satu dengan yang lain untuk memberi rasa nyaman pada
klien. Menurut Kolcaba, keperawatan merupakan proses mengkaji tingkat
kenyamanan klien, menyusun dan mengimplementasikan intervensi terapeutik
untuk meningkatkan respon nyaman, dan mengevaluasi tingkat kenyamanan klien
secara holistik. Manusia dijelaskan sebagai individu, keluarga, institusi, atau
masyarakat yang mampu merasakan suasana nyaman dan tidak nyaman serta
membutuhkan tindakan untuk meningkatkan rasa nyaman. Lingkungan
merupakan faktor eksternal yang bisa dimodifikasi untuk menimbulkan rasa
nyaman pada klien. Kesehatan merupakan fungsi optimal yang bisa dicapai oleh
klien, dimana salah satunya ditentukan dari faktor kenyamanan.
2.2.5 Analisis Hubungan Model Konseptual dan Teori Keperawatan
Katharine Kolcaba dengan Filosofi, Falsafah, dan Paradigma Keperawatan

Aplikasi suatu teori ke lahan praktik dipengaruhi oleh banyak faktor.


Sebuah teori keperawatan harus sesuai dengan nilai dan misi suatu institusi, teori
bersifat sederhana, dan mudah dipahami untuk dipakai sebagai panduan praktik
(Kolcaba, 2006). Teori Kolcaba termasuk dalam middle range theory. Menurut
Kolcaba, teori kenyamanan menjadi salah satu pilihan teori keperawatan yang
dapat diaplikasikan langsung di lapangan karena bersifat universal dan tidak
terhalang budaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Hal ini menyebabkan teori
kenyamanan bisa dimodifikasi seluas-luasnya sesuai kebutuhan klien masing-
masing (March, A. & McCormack, D., 2009).
Pada awalnya teori kenyamanan ini disusun sebagai teori yang berpusat
pada klien dan keluarga (family-client centered theory) yang dianggap sebagai inti
dari praktik keperawatan. Kolcaba mengobservasi bahwa ketidaknyaman yang
dirasakan oleh klien dan keluarga tidak hanya sebatas sensasi fisik dan emosi,
tetapi melibatkan aspek holistik yaitu fisik, psikospritual, sosiokultural, dan
lingkungan.
Berdasarkan model konseptual yang dikembangkan, teori kenyamanan
memiliki pandangan, bahwa bila klien dan keluarga merasa nyaman dengan
pelayanan kesehatan yang diberikan, mereka akan memiliki komitmen untuk
berperilaku sehat (health seeking behaviour) sehingga berdampak holistik pada
integritas suatu institusi dalam memberikan kebijakan dan praktik yang maksimal,
antara lain adanya integrasi konsep kenyamanan dalam proses pemberian asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Proses pengkajian
dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan rasa nyaman klien ditinjau dari 3 fase
(relief, ease, dan transcendence) serta meliputi 4 konteks kenyamanan (fisik,
psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Tahap berikutnya dalam
penyusunan diagnosa keperawatan, kenyamanan menjadi salah satu domain dalam
merumuskan diagnosa keperawatan menurut NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association). Kenyamanan juga menjadi salah satu priority outcome
yang dinilai berdasarkan NOC (Nursing Outcome Classification) (Moorhead, S.,
2008) dan juga menentukan intervensi terapeutik mandiri perawat berdasarkan
NIC (Nursing Intervention Classification) (Dochterman, 2008). Salah satu
intervensi terapeutik dalam NIC adalah environment modification dimana perawat
dapat memodifikasi lingkungan baik secara internal dan eksternal untuk
kenyamanan klien. Berdasarkan pendapat Kolcaba & Wilson (2004), terdapat tiga
intervensi untuk mencapai kenyamanan klien, yaitu standard comfort intervention
(pengkajian, vital sign, medikasi), coaching (dukungan emosional, pendidikan
kesehatan), dan comfort food for the soul (terapi musik, kunjungan orang
terdekat). Hal ini menunjukkan bahwa di setiap tindakan, teori kenyamanan ini
selalu bersifat holistik (bio, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Dengan
demikian proses kesembuhan klien akan lebih cepat sehingga dapat menurunkan
biaya perawatan dan lamanya hari perawatan, meningkatnya keamanan klien
selama dirawat, meningkatnya stabilitas ekonomi, dan banyak kepentingan publik
lainnya yang bisa terfasilitasi. Manfaat besar yang didapat dari implikasi teori
kenyamanan ini juga akan membantu institusi membuat kebijakan untuk
mengembangkan suatu pusat studi dan penelitian yang berbasis pada teori
kenyamanan sehingga akan semakin banyak intervensi berdasarkan EBN yang
bisa diberikan untuk memenuhi kebutuhan holistik klien akan rasa nyaman.
Tentunya hal ini akan meningkatkan kepuasan klien sehingga institusi pelayanan
kesehatan akan diuntungkan secara materiil dan non materiil. Peran teori
kenyamanan ini juga tidak hanya terbatas pada hubungan perawat dan klien saja,
tetapi juga mengatur antara pimpinan dengan staf, dimana pimpinan institusi
memiliki kewajiban menciptakan suasana yang nyaman bagi stafnya (perawat)
sehingga perawat juga mampu memberikan pelayanan rasa nyaman yang terbaik
untuk klien. Dengan demikian iklim institusi akan berkembang dengan sehat.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa ada hubungan antara teori
Kolcaba dengan falsafah dan paradigma keperawatan, dimana teori Kolcaba juga
melihat komponen manusia, kesehatan, lingkungan, dan keperawatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada klien secara holistik.

2.3 Metode
Penulis menggunakan metode literature review. Pencarian literature review
menggunakan 3 search engines utama yakni Google Scholar, Sciencedirect, Pub
Med. Pengguanaan 3 database ini karena mudah diakases dan memiliki artikel
yang open access. Kata kunci yang dipakai adalah "kolcaba's comfort theory &
nursing". Kriteria inklusi adalah literatur yang dipublikasikan dalam 10 tahun
terakhir (2012-2022), memilki open access dan memiliki subject area
pembahasan nursing dan health professions serta jenis artikel adalah research
article. Kriteria inklusi dan eksklusi adalah literatur lebih dari 10 tahun terakhir,
tidak memiliki open access, tidak memiliki subject area pembahasan nursing dan
health professions serta jenis artikel bukan research article. Jumlah keseluruhan
literatur adalah 6 dalam bahasa Inggris.

