BAKAR
Oleh:
5 Cut Intan J
Pengasuh:
2019
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dan semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk kebaikan di kemudian hari. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar isi.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 4
1.3 Tujuan................................................................................................. 5
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dari lukabakar.
2. Mengetahui pencegahan terhadap luka bakar
3. Mengetahui pendidikan kesehatan yang dapat di berikan
4. Mengetahui asuhan keperawatan terhadap luka bakar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di Indonesia, luka bakar masih merupakan problem yang berat. Perawatan dan
rehabilitasinya masih sukar dan memerlukan ketekunan, biaya mahal, tenaga terlatih
dan terampil. Oleh karena itu, penanganan luka bakar lebih tepat dikelola oleh suatu
tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah (bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks,
bedah umum), intensifis, spesialis penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik,
psikiatri, dan psikologi.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang
ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya
cairan kebula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari
keropeng luka bakar derajat tiga.
2. Etiologi Luka Bakar
Penyebab terjadinya luka bakar yaitu (Hardisman, 2016) antara lain:
a. Scald Burns, luka bakar yang disebabkan oleh uap asap yang panas, biasanya
terjadi karena air panas dan sering terjadi di masyarakat. Air pada suhu 69°C
menyebabkan luka bakar parsial atau dalam waktu hanya dalam 3 detik.
b. Flame Burns, luka bakar yang disebabkan oleh kebakaran rumah seperti
penggunaan detector asap, kebakaran yang berhubungan dengan merokok,
penyalahgunaan cairan yang mudah terbakar, tabrakan kendaraan bermotor
dan kain terbakar oleh kompor atau pemanas ruangan.
c. Flash Burns, luka bakar yang di sebabkan oleh ledakan gas alam, propana,
butana, minyak destilasi, alcohol dan cairan mudah terbakar kain.
d. Contact Burns, luka bakar yang disebabkan dari logam panas, plastik, gelas
atau batu bara panas seperti setrika, oven, dan bara kayu.
e. Chemical Burns, luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, yang
bersifat asam kuat atau basa kuat.
f. Electrical Burns, luka bakar yang di sebabkan oleh benda – benda yang dialiri
arus listrik.
3. Tanda Dan Gejala
Menurut Wong and Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka baka radalah:
a. Grade I, kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali,
sembuh dalam 3 – 7 hari dan tidak ada jaringan parut.
b. Grade II, kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel (benjolan
berupa cairan atau nanah) dan oedem subkutan (adanya penimbunan dibawah
kulit), luka merah dan basah, mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 – 28
hari tergantung komplikasi infeksi.
c. Grade III, kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah
keputih - putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan
jaringan mati) atau hitam keabuan (seperti luka yang kering dan gosong juga
termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh
sendiri (perlu skin graf).
d. Luka Bakar grade IV, luka yang terjadi pada derajat ini yang menyebabkan
permukaan kulit sudah berwarna hitam.
4. Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat
mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolic akan
berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang
bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari reflex
yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium
tidak mengalami gangguan.
5. Penilaian Derajat Luka Bakar
Luka bakar dibagi menjadi 4 derajat antara lain:
a. Luka bakar grade I yang di sebut dengan luka bakar superficial yang mengenai
lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah dermis. Sering
disebut sebagai epidermal burn, kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan
terasa nyeri. Pada hari keempat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling)..
b. Luka bakar gradeII, Superficial partial thickness: luka bakar yang meliputi
epidermis dan lapisan atas dari dermis, kulit tampak kemerahan, oedem dan
rasa nyeri lebih berat dari pada luka bakar gradeI. Ditandai dengan bula yang
muncul beberapa jam setelah terkena luka. Bila bula disingkirkan akan terlihat
luka bewarna merah muda yang basah, luka sangat sensitive dan akan menjadi
lebih pucat bila terkena tekanan, akan sembuh dengan sendirinya dalam 3
minggu (bila tidak terkena infeksi), tapi warna kulit tidak akan sama seperti
sebelumnya. Deep partial thickness: luka bakar meliputi epidermis dan
lapisan dalam dari dermis disertai juga dengan bula, permukaan luka berbecak
merah muda dan putih karena variasi dari vaskularisasi pembuluh darah
(bagian yang putih punya hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah muda
mempunyai beberapa aliran darah, luka akan sembuh dalam 3 – 9 minggu.
