Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI

REALITA

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Dosen pengampu : Imam Abidin S.Kep.,Ners

Disusun Oleh :

Annisa Nurul Jannah AK118019


Badru Fajar A AK 118028
Desti Wulan Safitri AK118041
Dinar Eka Putri Nendika AK118049
Eneng Deti Sri Rahayu AK 118057
Marcella AK118098
Mochamad jaenudin AK118096
Nida Aulia AK118123
Novianti Nurfitri AK118127
Rifki Aris Munandar AK 1181446
Tasyaa Nur Kadzia Nawwaf AK118185
Tri Arieyanto H AK118193

Safira Salsa AK118160

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

BHAKTI KENCANA JANUARI 2021


KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa serta dengan segala puja dan puji
syukur kami limpahkan kepada Allah SWT. Atas rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-
Nya kami dapatmenyelesaikan tugas pembuatan makalah dengan judul “Makalah
Keperawatan Kesehatan Jiwa II Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa II” sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun sebagai syarat melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan
Kesehatan Jiwa II tahun ajaran 2020/2021. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun
telah banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Pihak-pihak yang
secara langsung ataupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan tugas
makalah ini.
Kami sebagai penyusun menyadari adanya kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Maka dari itu, saran dan kritik kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, Januari 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya memfasilitasi


kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu
gangguan hubungan sosial pada pasien gangguan jiwa adalah gangguan persepsi
sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan
pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan.Pasien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya
dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya
sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas
Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol
halusinasi yang dialaminya.

Untuk mengatasi gangguan stimulasi persepsi pada klien jiwa, therapi aktivitas
kelompok sering diperlukan dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena
merupakan keterampilan therapeutik. Therapi aktivitas kelompok merupakan bagian
dari therapi modalitas yang berupaya meningkatkan psikotherapi dengan sejumlah
klien dalam waktu yang bersamaan.Dan merupakan salah satu tindakan keperawatan
untuk klien gangguan jiwa.

Rumusan Masalah
Bagaimana TAK halusinasi sesi 1 sampai dengan 4 pada pasien dengan halusinasi?
Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum TAK stimulasi persepsi sensori adalah klien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus proposal ini adalah sebagai berikut.
a. Pasien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan salam,nama
lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
b. Pasien mampu berkenalan dengan anggota kelompok;
c. Pasien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok;
d. Pasien mampu menyampaikan topik pembicaraan.
BAB II TINJAUAN

TEORI

1. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu ( Direja 2011).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau
gambarandanpikiranyangseringterjaditanpaadanyarangsangandariluar yang
dapat meliputi semua sistem penginderaan. Halusinasi hilangnya
kemampuanmanusiadalammembedakanrangsanganinternal(pikiran)dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata
(Kusumawati,2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan ransangan internal (pikiran) dan rangsangan ekternal (dunia
luar).Klienmemberipersepsiataupendapattentanglingkungantanpaobjek
atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengarkan suara
padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010).
Halusinasi pendengaran atau akustik adalah kesalahan dalam
mempersepsikan suara yang disengar klien. Suara bisa menyenangkan,
ancaman, membunuh, dan merusak (yosep,2010).

2. Jenis jenis halusinasi

Menurut (Kusumawati & Hartono, 2010) jenis-jenis halusinasi sebagai


berikut :
a. Halusinasi pendengaran atauaudiotory

Mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang


jelas,dimanaterkadangsuara-suaratersebutsepertimengajakberbicara
klien dan kadang memerinta klien melakukansesuatu.
5
b. Halusinasi penglihatan atauvisual

Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambaran atau


banyanganyangrumitdankompleks.Bayanyanitubisamenyenangkan
ataumenakutkan.
c. Halusinasi penghidu atauolfaktori

Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, feses, parfum atau
bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke,
kejang atau dimensia.
d. Halusinasi pengecapan ataugustatory
Merasa pengecap seperti darah, urine, feses atau yang lainya.

e. Halusinasi perabaan atautaktil

Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa


stimulus yang jelas.
f. Halusinasicenesthetik

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,


pencernaan makanan atau pembentukan urin.
g. Halusinasikinestetika

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

3. Fase fasehalusinasi

Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut


(Kusumawati, 2012) :
a. Fase pertama

Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan.


Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik : klien
mengalamistress,cemas,perasaanperpisahan,rasabersalah,kesepianyang
memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan
memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cari ini hanya menolong
sementara. Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkanbibirtanpasuara,pergerakanmatacepat,responverbalyang
lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan sukamenyendiri.
b. Fase kedua
Disebutdenganfasecondemmingatauansietasberatyaituhalusinasi
menjadi menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik :
pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat,
melamun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan
yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya. Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf
otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik
dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakanrealitas.

c. Fase ketiga

Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu


pengalamansensorimenjadiberkuasa.Termasukdalamgangguanpsikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai
dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang
perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhiperintah.

d. Fase keempat

Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan


halusinasinya.Termasukdalampsikotikberat.Karakteristik:halusinasinya
berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien
menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan
secaranyatadenganoranglaindilingkungan.Perilakuklien:perilakuteror
akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri
atau katakonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan
tidak mampu berespon lebih dari satuorang.
4. Rentang responhalusinasi

Menurut (Stuart & Laraia, 2009) halusinasi merupakan salah satu


responmaladaptifindividuyangberadadalanrentangresponneurobiologis. Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika kliensehat,
persepsinya akurat mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui pancaindra
(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, peraban), klien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus pancaindra walaupun
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Rentang respon tersebut dapat
digambarkan seperti dibawah ini ( Muhith, 2015 ) :

Responadaptif Responmaladaptif

▪ Pikiranlogi ▪ Pikiran ▪ Kelaina


s terkadang n
▪ Persep menyimpa fikiran
si ng ▪ Halusinasi
akurat ▪ Ilusi ▪ Tidak
▪ Emosi ▪ Emosion mampu
konsisten al mengontrol
berlebiha emosi
▪ Perilak ▪
n
u Ketidak
/ dengan
sosial pengalam teratura
▪ Hubunga an n
n sosial kurang ▪ Isolasisosial
▪ Perilak
u ganjil

Gambar 2.1 Rentang Respon Halusinasi

Keterangan :

1. Responadaptif

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial


budayayangberlaku.Dengankatalainindividutersebutdalambatasnormal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecakan maslah tersebut respon
adaptif:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah padakenyataan.

b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat padakeyantaan.

c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari


pengalamanahli.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
2. Responpsikososial

Respon psikososial meliputi :

a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang yang menimbulkan


gangguan.
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena ransangan
pancaindra.
c. Emosi berlebihan atauberkurang

d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
oranglain.
3. Responmaladaptif

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah


yangmenyimpangdarinorma-normasosialbudayadanlingkungan,adapun
respon maladaptif meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataansosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidakada.
c. Kerusakan proses emosi perubahan sesuatu yang timbul darihati.

d. Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.


Isolasi sosial adalah kondisi yang dialamai oleh individu dan diterima
sebagaiketentuanolehoranglaindansebagaisuatukecelakaanyangnegatif
mengancam.
5. Faktor terjadihalusinasi

Menurut (Stuart, 2009) proses terjadinya halusinasi dapat dilihat dari faktor
predisposisi dan faktor presipitasi :
a. FaktorPredisposisi

Menurut (Stuart dan Sudeen, 2009) faktor presipitasi dapat meliputi :

1) Biologis
Hal yang dikaji dalam faktor biologis meliputi : Adanya faktor
herediter mengalami gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri, riwayat
penyakitatautraumakepala,danriwayatpenggunaanNapza.Abnormalitas
perkembangansistemsarafyangberhubungandenganresponneurobiologis
yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitianberikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otakyang
lebihluasdalamperkembanganskizofrenia. Lesipadadaerahfrontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilakupsikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinyaskizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi(post-mortem).