Pencarian menggunakan keyword


melalui database : n=402
(Goggle scholar n=310)
(Pub Med n=27)
(Science Direct n=65) Jurnal tidak sesuai
kriteria eksklusi >10
tahun terakhir
dikeluarkan : (n=28)
Jurnal berdasarkan judul dan
abstrak yang sesuai : (n=118) Jurnal tidak sesuai kriteria
inklusi nursing & health
professions dikeluarkan:
Jurnal berdasarkan research (n=45)
article : (n=17)
Jurnal tidak sesuai tujuan
penulisan dikeluarkan : (n=11)
Jurnal yang direview sesuai
dengan topik penulisan : (n=6)
2.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder.
Data sekunder yaitu sumber data yang penulisannya diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain. Data sekunder umunya berupa fakta, catatan, atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. (Indiarto, 1999).

2.3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah


sebagai berikut:
1. Studi Pustaka, yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan
penelitian.
2. Dokumenter, studi dokumentasi dilakukan dengan jalam membaca
laporan-laporan penulisan sebelumnya serta artikel yang diakses dari
internet, buku maupun jurnal yang sesuai dengan permasalahan. Pada
metode ini penulis hanya memindahakan data yang relevan dari suatu
sumber atau dokumen yang diperlukan.
3. Intuitif-Subjektif, merupakan perlibatan pendapat penulis atas masalah
yang sedang dibahas.
2.3.3 Teknik Analisis Data

Sehubungan dengan permasalahan dan pendekatan penulisan yang


digunakan, penulis menganalisis data-data yang diperoleh dengan metode
analisa deskriptif-kualitatif, yakni data yang diperoleh kemudian disusun,
sehingga mempermudah pembahasan masalah-masalah yang ada. Proses
analisa data yang dilakukan dalam penulisan ini terjadi secara nolak balik
dan berinteraktif, yang terdiri dari:
1. Pengumpulan data
2. Reduksi data
3. Penyajian data
4. Pemaparan dan penegasan kesimpulan

2.4 Hasil
2.4.1 Judul Artikel

No. Aspek Hasil Analisis


1. Penulis Tuti Nuraini, Andrijono Andrijono, Dewi
Irawaty, Jahja Umar, dan Dewi Gayatri
2. Tahun 2018
3. Judul Spirituality-Focused Palliative Care to
Improve Indonesian Breast Cancer Patient
Comfort

4. Aspek Ontologi a. Ilmu berasal dari suatu penelitian


Berdasarkan Smith et al. (2012), perawatan
paliatif sesuai untuk pasien dari segala usia
dan pada setiap tahap penyakit serius serta
dapat diberikan bersamaan dengan
pengobatan kuratif. Terdapat bukti bahwa
perawatan paliatif dapat mengurangi
morbiditas, mortalitas, dan biaya yang terkait
dengan pengobatan kanker.
b. Adanya konsep pengetahuan empiris dan
tidak ada konsep wahyu.
Peneliti menggunakan 5 instrumen standar
meliputi: Brief COPE Inventory untuk
menilai kemampuan koping, Family
Support Scale untuk menilai dukungan
keluarga, Spiritual Perspective Scale (SPS)
untuk menilai perpektif spiritual, Breast
Symptom Scale untuk menilai gejala kanker
payudara, dan Depression Anxiety Stress
Scale untuk menilai tingkat ansietas. Dua
instrument tambahan yakni: kuesioner
persepsi pasien terhadap perawatan paliatif
dan Comfort Assessment Breast Cancer
Instrument.
c. Pengetahuan bersifat rasional, objektif,
sistematik, metodologis, observatif, dan
netral.
 Rasional : Pasien kanker jarang
menerima perawatan paliatif tepat waktu.
Idealnya, perawatan paliatif dimulai pada
saat pasien dirawat di rumah sakit dan
baru didiagnosis menderita kanker,
dilanjutkan selama pengobatan, dan
hingga tahap akhir kehidupan.
 Objektif : Perawatan paliatif bersamaan
dengan asuhan keperawatan dan
dukungan dari sumber daya individu
akan mempengaruhi kenyamanan pasien
secara fisik dan emosional.
 Sistematik : Studi dilakukan secara
sistematis dengan mengukur variable
pre-intervensi, lalu responden dilakukan
intervensi dengan pengembangan model
teori kenyamanan dari Kolcaba,
selanjutnya dilakukan pengukuran
variable post-intervensi.
 Metodologis : studi ini menggunakan
metode cross-sectional dengan
melibatkan 308 pasien dengan kanker
stadium 2 atau lebih dengan tidak ada
metasase pada system saraf pusat.
 Observatif : Data dikumpulkan dengan
kuesioner lalu dianalisis secara univariate
meliputi data demografi dan analisis
multivariate dengan analisis Mplus unutk
melihat korelasi antara perawatan paliatif
dengan ketidaknyamanan. Analisis
multivariate juga menggunakan SEM
Bayesian untuk melihat fit atau tidaknya
pengembangan model Kolcaba yang
digunakan.
 Netral : dalam penelitian ini tidak ada
laporan tentang konflik kepentingan
d. Menghargai asas verifikasi
(pembuktian), eksplanatif (penjelasan),
keterbukaan dan dapat diulang kembali,
skeptisisme yang radikal, dan berbagai
metode eksperimen.
Temuan pada studi ini mneunjunjukkan
bahwa ada hubungan posiftif yang signifikan
(p=0,05;r=0,098) antara spiritualitas dengan
kenyamanan. Penelitian ini menunjukkan
efek positif dari perawatan paliatif terhaap
peningkatan kenyamanan pasien. Studi ini
menunjukkan bahwa perawatan paliatif yang
berfokus pada spiritualitas adalah kunci
unutk meningkatkan kenyamanan pada
pasien kanker payudara di Indonesia.

e. Melakukan pembuktian bentuk


kausalitas (causality) dan terapan ilmu
menjadi teknologi.
Hasil ini menunjukkan bahwa responden
yang mendekatkan diri kepada Tuhan
cenderung memiliki kesejahteraan emosional
yang lebih besar. Sebaliknya, mereka yang
menjauhkan diri dari Tuhan lebih mungkin
memiliki keadaan kesejahteraan emosional
yang lebih rendah.
f. Mengakui pengetahuan dan konsep yang
relative serta logika-logika ilmiah.
Kolcaba menyatakan bahwa perawat harus
dapat menilai kebutuhan kenyamanan
pasien, mengidentifikasi variabel intervensi
(kovariat) (seperti faktor demografis),
memberikan asuhan keperawatan, dan
membantu pasien untuk mengelola sumber
daya individu utama mereka (seperti koping,
dukungan keluarga, dan spiritualitas). Dia
juga menjelaskan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan kenyamanan pasien. Perawat,
menurut Kolcaba, perlu memenuhi
kebutuhan dasar pasien dan memberikan
asuhan keperawatan khusus yang unik untuk
setiap pasien untuk meningkatkan
kenyamanan pasien. Oleh karena itu,
perawatan paliatif penting dan tepat untuk
meningkatkan kenyamanan pasien (Kolcaba,
2003; Lydon, 2008; Oliveira, 2013).

g. Memiliki konsep tentang hukum-hukum


alam yang telah dibuktikan.
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa
spiritualitas dapat meningkatkan kualitas hidup
pasien kanker. Beberapa penelitian telah
menunjukkan hubungan yang signifikan antara
kesejahteraan spiritual dan dimensi fisik,
emosional, dan fungsional kanker payudara
(Morgan et al., 2006). Selain itu, beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa
pengetahuan perawat yang berkaitan dengan
spiritualitas pasien secara signifikan
mempengaruhi kemampuan koping dan kualitas
hidup di antara penderita kanker payudara
(Okumakpeyi, 2015). Studi lain telah
menyajikan efek signifikan dari integrase
program psikospiritual dan transformasional
untuk meningkatkan kesejahteraan fisik,
emosional, dan fungsional pasien kanker
(Garlick, 2009).

