Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENUGASAN II

MASALAH PSIKOSOSIAL LUKA BAKAR DERAJAT I, II, III

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT , ASUHAN KEPERAWATAN

SYOK SEPTIK DAN SYOK NEUROGENIK DAN ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM INTEGUMEN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

 DINA (16CP1012)
 NENGSIH (16CP1033)
 FARADILLAH RAMADHANI .M (16CP1026)
 PUTRI FEBY FEBYESTI EDWARD (16CP1035)

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


2018-2018
KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikum Warahmatullahiwabarakatuh
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atasa rahmat dan
karunianyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Masalah psikososial luka bakar
derajat I, II, III area keperawatan gawat darurat Oleh karenanya makalah ini kiranya dapat
membantu dalam proses belajar yang harus dipahami pada area keperawatan gawat darurat
khususnya pada mata kuliah keperawatan gawat darurat.
Makalah ini merupakan acuan bagi teman teman sekalian umtuk memulai pelajaran
keperawatan gawat darurat dengan membahas Masalah Psikososial luka bakar derajat I, II, III
area keperawatan gawat darurat Ucapan terimah kasih kami sampaikan kepada semua pihak
yang sudah membantu dalam penyelesaian makalah ini . semoga makalah ini memberi manfaat
kepada kita semua .

Takalar 10 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................................. ........... i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ...........................................................................................1

B. RUMUSAN MASLAH ..........................................................................................2

C. TUJUAN ..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................3

A. LUKA BAKAR ..........................................................................................................3

B. MASALAH PSIKOSOSIAL..........................................................................................4

C. SYOK SEPTIK ..............................................................................................................6

D. SYOK NEUROGENIK ..................................................................................................6

E. ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM INTEGUMEN .............................................12

BAB III PENUTUP ........................................................................................................15

A. KESIMPULAN ............................................................................................................15

B. SARAN .................................................................................................................. ......15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Luka bakar merupakan salah satu luka yang paling sering di alami oleh manusia
selain luka karena jatuh atau karena kecelakaan. Luka bakar terjadi akibat tubuh kontak
dengan sumber panas, penyebabnya bisa karena sumber panas ataupun suhu dingin yang
tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Berbagai macam aktifitas
manusia seperti memasak, menggunakan kendaraan bermotor terkadang secara tidak
sengaja bisa menyebabkan kulit kita terkena api, memegang kompor atau alat memasak
yang dalam keadaan panas atau tersenggol knalpot menyebabkan terjadinya luka bakar
pada kulit. Perawatan yang panjang pada luka bakar sering membuat pasien menjadi putus
asa. Penyembuhan luka yang tidak sempurna dan cacat, bisa membatasi aktivitas fisik
maupun mengganggu citra diri pasien. Selain mengalami gangguan fisik pasien luka bakar
juga mengalami masalah kecemasan akibat sekuele dari emosinya dan gejala yang timbul
bisa bermacam-macam, diantaranya depresi, anxietas, delirium dan gangguan stress
pasca trauma. Hal seperti ini bisa berdampak pada timbulnya berbagai gangguan
kejiwaan, karena penderita tidak saja mengalami penderitaan fisik, tetapi juga bisa meluas
dan berdampak pada psikologis dan sosial.
Dari sekian banyak permasalahan yang muncul, masalah psikologis merupakan
masalah yang paling serius bagi penderita luka bakar. Menurut Endah (2008) pada
symposium mini luka bakar di rumah sakit pertamina perhatian terhadap psikologis
pasien-pasien luka bakar ini masih sangat kurang, ini dibuktikan dengan tidak adanya
laporan atau penelitian gangguan stres pasca trauma pada pasien luka bakar yang terjadi di
Indonesia. Indonesia tidak memiliki data berapa besarnya gangguan stres pasca trauma
pada pasien-pasien luka bakar. Sementara itu dengan kondisi kesehatan yang demikian
akan menjadi sumber stressor bagi pasien, sehingga dapat mempengaruhi konsep dirinya,
begitu pula dengan kecacatan yang timbul akibat dari penyakit ini dapat mempengaruhi
body imge penderita tersebut. Perubahan fisik pada tubuh seseorang dapat menyebabkan
perubahan citra tubuh, dimana identitas dan harga diri juga dapat dipengaruhi, sering
menggangu peran, dapat mengganggu identitas dan harga diri seseorang. Penderita luka
bakar sendiri akan merasa rendah diri, merasa tertekan batin, takut menghadapi keluarga
dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka terkadang yang kurang wajar tersebut.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas di dapatkan rumusan masalah yaitu:
“ Masalah Psikososial (stress dan kecemasan, konsep diri dan Koping) pada area
kegawatdaruratan sistem integumen Luka bakar derajat I,II,III dan Asuhan
keperawatan Syok Septik dan Syok Neurogenik dan Asuhan keperawatan Sistem
Integumen”