2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhirespon


dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien adanya kegagalan yang
berulang, kurangnya kasih sayang, atauoverprotektif.
3) SosialBudaya

Kondisisosialbudayamempengaruhigangguanorientasirealitaseperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam)
dan kehidupan yang terisolasi disertaistress.
b. FaktorPresipitasi

Menurut Stuart dan Sudeen faktor presipitasi dapat meliputi (Prabowo,


2014) :
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
prosesinformasisertaabnormalitaspadamekanismepintumasukdalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untukdiinterpretasikan.
2) Stresslingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor


lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumberkoping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

6. Mekanisme koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari


pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi
termasuk :
a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan
dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas.
b. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi
pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan keracunanpersepsi).
c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisikmaupun
psikologis,reaksifisikyaituindividupergiataularimenghindarsumber
stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracundan
lain-lain, sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku
apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan.

7. Patofisiologi

Menurut (Trimelia, 2012), pohon masalah pada klien dengan gangguan


persepsi sensori: halusinasi pendengaran sebagai berikut :
Melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan – efek

Gangguan kebersihan diri – efek

Halusinasi dengar – core problem

Menarik diri – cause

Skizofrenia

Gambar 2.2 Pohon Masalah Gangguan Halusinasi Pendengaran

8. Penatalaksanaan medis

Menurut Marasmis (2009) Pengobatan harus secepat mungkin


diberikan,disiniperankeluargasangatpentingkarenasetelahmendapatkan
perawatan di RSJ klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga
mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas
minum obat (Prabowo,2014).
1) PenatalaksanaanMedis

Menurut Struat, Laraia (2009) Penatalaksanaan klien skizofrenia yang


mengalami halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan
lain (Muhith, 2015).
a. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia
adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan
adalah:
Kelas kimia Nama generik (dagang) Dosis harian Fenotiazin Tiodazin
(Mellaril) 2-40 mg Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen
(Navane) 75-600 mg 8-30 mg Butirofenon Haloperidol (Haldol ) 1-100
mg Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil) 300-900
b. Terapi kejanglistrik

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang


grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
electrodeyangdipasangpadasatuatauduatemples,terapikejanglistrik
dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5joule/detik.

2) PenatalaksanaanKeperawatan

a. Rencana AsuhanKeperawatan

1. Pengkajian

Pengkajianmerupakantahapawaldandasarutamadariproses
keperawatan. Menurut (Keliat, 2009) tahap pengkajian terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial,
dan spiritual. Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) aspek,
yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk dapat
menjaring data yang diperlukan, umumnya dikembangkan formulir
pengkajiandanpetunjukteknispengkajianagarmemudahkandalam
pengkajian. isi pengkajianmeliputi:
a. Identitasklien.
b. Keluhan utama/ alasan masuk.
c.Faktorpredisposisi.
d.Faktor presipitasi.
e.Penilaian stresor
f.Sumber koping
g.Mekanik koping
Data pengkajian keperawatan jiwa dapatdikelompokkan menjadi
pengkajian perilaku, faktorpredisposisi, faktor presipitasi , penilaian
terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki
klien ( stuart, 2009).
Pengkajian tersebut dapat diuraikan menjadi :

a. Pengkajian perilaku Perilaku yang berhubungan dengan persepsi


mengacu pada indetifikasi dan interpretasi awal dari suatu stimulus
berdasarkn informasi yang diterima melalui pnca indra tersebut
digambarkan dalam rentang respon neurobiologis dari respon
adaptif, respon transisi dan responmaladaptif.
b. Faktor predisposisi Faktor predisposisi yang berpengaruh pada
pasien halusinasi dapat mencakup:
1) Dimensibiologis

Dimensi biologis meliputi abnormalitas perkembangan sistem syaraf


yeng berhubungan dengan repon neurobiologis maladaptif yang
menunjukanmelaluihasilpenelitianpencitraanotak,zatkimia,otakdan
penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan anak yang
diadopsi yang menunjukan peran genetik padaskizofrenia.
2) Psikologis