2.4.2 Judul Artikel

No. Aspek Hasil Analisis


1. Penulis Andrea Egger-Rainer, Eugen Trinka, Julia
Höfler, Anna Maria Dieplinger
2. Tahun 2017
3. Judul Epilepsy monitoring – The patients' views A
qualitative study based on Kolcaba's
Comfort Theory.

4. Aspek Ontologi - Apakah yang ada itu (what is being ?)


Dalam memberikan jawaban masalah ini lahir 4
aliran filsafat, yaitu: monisme, dualisme,
idealisme dan agnotisme.
Aliran monisme:
Aliran ini berpendapat, bahwa yang ada itu
hanya satu. Pada artikel ini hakekat sebagai
sumber ilmu pengetahuan tentang teori
kenyamanan yaitu hanya satu, ilmu ini berasal
dari tuhan.
Aliran dualisme :
Ada dua substansi yang membentuk realitas dari
hakekat ilmu yaitu hakekat ilmu berasal dari
tuhan dan perilaku. Pada artikel ini bisa dilihat
bahwa dengan adanya teori kenyamanan
ternyata dapat dipengaruhi oleh perilaku
maupun konsep penyakit itu sendiri.
Aliran idealisme:
Realitas yang paling dasar adalah sebuah ide.
Sementara realitas yang bisa dilihat oleh
manusia adalah bayangan dari ide itu sendiri.
Pada artikel ini penulis menyajikan ide nya yaitu
teori kenyamanan. Bagaimana teori kenyamanan
dapat mempengaruhi sehat-sakit khusunya
dalam artikel teori kenyaman pada pasien
epilepsy.
Aliran agnotisme :
Tidak terkaji

-  Bagaimanakah yang ada itu? (how is


being ?)
- Ilmu berasal dari suatu penelitian.
Dalam survei terbaru yang dilakukan di
European Pilot Epilepsy Reference Network
(E-PILEPSY), hanya 56% dari 22 pusat
referensi menggunakan informasi terstruktur
dan terinformasi formulir persetujuan; 59%
menggunakan Prosedur Operasi Standar untuk
pengobatan kelompok kejang dan status
epileptikus. Dari saat ini menerapkan langkah-
langkah keamanan, 78% menggunakan tombol
alarm kejang, 70% membatasi ambulasi pasien,
59% menggunakan pagar pengaman, dan 26%
menggunakan kamar mandi yang dirancang
khusus. Dalam keadaan ini, tampaknya
dibenarkan bahwa pasien merasa tidak nyaman
karena kecemasan dan ketegangan, serta
karena ketidakpastian mengenai hasil
diagnostik.
- Adanya konsep pengetahuan empiris dan
tidak ada konsep wahyu.

Menurut struktur taksonomi, kenyamanan


didefinisikan sebagai “pengalaman langsung
yang diperkuat dengan terpenuhinya kebutuhan
akan kelegaan, kemudahan, dan transendensi
dalam empat konteks (fisik, psikospiritual,
sosial budaya, dan lingkungan); lebih dari tidak
adanya rasa sakit atau ketidaknyamanan fisik
lainnya”. Mempraktikkan perawatan
kenyamanan berarti memberikan perawatan
holistik, efisien, dan individual.
Definisi Kolcaba tentang kenyamanan
memungkinkan perawat untuk menilai
kebutuhan pasien secara holistik, dan untuk
menerapkan dan melakukan perawatan pribadi
untuk memenuhi kebutuhan ini.
C. Di manakah yang ada itu? (where is
being ?)

Aliran materialism:
Realitas ide dari artikel ini adalah teori
kenyamanan. Dimana peneliti menjelaskan
bahwa teori kenyamanan ini akan dipengaruhi
oleh perilaku atau variable lainnya seiring
waktu. Misalnya pada kasus pasien epilepsy
ini. Kenyamanan akan mengikuti kondisi
pasien jadi tidak tetap dan akan berubah-ubah,
tingkat kenyamanan bisa rendah, sedang atau
tinggi.

2.4.3 Judul Artikel

No. Aspek Hasil Analisis


1. Penulis Betül Tosun, RN, PhD,, €Ozlem Aslan, RN,
PhD, Servet Tunay, MD, Aygül Akyüz, RN,
PhD, Hüseyin €Ozkan, MD, Dogan Bek, MD,
Semra Açıks€oz, RN, PhD
2. Tahun 2015
3. Judul Turkish Version of Kolcaba's
Immobilization Comfort Questionnaire: A
Validity and Reliability Study

4. Aspek Ontologi a. Ilmu berasal dari suatu penelitian.


Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pasien yang telah menjalani operasi
akan mengalami proses ketidaknyamanan. hal
ini sejalan dengan pendapat Kolcaba bahwa
salah satu penilaian kenyamanan yaitu adalah
fisik. pada pasien post op ketidaknayamana
diakibatkan karena adanya permasalahan
fisik.

b. Adanya konsep pengetahuan empiris dan


tidak ada konsep wahyu.
Sebagian besar pasien dengan masalah
ortopedi mengalami imobilisasi sebagai
akibat dari cedera atau protokol pengobatan.
Namun, belum ada alat standar untuk
menilai tingkat ketidaknyamanan mereka
rasakan selama dirawat di rumah sakit..

c. Pengetahuan bersifat rasional, objektif,


sistematik, metodologis, observatif, dan
netral.
Saat ini masih banyak permasalahan kasus
post op yang berfokus hanya pada
pengobatan padahal proses perawatan yang
baik juga harus memperhatikan faktor
kenyamanan pasien selama dirawat dirumah
sakit namun belum banyak alat yang dapat
menilai tingkat kenyamanan pasien.
Sehingga pada penelitian ini dirancang
untuk menerapkan ICQ (Immobilization
Comfort Questionnaire).