c. Luka bakar grade III, Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen , Rasa
sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung – ujung saraf dan pembuluh
darah sudah hancur. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai
mengenai otot dan tulang.
d. Luka Bakar grade IV, Luka yang terjadi pada derajat ini yang menyebabkan
permukaan kulit sudah berwarna hitam.
2.2 Pencegahan Terhadap Luka Bakar
Prinsip utama untukpencegahan didalam kesehatan dan kedokteranadalah 5 level yang
terdiri dari Health Promotion, specific protection, early diagnosis and prompt treatment,
Disability limitation and rehabilitation. Namun scara teoritis, pencegahan dapat dibagi
menjadi 3 tingkatan, yaitu;
1. Pencegahan Primer
Tujuan adalah mencegah pajanan bahan yang menyebabkan sensitisasi di
lingkungan kerja. Penghilangan atau modifikasi risiko dari pajanan bahan
berbahaya sebelum penyakit terjadi. Perlu eliminasi dan reduksi pajanan zat
berbahaya dan ditujukan pada timbulnya penyakit : hindari bahan penyebab, pakai
alat pelindung diri, tingkatkan kapasitas pekerja yang dapat meminimalisasi risiko
sebelum sensitisasi terjadi.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menurunkan beratnya luka bakar melalui
edukasi terhadap pertolongan pertama. Contoh: Pemeriksaan berkala meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (radiologis, spirometri
dan lain-lain).Pemeriksaan berkala dilakukan selang waktu tertentu yang teratur -
sifat dan luasnya risiko yang terjadi, Fokus pemeriksaan lebih ditujukan pada
organ dan sistem tubuh yang paling mungkin terpengaruh di tempat kerja.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas terhadap
luka bakar. untuk meminimalkan komplikasi, menghindari kecacatan,
meningkatkan kualitas hidup agar dapat menjalani kehidupan secara normal dan
dapat diterima oleh lingkungan
Pemeriksaan Fisik
1. Primary survey
a. Airway : tidak tampak adanya sumbatan jalan napas , darah (-), muntahan (-),
suara napas tidak ngorok.
b. Breathing : : kedua dinding thorak tampak normal, napas spotan, rochi (-),
whezhing (-). Napas cepat dangkal , irreguler, RR 29x/menit.
c. Circulasi : pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), HR 110x/menit reguler.
d. Disability : GCS : eye 4 verbal 5 movement 6 = 15
e. Exposure : pakaian pasien segera dievakuasi guna mengurangi pajanan
berkelanjutan serta menilai luas dan derajat luka bakar.
2. Secondary survey
Status Generalis
KeadaanUmum : Tampak sakit berat
Kesadaran :Compos mentis
Tekanan darah :100/70 mmHg
Nadi :110x/mnt, reguler
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg
3. Kelenjar Getah Bening
Submandibula : tidak teraba
Leher : tidak teraba
Supraklavikula : tidak teraba
Ketiak : tidak teraba
Lipat paha : tidak teraba
4. Kepala
Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
Rambut : hitam
Simetri muka : simetris tidak ada lebam.
5. Mata
Lapang pandang normal.
Pupil : isokor
Sklera :tidak ikterik
Konjungtiva :tidak anemis
Kelopak mata : tidak udema.
Reflek : cahaya langsung +/+
6. Telinga
Tidak tampak kelainan.
7. Mulut
Bentuk : normal
Mukosa bibir : kering
8. Leher
Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran 10x2 cm warna
kulit merah
pucat.
Tekanan vena Jugularis (JVP) : 2-5 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
9. Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak
Retraksi sela Iga : (+)
10. Paru – paru
Inspeksi : pergerakan paru simetris, tampak retaksi dinding dada ringan.