C. Tujuan
Tujuan umum makalah ini Masalah Psikososial (stress dan kecemasan, konsep
diri) dan Koping pada area kegawatdaruratan sistem integumen Luka bakar derajat
I,II,III dan Asuhan keperawatan Syok Septik dan Syok Neurogenik dan Asuhan
keperawatan Sistem Integumen.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Luka Bakar
a. Defenisi

Luka bakar merupakan kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh berbagai
sumber non-mekanik seperti zat kimia, listrik, panas, sinar matahari atau
radiasi nuklir (Murray & Hospenthal, 2015).
b. Klasifikasi
Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal, antara lain:
penyebab, luasnya luka, dan keparahan luka bakar.
a) Klasifikasi berdasarkan mekanisme dan penyebab
1) Luka bakar internal
Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini
bisa disebabkan oleh cairan panas, berkontak dengan benda
padat panas, terkena lilin atau rokok, terkena zat kimia, dan
terkena aliran listrik (WHO, 2008).
2) Luka bakar inhalasi
Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang
panas, cairan panas atau produk berbahaya dari proses
pembakaran yang tidak sempurna. Luka bakar ini penyebab
kematian terbesar pada pasien luka bakar (WHO, 2008).
b) Klasifikasi berdasarkan Derajat dan kedalaman luka bakar
1) Luka bakar Derajat 1
Terjadi di permukaan kulit (epidermis). Manifestasinya
berupa kulit tanpa kemerahan, nyeri dan mungkin dapat
ditemukan bulla. Luka bakar derajat 1 biasanya sembuh
dalam 3 hingga 6 hari dan tidak menimbulkan jaringan
parut saat remodeling.
2) Luka bakar Derajat II
Melibatkan semua lapisan epidermis dan sebagian dermis.
Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, sedikit
edema dan nyeri berat bila ditangani dengan baik luka bakar
derajat II dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan akan
meninggalkan jaringan parut.
3) Luka bakar Derajat III
Melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk tulang
tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan tampak kering
dan mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan
tampilan luka yang beragam dari warna putih, merah terang
hingga tampak seperti arang. Nyeri yang dirasakan biasanya
terbatas akibat hancurnya ujuang saraf pada dermis.
Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan biasanya
membutuhkan donor kulit
B. Masalah Psikososial ( Stress dan kecemasan, konsep diri dan koping) pada area
keperawatan kegawatdaruratan sistem Integumen
a. Luka bakar derajat I
a) Stress dan kecemasan
Masalah psikosisal yang biasa di tunjukkan pada pasien dengan luka
bakar derajat I yaitu stress yang berlebihan tentang kondisi yang
dialami sekarang dan kecemasan tentang dampak luka bakar yang di
timbulkan nanti sehingga dapat merusak citra tubuh . tetapi sampai
saat ini pasien dengan luka bakar derajat I tidak begitu banyak
mengalami gangguan psikososial setelah dilakukan perawatan di
rumah sakit, karena efek luka yang ditimbulkan dapat hilang dan
tidak mengalami kerusakan jaringan parut .
b) Konsep diri dan Koping
Pada luka bakar derajat I pasien tidak mengalami gangguan konsep
diri dan dapat menerima kembali keadaan fisik serta dapat diterima
oleh keluarga dan masnyarakat, sehingga kondisi koping pasien
kembali efektif .
b. Luka bakar Derajat II
a) Stress dan kecemasan
Perawatan yang panjang pada luka bakar sering membuat pasien
menjadi putus asa. Penyembuhan luka yang tidak sempurna dan
cacat, bisa membatasi aktivitas fisik maupun mengganggu citra diri
pasien. Selain mengalami gangguan fisik pasien luka bakar juga
mengalami masalah kecemasan akibat sekuele dari emosinya dan
gejala yang timbul bisa bermacam-macam, diantaranya depresi,
anxietas, delirium dan gangguan stress pasca trauma.
b) Konsep diri dan Koping
Pada luka bakar derajat II pasien mengalami 50% gangguan konsep
diri yang berhubungan dengan berubahnya kuantitas kulit yang
tidak normal sehingga meninggalkan beban dan rasa tidak putus asa.
c. Luka bakar Derajat III
a) Stress dan Kecemasan
Luka bakar Derajat III masalah yang serius pada penderita luka
bakar dengan kondisi kesehatan yang demikian akan menjadi
sumber stressor bagi pasien, sehingga dapat mempengaruhi konsep
dirinya, begitu pula dengan kecacatan yang timbul akibat dari
penyakit ini dapat mempengaruhi body imge penderita tersebut.