 Rasional : Sebagian besar pasien dengan


masalah ortopedi mengalami imobilisasi
sebagai akibat dari cedera atau protokol
pengobatan.
 Objektif : Ketidaknyamana dapat dilihat
baik dari ekspresi dan tanda-tanda vital
yang dapat dilihat dari pasien tersebut.
 Sistematik : Setiap pernyataan pada
kuesioner memiliki respons tipe Likert,
dengan nilai mulai dari 1 hingga 6 yang
menunjukkan tanggapan dari sangat tidak
setuju hingga sangat setuju. Pola
tanggapan positif dan negatif pada
kuesioner dirancang untuk dicampur.
Demikian, untuk item positif, skor
tertinggi (6 poin) menunjukkan tingkat
kenyamanan tertinggi, dan skor terendah
(1 poin) menunjukkan tingkat
kenyamanan terendah. Untuk item
negatif, terendah skor mewakili tingkat
kenyamanan tertinggi, dan tertinggi skor
mewakili tingkat kenyamanan terendah.
Untuk menghitung total skor untuk
kuesioner, skor item negatif dibalikkan
dan ditambahkan ke skor item positif.
minimum dan skor total maksimum pada
kuesioner adalah 20 poin dan 120 poin,
masing-masing. Skor item rata-rata
berkisar dari 1 hingga 6 dan adalah
ditentukan dengan membagi skor total
dengan jumlah item pada kuesioner. .
Untuk skor item rata-rata, 1 poin
mewakili rendah kenyamanan dan 6 poin
mewakili kenyamanan tinggi
 Metodologis : Menggunakan metode s A
Validity and Reliability Study tudy case,
dengan kriteria inklusi responden besar
pasien dengan masalah ortopedi
mengalami imobilisasi sebagai akibat dari
cedera.
 Observatif : Data diambil dari apsien
yang telah dilakukan operasi dan
mengalami imobilisasi akibat fraktur
ekstremitas sehingga mengalami
ketidaknyamanan.

d. Menghargai asas verifikasi (pembuktian),


eksplanatif (penjelasan), keterbukaan dan
dapat diulangkembali, skeptisisme yang
radikal, dan berbagai metode
eksperimen.
Didapatkan bahwa terdapat korelasi positif
antara skor ICQ (Immobilization Comfort
Questionnaire) dan skor kenyamanan VAS;
korelasi negatif sedang ditemukan antara ICQ
dan ukuran nyeri VAS dalam criteria analisis
validitas. Cronbach nilai 0,75 dan 0,82
ditemukan untuk pengukuran pertama dan
kedua, masing-masing.

e. Melakukan pembuktian bentuk


kausalitas (causality) dan terapan ilmu
menjadi teknologi.
Kenyamanan, yang meliputi kelegaan,
kemudahan dan transendensi, adalah konsep
subjektif. Salah satu cara untuk membuat
konsep subjektif sebagai seobjektif mungkin
adalah untuk membuat hasil yang terukur.
Itu temuan studi metodologis ini
mengungkapkan bahwa ICQ (satu dimensi,
kuesioner 20 item) adalah alat yang valid
dan andal untuk menilai kenyamanan pasien
di Turki yang diimobilisasi karena masalah
ortopedi ekstremitas bawah.

f. Mengakui pengetahuan dan konsep


yang relatif serta logika-logika ilmiah.
Beberapa hal dapat menumbuhkan ketenangan
dan kenyamanan

 Memberi ruang lingkup dan pelayanan


pada pasien yang tenang dan optimal
(petugas kesehatan harus dapat
meyakinkan dan membuat pasien tenang.

2.4.4 Judul Artikel

No. Aspek Hasil Analisis


1. Penulis Robin Krinsky, MSN, RN-BC, CCRN, Illouise
Murillo, MSN, RN, Janet Johnson, MA,
APRN-BC, FAANP
2. Tahun 2014
3. Judul A practical application of Katharine
Kolcaba's comfort theory to cardiac
patients.

4. Aspek Ontologi g. Ilmu berasal dari suatu penelitian.


Dalam artikel dan penelitian sebelumnya,
Triyanta (2011), menyatakan bahwa pasien
penyakit jantung yang diberikan kualitas
tidur dapat mestabilkan denyut nadi dan
telah diidentifikasi dapat meningkatkan
kenyamanan. \
h. Adanya konsep pengetahuan empiris dan
tidak ada konsep wahyu.
 Pasien yang dilakukan berjumlah 2
orang. Dengan panyakit suspected acute
coronary syndrome.
 Kenyamanan yang dibahas didalam
penelitian studi kasusu ini adalah diukur
dengan melihat dari ekspresi dan tanda-
tanda vital yang terjadi pada pasien
dengan panyakit jantung, sehingga
ketika pasien dalam kondisi tenang
maka dapat terlihat kenyamanannya.
 Hubungan langsung dan signifikan
diamati antara kenyamanan dan istirahat
terlihat dari hasil ekspresi pasien yang
menyatakan nyaman dan tanda-tanda
vital yang baik.
i. Pengetahuan bersifat rasional, objektif,
sistematik, metodologis, observatif, dan
netral.
 Rasional : Pasien dengan panyakit
suspected acute coronary syndrome
memiliki rasa tidak nyaman pada dada
dan menimbulkan kecemasan yang hebat
oleh karena perasaan dan penyakit yang
dihadapinya.
 Objektif : Ketidaknyamana dapat dilihat
baik dari ekspresi dan tanda-tanda vital
yang dapat dilihat dari pasien tersebut.
 Sistematik : Untuk mengukur kedua
variable, Responden diarahkan untuk
mengingat kembali perasaan mereka
sebelumnya pada tiga waktu: (1) Saat
pergi ke ruang IGD (2) Saat dilakukan
tindakan dan penanganan terhadap pasien
dan keluhan yang dirasakan, (3) Keadaan
ruang lingkup yang mengganggu
kenyamanan melalui kebisingan.
 Metodologis : Menggunakan metode
study case, dengan kriteria inklusi
responden dengan penyakit jantung.
 Observatif : Data diambil dari apsien
yang berkunjung ke rumah sakit dengan
penyakit jantung dan di evaluasi melalui
ekspresid an tanda-tanda vital yang
terlihat.
j. Menghargai asas verifikasi (pembuktian),
eksplanatif (penjelasan), keterbukaan dan
dapat diulangkembali, skeptisisme yang
radikal, dan berbagai metode
eksperimen.
Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa
ada yang langsung dan penting hubungan di
antara kenyamanan. Pasien yang melaporkan
lebih nyaman juga memiliki waktu tenang
(pola tidur yang cukup).
k. Melakukan pembuktian bentuk
kausalitas (causality) dan terapan ilmu
menjadi teknologi.
Dilihat dari ekspresi yang cemas dan gelisan
dan tanda-tandaa vital tidak normal
(meningkat) dan setelah diberikan
ketenangan melaui istirahat maka dapat
dilihat dari ekspresi yang tenang dan tanda-
tanda vital yang normal pada pasien tersebut.
l. Mengakui pengetahuan dan konsep
yang relatif serta logika-logika
ilmiah.
Beberapa hal dapat menumbuhkan ketenangan
dan kenyamanan

 Memberi ruang lingkup dan pelayanan


pada pasien yang tenang dan optimal
(petugas kesehatan harus dapat
meyakinkan dan membuat pasien tenang)
 Ketenangan dalam suatu kondisi ruangan
sangat penting dalam menumbuhkan
peningkatan kesembuhan pasien.