Psikologis teori psikodinamika untuk terjadinya respons neurobiologis


yang maladaptif belum didukung oleh penelitian.
3) Sosialbudaya

Sosial budaya stres yang menumouk dapat menunjang awitan


skizofrenia dan gangguan psikotik lain, tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan.
c. Faktor presipitasi Stressor pencetus terjadinya gangguan persepsisensori

: halusinasi diantaranya:

1) Stressorbiologis

Stresor biologis yang berhubungan dengan respon nuerobilogis maladaptif


meliputigangguandalamkomunikasidanputaranbalikotakyang mengatur
prosesinformasidanabnormalitaspadamekanismepintumasukdalamotak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
stimulus.
2) Stressorlingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
3) Pemicugejala

Pemicu merupakan perkusor dan stimuli yang menimbulkan episode baru


suatu penyakit. Pemicu biasanya terdapat pada respons nuerobiologis
maladaptif yang berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan
perilaku individu.
4) Penilaianstressor

Tidak terdapat riset ilmiah yang menunjukan ilmiah yang menunjukan


bahwa stres tidak menyebabkan skizifrenia. Namun studi mengenai relaps
dan eksaserbasi gejala membuktikan bahwa stres, penilaian individu
terhadap stresor, dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan gejala.
5) Sumberkoping

Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahan tentang pengaruh


gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti
intelegensi atau kreativitas yang tinggi.
6) Mekanisme koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman


yang menakutkan berhubungan dengan respon neubiologis maladaptif
meliputi :
a. regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup
sehari-hari.
b. Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuanpersepsi.

c. Menarikdiri

2. PohonMasalah

Resikoperilakukekerasan

Gangguansensoripersepsi
..............................................................(Masalah
)

Isolasisosi

Gambar 2.3 Pohon Masalah

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan


respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah ( Dermawan & Rusdi,
2013).
Perumusan diagnosa keperawatan :

1. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik
yangditemukan.
2. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di
lakukanintervensi.
3. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatankemungkinan.
4. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkatsejahtera
yang lebihtinggi.
5. Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan
actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu
kejadian atau situasi tertentu. Menurut (Yosep ,2011).
diagnosa keperawatan Halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Gangguan persepsi sensori :Halusinasi

2. Isolasi sosial : menarikdiri.

3. Resiko perilakukekerasan

4. RencanaKeperawatan

Semuatindakanyangdilakukanolehperawatuntukmembantuklien
beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan
dalamhasilyangdiharapkan.Merupakanpedomantertulisuntukperawatan
klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat
dengancepatmengidentifikasitindakanperawatanyangdiberikan.Rencana
asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
konyinuitasasuhanperawatandarisatuperawatkeperawatlainnya.Sebagai
hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan
yang berkualitas tinggi dan konsisten.Rencana asuhan keperawatan tertulis
mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran
dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka
panjang ( Yosep,2011).
Berikut Rencana Tindakan Keperawatan pada Halusinasi :
Diagnosa 1 : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tujuan : Klien dapat mengontrol halusinasi
Kriterian Hasil :
1. Ekpresi wajah klienbersahabat.

2. Klien menunjukkan rasasenang.

3. Ada kontakmata.

4. Klien mau berjabattangan.

5. Klien mau menyebutkannama.

6. Klien mau menjawabsalam.

7. Klien mau duduk berdampingan denganperawat.

8. Klien bersedian mengungkapkan masalah yangdihadapi.


Intervensi:
1. Beri salam/panggil namaklien.

2. Sebutkan nama perawat sambil berjabattangan.

3. Jelaskan maksud hubunganinteraksi.

4. Jelaskan tentang kontrak yang akandibuat

5. Beri rasa aman dan sikapempati

6. Lakukan kontak singkat tapisering

7. Lakukan kontak sering dan singkat secarabertahap.

TUK 2 : Membantu klien mengenal halusinasi ( jenis, isi, waktu, frekuensi,


situasi, respon )
Kriterian Hasil : Klien dapat menyebutkan jenis, waktu, isi, situasi,
frekuensi, dan respon timbulnya
halusinasi
Intervensi :
1. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya : bicara
dan tertawa tanpa stimulus, mengarahkan telinga kekiri, kekanan,
kedepan seolah olah klien mendengarsuara-suara.
2. Bantu klien mengenalhalusinasinya

3. Tanyakan apakah ada suara yangdidengar.

4. Tanyakan apa yang dikatakanhalusinasinya.

5. Katakanperawatpercayaklienmendengarsuaraitu,namunperawat
sendiri tidakmendengarnya.
6. Katakan bahwa klien lain juga ada yang sepertiitu

7. Katakan bahwa perawat akan membantuklien


8. Diskusikan dengan klien:

a. Situasi yang menimbulkan/ tidak menimbulkan


halusinasi.Waktu dan frekuensi terjadinyahalusinasi.
b. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, takut, sedih dansenang).
c. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
TUK 3 : Menjelaskan cara-cara mengontrolhalusinasi.
Kriteria Hasil :

1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk


mengendalikanhalusinasinya.
2. Klien dapat menyebutkan cara baru untuk mengontrolhalusinasi.

3. Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah


didiskusikan denganperawat.
4. Klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikanhalusinasi.
5. Klien dapat mencoba cara menghilangkanhalusinasi.
Intevensi:
1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi.
2. Diskusikanmanfaatcarayangdigunakanklien,jikabermanfaatberi
Pujian.
3. Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya
halusinasi dengan cara:
1. Menghardik.

2. Menemui orang lain untukbercakap-cakap.

3. Melakukan kegiatan yang biasadilakukan.

4. Bantu klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasinya


secara bertahap.
5. Beri kesempatan kepada klien untuk melakukan cara yang telah
dilatih, evaluasi hasilnya, dan beri pujian jikaberhasil.
TUK 4: Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya
Kriteria Hasil :

1. Keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan


perawat.
2. Keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikanhalusinasi.
Intervensi : Mendemonstrasikan atau mengajarkan cara mengontrol
halusinasi

yaitu dengan :

1. Buat kontrak waktu, tempat, dan topik dengan keluarga saat


keluargaberkunjung.
2. Diskusikan pada keluarga tentang pengertian halusinasi, tanda dan
gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, serta cara yang dapat
dilakukan klien dan keluarga untuk memutushalusinasi.
3. Jelaskan tentang obat-obatanhalusinasi.

4. Jelaskan cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah


misalnya beri kegiatan, jangan biarkan sendirian, makanbersama
5. Anjurakan keluarga untuk memantau obat-obatan dan cara
pemberiannya untuk mengatasihalusinsi
6. Beri informasi waktu kontrol kerumah sakit dan bagaimana cara
mencari bantuan jika halusinasi tidak bisa diatasidirumah
TUK 5 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai dengan
program pengobatan)
Kriteria Hasil :

1. Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek sampingobat.

2. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat denganbenar.

3. Klien dapat informasi tentang efek dan efek sampingobat.

4. Klien dapat memahami akibat berhentinya mengonsumsi obat-obat


tanpa konsultasi.
5. Klien dapat menyebutkan prinsip 6 benar penggunaanobat
Intervensi:

1. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan


manfaat minumobat.
2. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
3. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping minum obat yangdirasakan
4. Diskusikan akibat berhenti mengonsumsi obat-obat tanpa
konsultasi.
5. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6benar

5. Implementasikeperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencanatindakan
disusundanditujukanpadanursingordersuntukmembantuklienmencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi. faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan
adalah sebagai berikut :
Tahap1:persiapanTahapawaltindakankeperawataninimenuntutperawat
untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahapperencanaan.
Tahap 2 : intervensi Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah
kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan : independen,dependen,dan interdependen.
Tahap3:dokumentasiPelaksanaantindakankeperawatanharusdiikutioleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalamproses
keperawatan (Dermawan & Rusdi,2013).

6. Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat keriteria keberhasilan proses dan


keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan prosesdapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan
sehari-haridantingkatkemajuankesehatanpasiendengantujuanyangtelah di
rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasiadalah sebagai berikut:
1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/rencana yang telah
disusun.
2. Hasiltindakankeperawatan,berdasarkancriteriakeberhasilanyangtelah di
rumuskan dalam rencanaevaluasi.
Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan


perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal,sehingga perlu di cari penyebab dan caramengatasinya.
3) Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuansamasekalibahkantimbulmasalahbaru.dalamhal ini
perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat
data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak
sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan. Setelah
seorang perawat melakukan seluruhproses keperawatan daripengkajian
sampai dengan evaluasi kepada pasien,seluruh tindakannya harus di
dokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan
(Dermawan & Rusdi, 2013) .

b. Penerapan StrategiPelaksanaan

Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan:

1) Melatih klien mengontrol halusinasi:

a) Strategi Pelaksanaan 1 : menghardikhalusinasi

b) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secarateratur

c) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan oranglain

d) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yangterjadwal


2) Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya
ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga , sehingga
keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.
a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam
merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien
denganmenghardik
b) StrategiPelaksanaan2keluarga:melatihkeluargamerawatklien
halusinasi dengan enam benar minumobat
c) StrategiPelaksanaan3keluarga:melatihkeluargamerawat klien
halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukankegiatan
d) StrategiPelaksanaan4keluarga:melatihkeluaragmemnafaatkan
fasilitas kesehatan untuk follow up klienhalusinasi

c. Psikoterapi danrehabilitasi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena


klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk
mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untukmengadakan permainan atau
latihan bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari:
1) Terapiaktivitas

Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi relaksasi,


terapi sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.
1. Persiapan lingkungan.
1. Ventilasi baik.
2. Penerangan cukup.
3. Suasana tidak bising.
4. Pengaturan posisi tempat duduk.
2. Peran Dan Fungsi
1) Leader
Tugas:
a. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
b. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
d. Memimpin diskusi kelompok
2) Co Leader
Tugas:
a. Membuka acara
b. Mendampingi Leader
c. Mengambil alih posisi Leader jika Leader bloking
d. Menyerahkan kembali posisi kepada leader
e. Menutup acara diskusi.
3) Fasilitator
Tugas:
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
b. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalannya terapi
4) Observer
Tugas
a.Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia).
b.Mengawasi jalannya anktivitas kelompok dari mulai persiapan,proses,
hingga penutupan.
3. Setting : peserta dan terapis duduk bersama dalam satu lingkaran

C
L L
K
K
K

F F

K
K
K O K
Keterangan:

L : Leader O : Observer.

C : Co Leader K : Klien
L
F
BAB III

PELAKSANAAN

Sesi 1 mengenal halusinasi

A. Tujuan
1. Klien dapat mengenal halusinasi
2. Klien mengenal perasaannya saat mengalami halusinasi
B. Setting
1. Terapis & klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat aman & nyaman
C. Alat
1. Spidol
2. Kertas
3. Musik
D. Metode
1. Diskusi & Tanya jawab
2. Bermain peran / simulasi
E. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi : halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat & tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama lengkap & panggilan terapis (pakai papan nama)
3) Menanyakan nama lengkap & panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi / validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal
suara – suara yang didengar
2) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus izin terapis
b. Lama kegiatan 20 menit
c. Setiap klien mengikuti kegiatan mulai dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal
suara – suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi
yang mendukung, dan perasaan klien saat mengalami halusinasi
b. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasinya, kapan terjadinya, situasi
yang mendukung, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien
sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya
ditulis di whiteboard.
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi yang mendukung, dan perasaan klien saat
mengalami halusinasi
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaan saat
mengalami halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi
2) Menyepakati waktu dan tempat
F. Evaluasi & Dokumentasi
Evaluasi

Sessi 1 : TAK Stimulasi Persepsi : halusinasi

Kemampuan Mengenal Halusinasi

No Nama Klien Menyebut Menyebut Menyebutkan Menyebutkan


Isi Waktu situasi yang yang Dirasakan
Halusinasi Terjadinya Mendukung saat terjadinya
1
2
3
4
5

Petunjuk
• Evaluasi dilaksanakan saat TAK berlangsung, khususnya tahap kerja
• Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
• Beri tanda √ bila klien mampu dan beri tanda × bila klien tidak mampu

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien dalam catatan Asuhan Keperawatan.

