Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT PADA PASIEN


BIPOLAR
Oleh:
Agus wandi 18010003
Amira 18010006
Ayu fadhliah 18010009
Maqfirah Afdilla 18010020

Pengasuh:
Ns. Tuti Sahara, M.Kep

STIKes Medika Nurul Islam


Program Studi Ilmu Keperawatan
2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan


kepada penulis dalam menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien
Bipolar” ini dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Makalah ini disusun dengan
harapan mampu menambah dan meningkatkan wawasan penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Keperawatan Keluarga dan semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan. Sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk kebaikan di kemudian hari. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

Sigli, Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar isi.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.2 Pengertian Bipolar.............................................................................. 3
2.3 Etiologi Bipolar.................................................................................. 4
2.3 Faktor resiko Bipolar........................................................................... 5
2.4 Tanda dan gejala Bipolar..................................................................... 7
2.5 Patofisiologi Bipolar............................................................................ 8
2.6 Pemeriksaan Fisik................................................................................ 9
2.7 Asuhan Keperawatan........................................................................... 13
BAB III PENUTUP......................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 15
3.2 Saran................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedaruratan psikiatri merupakan cabang dari Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kedokteran Kedaruratan, yang dibuat untuk menghadapi kasus kedaruratan yang
memerlukan intervensi psikiatrik. Tempat pelayanan kedaruratan psikiatri antara
lain di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa, klinik dan sentra primer. Kasus
kedaruratan psikiatrik meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang
memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain: (Elvira, Sylvia D dan
Gitayanti Hadisukanto, 2010)
a. Kondisi gaduh gelisah
b. Tindak kekerasan (violence)
c. Tentamen Suicidum/percobaan bunuh diri
d. Gejala ekstra piramidal akibat penggunaan obat
e. Delirium
Gangguan bipolar, juga dikenal sebagai manik-depresif, adalah gangguan
otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa dalam suasana hati, energi,
tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari. Gejala
gangguan bipolar dapat mengakibatkan hubungan yang dapat merusak, pekerjaan
atau kinerja sekolah, dan bahkan bunuh diri. Tapi gangguan bipolar dapat diobati,
dan orang-orang dengan penyakit ini dapat menyebabkan hidup produktif.
Gangguan bipolar sering berkembang pada remaja sebelum usia 25 tahun. Orang
dengan gangguan bipolar mungkin memiliki periode fungsi normal atau mendekati
normal antara episode.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi psikiatri ?
2. Apakah etiologi psikiatri ?
3. Apakah faktor resiko psikiatri ?
4. Bagaimana tanda dan gejala psikiatri ?
5. Bagaimana patofisiologi psikiatri ?

1
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan
informasi dan menambah pengetahuan kepada para
pembaca khususnya kepada mahasiswa ilmu
keperawatan mengenai kegawatan psikiatri. Makalah
ini juga dibuat untuk memenuhi syarat dalam proses
pembelajaran pada mata kuliah keperawatan
gawatdarurat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bipolar
Gangguan bipolar atau gangguan bipolar afektif,
dikenal sebagai gangguan manik depresif, adalah
diagnosis psikiatri yang menggambarkan kategori
gangguan mood didefinisikan oleh kehadiran satu
atau lebih episode dari tingkat energi yang abnormal,
kognisi , dan suasana dengan atau tanpa satu atau
lebih episode depresi. Individu yang mengalami
episode manic juga umumnya mengalami episode
depresi, atau gejala-gejala, atau keadaan campuran di
mana kedua fitur mania dan depresi yang hadir pada
waktu yang sama. Gangguan bipolar adalah gangguan
suasana di mana perasaan, pikiran, perilaku, dan
persepsi yang diubah dalam konteks episode mania
dan depresi. Sebelumnya dikenal sebagai manik
depresi, gangguan bipolar pernah berpikir untuk
jarang terjadi pada anak muda. Namun, sekitar 20%
dari orang dewasa denggan gangguan bipolar
mengalami gejala mulai pada masa remaja. Poligenik
investigasi menunjukkan bahwa gangguan ini adalah
fenotipik yang terpisah (dengan atau tanpa psikosis)
dari gangguan schizoafektif dan skizofrenia.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual
(DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2
yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I
atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2 episode
yaitu manik dan depresi, sedangkan gangguan bipolar
II ditandai dengan hipomanik dan depresi. Gangguan
bipolar mendasari satu spektrum kutub dari gangguan
mood/suasana perasaan meliputi :