2.4.5 Judul Artikel

No. Aspek Hasil Analisis


1. Penulis Naima Seyedfatemi, PhD, Forough Rafii, PhD,
Mahboubeh Rezaei, PhD, Katharine Kolcaba,
PhD, RN
2. Tahun 2014
3. Judul Comfort and Hope in the Preanesthesia
Stage in Patients Undergoing Surgery
4. Aspek Ontologi a. Ilmu berasal dari suatu penelitian. (Lihat
pendahuluan dan penelitian sebelumnya
yang mendasari penelitian dalam artikel
anda)

Dalam artikel dan penelitian sebelumnya,


Kim (2006), menyatakan kenyamanan dan
harapan berubah tergantung pada waktu dan
konteks. Dengan demikian penelitian kali
ini mengaitkan lebih spesifik tentang
kenyamanan daalm persiapan menghadapi
operasi dan sangat penting, memberikan
kepastian dan informasi, serta menanamkan
harapan telah diidentifikasi dapat
meningkatkan kenyamanan. \
b. Adanya konsep pengetahuan empiris dan
tidak ada konsep wahyu. (lihat alat
ukur untuk membuktikan empirisme
variable yang ada)
 Kenyamanan diukur dengan
Perianesthesia Comfort Questionnaire
(PCQ). PCQ adalah instrumen baru,
dan informasi tidak tersedia tentang
sifat psikometrik sebelumnya. Namun,
Wilson dan Kolcaba menunjukkan
bahwa itu diadaptasi dari Kuesioner
Kenyamanan Umum, yang telah
menunjukkan psikometri yang kuat
properti di studi sebelumnya dengan
tingkat keandalan ( r 5 0,68)
 Mengukur harapan dengan Herth
Harapan Indeks (HHI). Keandalan HHI
ditunjukkan oleh milik Cronbach alfa (
r 5 0,67) di populasi Iran yang sehat
 Hubungan langsung dan signifikan
diamati antara kenyamanan dan
harapan ( P # 0,001, r 5 0,65)
c. Pengetahuan bersifat rasional, objektif,
sistematik, metodologis, observatif, dan
netral. (Lihat latar belakang adanya
masalah. Lihat metode dan konflik
kepentingan penelitian yang dilakukan)
 Rasional : Periode pra operasi dialami
sebagai masa yang paling mengancam
dan menekan oleh pasien. Keberhasilan
operasi, atau ketakutan mereka akan
anestesi menjadikan ketidaknyamanan
mengarah ke kecemasan
 Objektif : Ketidaknyamana dapat dilihat
baik dari verbal (pernyataan cemas
pasien), dan non verbal, seperti
ketakutan, peningkatan nadi, nafas dan
tekanan darah dapat mempengaruhi
keputusan operasi tetap dilakukan atau
dibatalkan.
 Sistematik : Untuk mengukur kedua
variable, Responden diarahkan untuk
mengingat kembali perasaan mereka
sebelumnya pada tiga waktu: (1) Saat
pergi ke ruang operasi (2) Saat transfer
pasien ke ruang operasi, (3) Saat pra
anaestesi, (4) Saat selesainya efek
anastesi.
 Metodologis : Menggunakan metode
deskriptif cross-sectional, dengan 4
kriteria inklusi responden berusia 18
tahun, kesadaran akan diagnosa penyakit
mereka, mampu mengingat perasaan
mereka, menyelesaikan PCQ dan HHI
 Observatif : Data dikumpulkan data dulu
berkode dan dianalisis menggunakan
statistik deskriptif dan uji statistik
meliputi analisis varians, Kruskal Wallis,
sampel independen t uji, dan Pearson
korelasi koefisien
 Netral : dalam penelitian ini tidak ada
laporan tentang konflik kepentingan
d. Menghargai asas verifikasi
(pembuktian), eksplanatif (penjelasan),
keterbukaan dan dapat diulangkembali,
skeptisisme yang radikal, dan berbagai
metode eksperimen. (Lihat kesimpulan
hasil)
Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa
ada yang langsung dan penting hubungan di
antara kenyamanan. Pasien yang
melaporkan lebih nyaman juga memiliki
lebih banyak harapan. Tingkat kenyamanan
juga berkorelasi dengan harapan. Ini
menunjukkan adanya sebuah hubungan
timbal balik di antara kenyamanan dan
harapan, yang adalah konsisten dengan
Teori Kenyamanan.
e. Melakukan pembuktian bentuk
kausalitas (causality) dan terapan ilmu
menjadi teknologi.

Analisis statistik untuk membuktikan adanya


hubungan natara harapan dan kenyakanan
dilakukan dengan menggunakan versi SPSS
18 (Statistik PASW 18, SPSS Inc, Chicago.
f. Mengakui pengetahuan dan konsep yang
relatif serta logika-logika ilmiah. (Lihat
diskusi atau pembahasan, atau
rasionalkan sendiri)

Beberapa hal dapat menumbuhkan harapan


dan kenyamanan
 Memberi kepastian akan pelayanan pada
pasien yang aman dan optimal
 Keyakinan akan agama mungkin
memberi emosional kenyamanan, bahwa
mengingat Tuhan Akan emberikan
kenyamanan.
 Harapan sangat penting dalam
menumbuhkan pikiran dan sikap positif.
 Dukungan keluarga sangat penting
untuk menunjukkan bahwa pasien tidak
sendiri, dan bahwa keluarga akan
membantu mendokan keberhasilan.
g. Memiliki konsep tentang hukum-hukum
alam yang telah dibuktikan. (lihat dalam
diskusi atau pembahasan dan focus
pada penelitian sebelumnya yang
mendukung hasil penelitian ini)
 Malinowski dan Stamler (2002),
eksplorasi dari konsep kenyamanan
dalam keperawatan menemukan bahwa
kenyamanan memberi kekuatan dan
harapan kepada pasien
 Kim (2006), kenyamanan dan harapan
berubah tergantung pada waktu dan
konteks.
 Corbett (2007), ketika pasien dalam
periode pra anestesi, kondisi fisik dan
psikologis mereka berubah, dan tingkat
harapan mereka dapat menurun karena
ketidaknyamanan, kecemasan, dan takut.
BAB III
PEMBAHASAN