Pasien tampak sesak.
Palpasi : bentuk normal. Tugor kulit menurun ≥ 2 detik
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronchi (-) whezhing (-)
11. Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-) , gallop (-), Lain – lain normal.
12. Perut
Inspeksi : datar, tidak ada ascites, tampak luka bakar bagian bawah
Memanjang Ukuran 15x3 cm ( derajat 3 )
Palpasi : supel, hati tidak membesar
Perkusi : shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal.
13. Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung (18%). Warnanya merah,
keabu-abuan, sedikit tampak cairan.
Hasil laboratorium
HB : 14,5g/dl
Lekosit ; 29.600/mm3
Trombosit : 213.000/mm3
Ht : 30%
Ureum : 39mg/dl
Kretinin : 1,3mgdl
Na : 133 mmol/L
K : 3,68mmol/L
Cl : 112 mmol/L
Penatalaksanaan medis
Rumus baxter : (% luka bakar)x (BB)x(4cc)
31,5%x60x 4= 7560/24jam
8 jam pertama : 3780 cc
8 jam kedua : 1890cc
8 jam ke 3 : 1890
Mendapat O2 2liter permenit nasal kanul
Therapy obat :
1. Inj. Cefotaxin 1gr/12 jam : anti infeksi
2. Inj. Keterolac 1gr/8jam : anti nyeri
3. Tab. tramadol 50mg/8jam : anti nyeri
4. Mebo salep.
5. Supratul
2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS: Klien merasa lemas Luka bakar Permeabilitas kapiler
DO: meningkat
Turgor kulit menurun ≥ ↓
2 detik. Evaporasi / Penguapan
Mukosa kering cairan
TTV : TD 100/70 ↓
mmHg, Nadi :110x/mnt, Kehilangan cairan tubuh
regular, Suhu : 37,8ºC ↓
Pernapasan : 29x/m Defisit volume cairan
3 DS: klien mengeluh panas dan Luka bakar Kerusakan kulit/ jaringan
sakit dan edema
DO: ↓
TTV: TD100/70mmHg, Nyeri akut
Nadi: 110x/mnt,
S: 37,8ᵒC,
RR: 29x/menit
Pasien nampak meringis
kesakitan sambil
memegang dada yang
sakit.
P: trauma luka bakar
Q : terasa panas
R : sisi trauma/cidera
yang sakit
S : Skala nyeri 7
T: Hilang timbul dan
meningkat jika adanya
aktivitas
Mendapatkan anti nyeri:
- Inj. Keterolac
1gr/8jam : anti nyeri.
-Tab. tramadol
50mg/8jam : anti nyeri
4 DS: pasien mengeluh perih, Luka bakar Kerusakan kulit/ jaringan
sakit ↓
DO: Inflamasi, Lesi
Kulit kemerahan hingga Kerusakan integritas kulit
nekrosis ↓
Luas luka bakar = Gangguan integritas kulit
31,5% dengan derajat
kedalaman 2-3.
Kulit tidak utuh
Akral dingin, lembab
Suhu 37,8ºC
Peningkatan leukosit
(26.900mm3 )
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit volume cairan b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar
2. Gangguan pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas
3. Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan
4. Gangguan integritas kulit b.d kerusakan kulit dan jaringan yang terkena luka bakar
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Defisit volume BP 100-140/60-90 Monitor dan catat intake, output
cairan b.d mmHg (urine 0,5 – 1 cc/kg.bb/jam)
banyaknya Produksi urine >30 Beri cairan infus yang
penguapan/cairan ml/jam (minimal 1 mengandung elektrolit (pada 24
tubuh yang keluar ml/kg BB/jam) jam ke I), sesuai dengan rumus
(Setelah dilakukan Ht 37-43 % formula yang dipakai
tindakan Turgor elastic Monitor vital sign
keperawatan dalam Mucosa lembab Monitor kadar Hb, Ht,
waktu 2 x 24 jam elektrolit, minimal setiap 12
Akral hangat
pemulihan cairan
optimal dan Rasa haus tidak jam.