Sessi 2
Mengontrol halusinasi dengan menghardik

Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi
2. Klien dapatmemahamicaramenghardikhalusinasi
3. Klien dapatmemperagakancaramenghardikhalusinasi
Setting
1. Terapis & klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangannyaman&tenang
Alat
1. Balon
2. Musik
Metode
1. Diskusi& Tanya jawab
2. Bermainperan / simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 1
b. Mempersiapkanalat&tempatpertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam Klien dariterapisuntukklien
2) dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu, situasi, dan
perasaan.
c. Kontrak
1) Menjelaskantujuankegiatan, yaitudenganlatihansatucaramengontrolhalusinasi
2) Menjelaskanaturan main, yaitu :
• Jika adaklien yang
inginmeninggalkankelompokharusmemintaizinkepadaterapis
• Lama kegiatan 20menit
• Setiapklienmengikutikegiatandariawalsampaiselesai
3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatanyaitu music akandihidupkansertabalondiedarkan dan pada
saatmusikdimatikanmakaanggotakelompok yang
memegangbalonmemperkenalkandirinya.
b. Hidupkanmusic danedarkanbalonberlawanandenganarahjarum jam
c. Pada saatmusikdimatikananggotakelompok yang
memegangbalonmendapatgiliranuntukmenyebutkansalam, namalengkap,
namapanggilanhobi dan asaldimulai oleh perawatsebagaicontoh
d. Tulis namapanggilan pada kertastempelataudipakai
e. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi dan
terapismemperagakancaramenghardikhalusinasi
f. Ulangi 2 dan 3 dan 4 sampaisemuaanggotakelompokmendapatgiliran
g. Beri pujianuntuksetiapkeberhasilananggotakelompokdenganmemberitepuktangan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindaklanjut
1) Terapismenganjurkanklienuntukmenerapkancara yang
telahdipelajarijikahalusinasimuncul
2) Memasukkankegiatanmenghardikdalamjadwalkegiatanharianklien
c. Kontrak yang akandatang
1) Terapismembuatkesepakatandenganklienuntuk TAK yang berikutnya,
yaitubelajarcaramengontrolhalusinasidenganmelakukankegiatan
2) Terapismembuatkesepakatanwaktu dan tempat TAK berikutnya

Evaluasi&Dokumentasi
Evaluasi

Sessi 2 : TAK StimulasiPersepsi : Halusinasi


KemampuanMenghardikHalusinasi
NO Aspek yang dinilai Nama Klien

1 Menyebutkancara yang
selamainidigunakanmengatasihalusinasi
2 Menyebutkanefektivitascara
3 Menyebutkancaramengatasihalusinasidenganmenghardik
4 Memperagakanmenghardikhalusinasi

Petunjuk
• Evaluasidilaksanakansaat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahapkerja
• Tulis namapanggilanklien yang ikut TAK pada kolomnamaklien
• Beri tanda √ bila klien mampu dan beri tanda × bila klien tidak mampu
Dokumentasi
• Dokumentasikan kemampuan klien dalam catatan Asuhan Keperawatan

Sessi 3
Mencegah Halusinasi dengan Bercakap – cakap
Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap – cakap dengan orang lain untuk mencegah
munculnya halusinasi.
2. Klien dapat bercakap – cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Musik
2. Balon
Metode
1. Diskusi kelompok
2. Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sessi 3
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah dipelajari
(menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah) untuk mencegah
halusinasi.
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap –
cakap.
2) Terapis menjelaskan aturan sebagai berikut:
• Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
kepada terapis
• Lama kegiatan 20 menit.
• Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap – cakap dengan orang lain untuk
mengontrol dan mencegah halusinasi.
b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bias diajak bercakap –
cakap.
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan bisa
dilakukan.
d. Terapis memperagakan cara bercakap – cakap jika halusinasi muncul.
e. Terapis meminta tiap klien untuk memperagakan percakapan dengan orang
disebelahnya.
f. Berikan pujian atas keberhasilan klien
g. Ulangi point e dan f sampai semua klien mendapat giliran.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
• Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan harian, dan bercakap – cakap.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar
cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
2) Terapis menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi & dokumentasi