Ontologi dalam filsafat ilmu merupakan studi atau pengkajian mengenai


sifat dasar ilmu yang memiliki arti, struktur, dan prinsip ilmu. Ontologi filsafat
sebagai cabang filsafat adalah ilmu apa, dari jenis dan struktur dari objek,
properti, peristiwa, proses serta hubungan dalam setiap bidang realitas.
Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab
“apa” dan merupakan ilmu mengenai esensi benda (Suaedi, 2016). Karakteristik
ontologi ilmu pengetahuan yaitu: ilmu berasal dari suatu penelitian, adanya
konsep pengetahuan empiris dan tidak ada konsep wahyu, pengetahuan
bersifat rasional, objektif, sistematik, metodologis, observatif, dan netral,
menghargai asas verifikasi (pembuktian), eksplanatif (penjelasan),
keterbukaan dan dapat diulangkembali, skeptisisme yang radikal, dan berbagai
metode eksperimen, melakukan pembuktian bentuk kausalitas (causality)
dan terapan ilmu menjadi teknologi, mengakui pengetahuan dan konsep yang
relatif serta logika-logika ilmiah, memiliki berbagai hipotesis dan teori-teori
ilmiah, dan memiliki konsep tentang hukum-hukum alam yang telah dibuktikan
(Rokhmah, 2021).

Ilmu berasal dari suatu penelitian sehingga suatu hal dikatakan ilmu jika
telah terbukti secara ilmiah dari penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pasien yang telah menjalani
operasi akan mengalami proses ketidaknyamanan. hal ini sejalan dengan
pendapat Kolcaba bahwa salah satu penilaian kenyamanan yaitu adalah fisik.
pada pasien post op ketidaknayamana diakibatkan karena adanya permasalahan
fisik. Dalam artikel dan penelitian sebelumnya, Kim (2006), menyatakan
kenyamanan dan harapan berubah tergantung pada waktu dan konteks. Dengan
demikian penelitian kali ini mengaitkan lebih spesifik tentang kenyamanan
dalam persiapan menghadapi operasi dan sangat penting, memberikan kepastian
dan informasi, serta menanamkan harapan telah diidentifikasi dapat
meningkatkan kenyamanan. Memfasilitasi pasien secara spiritualitas juga
terbukti dapat meningkatkan kenyamanan pasien. Berdasarkan Smith et al.
(2012), perawatan paliatif sesuai untuk pasien dari segala usia dan pada setiap
tahap penyakit serius serta dapat diberikan bersamaan dengan pengobatan
kuratif. Penelitian yang dilakukan oleh Triyanta (2011), menyatakan bahwa
pasien penyakit jantung yang diberikan kualitas tidur dapat mestabilkan denyut
nadi dan telah diidentifikasi dapat meningkatkan kenyamanan.

Karakteristik ontology pada ilmu pengetahuan selanjutnya yaitu adanya


konsep pengetahuan empiris dan tidak adanya konsep wahyu. Hal tersebut
dibuktikan dengan variable yang diukur secara empiris dengan alat ukur yang
sesuai. Kenyamanan, yang meliputi kelegaan, kemudahan dan transendensi,
adalah konsep subjektif. Salah satu cara untuk membuat konsep subjektif
sebagai seobjektif mungkin adalah untuk membuat hasil yang terukur.
Kenyamanan dapat diukur dengan Perianesthesia Comfort Questionnaire (PCQ).
PCQ adalah instrumen baru, dan informasi tidak tersedia tentang sifat
psikometrik sebelumnya. Namun, Wilson dan Kolcaba menunjukkan bahwa itu
diadaptasi dari Kuesioner Kenyamanan Umum, yang telah menunjukkan
psikometri yang kuat properti di studi sebelumnya (Seyedfatemi et al., 2014.
Selain itu menurut Tosun et al. (2015) kenyamanan pasien selama dirawat
dirumah sakit dapat diukur dengan ICQ (Immobilization Comfort
Questionnaire) yang telah terbukti sebagai alat yang valid dan andal untuk
menilai kenyamanan pasien di Turki yang diimobilisasi karena masalah ortopedi
ekstremitas bawah. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Nuraini et
al. (2018) kenyamanan pada pasien kanker payudara diukur secara empiris
dengan Comfort Assessment Breast Cancer Instrument.

Pengetahuan bersifat rasional, objektif, sistematik, metodologis,


observatif, dan netral. Secara rasional, menurut Egger-Rainer et al. (2017)
kenyamanan dapat mempengaruhi sehat-sakit. Penelitian yang dilakukan oleh
Tosun et al. (2015) menunjukkan bahwa sebagian besar pasien dengan masalah
ortopedi mengalami imobilisasi sebagai akibat dari cedera yang menyebabkan
suatu ketidaknyamanan. Menurut Krinsky et al. (2014) pasien dengan panyakit
suspected acute coronary syndrome memiliki rasa tidak nyaman pada dada dan
menimbulkan kecemasan yang hebat oleh karena perasaan dan penyakit yang
dihadapinya. Secara objektif, ketidaknyamanan dapat dilihat baik dari ekspresi
dan tanda-tanda vital yang dapat dilihat dari pasien tersebut. Ketidaknyamanan
yang dirasakan oleh pasien bisa secara fisik maupun emosional. Hal tersebut
dapat dibuktikan dan diteliti secara sistematis melalui prosedur penelitian yang
sesuai dengan variabel dan menggunakan metode yang sesuai dengan studi yang
dilakukan. Selama melakukan studi penelitian untuk memperoleh suatu ilmu
suatu ilmu pengetahuan perlu dilakukan observasi dengan instrument yang
valid.