Perubahan fisik pada tubuh seseorang dapat menyebabkan
perubahan citra tubuh, dimana identitas dan harga diri juga dapat
dipengaruhi, sering menggangu peran, dapat mengganggu identitas
dan harga diri seseorang. Penderita luka bakar sendiri akan merasa
rendah diri, merasa tertekan batin, takut menghadapi keluarga dan
masyarakat karena sikap penerimaan mereka terkadang yang kurang
wajar tersebut
b) Konsep diri dan Koping
pasien tersebut merasa malu dan tidak berdaya dalam hidupnya,
pasien merasa malu untuk berinteraksi dengan orang lain dengan
kondisi tubuhnya yang sekarang dan tidak dapat diterima dengan
baik oleh lingkungan karena adanya perubahan body image ,
sehingga pasien memberikan respon koping Maladaptif.
C. Asuhan keperawatan Syok Distributif : Syok Septik dan Syok Neurogenik
1. Konsep Medis
a. Defenisi syok
Syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi untuk
kebutuhan organ-organ di dalam tubuh. Shock juga didefinisikan sebagai gangguan
sirkulasi yang mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau
menurunnya volume darah yang bersirkulasi secara efektif. Apabila sel tidak dapat
menghasilkan energi secara adekuat, maka sel tidak akan berfungsi dengan baik
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan disfungsi dan kegagalan berbagai
organ, akhirnya dapat menimbulkan kematian.
Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara
abnormal berpindah tempat dalam vaskular seperti ketika darah berkumpul dalam
pembuluh darah perifer. Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan
tonus simpatis atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi
yang menempatkan pasien pada resiko syok distributif yaitu :
a) syok neurogenik seperti cedera medulla spinalis, anastesi spinal
b) syok anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi,
alergi sengatan lebah
c) syok septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1 thn dan > 65
tahun, malnutrisi
b. Defenisi Syok Septik
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributif dan disebabkan
oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan
melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat,
melakukan debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan
pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh.
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok
septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit. Syok
septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan
kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
c. Etiologi
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu respon
imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang
mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok. Peningkatan permeabilitas
kapiler, yang mengarah pada perembesan cairan dari kapiler dan vasodilatasi adalah
dua efek tersebut.
Microorganisme dari syok septic adalah bakteri gram-negatif. Namun
demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus juga dapat
menyebab syok septic. Sumber eksogen meliputi lingkungan rumah sakit dan
anggota tim perawatan kesehatan. Sumber endogen seperti kulit pasien, saluran
gastrointestinal (GI), saluran pernapasan, dan traktus genitourinaria. Dalam
beberapa tahun terakhir, kejadian infeksi dada meningkat secara dramatis dan paru-
paru telah menggantikan organ intrabdominal sebagai faktor yang paling umum
terjadi dalam memproduksi sepsis berat dan syok septik.
d. Fase – fase
Dalam syok septik terjadi 2 fase yang berbeda yaitu :
a) Fase pertama disebut sebagai fase “hangat” atau hiperdinamik ditandai
oleh tingginya curah jantung dan fase dilatasi. Pasien menjadi sangat panas
atau hipertermi dengan kulit hangat kemerahan. Frekuensi jantung dan
pernafasan meningkat. Pengeluaran urin dapat meningkat atau tetap dalam
kadar normal. Status gastroinstestinal mungkin terganggu seperti mual,
muntah, atau diare.
b) Fase lanjut disebut sebagai fase “dingin” atu hipodinamik, yang ditandi oleh
curah jantung yang rendah dengan fasekontriksi yang mencerminkan upaya
tubuh untuk mengkompensasi hipofolemia yang disebabkan oleh
kehilangan volume intravsakuliar melalui kapiler. Pada fase ini tekanan darah
pasien turun, dan kulit dingin dan serta pucat. Suhu tubuh mungkin normal atau
dobawah normal.

