Anda di halaman 1dari 14

LI LBM 2 Modul Masalah Jiwa

1. mengapa 6 bulan yang lalu pasien banyak bicara, lebih aktif, dan memakai pakaian
mencolok tapi setelah itu normal kembali ? mengapa di scenario pasien bisa berubah
dari sindroma mania ke sindroma depresi ? bagaimana gangguan neurotransmitter
dapat terjadi?
Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi tetapi peningkatan kadar serotonin dalam
celah sinaps neuron,khususnya pada sistem limbik, yang berdampak terhadap dopamine
receptor supersensitivity dapat mencetuskan manik. Cara kerja dari obat anti mania adalah
mengurangi dopamine receptor supersensitivity dengan cara meningkatkan cholinergic-
muscarinic activity, dan menghambat cyclic AMP (adenosine monophosphate)&
phosphoinositides. Sedangkan cara kerja obat anti depresi adalah menghambat reuptake
aminergic neurotransmitter dan menghambat penghancuran enzyme monoamine oxidase
sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada celah sinaps neuron
tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin. Pemilihan atau pemberian
obat anti mania atau anti depresi prisnsipnya sama, tergantung pada toleransi pasien
terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien, pada
dasarnya pemberian obat anti mania tergantung pada gejala pada pasien.
Sumber:
https:/\/calgaryguide.ucalgary.ca\/author\/admin\/#author. (2016, May 6). Gangguan
Bipolar:Patogenesis dan Temuan Klinis. The Calgary Guide to Understanding
Disease. https://calgaryguide.ucalgary.ca/gangguan-bipolar-patogenesis-dan-
temuan-klinis/
2. bagaimana patofisiologi gangguan yang dialami penderita ?
Sumber:
- Gałecka, Małgorzata & Szemraj, Janusz & Talarowska, Monika & Bliźniewska,
Katarzyna & Maes, Michael & Berk, Michael & Su, Kuan-Pin & Gałecki, Piotr. (2019).
An immune gate of depression - Early neuroimmune development in the formation of the
underlying depressive disorder. Pharmacological Reports. 71.
10.1016/j.pharep.2019.05.022.
- Magioncalda, P., & Martino, M. (2021). A unified model of the pathophysiology of
bipolar disorder. Molecular Psychiatry. doi:10.1038/s41380-021-01091-4
- Martino, M., & Magioncalda, P. (2021). Tracing the psychopathology of bipolar disorder
to the functional architecture of intrinsic brain activity and its neurotransmitter
modulation: a three-dimensional model. Molecular Psychiatry. doi:10.1038/s41380-020-
00982-2

3. bagaimana gejala dan kriteria kondisi pasien sehingga dapat dikatakan mengalami
sindroma mania dan sindroma depresi ? termasuk gangguan jiwa jenis apa ?
Sindrom depresi merupakan kelompok yang luas dari gangguan psikiatri yang ditandai
dengan kehilangan minat, merasa tak berdaya, perasaan bersalah, sulit berkonsentrasi,
kehilangan nafsu makan, dan berpikiran untuk mati dan bunuh diri, yang dapat
mengakibatkan gangguan pada hubungan interpersonal, fungsi sosial, dan fungsi pekerjaan.
Kriteria Mayor:
a. Afek depresi
b. Mudah lelah, kehilangan minat
c. Kehilangan ide
Kriteria Minor:
a. Konsentrasi menurun
b. Pesimis thd masa depan
c. Gangguan makan
d. Gangguan tidur
e. Usaha bunuh diri
f. Merasa bersalah, harga diri menurun
g. Merasa hampa

Sindrom mania: sekumpulan gejala mood yang meningkat.


Bipolar adalah gangguan kesehatan mental yang menyebabkan penderitanya mengalami
perubahan suasana hati dan energi secara ekstrem, sehingga berpengaruh terhadap
aktivitas. Orang dengan gangguan bipolar memiliki 2 fase dalam hidupnya, yakni mania dan
depresi.
Bipolar terbagi menjadi 2:
a. Bipolar I: Mengalami perubahan mood yang sangat kontras. Diawali dengan fase
depresi selama 1-2 minggu. Kemudian diikuti oleh fase mania sekitar 1 minggu.
b. Bipolar II: Merasakan depresi selama 1 minggu, diikuti oleh fase hipomania (mania
level rendah) yang berlangsung 4 hari. Biasanya, hipomania hanya disadari oleh
orang terdekat, seperti keluarga.