Karakteristik ontology selanjutnya adalah dengan menghargai asas


verifikasi atau pembuktian, eksplanatif atau penjelasan, keterbukaan dan dapat
diulang kembali, skeptisme yang radikal, dan dibuktikan dengan berbagai
metode eksperimen. Pembuktian suatu ilmu pengetahuan dilakukan dengan
analisis-analisis statistika dengan hasil yang mendekati benar. Hasil dapat
dijelaskan dengan mudah sebagai bukti ilmu pengetahuan dan dapat diulang
kembali dengan hasil yang sama. Ilmu pengetahuan juga dapat dibuktikan
dengan menggunakan berbagai metode eksperimen. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Nuraini et al. (2018) mneunjunjukkan bahwa ada hubungan
positif yang signifikan (p=0,05;r=0,098) antara spiritualitas dengan
kenyamanan. Penelitian ini menunjukkan efek positif dari perawatan paliatif
terhaap peningkatan kenyamanan pasien. Studi ini menunjukkan bahwa
perawatan paliatif yang berfokus pada spiritualitas adalah kunci unutk
meningkatkan kenyamanan pada pasien kanker payudara di Indonesia.
Penelitian yang dilakukan oleh Tosun et al. (2015) menunjukkan bahwa terdapat
korelasi positif antara skor ICQ (Immobilization Comfort Questionnaire) dan
skor kenyamanan VAS; korelasi negatif sedang ditemukan antara ICQ dan
ukuran nyeri VAS dalam criteria analisis validitas. Cronbach nilai 0,75 dan 0,82
ditemukan untuk pengukuran pertama dan kedua, masing-masing. Hasil
penelitian tersebut dapat dibuktikan secara berulang dan dengan menggunakan
metode eksperimen yang beragam.

Melakukan pembuktian bentuk kausalitas dan terapan ilmu menjadi


teknologi juga merupakan karakteristik dari ontology. Kenyamanan, yang
meliputi kelegaan, kemudahan dan transendensi, adalah konsep subjektif. Salah
satu cara untuk membuat konsep subjektif sebagai seobjektif mungkin adalah
untuk membuat hasil yang terukur. Itu temuan studi metodologis ini
mengungkapkan bahwa ICQ (satu dimensi, kuesioner 20 item) adalah alat yang
valid dan andal untuk menilai kenyamanan pasien di Turki yang diimobilisasi
karena masalah ortopedi ekstremitas bawah (Tosun et al., 2015). Penelitian yang
dilakukan oleh Krinsky et al. (2014) menunjukkan bahwa dilihat dari ekspresi
yang cemas dan gelisan dan tanda-tandaa vital tidak normal (meningkat) dan
setelah diberikan ketenangan melaui istirahat maka dapat dilihat dari ekspresi
yang tenang dan tanda-tanda vital yang normal pada pasien tersebut.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Seyedfatemi et al. (2014)
membuktikan adanya hubungan antara harapan dan kenyamanan. Pelenilian
yang dilakukan oleh Nuraini et al. (2018) menunjukkan bahwa responden yang
mendekatkan diri kepada Tuhan cenderung memiliki kesejahteraan emosional
yang lebih besar. Sebaliknya, mereka yang menjauhkan diri dari Tuhan lebih
mungkin memiliki keadaan kesejahteraan emosional yang lebih rendah.

Karakteristik ontology selanjutnya adalah mengakui pengetahuan dan


konsep yang relative serta logika-logika ilmiah. Kolcaba menyatakan bahwa
perawat harus dapat menilai kebutuhan kenyamanan pasien, mengidentifikasi
variabel intervensi (kovariat) (seperti faktor demografis), memberikan asuhan
keperawatan, dan membantu pasien untuk mengelola sumber daya individu
utama mereka (seperti koping, dukungan keluarga, dan spiritualitas). Dia juga
menjelaskan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kenyamanan pasien.
Perawat, menurut Kolcaba, perlu memenuhi kebutuhan dasar pasien dan
memberikan asuhan keperawatan khusus yang unik untuk setiap pasien untuk
meningkatkan kenyamanan pasien. Oleh karena itu, perawatan paliatif penting
dan tepat untuk meningkatkan kenyamanan pasien (Kolcaba, 2003; Lydon,
2008; Oliveira, 2013). Menurut Egger-Rainer et al. (2017) kenyamanan akan
mengikuti kondisi pasien jadi tidak tetap dan akan berubah-ubah, tingkat
kenyamanan bisa rendah, sedang atau tinggi. Kenyamanan, yang meliputi
kelegaan, kemudahan dan transendensi, adalah konsep subjektif. Salah satu cara
untuk membuat konsep subjektif sebagai seobjektif mungkin adalah untuk
membuat hasil yang terukur (Tosun et al., 2015). Berdasarkan Krinsky et al.
(2014) beberapa hal dapat menumbuhkan ketenangan dan kenyamanan adalah
memberi ruang lingkup dan pelayanan pada pasien yang tenang dan optimal
(petugas kesehatan harus dapat meyakinkan dan membuat pasien tenang).
Ketenangan dalam suatu kondisi ruangan sangat penting dalam menumbuhkan
peningkatan kesembuhan pasien.

Selain itu, karakteristik ontology yaitu harus memiliki konsep tentang


hukum-hukum alam yang telah dibuktikan. Malinowski dan Stamler (2002)
menyatakan eksplorasi dari konsep kenyamanan dalam keperawatan
menemukan bahwa kenyamanan memberi kekuatan dan harapan kepada pasien.
Menurut Kim (2006), kenyamanan dan harapan berubah tergantung pada waktu
dan konteks. Selanjutnya, Corbett (2007), ketika pasien dalam periode pra
anestesi, kondisi fisik dan psikologis mereka berubah, dan tingkat harapan
mereka dapat menurun karena ketidaknyamanan, kecemasan, dan takut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nuraini et al. (2018) didukung oleh
banyak bukti yang menunjukkan bahwa spiritualitas dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien kanker. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan
yang signifikan antara kesejahteraan spiritual dan dimensi fisik, emosional, dan
fungsional kanker payudara (Morgan et al., 2006). Selain itu, beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa pengetahuan perawat yang berkaitan
dengan spiritualitas pasien secara signifikan mempengaruhi kemampuan koping
dan kualitas hidup di antara penderita kanker payudara (Okumakpeyi, 2015).
Studi lain telah menyajikan efek signifikan dari integrase program psikospiritual
dan transformasional untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, emosional, dan
fungsional pasien kanker (Garlick, 2009).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Theory of Comfort Kolcaba mendefinisikan kenyamanan adalah
pengalaman yang diterima oleh seseorang dari suatu intervensi. Dan
Kolcaba membagi kenyamanan dalam empat aspek yaitu kenyamanan
fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan.
2. Penerapan Theory of Comfort Kolcaba dilihat dari aspek ontology,
terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kenyamanan diantaranya
ialah :
a. Dukungan spriritualitas memberikan kekuatan pasien
b. Memberikan informasi kepada pasien terutama pada area perawatan
yang terpasang alat medis dengan indicator suara,
c. Memberikan penghiburan dan harapan
d. Memperhatikan waktu dan kenyamanan istirahat pasien
Pentingnya memperhatikan waktu mobilitas