e. Pemeriksaan penunjang
a) Biakan: dari darah, sputum, urine, luka operasi atau non operasi dan aliran
invasif (selang atau kateter) hasil positip tidak perlu untuk diagnosis.
b) Lekositosis atau lekopenia, trombositopenis, granulosit toksik, CRP (+),
LED meningkat dan hasil biakan kuman penyebab dapat (+) atau (-).
c) Gas-gas darah arteri: alkalosis respiratorik terjadi pada sepsis (PH > 7,45,
PCO2 < 35) dengan hipoksemia ringan (PO2 < 80)
d) Kultur ( luka, sputum, urine, darah ) untuk mengindentifikasi organisme
penyebab sepsis. Sensitivitas menentukan pilihan obat-obatan yang paling
efektif. Ujung jalur kateter/intravaskuler mungkin diperlukan untuk
memindahkan dan memelihara jika tidak diketahui cara memasukannya.
e) SDP : Ht mungkinmeningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leukopenia ( penurunan SDP ) terjadi sebelumnya,
dikuti oleh pengulangan leukositosis ( 15.000 – 30.000 ) dengan
peningkatan pita ( berpiondah ke kiri ) yang mempublikasikan produksi
SDP tak matur dalam jumlah besar.
f) Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal.
2. Konsep Keperawatan
a) Pengkajian
Selalu menggunkan pendekatan ABCD
1) Airway
- Yakinkan kepatenan jalan nafas
- Berikan alat bantu nafas jika perlu
- Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU
2) Breathing
- Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan
gejala yang signifikan
- Kaji saturasi oksigen
- Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
- Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
- auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
3) Circulation
- Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
signifikan
- Monitoring tekanan darah, tekanan darah
- Periksa waktu pengisian kapiler
- Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
- Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
4) Disabilty
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis
padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji
tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
5) Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan
tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
b) Masalah keperawatan yang mungkin muncul
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 , edema paru.
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
dan preload
3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
cardiac output yang tidak mencukupi.
c) Intervensi
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 , edema paru.

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen :


keperawatan selama ... x 24 jam  Buka jalan nafas
. pasien akan :  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
 TTV dalam rentang ventilasi ( fowler/semifowler)
normal  Auskultasi suara nafas , catat adanya suara
 Menunjukkan jalan tambahan
napas yang paten  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
 Mendemostrasikan jalan nafas buatan
suara napas yang  Monitor respirasi dan status O2
bersih, tidak ada  Monitor TTV.
sianosis dan dypsneu.
2) Penurunan curah jantung

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Cardiac care :
keperawatan selama ... x 24 jam .  catat adanya tanda dan gejala penurunan
pasien akan : cardiac output
 Menunjukkan TTV  monitor balance cairan
dalam rentang normal  catat adanya distritmia jantung
 Tidak ada oedema paru  monitor TTV
dan tidak ada asites  atur periode latihan dan istirahat untuk
 Tidak ada penurunan menghindari kelelahan
kesadaran  monitor status pernapasan yang
 Dapat mentoleransi menandakan gagal jantung.
aktivitas dan tidak ada
kelelahan.