3
1. Bipolar I (BP I)
2. Bipolar II (BP II)
3. Siklotimia (periode manic dan depresif yang bergantian/naik-turun)
4. Depresi yang hebat
Sedangkan berdasarkan Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan
ini bersifat episode berulang yang menunjukkan
suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya jelas
terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu
terdiri dari peninggian suasana perasaan serta
peningkatan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan
suasana perasaan serta pengurangan energi dan
aktivitas (depresi).
Gejala yang khas adalah terdapat penyembuhan
sempurna antar episode. Episode manik biasanya
mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi
cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6
bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali
pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu
seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh
stress atau trauma mental lain.

2.2 Etiologi Bipolar


Etiologi dari gangguan bipolar memang belum
dapat diketahui secara pasti, dan tidak ada penanda
biologis (biological marker) yang objektif yang
berhubungan secara pasti dengan keadaan penyakit
ini, tetapi diduga berkaitan dengan virus yang
menyerang otak. Serangan virus berlangsung semasa
janin dalam kandungan atau di tahun pertama sesudah
lahir. Namun, baru 15-20 tahun kemudian mewujud

4
menjadi bipolar. Itu karena pada usia 15 tahun
kelenjar timus dan pinealis yang mengeluarkan
hormon yang dapat mencegah gangguan psikiatrik
hebat sudah berkurang menjadi 50 persen.
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan
antara gangguan bipolar dengan kromosom 18 dan
22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana
dari kromosom tersebut yang benar-benar terlibat.
Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah
4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22, 18q22-q23,
dan 21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini,
ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21)
berisiko rendah menderita gangguan bipolar. Tetapi
penyebab dari gangguan bipolar ini dapat dikatakan
multifaktor Mencakup aspek biopsikososial. Secara
biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan
gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial
dikaitkan dengan pola asuh masa kana-kanak, stres
yang menyakitkan, stres kehidupan yang berat dan
berkepanjangan, dan banyak lagi faktor lainnya.
Jika penyabab utamanya faktor sosial, stres
akibat beratnya kehidupan yang berkepanjangan, bisa
jadi banyak penderita Bipolar di lingkungan kita.
Meskipun belum ada survei valid, namun faktanya
penderita ganggunan jiwa, depresi, kasus bunuh diri
terus saja bertambah. Karena itu mereka yang bunuh
diri kebanyakan masuk kategori ganggunan kejiwaan
yang belum diketahui.