4.2 Saran
1. Diharapkan agar profesi keperawatan bisa lebih memperhatikan aspek
kenyamanan pasien secara holistik, bukan hanya pada aspek kenyamanan
fisik
2. Dianjurkan perawat atau tenaga kesehatan untuk mengembangkan
penelitian secara evidence based untuk meningkatkan kenyamanan
pasien sesuai dengan kebudayaan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Egger-Rainer, A., Trinka, E., Höfler, J., & Dieplinger, A. M. (2017). Epilepsy
monitoring – The patients’ views. Epilepsy & Behavior, 68, 208–215.
https://doi.org/10.1016/j.yebeh.2016.11.005
Kolcaba, K.Y. (1994). A theory of holistic comfort for nursing. Journal of Advance
Nursing, 19, 1178-1184. Retrieved from:
http://thecomfortline.com/files/pdf/1994.
Kolcaba & Wilson, L. (2004). Practical application of comfort theory in the
perianesthesia setting. Journal of PeriAnasthesia Nursing, 19 (3), 164-173.
Retrieved from: http://thecomfortline.com/files/pdfs/2004.
Kolcaba, K. (2005). Comfort Theory and Its Application to Pediatric Nursing.
Retrieved from: http://medscape.com/viewarticle/507387_2
Kolcaba, K., Tilton, C., Drouin, C. (2006). Comfort theory a unifying framework to
enhance the practice environment. The Journal of Nursing Administration,
36(11), 538-544. Retrieved from: http://thecomfortline.com/files/pdfs/2006.
Krinsky, R., Murillo, I., Johnson, J. (2014). A Practical Application of Katherine
Kolcaba’s to Cardiac Patients. Retrieved from:
http://www.researchgate.net/publication/260216101.
Moorhead, S. et all, (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition.
St. Louis: Mosby Elsevier.
March, A. & McCormack, D. (2009). Nursing Theory-Directed Healthcare
Modifying Kolcaba’s Comfort Theory as an Institution-Wide Approach.
Holistic Nursing Practice. Retrieved from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19258847
McKenna. (1997). Nursing Theories and Models. London: Routledge
Peterson, S. J. & Bredow, T. S. (2008). Middle Range Theories : Application to
Nursing Research. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Puchi, C., Paravic-Klijn, T., & Salazar, A. (2018). The Comfort Theory as a
Theoretical Framework Applied to a Clinical Case of Hospital at Home.
Holistic Nursing Practice, 32(5), 228–239.
https://doi.org/10.1097/HNP.0000000000000275
Tomey, A. M. and Alligood. (2010). Nursing Theorist and Their Work (7th ed). St.
Louis: Mosby Elsevier.

Nuraini, T., Andrijono, A., Irawaty, D., Umar, J., & Gayatri, D. (2018).
Spirituality-focused palliative care to improve indonesian breast cancer
patient comfort. Indian journal of palliative care, 24(2), 196.

Ullrich PM, Turner JA, Ciol M, Berger R. Stress is associated with subsequent
pain and disability among men with nonbacterial prostatitis/ pelvic pain.
Ann Behav Med 2005;30:112-8.

Sibille KT, Langaee T, Burkley B, Gong Y, Glover TL, King C, et al. Chronic
pain, perceived stress, and cellular aging: An exploratory study. Mol Pain
2012;8:12.

Smith TJ, Temin S, Alesi ER, Abernethy AP, Balboni TA, Basch EM, et al.
American Society of Clinical Oncology provisional clinical opinion: The
integration of palliative care into standard oncology care. J Clin Oncol
2012;30:880-7.

Smith TJ, Temin S, Alesi ER, Abernethy AP, Balboni TA, Basch EM, et al.
American Society of Clinical Oncology provisional clinical opinion: The
integration of palliative care into standard oncology care. J Clin Oncol
2012;30:880-7.
Oliveira I. Comfort measures: a concept analysis. Res Theory Nurs Pract.
2013;27(2):95e114. http://dx.doi.org/10.1891/1541-6577.27.2.95

Dasuki, M. R. (2020). Tiga Aspek Utama Dalam Kajian Filsafat Ilmu; Ontologi,
Epistemologi, Dan Aksiologi. Proceedings Universitas
Pamulang, 1(2).

Hifni, M. (2018). Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Dalam


Keilmuan. STAIN Madura.

Hogan-Miller E, Rustad D, Sendelbach S, Goldenberg I. Effects of three methods


of femoral site immobilization on bleeding and comfort after coronary
angiogram. Am J Crit Care. 1995;4(2):143e8.

Kim KS, Kwon SH. Comfort and quality of life of cancer patients. Asian Nurs
Res. 2007;1(2):125e35. http://dx.doi.org/10.1016/S1976-1317(08)60015-
8

Kolcaba K. Comfort theory and practice: a vision for holistic health care and
research. New York (NY): Springer Publishing; 2003.

Kolcaba K. A theory of holistic comfort for nursing. J Adv Nurs. 1994;19(6):


1178e84. http://dx.doi.org/10.1111/j.1365-2648.1994.tb01202.x

Kolcaba K. A taxonomic structure for the concept comfort. Image J Nurs Sch.
1991;23(4):237e40.

March A, McCormack D. Nursing theory-directed healthcare: modifying


Kolcaba's Comfort Theory as an institution-wide approach. Holist
Nurs Pract. 2009;23(2):75e80.
http://dx.doi.org/10.1097/HNP.0b013e3181a1105b
Oliveira I. Comfort measures: a concept analysis. Res Theory Nurs Pract.
2013;27(2):95e114. http://dx.doi.org/10.1891/1541-6577.27.2.95

Sanprayogi, M., & Chaer, M. T. (2017). Aksiologi Filsafat Ilmu dalam


Pengembangan Keilmuan. AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan
dan Keislaman, 4(1), 105-120.

Susanto, A. (2021). Filsafat ilmu: Suatu kajian dalam dimensi ontologis,


epistemologis, dan aksiologis. Bumi Aksara.

Gardner, G. E., Collins, C., Osborne, S., Henderson, A., & Eastwood, M. (2009).
Menciptakan lingkungan terapeutik: Uji coba terkontrol non-acak dari
intervensi waktu tenang untuk pasien dalam perawatan akut. Jurnal
Internasional Studi Keperawatan, 46(6), 778–786.
Dennis, C. M., Lee, R., Woodard, E. K., Szalaj, J. J., & Walker, C. A. (2010).
Benefits waktu tenang untuk pasien perawatan intensif saraf. Jurnal
Keperawatan Neuroscience, 42(4), 217–224.
Mazer, S. E. (2006). Tingkatkan keselamatan pasien dengan menciptakan
lingkungan rumah sakit yang lebih tenang. Instrumentasi biomedis &
teknologi/Asosiasi untuk Kemajuan Instrumentasi Medis, 40(2), 145.
Christensen, M. (2007). Tingkat kebisingan di unit perawatan intensif umum:
Studi deskriptif. Keperawatan dalam Perawatan Kritis, 12(4), 188–197.

Anda mungkin juga menyukai