3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


( NOC) (NIC)

Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment :


keperawatan selama ... x 24  Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.
jam . pasien akan :  Beri kompres hangat pada bagian lipatan tubuh (
 Suhu tubuh dalam Paha dan aksila ).
rentang normal  Monitor intake dan output
 Tidak ada  Monitor warna dan suhu kulit
perubahan warna  Berikan obat anti piretik
kulit dan tidak ada Temperature Regulation
pusing  Beri banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari) sedikit
 Nadi dan respirasi tapi sering
dalam rentang  Ganti pakaian klien dengan bahan tipis
normal menyerap keringat.

4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


cardiac output yang tidak mencukupi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Management sensasi perifer:
keperawatan selama ... x 24  Monitor tekanan darah dan nadi apikal setiap 4
jam . pasien akan : jam
 Tekanan sisitole  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit
dan diastole dalam jika ada lesi
rentang normal  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
 Menunjukkan terhadap panas atau dingin
tingkat kesadaran  Kolaborasi obat antihipertensi.
yang baik

.
D. Asuhan Keperawatan Sistem Integumen
a. Pengkajian
a) Identitas pasien
b) Keluhan utama
c) Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasienn merasakan keluhan seperti
yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan
pasien untyk menanggulanginya
2) Riwayat penyakit dahulu :
Apakah pasien dulu pernah mengalami atau menderita
penyakit seperti ini atau penyakit lainnya .
3) Riwayat penyakit keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit
seperti ini atau penyakit kulit lainnya .
4) Riwayat psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan.
Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang
dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi)
terhadap suatu obat.
d) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) TTV
3) Pemeriksaan head to toe
4) Pemeriksaan kulit
5) Abdomen
b. Diagnose keperawatan
1) Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka akibat
gangguan integritas
2) Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen
3) Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5) Gangguan citra tubuh berhubungan denganpenampakan kulit yang tidak
bagus
6) Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
inadekuat informasi
c. Intervensi keperawatan
Dx .1
1) Lakukan teknik aseptic dan antiaseptic dalam melakukan tindakan pada
pasien
2) Ukur tanda vital
3) Observasi adanya tanda-tanda infeksi
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
5) Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan kepada klien
6) Jaga lingkungan klie agar tetap bersih

Dx .2

1) Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap allergen yang


telah diketahui
2) Pantau kegiatan klie yang dapat menyebabkan terpapar langsung dengan
allergen
3) Baca label makana kaleng agar terhindar dari bahan makanan yang
mengandung allergen
Dx .3

1) Jaga kebersihan kulit pasien


2) Jelaskan gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya
3) Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak
ada sabun yang tertinggal
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa sakit

Dx .4

1) Mengajarkan untuk menjaga kelembapan kulit


2) Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur
3) Melaksanakan gerak badan secara teratur
4) Anjurkan klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi
dan kelembapan yang baik
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka bakar merupakan kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh berbagai
sumber non-mekanik seperti zat kimia, listrik, panas, sinar matahari atau radiasi
nuklir dan pada masalah psikososial pasien luka bakar Masalah psikosisal yang
biasa di tunjukkan pada pasien dengan luka bakar derajat I yaitu stress yang
berlebihan tentang kondisi yang dialami sekarang dan kecemasan tentang dampak
luka bakar yang di timbulkan nanti sehingga dapat merusak citra tubuh . tetapi
sampai saat ini pasien dengan luka bakar derajat I tidak begitu banyak mengalami
gangguan psikososial setelah dilakukan perawatan di rumah sakit, karena efek luka
yang ditimbulkan dapat hilang dan tidak mengalami kerusakan jaringan parut .
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan kekurangan
dan jauh dari kesemprnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada berbagai sumber yang dapat di pertanggungjawabkan. Maka dari itu
penulis mengharapakan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah di atas.
DAFTAR PUSTAKA

a. https://spesialis1.bpre.fk.unair.ac.id

b. https://ejournal.sdki.edu.ac.id

c. https://ejournal.stikespku.ac.id

d. SDKI (standar diagnose keperawatan Indonesia 2016)

e. SIKI (standar intervensi keperawatan Indonesia 2018)

Anda mungkin juga menyukai