2.3 Faktor Resiko


1. Ras
Tidak ada kelompok ras tertentu yang memiliki predileksi kecenderungan

5
terjadinya gangguan ini. Namun, berdasarkan sejarah kejadian yang ada, para
klinisi menyatakan bahwa kecenderungan tersering dari gangguan ini terjadi pada
populasi Afrika-Amerika.
2. Jenis Kelamin
Angka kejadian dari BP I, sama pada kedua jenis kelamin, namun rapid-cycling
bipolar disorder (gangguan bipolar dengan 4 atau lebih episode dalam setahun)
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Insiden BP II lebih tinggi wanita
daripada pria.
3. Usia
Usia individu yang mengalami gangguan bipolar ini bervariasi cukup besar.
Rentang usia dari keduanya, BP I dan BP II adalah antara anak-anak hingga 50
tahun, dengan perkiraan rata-rata usia 21 tahun. Kasus ini terbanyak pada usia 15 –
19 tahun, dan rentang usia terbanyak kedua adalah pada usia 20 – 24 tahun.
Sebagian penderita yang didiagnosa dengan depresi hebat berulang mungkin juga
mengalami gangguan bipolar dan baru berkembang mengalami episode manic yang
pertama saat usia mereka lebih dari 50 tahun. Mereka mungkin memiliki riwayat
keluarga yang juga menderita gangguan bipolar. Sebagian besar penderita dengan
onset manic pada usia lebih dari 50 tahun harus dilakukan penelusuran terhadap
adanya gangguan neurologis seperti penyakit serebrovaskular. Gangguan bipolar
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi genetik, biokimiawi, psikodinamik
dan lingkungan.
4. Genetik
Gangguan bipolar, terutama BP I, memiliki komponen genetik utama. Bukti yang
mengindikasikan adanya peran dari faktor genetik dari gangguan bipolar
terdapatbeberapa bentuk, antara lain : Hubungan keluarga inti dengan orang yang
menderita BP I diperkirakan 7 kali lebih sering mengalami BP I dibandingkan
populasi umum. Perlu digaris-bawahi, keturunan dari orang tua yang menderita
gangguan bipolar memiliki kemungkinan 50 % menderita gangguan psikiatrik lain.
Penelitian pada orang yang kembar menunjukkan hubungan 33 – 90 % menderita
BP I dari saudara kembar yang identik.
5. Biokimiawi
Multipel jalur biokimiawi mungkin berperan pada gangguan bipolar, hal ini yang

6
menyebabkan sulitnya mendeteksi suatu abnormalitas tertentu.Beberapa
neurotransmitter berhubungan dengan gangguan ini, sebagian besar didasrkan pada
respon pasien terhadap agen-agen psikoaktif. Sejumlah bukti menunjukkan bahwa
terdapat kaitan antara glutamat dengan gangguan bipolar dan depresi berat. Studi
postmortem dari lobus frontal dengan kedua gangguan menunjukkan peningkatan
level glutamat. Obat tekanan darah reserpin, yang menghabiskan/mendeplesikan
katekolamin pada saraf terminal telah tercatat menyebabkan depresi. Ini
berpedoman pada hipotesis katekolamin yang berpegang pada peningkatan
epinefrin dan norepinefrin menyebabkan manic dan penurunan epinefrin dan
norepinefrin menyebabkan depresi.
Obat-obatan seperti kokain, yang juga bekerja pada sistem neurotransmitter ini
mengeksaserbasi terjadinya manic. Agen lain yang dapat mengeksaserbasi manic
termasuk L-dopa, yang menginhibisi reuptake dopamin dan serotonin. Gangguan
dan ketidakseimbangan hormonal dari aksis hipotalamus-pituitari-adrenal,
menggangu homeostasis dan menimbulkan respon stres yang juga berperan pada
gambaran klinis gangguan bipolar. Antidepresan trisiklik dapat memicu terjadinya
manik.
6. Psikodinamik
Banyak praktisi melihat dinamika MDI sebagai suatu hal yang berhubungan
melalui suatu jalur. Mereka melihat depresi sebagai manifestasi dari suatu
kehilangan, contohnya hilangnya pegertian terhadap diri dan adanya perasaan harga
diri rendah. Oleh karena itu, manik timbul sebagai mekanisme defens dalam
melawan rasa depresi (Melanie Klein)
7. Lingkungan
Pada beberapa kejadian, suatu siklus hidup mungkin berkaitan langsung dengan
stres eksternal atau tekanan eksternal yang dapat memperburuk berulangnya
gangguan pada beberapa kasus yang memang sudah memiliki predisposisi genetik
atau biokimiawi. Kehamilan merupakan stres tertentu bagi wanita dengan riwayat
MDI dan meningkatkan kemungkinan psikosis postpartum. Contoh lain, oleh
karena sifat pekerjaan, beberapa orang memiliki periode permintaan yang tinggi
diikuti periode kebutuhan yang sedikit. Hal ini didapati pada seorang petani,
dimana ia akan sangat sibuk pada musim semi, panas, dan gugur, namun selama

7
musim dingin akan relatif inaktif kecuali membersihkan salju, sehingga ia akan
tampak manic pada hampir sepanjang tahun dan tenang selama musim dingin. Hal
ini menunjukkan lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap keadaan psikiatri
seseorang.