keseimbangan ada
elektrolit serta
perfusi organ vital
tercapai)
2 Gangguan Tidak ada tanda- Mengkaji tanda-tanda distress
pertukaran tanda sianosis nafas, bunyi, frekuensi, irama,
gas/oksigen b.d Frekuensinafas 12 kedalaman nafas.
kerusakan jalan - 24 x/mnt Monitor tanda-tanda hypoxia
nafas(Setelah SP O2 > 95 (agitsi,takhipnea,
dilakukan tindakan stupor,sianosis)
keperawatan dalam Monitor hasil laboratorium,
waktu 2 x 24 jam AGD, kadar oksihemoglobin,
oksigenasi jaringan hasil oximetri nadi.
adekuat) Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemasangan endotracheal
tube atau tracheostomi tube bila
diperlukan.
Kolabolarasi dengan tim medis
untuk pemasangan ventilator
bila diperlukan.
Kolaborasi dengan tim medis
untuik pemberian inhalasi terapi
bila diperlukan
3 Nyeri akut b.d Skala 1-2 Kaji rasa nyeri yang dirasakan
kerusakan kulit dan Expresi wajah klien
jaringan(Setelah tenang Atur posisi tidur dengan
dilakukan tindakan Nadi 60-100x/mnt nyaman
keperawatan dalam Klien tidak gelisah Anjurkan klien untuk teknik
selama masa relaksasi
perawatan nyeri Lakukan prosedur pencucian
berkurang) luka dengan hati-hati
Anjurkan klien untuk
mengekspresikan rasa nyeri
yang dirasakan
Beri tahu klien tentang
penyebab rasa sakit pada luka
bakar
Kolaborasi dengan tinm medis
untuik pemberian analgesik
4 Gangguan integritas Luka sembuh Kaji luka pada fase akut
kulit b.d kerusakan sesuai dengan fase (perubahan warna kulit)
kulit dan jaringan penyembuhan luka Cegah adanya gesekan pada
yang terkena luka kulit yang terdapat luka
bakar (Setelah Lakukan perawatan pada luka
dilakukan tindakan bakar
keperawatan selama
masa penyembuhan
luka bakar sembuh
dengan baik dan
integritas kulit)
5. Evaluasi
DX 1 S : Klien merasa tidak lemas
O : Turgor kulit baik, mukosa lembab, kadar Kalium= 4.0 mEq/L dan
kadar Natrium= 135 mEq/L, intake dan output seimbang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Dx 2 S : Klien mengatakan sesak berkurang
O : Klien kadang-kadang masih terlihat bernafas cepat, RR: 25
kali/menit, SaO2 = 95 %
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan,masuknya cairan
kebula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng
luka bakar derajat tiga.
Luka bakar ringan bisa ditangani rumah, edukasi pasien termasuk perawatan di rumah
dan mengetahui kapan harus mencari perawatan medis. Promosi kesehatan mencakup cara
mencegah luka bakar di rumah atau di tempat kerja. Kebanyakan kasus luka bakar
merupakan kasus ringan yang dapat ditangani di rumah, namun pasien harus diedukasi
kasus di mana harus mencari pertolongan medis.
3.2Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang luka
bakar dan pendidikan kesehatan terhadapnya yang efektif dan juga sebaiknya kita
memberikan informasi atau health education mengenai luka bakar kepada para
masyarakat.
2. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya Luka
bakar baik di tempat kerja, maupun di sekitar rumah
DAFTAR PUSTAKA
Azzam Rahman. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Luka Bakar. http://medical bedah-
rahman azzam. Blogspot.com/2008/02/asuhan keperawatan-klien-lukabakar.html.
dibuka tanggal 9 November 2020.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta : Salemba Medika.
Schwarz.RJ. (2007). Management of postburn contractures of the upper extremity. Journal
of burn care research 28: 212-219
WimdeJong. 2005. Bab3: Luka, Luka Bakar: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi2. EGC. Jakarta.
p66 -88