Sumber:
American Psychiatric Association diagnostic and statistical manual of mental
disorders (DSM-IV). (n.d.). In SpringerReference. Springer-Verlag. Retrieved June
16, 2022, from http://dx.doi.org/10.1007/springerreference_179660
https:/\/calgaryguide.ucalgary.ca\/author\/admin\/#author. (2016, May 6). Gangguan
Bipolar: Patogenesis dan Temuan Klinis. The Calgary Guide to Understanding
Disease. https://calgaryguide.ucalgary.ca/gangguan-bipolar-patogenesis-dan-
temuan-klinis/
PEDOMAN DIAGNOSTIK PPDGJ-III.

4. jelaskan klasifikasi gangguan mood dan afek (gejala)


Mood: suatu emosi yang meresap dan terus menerus yang mewarnai persepsi seseorang
akan dunia.
Afek: suatu respon emosional pasien yang tampak. Afek adalah apa yang disimpulkan oleh
pemeriksa dari ekspresi wajah pasien termasuk jumlah dan macam perilaku ekspresif.
Menurut DSM-IV:
A. Depresi berat (depresi unipolar)
B. Gangguan bipolar :
- Episode manik-depresi atau mani-mani (mani unipolar atau mani murni)
- Episode hipomanik-depresi
C. Gangguan mood tambahan:
-Ggn siklotimik (siklotimia): gangguan pada suasana hati yang menyebabkan
emosi naik turun, dari hipomania ke depresi, tapi dalam skala ringan.
Biasanya menetap dan >2thn dan menetap.
- Ggn distimik (distimia): mood depresif kronis pada hampir sepanjang waktu
dan menetap sedikitnya selama 2 tahun. Pada distimia, gejala depresinya
tidak terlalu parah tetapi sering bentuk depresifnya bertahan selamanya.
- Ggn berhubungan dg sindrom depres.
- Ggn depresi ringan – sedang
- Ggn depresi singkat rekuren (berat-ringan)
- Ggn disforik premenstrual: gangguan terkait emosi dan fisik yang dialami
wanita sebelum masa menstruasi.Gangguan ini merupakan bentuk yang lebih
parah dari premenstrual syndrome (PMS) atau sindrom pramenstruasi.
- Ggn mood krn kondisi medis umum
- Ggn mood akibat NAPZA.
Gangguan Afek

F31. GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Gangguan oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien
dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).

Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode
manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4 - 5
bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan)
meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu
seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya
stres tidak esensial untuk menegakkan diagnosis)
Sumber: PEDOMAN DIAGNOSTIK PPDGJ-III.
5. apa diagnosis dan diagnosis banding kasus di scenario ?
Diagnosis gangguan bipolar ditegakkan berdasarkan kriteria episode manik, episode
hipomanik, dan episode depresif. Berikut ini adalah kriteria dari masing-masing episode
menurut DSM-V.

● Diagnosis gangguan bipolar I dapat ditegakkan apabila kriteria episode manik


terpenuhi.
● Diagnosis gangguan bipolar II dapat ditegakkan apabila kriteria episode hipomanik
dan episode depresif terpenuhi (baik episode yang terjadi sekarang atau yang telah
terjadi pada masa lampau).
● Diagnosis gangguan bipolar jenis lain ditegakkan apabila terdapat episode manik,
hipomanik, dan/atau depresif yang tidak memenuhi kriteria episode depresif, manik,
dan hipomanik.

Sumber:

Culpepper, L. (2014). The diagnosis and treatment of bipolar disorder. The Primary
Care Companion For CNS Disorders. https://doi.org/10.4088/pcc.13r01609
6. bagaimana pemeriksaan fisik dan penunjang untuk kasus di scenario ?
Pemeriksaan Status Mental: Melihat psikopatologi yang muncul dan status mental
A. Deskripsi Umum
- Penampilan
- Perilaku dan aktivitas psikomotor
- Sikap terhadap pemeriksa
B. Mood dan Afek
C. Pembicaraan
D. Persepsi
E. Pikiran
- Bentuk pikir
- Isi pikir
- Proses pikir
F. Sensorium dan kognisi
- Kesadaran
- Orientasi dan daya ingat
- Konsentrasi dan perhatian
- Kemampuan membaca dan menulis
- Kemampuan memutuskan
G. Pengendalian implus
H. Daya ingat daan tilikan
I. Taraf dapat dipercaya
Skala Hamilton
Interpretsi:
Interpretasi penilaian (rentang nilai 0 – 50)
- Nilai keseluruhan ≤ 7 : normal
- Nilai keseluruhan 8 – 13 : depresi ringan
- Nilai keseluruhan 14 – 18 : depresi sedang
- Nilai keseluruhan 19 – 22 : depresi berat
- Nilai keseluruhan ≥ 23 : depresi sangat berat
Zung depression scale
Interpretasi Nilai :
50-69 : Kebanyakan orang yang depresi skornya berkisar di angka ini
>70 : Depresi berat (maksimal 80)
Bila nilai anda menunjukkan adanya depresi, periksakan diri anda ke dokter/Psikiater untuk
dilakukan evaluasi dan penanganan lebih lanjut. Bawa hasil test ini pada saat pemeriksaan
BDI (beck depression inventory)
Interpretasi : A = 0, B = 1 , C = 2, D = 3
Normal : 0 - 9
Depresi ringan : 10 - 16
Depresi sedang : 17 -29
Depresi berat : 30 – 63
Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai dengan gejala klinis dan kebutuhan, namun
tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis gangguan
bipolar. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan kadar thyroid stimulating
hormone (TSH), toksikologi urin dan darah, hitung darah lengkap, kimia darah, dan laju enap
darah. Pemeriksaan penunjang lain yang mungkin diperlukan adalah elektroensefalografi
Sumber:
Keterampilan klinis Fk unissula 2022
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:EkVod4JeoF8J:https://
www.alomedika.com/penyakit/psikiatri/gangguan-bipolar/
diagnosis+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id

7. bagaimana etiologic dan factor resiko kasus di scenario ?


A. Faktor genetik
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti (Jiwo,
2012). Data keluarga menunjukkan bahwa apabila dari salah satu orang tua memiliki
gangguan mood, seorang anak akan memiliki risiko antara 10 dan 25 persen mewarisi
gangguan mood. Jika kedua orang tua terkena bipolar, risiko ini berpengaruh besar
terhadap anaknya. Risiko keluarga dengan pasien gangguan mood bipolar adalah 25%, dan
berulang pasien gangguan depresi adalah 20%. Risiko anak-anak dari satu orang tua
dengan gangguan mood bipolar adalah 27% dan dari kedua orang tua dengan gangguan
mood bipolar adalah 74%. Maka dari itu, faktor genetik sangatlah berpengaruh dan dapat
membuat individu rentan terkena gangguan mood
B. Faktor Biologis
Banyak penelitian melaporkan abnormalitas metabolit amin biogenik-seperti asam 5-hidroksi
indol asetat (5-HIAA), asam homovanilat (HVA), dan 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG)
di dalam darah, urine, dan cairan serebrospinalis pasien dengan gangguan mood. Laporan
data ini paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan ntood disebabkan oleh
disregulasi heterogen amin biogenik.
Mekanisme Amin Biogenik : Norepinephrin, Serotonin, Dopamin
Norepinefrin dan serotonin merupakan neurotransmitter yang paling terkait dalam
patofisiologi gangguan mood, terutama gangguan depresif.
- Norepinefrin : Penurunan regulasi atau penurunan sensitivitas dari reseptor α2
adrenergik dan penurunan respon terhadap antidepressan berperan dalam terjadinya
gangguan depresi.
- Serotonin : penurunan jumlah serotonin dapat mencetuskan terjadinya gangguan
depresif. Hasil pemeriksaan laboratorium pada beberapa penelitian menunjukkan
terjadinya penurunan jumlah serotonin pada cairan serebrospinal pada pasien yang
ingin melakukan percobaan bunuh diri.
- Dopamin : Aktivitas dopamin akan berkurang pada keadaan depresi. Keadaan ini
dapat dijumpai pada pasien yang mengalami penyakit Parkinson atau pasien yang
mengonsumsi obat reserpine (Serpasil) yang menunjukkan menurunnya konsentrasi
dopamine dalam cairan serebrospinal. Sedangkan obat seperti tyrosin,
amphetamine, dan bupropion dapat menurunkan gejala depresi.
C. Faktor Psikososial
Dari pengamatan klinis yang diamati, peristiwa kehidupan sangatlah memainkan peran
dalam gangguan mood terutama depresi. Seperti adanya penelitian anak yang kehilangan
orang tuanya pada saat mereka berusia kurang dari 11 tahun atau kehilangan pasangan
merupakan stressor terbesar pada gangguan mood terutama depresi.
Sumber:
Sadock, B. J., Kaplan, H. I., & Sadock, V. A. (2007). Kaplan & sadock’s synopsis of
psychiatry: Behavioral sciences/clinical psychiatry. Lippincott Williams & Wilkins.
8. Bagaimana kaitan jenis kelamin, usia dengan kasus scenario (epidemiologi)
Depresi merupakan diagnosis pasien rawat jalan ketujuh tertinggi di dunia. Rata-rata usia
awitan adalah akhir dekade kedua, meskipun sebenarnya depresi dapat dijumpai pada
semua kelompok usia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi mayor lebih sering
diderita perempuan dibanding laki-laki dengan rasio 2:1. Prevalensi selama kehidupan pada
perempuan 10%-25% dan pada laki- 8 laki 5%-12%. Walaupun depresi lebih sering terjadi
pada perempuan, kejadian bunuh diri lebih sering terjadi pada laki-laki terutama usia muda
dan tua.

Sumber:
Mawarpury, M., Maulana, H., Khairani, M., & Fourianalistyawati, E. (2022). Buku Seri
Kesehatan Mental Indonesia: Kesehatan Mental di Indonesia Saat Pandemi. Syiah
Kuala University Press.
9. bagaimana tatalaksana untuk kasus di scenario ?
A. Terapi psikososial
- Terapi kognitif Tujuannya adalah menghilangkan episode depresi dan mencegah
rekurennya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negative.
Mengembangkan cara berpikir alternative, fleksibel, dan positif, serta melatih
kembali respon kognitif dan perilaku yang baru.
- Terapi interpersonal Terapi interpersonal efektif didalam pengobatan gangguan
depresif berat. Program tersebut terdiri dari 12-16 sesi mingguan. Terapi ditandai
dengan pendekatan terapeutik aktif.
- Terapi perilaku Terapi didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku maladaptive
menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit umpan balik positif dari masyarakat
dan kemungkinan penolakan yang palsu. Dengan demikian pasien belajar untuk
berfungsi di dunia dengan cara tertentu dimana mereka mendapatkan dorongan
positif.
B. Farmakoterapi

Obat anti depresi digolongkan dalam :

a. Obat anti depresi trisiklik = Amitriptylin, Imipramine, Clomipramine, Tianeptin.


b. Obat anti depresi tetrasiklik = Maprotilin, Mianserin, Amoxapine.
c. Obat anti depresi MAOI-reversible = Moclobemide
d. Obat anti depresi SSRI ( Selective Serotonin Reuptake Inhibitors ) = Sertraline,
Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram.
e. Obat anti depresi”Atypical” = Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine

Mekanisme dari obat anti depresi pada dasarnya adalah untuk menghambat reuptake
aminergic neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine
oxidase. Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada celah sinaps
neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin. Pemilihan obat anti
depresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek
samping terhadap kondisi pasien.

Urutan pemilihan obat anti depresi :

● Step 1 = Golongan SSRI


● Step 2 = Golongan Trisiklik
● Step 3 = Golongan tetrasiklik,Atypical, MAOI reversible.

Pertimbangkan juga bahwa pergantian SSRI ke MAOI atau sebaliknya membutuhkan waktu
2-4 minggu istirahat untuk “wash out period” guna mencegah timbulnya “serotonin malignant
syndrome”. Yaitu suatu gejala yang timbul akibat dari interaksi obat SSRI+MAOI dengan
gejala : gastrointestinal distress ( mual,muntah,diare), agitasi (mudah marah, ganas),
gelisah, gerakan kedutan otot,dll.

Pengaturan dosis perlu pertimbangan :


● Onset efek primer : Sekitar 2-4 minggu
● Onset efek sekunder : Sekitar 12-24 jam
● Waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2x perhari)

Proses dalam pengaturan dosis :

1) Test dosis, untuk mencapai dosis anjuran selama 1 minggu


2) Optimal dosis, mulai dari dosis anjuran sampai dosis efektif
3) Dosis yang stabil, dosis optimal yang dipertahankan 2-3 bulan.
4) Dosis maintenance, selama 3-6 bulan. Dosis pemeliharaan biasanya ½ dosis optimal.
5) Penurunan dosis,selama 1 bulan. Kebalikan dari test dosis.

Dengan demikian obat anti depresi dapat diberhentikan total. Apabila sindrom depresi
kambuh lagi, maka proses dimulai dari awal dan seterusnya.

Sumber:

Dell’Osso, B. (2013). Pharmacological treatment of bipolar disorder. Clinical


Management of Bipolar Disorder, 46–59. https://doi.org/10.2217/ebo.13.150

Anda mungkin juga menyukai