Evaluasi

Sessi 3 : TAK Stimulasi Persepsi : Halusinasi


Kemampuan Bercakap – cakap untuk Mencegah Halusinasi
No Aspek yang dinilai Nama Klien

1 Menyebutkan orang yang biasa diajak


bicara
2 Memperagakan percakapan
3 Menyusun jadwal percakapan
4 Menyebutkan tiga cara mengontrol dan
mencegah halusinasi

Petunjuk
• Evaluasi dilaksanakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
• Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
• Beri tanda √ bila klien mampu dan beri tanda × bila klien tidak mampu.
Dokumentasi
• Dokumentasikan kemampuan klien dalam catatan Asuhan Keperawatan

Sesi 4
Mengontrol halusinasi dengan Melakukan Kegiatan

Tujuan
Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah munculnya
halusinasi
Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi
Setting
Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang
Alat Kertas
Pulpen/Spidol
Musik
Balon
Metode
Diskusi dan Tanya jawab
Bermain peran/simulasi dan latihan
Langkah kegiatan
Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti TAK sessi 2
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
Orientasi
Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
Klien dan terapis pakai papan nama
Evaluasi / validasi
Terapis menanyakan keadaan klien saat ini
Terapis menanyakan cara mengontrol cara mengontrol halusinasi yang telah dipelajari
Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi
Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi dengan
melakukan kegiatan
Menjelaskan aturan main sebagai berikut:
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada
terapis.
Lama kegiatan 20 menit.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
Tahap kerja
Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari – hari secara teratur
akan mencegah munculnya halusinasi.
Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan sehari – hari,
dan tulis di kertas yang telah dibagikan
Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian, terapis menulis formulir yang
sama di whiteboard.
Terapis membimbing satu – persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan harian, dari
bangun pagi sampai tidur malam. .
Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
Berikan pujian atas keberhasilan klien.
Tahap terminasi
Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal kegiatan dan
memperagakannya.
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik dan melakukan kegiatan.
Kontrak yang akan dating
Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap – cakap.
Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.

Evaluasi & Dokumentasi


Evaluasi

Sesi 4 : TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi


Kemampuan Mencegah Halusinasi dengan melakukan kegiatan

No Aspek yang dinilai Nama Klien

1 Menyebutkan kegiatan yang biasa


Dilakukan
2 Memperagakan kegiatan yang biasa
dilakukan
3 Menyusun jadwal kegiatan harian
4 Menyebutkan dua cara mengontrol
Halusinasi

Petunjuk
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya tahap kerja.
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
Beri tanda √ bila klien mampu dan beri tanda × bila klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien dalam catatan asuhan keperawatan.

Sessi 5 : TAK Stimulasi Persepsi halusinasi


Kemampuan Mencegah Stimulasi Persepsi halusinasi dengan Patuh minum obat
No Nama Klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan
Lima Benar Keuntungan Minum Akibat Tidak Patuh
Minum Obat Obat Minum Obat

1
2
3
4
5

Petunjuk
• Evaluasi dilaksanakan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja
• Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
• Beri tanda √ bila klien mampu & beri tanda × bila klien tidak mampu

Dokumentasi
• Dokumentasikan kemampuan klien dalam catatan Asuhan Keperawatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
TAK halusinasi adalah upaya yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu
kepada pasien sehingga terjadi perubahan perilaku pada pasien. TAK halusinasi sesi 1
sampai 5 adalah terapi yang dilakukan terhadap sekelompok pasien dalam upaya
memfasilitasi kemampuan pasien untuk melakukan perubahan persepsi dalam
pemikirannya. TAK ini diharapkan pasien mampu memperkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
TAK halusinasi ditujukan kepada pasien dengan indikasi:
a. pasien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal;
b. pasien baru masuk; dan
c. pasien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai dengan stimulus.

Anda mungkin juga menyukai