2.4 Tanda dan Gejala


Diagnosis dari BP I ditegakkan dengan
setidaknya terdapat episode manic paling tidak
dengan durasi 1 minggu yang mengindikasikan
penderita untuk dirawat inap atau kelainan lain yang
signifikan dalam fungsi okupasi dan sosial. Episode
manic bukan disebabkan oleh penyakit medis lain
atau penyalahgunaan zat. Kriteria ini berdasarkan
spesifikasi dari Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision
(DSM-IV-TR).
1. Episode manic ditandai oleh gejala-gejala berikut ini :
Setidaknya terdapat 1 minggu gangguan mood yang dalam, yang ditandai dengan
suasana perasaan yang meningkat (elasi), mudah marah (iritabel), atau adanya
keinginan untuk keluar rumah.
2. Gejala lain yang menyertai antara lain (paling tidak 3 atau lebih):
Perasaan kebesaran; gangguan tidur; nada suara yang tinggi dan bicara berlebihan;
flight of ideas; menghilangkan bukti kekacauan pikiran; meningkatnya tingkat
fokus kerja di rumah, tempat kerja atau seksual; meningkatnya aktivitas yang
menyenangkan dan bahkan yang memiliki konsekuensi menyakitkan.
3. Gangguan mood cukup untuk membuat kerusakan di tempat kerja,
membahayakan pasien atau orang lain.
4. Gangguan suasana perasaan tersebut bukan disebabkan oleh penyalahgunaan zat
atau karena gangguan medis lain. Gejala lain seperti :
1) Aktivitas meningkat, ekspansif
2) Mudah tersinggung
3) Hiperaktivitas
4) Berbicara sangat cepat

8
5) Ide meloncat-loncat
6) Kebutuhan tidur berkurang
7) Harga diri berlebihan
8) Perhatian mudah teralihkan
9) Memiliki pertimbangan buruk dan suasana hati yang tidak aman
10) Sikap berlebihan (misalnya gila belanja dan seks tidak aman).

2.5 Patofisiologi

2.6 Pemeriksaan Fisik


Menggunakan Mental Status Examination (MSE)
untuk mendiagnosis adanya gangguan bipolar. Status
mental penderita tergantung pada keadaan depresi,
hipomanic, manic, atau campuran, dengan variasi

9
area MSE ditandai sesuai dengan fase tertentu dari
penderita.

1. Penampilan
1) Periode depresi :
Orang yang menunjukkan suatu periode depresi mungkin menunjukkan
sedikit sampai tidak ada kontak mata. Pakaian mereka mungkin tidak terawat,
kotor, berlubang, kumal, serta tidak cocok dengan ukuran badan. Bila
seseorang kehilangan berat badan secara signifikan, ukuran pakaiannya tidak
akan cocok. Kebersihan diri tercermin dari mood mereka yang rendah, yang
ditunjukkan dengan badan yang kurus, tidak bercukur, dan tidak
membersihkan diri. Pada wanita, kuku jari tangannya mungkin terdapat
lapisan warna yang berbeda atau sebagian warna yang rusak pada kuku
mereka, bahkan cenderung kotor juga pada tangannya. Rambut mereka juga
tidak terurus. Bila orang ini bergerak, afek depresi jelas terlihat. Mereka
bergerak dengan lambat dan sangat sedikit yang menunjukkan retardasi
psikomotor. Mereka juga berbicara dengan suara yang pelan atau suara yang
monoton.
2) Episode hipomanic :
Penderita ini sangat sibuk dan aktif. Mereka memiliki energi dan selalu
kemana- mana. Mereka selalu berencana melakukan sesuatu, sebagian
mengalami perubahan tingakat energi dan suasana hati (Keck, 2003).
3) Episode manik :
Pada banyak kasus, perilaku penderita dengan fase manic menunjukkan
perilaku yang berlawanan dengan penderita dengan fase depresi. Penderita
fase manic menunjukkan keadaan hiperaktif dan hipervigilasi. Mereka kurang
istirahat, bertenaga, aktif, serta berbicara dan bertindak cepat. Pakaian mereka
mencerminkan keadaan itu, dimana terlihat dikenakan dengan tergesa-gesa
dan kacau. Pakaian mereka biasanya terlalu terang, penuh warna, serta
mencolok. Mereka berdiri di keramaian dan menjadi menonjol karena pakaian
mereka yang sering menarik perhatian.
2. Afek atau Suasana Hati

10
1) Episode depresi:
Kesedihan mendominasi suasana hati seseorang dalam episode depresi.
Penderita merasa sedih, tertekan, kehilangan, kosong dan terisolasi. “2 Hs”
sering menyertai suasana hati penderita, tanpa pengahrapan dan semua terasa
sia-sia.

2) Episode hipomanic:
Suasana hati penderita meningkat, meluas dan peka.

3) Episode manic:
Suasana hati penderita tampak menggembirakan, dan bahkan berlebihan.
Euphoria. Penderita sangat mudah marah.

4) Episode campuran:
penderita menunjukkan gejala kedua episode (depresi dan manic) dalam suatu
periode singkat (1 minggu atau kurang).
3. Pikiran

1) Episode Depresi:
Penderita mempunyai pemikiran yang mencerminkan kesedihan mereka.
Gagasan yang negatif, perhatian nihilistik, dan mereka mempunyai suatu
istilah bahwa “ mereka bagaikan gelas yang separuh kosong”. Pemikiran
mereka lebih berfokus tentang kematian dan tentang bunuh diri.

2) Episode Hipomanik:
Penderita mempunyai pemikiran yang optimis, berpikir ke depan dan
mempunyai sikap yang positif.

3) Episode Manik:
Penderita mempunyai pemikiran yang sangat opimis dan luas. Percaya diri
yang berlebihan. Mereka dapat dengan cepat membuat pemikiran/gagasan.
Mereka merasa pemikiran mereka sangat aktif dan aktif.
4) Episode Campuran:
Penderita dapat berubah secara cepat antara depresi dan euforia dan meraka
juga mudah marah.
4. Persepsi

11
1) Episode Depresi:
Terdapat 2 format dari tipe depresi yang dijelaskan. Dengan psikotik dan
tanpa psikotik. Dengan psikotik, penderita mempunyai khayalan dan
halusinasi yang sesuai atau tidak dengan suasana hati. Penderita merasa telah
berdosa, bersalah, dan merasakan penyesalan yang snagat dalam.
2) Episode Hipomanic:
Penderita tidak mengalami gangguan persepsi.
3) Episode Manic:
3 dari 4 penderita dalam tahap ini mengalami halusinasi. Khayalan manic
menunjukkan persepsi gengsi dan kemuliaan.
4) Episode Campuran:
Penderita menunjukkan khayalan dan halusinasi yang konsisten dengan
depresi atau manic atau keduanya.
5. Bunuh Diri
1) Episode Depresi:
Angka kejadian bunuh diri banyak terjadi pada penderita depresi. Mereka
adalah individu yang mencoba dan berhasil dalam usaha bunuh diri.
2) Episode Hipomanic:
Angka bunuh diri rendah. Episode Manic: Angka bunuh diri rendah.
3) Episode Campuran:
Pada tahap depresi pasien memiliki resiko untuk bunuh diri.
6. Pembunuhan/Kekerasan
1) Episode Depresi:
Pembunuhan yang dilakukan oleh penderita biasanya diikuti dengan bunuh
diri. Pada beberapa penderita depresi biasanya merasa dunia sudah tidak
berguna lagi untuknya dan untuk orang terdekatnya/orang lain.
2) Episode Hipomanic:
Penderita menunjukkan sifat mudah marah dan agresif. Mereka dapat menjadi
tidak sabar terhadap orang lain.
3) Episode Manic:
Penderita agresif. Mereka tidak memiliki sifat sabar atau toleransi dengan
orang lain tidak ada. Mereka dapat menjadi sangat menuntut, kasar, sangat

12
mudah marah. Pembunuhan terjadi jika penderita mempunyai suatu khayalan
terhadap kesenangan penderita.

4) Episode Campuran:
Penderita dapat menjadi sangat agresif terutama dalam tahap manic.
7. Pengertian Diri/Insight
1) Episode Depresi:
Depresi dapat mempengaruhi penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri.
Penderita biasanya gagal dalam melakukan tindakan yang penting sebab
mereka sangat jatuh dan menurun dalam mengenali diri mereka sendiri.
Meraka memeiliki sedikit pengertian terhadap diri mereka sendiri.
2) Episode Hipomanic:
Biasanya penderita memiliki penegrtian yang baik mengenai diri mereka.
Namun sangat luas. Mereka menilai diri mereka sangat produktif dan teliti,
bukan sebagai hipomanic.
3) Episode Manic:
Dalam tahap ini pengertian diri/insight sangat lemah. Penderita tidak
mempunyai pengertian yang jelas mengenai kebutuhan, rencana dan perilaku
mereka.
4) Episode Campuran:
Pergeseran/perubahan dalam afek dapat merusak pengertian pasien tentang
dirinya dan bertentangan dengan insight mereka.
8. Kognitif
Kemunduran/kelemahan dalam orientasi dan daya ingat sangat jarang diamati pada
pasien dengan gangguan afek bipolar kecuali mereka psikotik. Mereka mengetahui
waktu dan temapt mereka berada.mereka dapat mengingat kejadian yang lampau
dan terbaru. Pada beberapa kasus hipomanic dan kadang hipomanic, kemampuan
penderita untuk mengingat informasi dapat sangat luas. Pada dpresi dan manic yang
berat, penderita dapat mengalami kesulutan dalam berkonsentrasi dan memusatkan
perhatiannya.

13
2.7 Asuhan Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Risiko bunuh diri NOC NIC


Faktor resiko:  Kontrol implus  Pencegahan bunuh diri
 Riwayat kejadian bunuh diri  Pengendalian bunuh diri
 Perubahan perilaku  Bantu klien untuk menurun resiko perilaku
 Status perceraian Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Berikan lingkungan aman (safety) berdasarkan
 Isolasi sosial selama 3x24 jam pasien tidak tingkatan resiko, managemen untuk klien yang
melakukan percobaan bunuh diri memiliki resiko tinggi
 Keseoian
 Keinginan untuk mati  Membantu meningkatkan harga diri klien

 Berduka  Bantu klien untuk mengidentifikasi dan

 Tidak memiliki harapan mendapatkan dukungan sosial


NOC NIC
Ketidakefektifan koping
2  Koping  Peningkatan koping
inidividu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Sediakan lingkungan yang aman untuk klien
Faktor yang berhubungan:
selama 3x24 jam pasien tidak  Kaji kontinu potensi klien untuk bunuh diri
 Perbedaan gender dalam strategi
mangalami:  Obsersavi klien untuk bunuh diri
koping
 Tidak membahayakan diri sendiri  Ajarkan klien tentang proses penyelesaian
 Tingkat percaya diri tidak
 Terlibat dalam interaksi yang masalah yang tepat
adekuat
berdasarkan realitas Mengekspresikan  Bantu klien berdaptasi dan mengantisipasi

14
 Support sosial tidak efektik perasaan secara langsung dengan perubahan klien.
nonverbal dan verbal yang sesuai
 Memperlihatkan kepatuhan terhadap
pengobatan dan pengetahuan tentang
obat- obatan

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gangguan bipolar atau gangguan bipolar afektif, dikenal sebagai gangguan
manik depresif, adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan kategori
gangguan mood didefinisikan oleh kehadiran satu atau lebih episode dari tingkat
energi yang abnormal, kognisi , dan suasana dengan atau tanpa satu atau lebih
episode depresi. Individu yang mengalami episode manic juga umumnya
mengalami episode depresi, atau gejala-gejala, atau keadaan campuran di mana
kedua fitur mania dan depresi yang hadir pada waktu yang sama. Gangguan
bipolar adalah gangguan suasana di mana perasaan, pikiran, perilaku, dan persepsi
yang diubah dalam konteks episode mania dan depresi.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan pedoman
pada banyak banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu
penulis mengharapakan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan diatas.

16
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI
Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press.
Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott
Williams & Wilkins.
Tomb, D.A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai